Haryanti, Novi Diah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

POTRET PEREMPUAN BALI SEBELUM DAN SESUDAH MENIKAH DALAM EMPAT CERPEN PENULIS BALI Nurzaimah, Nurzaimah; Haryanti, Novi Diah
GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ghancaran.v2i2.3904

Abstract

Cerpen Tiga Perempuan dan Pastu dalam kumpulan cerpen Akar Pule karya Oka Rusmini serta cerpen Sepasang Mata Dinaya Yang Terpenjara dan Nyoman Rindi dalam kumpulan cerpen Bukan Permaisuri karya Ni Komang Ariani adalah empat cerpen tentang perempuan Bali yang ditulis oleh perempuan Bali. Keempat cerpen tersebut berkisah tentang kehidupan perempuan Bali serta permasalahan yang dihadapinya berkenaan dengan sistem adat yang cenderung tidak memihak perempuan. Analisis terhadap keempat cerpen ini menggunakan metode sastra bandingan dan metode kualitatif dengan perspektif kritik sastra feminis. Tujuan analisis ini untuk mengetahui bagaimana kedua perempuan penulis Bali menggambarkan potret perempuan Bali, baik sebelum atau sesudah menikah dalam menghadapi berbagai ketidakadilan gender. Potret perempuan Bali yang belum menikah digambarkan mendapatkan ketidakadilan gender berupa stereotip, pelecehan seksual, kekerasan verbal, dan beban kerja ganda. Sedangkan potret perempuan Bali yang sudah menikah digambarkan mendapatkan ketidakadilan gender berupa marginalisasi, perselingkuhan, stereotip, kekerasan verbal, kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi, dan beban kerja ganda.
INVESTIGATING THE ADVANTAGES OF BILINGUALISM: MULTIDIMENSIONAL RESEARCH FINDINGS Gusti Putu Rustika Dewi; Putu Kerti Nitiasih; Luh Putu Artini; Ni Komang Arie Suwastini; Novi Diah Haryanti
ETERNAL (English, Teaching, Learning and Research Journal) Vol 7 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/Eternal.V72.2021.A13

Abstract

Bilingualism is a widely discussed phenomenon due to its rising trend in this globalization era. Many negative conclusions about bilingualism have been met with positive outcomes from recent studies. This study was library research aimed at exploring the advantages of bilingualism in terms of cognitive, socio-emotional, as well as academic and career advantages of bilingualism as proven by previous studies published in reputable international journals indexed by Scopus or WoS from 2015 to 2020. The critical review revealed that bilingualism provides cognitive, socio-emotional, academic and career advantages. In terms of cognitive advantages, bilingualism contributes to better executive functioning and working memory and delaying the cognitive aging disease. Socio-emotionally, bilingualism promotes self-confidence, empathy, friendliness, communicative skills, and a more open-minded attitude toward cultural differences, respect toward speakers of other languages. Academically, bilinguals show higher achievement, while career-wise, there is a high preference for companies to hire bilinguals and a high possibility of getting promotions. These conclusions imply that early exposure to bilingualism provides opportunities for children to develop their cognitive and socio-emotional better that contribute to their academic and career.
BIDADARI DAN SI PENGGODA REPRESENTASI TOKOH-TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL STUDENT HIDJO Novi Diah Haryanti
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3104.723 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v4i1.7002

Abstract

Abstract: This paper examines the representation of women characters in the novel “Student Hidjo” (SH) and how the world of movement affects Mas Marco Kartodikromo in creating his female characters. In his depiction of the female character, Marco uses the European (Dutch) and the Javanese, or in post colonial terms the West (Dutch) and East binary opposition. By re-reading this literary work, it appears that Marco portrayed the native female character as angel while the Dutch female character as vampish. Marco also shows that European woman is not always perfect, independent, and superior, while the native woman is not always weak, ignorant, left behind, dan only thinking about the affairs of love (household).   Abstrak: Tulisan ini akan mengulas bagaimana representasi tokoh-tokoh perempuan dalam novel Student Hidjo (SH) dan bagaimana dunia pergerakan mempengaruhi Mas Marco Kartodikromo dalam menciptakan tokoh perempuan. Dalam menggambarkan tokohnya, Marco menggunakan oposisi binner Eropa (Belanda) dan Jawa atau dalam istilah pascakolonial Barat/Timur. Melalui hasil re-reading terhadap karya tersebut tampak bahwa Marco mencitrakan perempuan pribumi sebagai bidadari sedangkan perempuan Belanda sebagai si penggoda. Lewat Student Hidjo Marco memperlihat bahwa perempuan Eropa tak selamanya sempurna, mandiri, dan superior sedangkan perempuan pribumi tak selalu lemah, bodoh, tertinggal, dan hanya memikirkan urusan cinta (rumah tangga). Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/dialektika.v4i1.7002
POLA NARASI PADA ANTOLOGI CERPEN TARIAN SALJU KARABAN Novi Diah Haryanti
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 6, NO 1 (2019)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3929.212 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v6i1.12767

Abstract

Abstract: This study aims to look at narrative patterns in the collection of short stories "Karaban Snow Dance" (TSK). From the fifteen short stories, the researchers took five main stories, namely the Karaban Snow Dance (Tarian Salju Karaban), The Fall of a Leaf (Gugurnya Sehelai Daun),  Canting Kinanti Song (Tembang Canting Kinanti), Jagoan Men Arrived (Lelaki Jagoan Tiba), and Origami Pigeon (Merpati Origami). Of the five short stories, environmental themes and honesty appear most often. The place setting depicted shows the environment that is close to the author or according to the author's origin. The main characters in the four short stories are children, only one short story Male Hero Tiban (Lelaki Jagoan Tiban/LJK) who uses adult takoh as the main character. The child leaders in LJK only appear in the past stories of the main characters. The five short stories do not show a picture of whole parents (father and mother). The warm relationship between mother and child appears clearly, in contrast to the father-child relationship that is almost negligent. The five short stories also represent how children become heroes for their family, friends, and environment.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola narasi pada kumpulan cerpen Tarian Salju Karaban (TSK). Dari limabelas cerpen yang ada, peneliti mengambil lima cerpen utama yakni “Tarian Salju Karaban”, “Gugurnya Sehelai Daun”, “Tembang Canting Kinanti”, “Lelaki Jagoan Tiba”, dan “Merpati Origami”. Kelima cerpen menampilkan tema lingkungan dan kejujuran. Latar tempat yang digambarkan memperlihatkan lingkuangan yang dekat dengan penulis atau sesuai dengan asal usul penulis. Tokoh utama dalam keempat cerpen tersebut ialah anak-anak, hanya satu cerpen “Lelaki Jagoan Tiban” (LJK) yang menggunakan takoh dewasa sebagai tokoh utama. Tokoh anak dalam LJK hanya muncul dalam cerita masa lalu tokoh utama. Kelima cerpen tersebut tidak memperlihatkan gambaran orangtua utuh (ayah dan ibu). Relasi yang hangat antara ibu dan anak muncul dengan jelas, berbeda dengan relasi bapak-anak yang nyaris alpa. Kelima  cerpen tersebut juga merepresentasikan bagaimana anak-anak menjadi pahlawan bagi keluarga, sahabat, dan lingkungannya.  
KONSTRUKSI GENDER PADA NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQI Novi Diah Haryanti
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5393.975 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v2i2.3629

Abstract

Abstract: This paper shows the gender construction in the novel “Perempuan Berkalung Sorban” (PBS) – The Veil Neck Woman (VNW) by Abidah El Khalieqi. The method used in this paper is a qualitative description. Based on the analysis, there are two gender constructions in the text, namely the religion and community constructions. Both are interconnected so that it makes biased between religion and society. The gender construction and patriarchal culture make women vulnerable to the violence, which are in the novel VNW including rape, sexual abuse/sexual and emotional harassment, veiled violence, acts of beating, and physical attacks that occurred in the household. Abstrak: Tulisan ini memperlihatkan konstruksi gender dalam novel Perempuan Berkalung Sorban (PBS). Metode yang dipakai dalam tulisan ini ialah deskripsi kualitatif. Berdasarkan analisis terdapat dua kontsruksi gender yang terdapat dalam teks, yaitu konstruksi yang dibangun agama dan konstruksi yang dibangun oleh masyarakat. Keduanya saling berhubungan sehingga konstruksi tersebut menjadi bias antara agama dan masyarakat. Konstruksi gender dan budaya patriaki tersebut membuat perempuan rentan terhadap kekerasan, yang dalam novel PBS diantaranya tindak perkosaan, pelecehan seksual/sexual and emotional harassment, kekerasan terselubung, tindakan pemukulan, dan serangan fisik yang terjadi dalam rumah tangga. Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/dialektika.v2i2.3629 
Hubungan antara Sampul dan Isi Novel Raumanen: Kajian Sastra Bandingan Malik Abdul Karim; Novi Diah Haryanti
UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra Vol 17, No 1 (2021): UNDAS
Publisher : Balai Bahasa Kalimatan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/und.v17i1.3600

Abstract

Sudah hampir lima puluh tahun usianya, Raumanen karya Marianne Katoppo yang ditulis pada 1975 nyatanya masih eksis hingga sekarang. Bahkan, pada 2018 ia baru saja diterbitkan ulang oleh penerbit besar Grasindo. Terbitan terbarunya dihiasi dengan desain sampul yang cantik dan menyenangkan berbanding terbalik dengan kisahnya yang pahit dan pedih. Tulisan ini melihat bagaimana perempuan tahun 1960-an direpresentasikan kembali melalui sampul barunya yang bergaya khas melenial. Konten novel Raumanen dikaji dengan teori representasi dan ditemukan bahwa, novel tersebut merepresentasikan perempuan kalah. Sampulnya dikaji dengan teori semiotika Peirce dan ditemukan bahwa, sampul turut merepresentasikan perempuan yang kalah, melalui visualisasi kematian tokoh perempuan. Dengan demikian kedua korpus tersebut memiliki hubungan yang saling menguatkan suatu representasi identitas perempuan dalam Raumanen.It’s almost fifty years old, Marianne Katoppo's novel titled Raumanen that written in 1975 is still in existence today. Even it had just been republished by the major Grasindo publisher at 2018. Its latest version is adorned with a beautiful and pleasing cover design, that opposed to its bitter and poignant story. This paper examines how women in 1960s are represented again through the new millennial-stylized cover. Raumanen's content was studied with Stuart Hall’s representation theory and it was found that the novel represented a woman who lost. On the other hand, Raumanen's cover was studied with Peirce's semiotic theory and it was found that the cover also represented a woman who lost, through the visualization of a female character’s death. Thus the two corpuses have a mutually reinforcing relationship to represent women's identity in Raumanen. 
Pesantren, Perempuan, dan Subaltern dalam Perempuan Berkalung Sorban dan Hati Suhita Novi Diah Haryanti; Farah Nur Fakhriyah
SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2020): September (Special Theme)
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.951 KB) | DOI: 10.15642/suluk.2020.2.2.140-149

Abstract

This study aims to describe the phenomenon of matchmaking among pesantren. Abidah El Khalieqy's novel Perempuan Berkalung Sorban and Khilma Anis' Hati Suhita are the objects of study. The method used is descriptive qualitative. The data collection technique is done by analyzing the data interpretation. The type of data collected is a library. The approach used is sociology of literature. The data discussed in this study include: (1) comparison of the narrative structure of the two novels above, (2) matchmaking at the pesantren in the two novels, (3) matchmaking between two people and two pesantren, and (4) marriage satisfaction.Research result show Matchmaking in pesantren is usually done because of the interests or goals that benefit one of the parties. MatchmakinginThe two novels originated from compulsion that led to divorce and sadness, especially on the part of women.
DAMPAK REVOLUSI INDONESIA PADA NASKAH DRAMA TITIK-TITIK HITAM DAN NASKAH DRAMA AWAL DAN MIRA Fanisa Qorina Zahro; Novi Diah Haryanti
JURNAL KONFIKS Vol 7, No 1 (2020): KONFIKS
Publisher : LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/konfiks.v7i1.3309

Abstract

Penelitian ini bertujuan memperoleh pengetahuan tentang dampak revolusi Indonesia yang dikisahkan melalui sastra dan seni, salah satunya adalah drama. Kemerdekaan Indonesia ternyata tidak menjadikan negara ini seutuhnya merdeka. Banyak pengorbanan yang kembali harus diperjuangkan pascakemerdekaan, sebab kerajaan Belanda masih ingin menjajah dan menguasai Indonesia yang saat itu baru saja memproklamasikan kemerdekaan. Peralihan sistem ketatanegaraan menjadi negara yang merdeka dan perebutan kekuasaan antara Indonesia dengan Belanda menimbulkan sejumlah konflik dan peristiwa. Peperangan, perundingan, pemberontakan, dan pembunuhan terjadi saat itu. Sejarah mencatat masa kelam itu, namun di tangan para sastrawan peristiwa tersebut dikemas dengan tampilan yang berbeda. Salah satunya adalah Nasjah Djamin dan Utuy Tatang Sontani. Keduanya mengangkat kisah-kisah manusia yang mengalami kesakitan dan penderitaan akibat revolusi yang kemudian disuguhkan untuk mengenang bagaimana arti kemerdekaan yang sesungguhnya melalui karya-karyanya.
Revolusi dalam Dua Novel Indonesia : Sebuah Bandingan Ahmad Bahtiar; Rosida Erowati; Novi Diah Haryanti
Buletin Al-Turas Vol 25, No 2 (2019): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.229 KB) | DOI: 10.15408/bat.v25i2.10228

Abstract

Penelitian ini beranjak dari permasalahan bagaimana gambaran masa revolusi fisik serta pengaruhnya terhadap masyarakat yang diungkapkan melalui tokoh-tokohnya dalam dua novel Indonesia yaitu Jalan tak Ada Ujung  karya Mochtar Lubis (1952) dan Pulang  karya Toha Mohtar (1957). Untuk itu, tujuan penelitian ini mengetahui gambaran masa revolusi serta pengaruhnya terhadap tokoh  dalam kedua novel tersebut. Sebagai strategi pembacaan digunakan  pendekatan Sosiologi Sastra serta metode naturalistik.  Dari latar waktu, tempat, sosial, dan budaya yang tampil pada kedua novel tersebut, diperoleh sejumlah informasi gambaran  masa itu yang ditampilkan pengarang.  Temuan dalam penelitian adalah kedua novel tersebut  mengungkapkan  gambaran revolusi yang berbeda. Novel Jalan Tak Ada Ujung menggambarkan masa penting dalam revolusi yang menampilkan kondisi sosial yang tidak jelas.  Kondisi tersebut melahirkan tokoh yang semakin degradatif secara moral dan spiritual. Sedangkan Pulang menampilkan gambaran masa-masa tenang setelah tidak lagi terjadi konflik-konflik fisik. Namun, ketenangan tersebut menyimpan memori konflik yang mengganggu hubungan sosial dalam mengisi kemerdekaan.  This article discusses about the problem of how the physical revolution and its influence on society were portrayed through its characters in Indonesian novels. The novel full of information at that time is the Way of No Edge by Mochtar Lubis and Pulang by Toha Mohtar. Two approaches, the Sociology of Literature approach and naturalistic methods are used to reveal new meanings and produce different interpretations. From the setting of time, place, social, and cultural background that appears in the two novels, there are a number of information and descriptions of the period that the author displays. The results of the analysis reveal a different picture of the revolution between the two novels. Novel Jalan Tak Ada Ujung describes an important period in maintaining independence so that it displays social conditions that are not clear. This condition gives birth to figures who are increasingly morally and spiritually degradative. Whereas Pulang shows a picture of calm times after no physical conflicts occur. However, this calm saves a memory of conflicts that disrupt social relations in filling independence.
REPRESENTASI KEISLAMAN PADA PANTUN ACEH DAN MINANGKABAU: SEBUAH STUDI PERBANDINGAN Syifa Ul Qalbi; Novi Diah Haryanti
Kelasa Vol 16, No 1 (2021): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v16i1.172

Abstract

Tulisan ini akan mengulas bagaimana representasi keislaman masyarakat Aceh dan Minangkabau melalui pantun dan apa saja yang menjadi kesamaan juga perbedaan di antara pantun tersebut. Objek yang akan dianalisis ialah 4 pantôn Aceh yaitu Meuroe Raya, Pitrah-Pitruh, Peuturot Angen, dan Langkah ditulis oleh Razali Abdullah dan 3 pantun Minangkabau yaitu Sumbayang, Rukun Islam, dan Rajo Nan Tigo Selo yang dikumpulkan oleh N.M Rangkoto. Metode yang dipakai dalam tulisan ini adalah deskripsi kualitatif dan pendekatan sastra bandingan. Hasil penelitian memperlihatkan pantun Minangkabau dan pantôn Aceh memiliki ajaran keislaman untuk disampaikan kepada masyarakat. Namun, pada pantôn Aceh representasi keislaman lebih memfokuskan kepada hal-hal yang berhubungan dengan peringatan atau upacara dan mengambil sebuah ayat atau hadis, kemudian diubah berbentuk pantun agar dapat diterima oleh seluruh kalangan masyarakat. Sedangkan pantun Minangkabau banyak menyatakan bahwasanya adat Minangkabau selaras dan sejalan dengan syariat Islam. Pantun-pantun Minangkabau juga lebih banyak membicarakan tentang hal keseharian yang wajib dilakukan oleh umat Islam seperti salat dan mengingatkan tentang rukun Islam. Pantun Minangkabau dalam representasi keislamannya lebih bersifat hal umum yang mesti diingat dan dijalankan oleh umat muslim.Kata-kata kunci: Pantôn Aceh, Pantun Minangkabau,Tradisi Islam, Sastra Bandingan