Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pemanfaatan Tanah Pekarangan (PTP) untuk Konservasi dan Wirausaha Agribisnis di Kelurahan Kedung Pane Kota Semarang Sugiarso Sugiarso; Agus Riyadi; Rusmadi Rusmadi
Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan Vol 17, No 2 (2017)
Publisher : LP2M of Institute for Research and Community Services - UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.512 KB) | DOI: 10.21580/dms.2017.172.2433

Abstract

Community empowerment activity through Lecturer Dedication Program (KPD) utilization of yard for conservation and agribusiness this is the first step to stimulate the growth of spirit of self-help and community participation. KPD program is a step to build the foundation for a social change that led to empowering society (empowering society). Some changes that have been achieved through this KPD program are: 1) The occurrence of mental attitude changes and mindset (mindset) and entrepreneurial spirit on the subject of assistance, so that they are aware of the local potential around him that can be developed into a high value commodity. 2) The occurrence of changes and the creation of habituation of the working patterns of the targeted subjects which put forward the concept of hard and intelligent work, which in the end is expected to increase productivity. 3) The birth of assisted subjects who have a set of knowledge and skills (life skills) to develop local potentials into commodities of production with higher selling value. Kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program Karya Pengabdian Dosen (KPD) pemanfaatan pekarangan untuk konservasi dan agribisnis ini merupakan langkah awal untuk merangsang tumbuhnya semangat swadaya dan partisipasi masyarakat. Program KPD merupakan tahapan untuk membangun pondasi bagi sebuah perubahan sosial yang berujung pada pemberdayaan masyarakat (empowering society). Beberapa perubahan yang sudah dicapai melalui program KPD ini adalah: 1) Terjadinya perubahan sikap mental dan pola pikir (mindset) dan jiwa entrepreneur pada subyek dampingan, sehingga mereka sadar akan adanya potensi lokal di sekelilingnya yang bisa dikembangkan menjadi komuditas yang bernilai jual tinggi. 2) Terjadinya perubahan dan terciptanya habituasi pola kerja subyek dampingan yang mengedepankan konsep kerja keras dan cerdas, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan produktifitas. 3) Lahirnya subyek dampingan yang memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan (life skill) untuk mengembangkan potensi lokal menjadi komoditas hasil produksi yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
SUNAT PADA ANAK PEREMPUAN (KHIFADZ) DAN PERLINDUNGAN ANAK PEREMPUAN DI INDONESIA: Studi Kasus di Kabupaten Demak Jauharotul Farida; Misbah Zulfa Elizabeth; Moh Fauzi; Rusmadi Rusmadi; Lilif Muallifatul Khorida Filasofa
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 3 (2017): Oktober 2017
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.18 KB) | DOI: 10.21580/sa.v12i3.2086

Abstract

Female circumcision is one of the continuing practices in some countries of Africa, Europe, Latin America, and Asia, including Indonesia. In Arab, tradition of female circumcision has been widely known before the Islamic period. While in Indonesia, some areas practicing female circumcision include Java, Madura, Sumatra, and Kalimantan. This research used qualitative-ethno­graphic method. Data were collected through in-depth interviews to the traditional birth attendants who performed circumcision and to the baby's parents who sent their children for circumcision. In addition, Focus Group Discussion (FGD) involving medical personnel (doctors and midwives), traditional birth attendants, the parents, community leaders, religious leaders, academics, and government, was also conducted to explore the data. Then, the obtained data were analyzed by using descriptive analytical technique. The result shows that the practice of female circumcision in Demak Regency was done in 2 ways, namely symbolically and truly. Symbolically means that the practice of female circumcision was done by not cutting a female genital part, ie clitoris, but using substitute media, namely turmeric. On the other hand, the real meaning means that female circumcision was actually done by cutting little tip of the clitoris of a daughter. The time for practicing female circumcision in Demak regency was generally coincided with Javanese traditional ceremonies for infants / young children. The purpose for the daughters was in order to become sholihah and be able to control their lusts (not become "ngintil kakung" or hypersexual). Indeed, the motivation to practice this tradition is to preserve the ancestral tradition and to implement the religious command._________________________________________________________Sunat perempuan merupakan salah satu praktik yang saat ini masih dilakukan di beberapa negara di Afrika, Eropa, Amerika Latin, dan juga di Asia, termasuk Indonesia. Pada masyarakat Arab, tradisi sunat perempuan sudah dikenal luas sebelum periode Islam. Sementara Indonesia, beberapa wilayah yang mempraktikan sunat perempuan meliputi Jawa, Madura, Sumatera, dan Kalimantan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-etnografis. Teknik pengumpulan data: Wawancara mendalam dengan dukun bayi yang melakukan sunat dan juga orang tua bayi yang mensunatkan anaknya. Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan tenaga medis (dokter dan bidan), dukun bayi yang melakukan sunat per­empuan, orang tua anak yang disunat, tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, dan pemerintah.Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif-analitis Pada masyarakat di Kabupaten Demak. Praktik sunat perempuan pada Kabupaten Demak dilakukan de­ngan 2 cara, yakni secara sim­bolik dan secara sesungguhnya. Yang dimaksud secara simbolik adalah praktik sunat perempuan dilaku­kan tidak dengan memotong se­bagain anggota kelamin per­empuan, yakni klitoris, melainkan menggunakan media peng­ganti, yakni kunyit. Sedangkan yang di­maksud secara sesungguhnya ada­lah bahwa sunat perempuan benar-benar dilakukan dengan cara memotong sebagian kecil ujung klitoris anak perempuan. Waktu pelaksanaan sunat perempuan di masya­rakat Kabupaten Demak pada umumnya bersamaan dengan upacara-upacara adat Jawa untuk bayi/anak kecil. Tujuan dilakukan sunat perempuan bagi masyarakat di Kabupaten Demak adalah agar anak perempuan tersebut menjadi anak shalihah dan dapat mengendali­kan nafsu syahwatnya agar tidak “ngintil kakung” (hyperseks). Motivasi men­jalankan tradisi sunat perempuan bagi masyarakat di Kabupaten Demak menjalankan tradisi leluhur dan menjalankan perintah agama.
Simple Feasibility Analysis Of Nitrogen-Fixing Cereals Project Tara Puri Ducha Rahmani; Dian Aruni Kumalawati; Dian Ayuning Tyas; Dian Triastari Armanda; Rusmadi Rusmadi
Al-Hayat: Journal of Biology and Applied Biology Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ah.v3i2.6082

Abstract

Nitrogen does not directly have advantages in human physiology system, but it holds one of the most critical roles in plants’ life cycle and productivity. Even though Nitrogen is the most abundant elements in the atmosphere, it is also the most deficient essential nutrients in plants. The proposed idea of the nitrogen-fixing GM crops, particularly wheat, is aimed to overcome those stated cons of the traditional diculture and nitrogen fertilizer. This analysis focus on the overview as well as the pro and cons of the genetically modified nitrogen-fixing plants in providing a better agricultural method. The genetically modifying method to generate a nitrogen-fixing non-legumes carries a significant chance of failure results and hindrance. The multilevel implication occurs when we need to modify the plants that not normally produce nodules in their roots to form the nodules and to modify the Nitrogen-fixing microbes to live in the nodules of non-legumes, which are not their natural dwelling places.In conclusion, the genetically modified crops project to fix their Nitrogen is feasible, but the difficulties and the funds needed still outweigh the benefits obtained in the future. With all of those limitations, the target goal to erase famine in 2050 just by funding the nitrogen-fixing wheat alone seems to be too high to be reached. The funds and efforts should be better spent on other factors and farming methods.
Optimalisasi Manajemen SDM dan Digitalisasi pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Kabupaten Kendal Jawa Tengah Anis Fittria; Ali Imron; Rusmadi Rusmadi; Ubbadul Adzkiya’
Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan Vol 22, No 1 (2022)
Publisher : LP2M of Institute for Research and Community Services - UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.636 KB) | DOI: 10.21580/dms.2022.221.9687

Abstract

Bumdes sebagai sebuah badan usaha milik desa memiliki tujuan utama untuk menggerakkan ekonomi desa sehingga mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 tahun 2021 Pasal 1 mengamanatkan Bumdes untuk mengembangkan produktivitas dan investasi desa. Meskipun begitu, masih banyak Bumdes yang belum berkembang. Salah satunya adalah Bumdes di kabupaten Kendal Jawa Tengah, yakni Bumdes Rizki Amanah, Desa Tambahrejo kecamatan Pageruyung yang masih tergolong sebagai Bumdes rintisan (bintang 1). Padahal Bumdes Rizki Amanah memiliki beberapa unit usaha seperti pembayaran listrik dan air, toko kelontong, persewaan lapangan bulu tangkis, serta koperasi simpan pinjam. Tujuan utama dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan skala usaha (scale up) pada Bumdes yang berada di kabupaten Kendal. Metode pengabdian masyarakat ini adalah Asset Based Community Development (ABCD) yang memberikan perhatian pada inventarisasi asset yang ada dalam sebuah masyarakat yang dianggap mendukung aktivitas pemberdayaan. Dari kegiatan pengabdian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa faktor utama dari kurang berkembangnya Bumdes di kabupaten Kendal adalah kurang optimalnya menejemen SDM dan digitalisasi yang digunakan. Dengan demikian, pengabdian dilakukan dengan memberikan pengetahuan spesifik tentang pengelolaan yang optimal dan efektif dalam Bumdes. Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam upaya optimalisasi SDM dan digitalisasi yang membutuhkan rangkaian kegiatan lanjutan untuk mendorong Bumdes di Kendal menjadi Bumdes berkembang (bintang 2). Village Owned Enterprises (Bumdes) as a village-owned business entity, aims to move the village economy so that it can realize community welfare. Government Regulation (PP) Number 11 of 2021 Article 1 mandates Bumdes to be able to develop village productivity and investment. However, many Villages Owned Enterprises (Bumdes) can’t develop well. One of them is that in Kendal district, Central Java, namely the Rizki Amanah Bumdes, in the village of Tambahrejo, Pageruyung district, which is still classified as stub Bumdes (1 star). Moreover, Rizki Amanah Bumdes has several business units such as electricity and water payments, grocery stores, badminton court rentals, and savings and loan cooperatives. The primary goal of this community empowerment activity is to scale up the Bumdes located in Kendal. The method used in this community empowerment activity is Asset Based Community Development (ABCD) which focused on inventorying assets belonging to the societies. From those activities, found some problems in developing Rizki Amanah Bumdes, which are the non-well-managed human resources and poor digitalization in promoting the Bumdes. Therefore, these activities are managed to give them some specific knowledge in empowering available resources and optimizing effective management. This is just the first step that needs more continued activities to support the Village Owned Enterprises (Bumdes) to encourage Bumdes to become a developing Bumdes (2 stars).