Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Pengajaran Dramaturgi Perfilman Yang Efektif Suratni, Ni Wayan; Susanthi, Nyoman Lia
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 21 No 1 (2017): Prabangkara
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14158.327 KB)

Abstract

Film sebagai karya seni memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni yaitu seni rupa dan desain, seni fotografi, seni artitektur, seni tari, seni puisi sastra, seni teater (drama) dan seni musik. Salah satu unsur seni dalam film adalah drama, untuk itu fungsi dan peran teater (drama) dalam film sangat erat relevansinya. Materi tentang drama pada Program Studi Film dan TV ISI Denpasar masuk dalam matakuliah Dramaturgi. Materi pada matakuliah dramaturgi memiliki karakteristik berbeda dengan prodi lainnya. Hal ini merupakan masalah bagi pengampu untuk dapat menyesuaikan kebutuhan drama dalam film. Luaran dari matakuliah dramaturgi dapat memerankan tokoh dalam film sesuai tuntutan skenario. Guna menghasilkan luaran tersebut maka diperlukan metode pengajran yang efektif mengingat latar belakang mahasiswa dari non pertunjukkan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan 3 tahapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran Dramaturgi sebagai upaya meningkatkan hasil belajar mahasiswa adalah dengan menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery learning). Dosen tidak hanya menggunakan metode ceramah untuk materi yang bersifat teori namuan juga mengkolaborasikan dengan metode diskusi kelompok. Materi yang bersifat praktek, dikembangkan dengan mengkombinasikan metode demontrasi, simulasi, sandiwara dan permainan. Dosen bertindak sebagai fasilitator mahasiswa dalam proses 
pembelajaran. Dosen mengembangkan media pembelajaran yang tidak hanya menggunakan LCD dengan PPT tapi juga menambahkan bantuan video, musik illustrasi dan puisi untuk mempermudah mahasiswa dalam kelas praktek, serta memindahkan kelas praktek ke alam terbuka untuk membantu mahasiswa mendalami proses penjiwaan kelas praktek Dramaturgi. Pembaharuan tersebut membawa dampak sangat signifikan yaitu meningkatkan hasil belajar mahasiswa setiap tahapannya.
“Ulam Asu”: Media Pergerakan Melawan Perdagangan Daging Anjing Di Bali Dalam Film Dokumenter Pandet, Putu Raditya; Arba Wirawan, I Komang; Lia Susanthi, Nyoman
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 22 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1060.756 KB)

Abstract

Anjing merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Bali, sebagai hewan peliharaan serta hewan penjaga rumah. Anjing dalam budaya masyarakat Bali juga digunakan sebagai caru (sarana persembahan saat upacara yadnya), yang memiliki fungsi sebagai sarana pembersihan areal upacara. Fenomena perdagangan daging anjing di Bali belakangan ini kian marak. Dalam data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dikatakan bahwa daging anjing bukanlah kategori pangan karena tidak termasuk dalam kategori peternakan maupun kehutanan. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk membuka semua cerita terkait dengan perdagangan daging anjing di Bali dalam bentuk film dokumenter berjenis observasi partisipan sehingga nantinya dapat digunakan sebagai media pergerakan untuk melawan konsumsi daging anjing. Film dokumenter “Ulam Asu” memilih menggunakan metode observasi partisipan dengan genre investigasi karena penulis ingin penonton merasa memiliki kedekatan dengan filmmaker. Sehingga membuat dampak psikologis dan emosional yang didapat penonton menjadi lebih kuat. Penulis mengharapkan dampak yang beragam dapat dirasakan penonton sesuai dengan subjektivitas dan pengalaman dari setiap individu. Film ini mampu secara langsung maupun tidak langsung menjadi media pergerakan melawan perdagangan daging anjing di Bali. Secara langsung, film ini dapat dipergunakan oleh aktivis dan organisasi pecinta hewan untuk melakukan perlawanan terhadap perdagangan daging anjing di Bali. Secara tidak langsung, film ini memancing emosi dan imajinasi penonton untuk melakukan perlawanan terhadap perdagangan daging anjing di Bali. Penonton diajak untuk berpikir ulang tentang apa yang sedang terjadi di Bali saat ini terkait dengan isu perdagangan daging anjing dengan berpijak terhadap kearifan lokal budaya Bali.Dogs are part of the life of Balinese people, as pets as well as animals of house keepers. Dogs in Balinese culture are also used as caru (offerings during yadnya ceremonies), which has a function as a means of cleansing ceremonial area. The phenomenon of dog meat trade in Bali has recently become more widespread. In the data of the Directorate General of Animal Husbandry and Health said that dog meat is not a category of food because it is not included in the category of animal husbandry or forestry. Based on this, the writer felt the need to open all the stories related to the dog meat trade in Bali in the form of documentary type of participant observation so that later can be used as a medium of movement to fight the consumption of dog meat. The documentary film “Ulam Asu” chose to use participant observation methods with the investigative genre because the author wants the audience to feel closer to the filmmaker. So as to make the psychological and emotional impact for the audience gets stronger. The authors expect the diverse impact audience can feel in accordance with the subjectivity and experience of each individual. This film is able to directly or indirectly become a media movement against dog meat trade in Bali. Directly, the film can be used by animal activists and organizations to fight against the dog meat trade in Bali. Indirectly, this film provoked the emotions and imagination of the audience to fight against the dog meat trade in Bali. Spectators are invited to re-think about what is happening in Bali at this time related to the issue of dog meat trade based on local wisdom of Balinese culture.
Rare Kelangon The Innovation Of Gender Wayang Colosal For Children Suryatini, Ni Ketut; Susanthi, Nyoman Lia
Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts Vol 2 No 2 (2019): October
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2491.267 KB) | DOI: 10.31091/lekesan.v2i2.891

Abstract

Indonesia is a country with a high level of cultural heterogeneity. In accordance with the State of the Republic of Indonesia’s President Joko Widodo, the country needs disruptive innovations. Disruptive innovation reverses the impossibility into opportunities and results intransformative value for the Indonesian people and nation. Disruptive innovation can also be applied in the arts. Moreover, amid the setbacks in the ethical and moral values ​​of the Indonesian nation, art offers a way to shape character. One of the Balinese arts which has succeeded in changing the character is the art of Balinese traditional music. The tradition of storytelling, traditional children’s games and songs (gending) Bali is needed in upholding moral values ​​and character education early on. For this reason, the creation of the “Rare Kelangon” which has been tested by the international public at the Cultural Performance at the IMF in Nusa Dua Bali on October 11, 2018 and the 24th National Education Day on August 25, 2019. The method used in creating this music innovative of Gender wayang was the research and development of Brog and Gall combined with Bandem and Suteja’s Balinese art creation method. There are 8 stages of creations, namely ngerencana,nuasen, makalin, refinement of the initial product, ngebah I, revision of the final refinement and ngebah II. The results of the study found that the innovations which made in the creation of Rare Kelangon works were extension types, which the invention of the development of existing products, added so that it becomes something new and valuable. The gender wayanggamelan has existed before, but to revive the genderwayang songs, a component of work which also needs to be preserved is gending rare (traditional children’s songs), traditional games, and satua (fairy tales) of the Balinese people who are also full of values ​​of character education.
Panca Pesona Desa Wisata Ayunan Dianitasari, Renata; Lia Susanthi, Nyoman
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.082 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.555

Abstract

Berdasarkan rencana program kerja yang dicanangkan perbekel desa Ayunan, bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah menjadi desa wisata pada tahun 2020, maka diharapkan adanya kerjasama antara mahasiswa KKN ISI Denpasar dengan pemerintah serta masyarakat desa setempat untuk mewujudkan program tersebut. Dengan adanya wacana desa Ayunan menjadi desa wisata pada tahun 2020, serta dilandasi tema KKN ISI Denpasar 2018 yang ingin membangkitkan desa melalui keunggulan seni dan budaya, maka mahasiswa peserta KKN ISI Denpasar di desa Ayunan menuangkan sejumlah ide guna mendukung terlaksananya keinginan pemerintah dan masyarakat desa setempat, melalui kolaborasi keahlian masing-masing mahasiswa dari program studi yang berbeda-beda. Program ini dikelompokkan menjadi lima program kerja utama, namun memiliki satu konsep yang sama. Yaitu penciptaan tari maskot desa Ayunan, yang juga meliputi penciptaan musik pengiring tari maskot dan perancangan kostum tari maskot tersebut; penciptaan lagu desa Ayunan; perancangan merchandise desa Ayunan; perancangan monumen desa wisata Ayunan; serta penciptaan video dokumentasi yang menampilkan potensi desa Ayunan. Lima program ini berjudul “Panca Pesona Desa Wisata Ayunan”, lima program kerja dengan harapan hasil yang mempesona, sebagai upaya mendukung desa Ayunan mencapai salah satu visinya. Program kerja ini juga sekaligus sebagai program unggulan yang merupakan salah satu luaran wajib KKN ISI Denpasar tahun 2018. Penciptaan program Panca Pesona Desa Wisata Ayunan ini tidak lepas dari riset, permintaan dan persetujuan aparat desa setempat, serta bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan metode pengumpulan data berdasarkan wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan analisis foto dan video. Adanya relevansi antara program desa Ayunan dan program kerja Panca Pesona Desa Wisata Ayunan, memunculkan hubungan timbal balik yang saling membutuhkan dan menguntungkan antara pihak desa dan mahasiswa KKN. Sehingga program dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.Base on work plan program by the head of community Ayunan village which is proclaimed to achieve as a tourist village on 2020, hence cooperation between ISI Community Outreach Program (COP) with local government and social community is needed. Refer to mentioned program and base on ISI COP theme who wants to approve the region through superiority of art and culture, hence ISI COP participants raise creative ideas to support the purpose of community Ayunan village with collaboration between local government, social community and ISI COP. This program is divided into five main groups with the same concept. Namely Ayunan village dance mascot creation, theme song creation, merchandise designing, design of tourist village monument, video documentary creation that showing the potential of Ayunan village. These five programs are titled “Panca Pesona Desa Wisata Ayunan” five work programs in hopes of stunning result as an effort to support and improve Ayunan village to achieve one of their vision. This program is also as the leading program that was one of the mandatory contribution by ISI COP Denpasar 2018.  Panca Pesona Desa Wisata Ayunan could not be separated from research, request and approval from local government, and leading lecture. 
Rumah Kreatif Desa Musi Gerokgak Lia Susanthi, Nyoman; Dwiyani, Ni Kadek; Puriartha, I Kadek
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4285.117 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.679

Abstract

Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Bali memiliki permasalahan ketenagakerjaan khususnya pengangguran atau disebut juga tuna karya. Hal tersebut berdapak pada tingginya angka kemiskinan di Kecamatan Gerokgak dibandingkan kecamatan lainnya. Salah satu desa di Kecamatan Gerokgak yang memiliki tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi adalah Desa Musi. Guna menampung aktivitas pemuda desa, maka Desa Musi memiliki Skaa Truna Truni (STT) Desa Musi yang bernama STT Budhi Adnyana. Namun organisasi kepemudaan desa tersebut tidak mampu secara maksimal menampung kegiatan kepemudaan. Untuk itu dilakukan kegiatan Pengabdian Kemitraan Masyarakat (PKM) yang bertujuan: (1) Membantu membuka lapangan pekerjaan baru di Desa Musi dengan nama Rumah Kreatif; (2) Menambah keterampilan foto dan video bagi pemuda Desa Musi; (3) Mendukung program Kecamatan Gerokgak sebagai daerah yang memiliki potensi pariwisata. Metode pengabdian dilakukan dengan sosialisasi, pelatihan, dan evaluasi. Dua aspek pengabdian yang dilakukan yaitu aspek keterampilan dan manajemen rumah kreatif. Hasil dari aspek keterampilan mereka memiliki kemampuan tambahan sebagai fotografer dan videographer. Dengan bantuan berupa kamera Canon 1300D mereka mampu membuat video profil Desa Musi sebagai media promosi desa. Pada aspek manajemen rumah kreatif, STT Desa Musi berhasil membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Musi dan proposal desain destinasi wisata di Desa Musi yang diberi nama Peken Bajang-Bajang.
Panca Pesona Desa Wisata Ayunan Renata Dianitasari; Nyoman Lia Susanthi
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.082 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.555

Abstract

Berdasarkan rencana program kerja yang dicanangkan perbekel desa Ayunan, bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah menjadi desa wisata pada tahun 2020, maka diharapkan adanya kerjasama antara mahasiswa KKN ISI Denpasar dengan pemerintah serta masyarakat desa setempat untuk mewujudkan program tersebut. Dengan adanya wacana desa Ayunan menjadi desa wisata pada tahun 2020, serta dilandasi tema KKN ISI Denpasar 2018 yang ingin membangkitkan desa melalui keunggulan seni dan budaya, maka mahasiswa peserta KKN ISI Denpasar di desa Ayunan menuangkan sejumlah ide guna mendukung terlaksananya keinginan pemerintah dan masyarakat desa setempat, melalui kolaborasi keahlian masing-masing mahasiswa dari program studi yang berbeda-beda. Program ini dikelompokkan menjadi lima program kerja utama, namun memiliki satu konsep yang sama. Yaitu penciptaan tari maskot desa Ayunan, yang juga meliputi penciptaan musik pengiring tari maskot dan perancangan kostum tari maskot tersebut; penciptaan lagu desa Ayunan; perancangan merchandise desa Ayunan; perancangan monumen desa wisata Ayunan; serta penciptaan video dokumentasi yang menampilkan potensi desa Ayunan. Lima program ini berjudul “Panca Pesona Desa Wisata Ayunan”, lima program kerja dengan harapan hasil yang mempesona, sebagai upaya mendukung desa Ayunan mencapai salah satu visinya. Program kerja ini juga sekaligus sebagai program unggulan yang merupakan salah satu luaran wajib KKN ISI Denpasar tahun 2018. Penciptaan program Panca Pesona Desa Wisata Ayunan ini tidak lepas dari riset, permintaan dan persetujuan aparat desa setempat, serta bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan metode pengumpulan data berdasarkan wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan analisis foto dan video. Adanya relevansi antara program desa Ayunan dan program kerja Panca Pesona Desa Wisata Ayunan, memunculkan hubungan timbal balik yang saling membutuhkan dan menguntungkan antara pihak desa dan mahasiswa KKN. Sehingga program dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.Base on work plan program by the head of community Ayunan village which is proclaimed to achieve as a tourist village on 2020, hence cooperation between ISI Community Outreach Program (COP) with local government and social community is needed. Refer to mentioned program and base on ISI COP theme who wants to approve the region through superiority of art and culture, hence ISI COP participants raise creative ideas to support the purpose of community Ayunan village with collaboration between local government, social community and ISI COP. This program is divided into five main groups with the same concept. Namely Ayunan village dance mascot creation, theme song creation, merchandise designing, design of tourist village monument, video documentary creation that showing the potential of Ayunan village. These five programs are titled “Panca Pesona Desa Wisata Ayunan” five work programs in hopes of stunning result as an effort to support and improve Ayunan village to achieve one of their vision. This program is also as the leading program that was one of the mandatory contribution by ISI COP Denpasar 2018.  Panca Pesona Desa Wisata Ayunan could not be separated from research, request and approval from local government, and leading lecture. 
Rumah Kreatif Desa Musi Gerokgak Nyoman Lia Susanthi; Ni Kadek Dwiyani; I Kadek Puriartha
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4285.117 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.679

Abstract

Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Bali memiliki permasalahan ketenagakerjaan khususnya pengangguran atau disebut juga tuna karya. Hal tersebut berdapak pada tingginya angka kemiskinan di Kecamatan Gerokgak dibandingkan kecamatan lainnya. Salah satu desa di Kecamatan Gerokgak yang memiliki tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi adalah Desa Musi. Guna menampung aktivitas pemuda desa, maka Desa Musi memiliki Skaa Truna Truni (STT) Desa Musi yang bernama STT Budhi Adnyana. Namun organisasi kepemudaan desa tersebut tidak mampu secara maksimal menampung kegiatan kepemudaan. Untuk itu dilakukan kegiatan Pengabdian Kemitraan Masyarakat (PKM) yang bertujuan: (1) Membantu membuka lapangan pekerjaan baru di Desa Musi dengan nama Rumah Kreatif; (2) Menambah keterampilan foto dan video bagi pemuda Desa Musi; (3) Mendukung program Kecamatan Gerokgak sebagai daerah yang memiliki potensi pariwisata. Metode pengabdian dilakukan dengan sosialisasi, pelatihan, dan evaluasi. Dua aspek pengabdian yang dilakukan yaitu aspek keterampilan dan manajemen rumah kreatif. Hasil dari aspek keterampilan mereka memiliki kemampuan tambahan sebagai fotografer dan videographer. Dengan bantuan berupa kamera Canon 1300D mereka mampu membuat video profil Desa Musi sebagai media promosi desa. Pada aspek manajemen rumah kreatif, STT Desa Musi berhasil membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Musi dan proposal desain destinasi wisata di Desa Musi yang diberi nama Peken Bajang-Bajang.
Diskriminasi Gender dalam Perspektif Dokumenter Potret “Amerta Ning Sinar” Ni Kadek Dwiyani; Nyoman Lia Susanthi; I Kadek Puriartha
Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni Vol. 10 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.247 KB) | DOI: 10.31091/sw.v10i1.1931

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang diskriminasi gender yang berdampak pada keseimbangan hak dankewajiban perempuan Bali dalam fase sebagai seorang istri, menantu dan Ibu dari anak-anak mereka dalam perspektif visual denganformat dokumenter potret. Dokumenter potret “Amerta Ning Sinar” dengan pendekatan humanist memberikan visualisasi terkait perempuan Bali dan budaya patriarki yang memunculkan masalah dalam fase berumahtangga bagi perempuan Bali, yang justrumembuat posisi mereka sangat timpang dibandingkan dengan posisi suami mereka yang memiliki tingkat superior dalam budayapatriarki itu sendiri. Metode yang digunakan adalah metode penelitian qualitatif dengan pendekatan deskriptif dikolaborasikan denganteori diskriminasi gender (CIDA: 1997) dan Semiotika (Pierce dalam Piliang: 2018). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwadiskriminasi gender yang divisualisasikan dalam dokumenter potret “Amerta Ning Sinar” memiliki 4 indikator yang dari diskriminasigender melalui Marjinalisasi, Subordinasi, Kekerasan dan Beban Kerja dalam visual yang ditampilkan dalam film dokumenter“Amerta Ning Sinar” yang direpsentasikan melalui skema triadik Semiotika Pierce.
Original Soundtrack dan Scoring Film Televisi Drama-Musikal “Bung Karno di Bawah Pohon Sukun” Guntur Eko Prasetyo; Ketut Sumerjana; I Komang Darmayuda; Ni Wayan Ardini; I Komang Arba Wirawan; I Wayan Adnyana; Nyoman Lia Susanthi; Agustinus Sani Aryanto
Journal of Music Science, Technology, and Industry Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.4 KB)

Abstract

PENERAPAN TEKNIK DIEGETIC SOUND DALAM TATA SUARA FILM “SAMSARA” Agung Bima Susetyo Basuki; Nyoman Lia Susanthi; Gede Basuyoga Prabhawita
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 1 No. 1 (2021): Jurnal Calaccitra Juni 2021
Publisher : CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The film "Samsara" is a fictional film inspired by a creator's anxiety about the characteristics of bullying that is increasingly occurring in the social environment in Indonesia. In order to create a film work requires the formation of audio visual. This is what underlies the author to discuss the application of diegetic sound-taking techniques to create film works. The creation of the fictional film "Samsara" uses a qualitative method of creation. Data relating to the aforementioned problems were collected using interview, observation, and literature study techniques. The data collected above is sharpened with audio theory, diegetic dimension theory, and non-diegetic dimension theory. The creators made this theory as study material according to their use in answering several things that could support the message and mood in the film "Samsara". The application of diegetic theory in the film "Samsara" which emphasizes atmosphere or ambiance as well as dialogue, monologues and others can be a builder of atmosphere and time and space indicators of a scene based on the setting of a scene, meaning that if there is a visual of a scene, there must be a sound that is served from the scene, thus supporting the need for narrative and story telling films that make it easier for the audience to digest the scenes in the film through audio. The output of this final project is an action drama genre, with a duration of twenty-four minutes, and has a target age from adolescence to adulthood. The film "Samsara" is a 2k (2.39: 1) digital cinema standard with a resolution of 2048x858.