Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP TERHADAP HOMOSEKSUAL PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SYIAH KUALA Annisa Farahdina Hasyim; Kartika Sari
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 5 No. 2 (2017): August
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.681 KB) | DOI: 10.22219/jipt.v5i2.4558

Abstract

Sikap mahasiswa terhadap homoseksual dapat memengaruhi perkembangan homoseksual. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi sikap mahasiswa terhadap homoseksual adalah religiusitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap homoseksual pada mahasiswa Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini  menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel proportionated stratified random sampling dengan jumlah 391 responden (101 laki-laki dan 290 perempuan). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Skala Religiusitas yang disusun berdasarkan teori Hamzah, dkk dan Skala Sikap terhadap Homoseksual yang disusun berdasarkan teori sikap Fishbein dan Ajzen. Hasil analisa data menggunakan Spearmen Rho menunjukkan koefisien korelasi (R) sebesar -0,180 dengan nilai p = 0,000 (p< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan sikap terhadap homoseksual. Artinya, semakin tinggi religiusitas mahasiswa maka semakin negatif pula sikapnya terhadap homoseksual ataupun sebaliknya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas tingkat religiusitas mahasiswa Universitas Syiah Kuala tergolong dalam kategori tinggi (98,72%) dan sikap terhadap homoseksual berada pada kategori negatif (95,40%).Kata kunci: religiusitas, sikap terhadap homoseksual, mahasiswa Universitas Syiah Kuala  Student’s attitudes toward homosexual may influence the development of homosexual. One of the factors that influence student’s attitude toward homosexual is religiosity. The purpose of this study was to examined the relationships between religiosity and attitudes toward homosexual among Syiah Kuala University students. This study used the quantitative approach using proportionated stratified random sampling techniqued. The sample consisted of 391 students (101 male and 290 female). The data was collected using two scales which were the Scale of Religiosity based on Hamzah, et al religiosity theory and the Scale of Attitude toward Homosexuality based on Fishbein and Ajzen attitude theory. The result of data analysis used Spearmen Rho correlation showed that correlation coefficient (R) = -0,180 with significance value p = 0,000 (p < 0,05). This indicated that there was a negative relationship between religiosity and attitude toward homosexual. It meant that the higher level of religiosity was followed by the negative attitude toward homosexual and vice versa. The result also showed that most of the Syiah Kuala University students had high level of religiosity (98,72%) and had negative attitude toward homosexuality (95,40%).Keywords: religiosity, attitude toward homosexual, Syiah Kuala University student
Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Dokter Gigi Muda Dan Perawat Gigi Muda Saat Menghadapi Pasien Rini Julistia; Kartika Sari; Arum Sulistyani
Jurnal Online Psikogenesis Vol 4, No 1 (2016): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jps.v4i1.519

Abstract

Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang dialami individu ketika berfikir mengenai sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi, sehingga menimbulkan perasaan takut, kehati-hatian dan kewaspadaan. Salah satu faktor yang membedakan tingkat kecemasan yaitu lingkungan belajar.Perbedaan lingkungan belajar ini ditemukan pada dokter gigi muda dan perawat gigi muda.Lingkungan belajar dokter gigi muda memiliki tuntutan tinggi dan penuh dengan tekanan jiwa, seperti, kurikulum materi yang menuntut dokter gigi muda untuk memiliki bermacam-macam kemampuan dan keahlian, termasuk kemahiran dalam pengetahuan teori, kompetensi klinik, dan keterampilan. Sementara itu, pada lingkungan belajar perawat gigi muda terdapat beban kerja yang lebih bersifat fisik seperti melakukan perawatan ringan, merapikan kursi dental, dan  mensterilkan alat-alat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada dokter gigi muda dan perawat gigi muda saat menghadapi pasien.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik proportional sampling. Jumlah keseluruhan subjek penelitian adalah 200 orang, yang terdiri dari 100 orang dokter gigi muda dan 100 orang perawat gigi muda. Data dikumpulkan melalui skala kecemasan yang terdiri dari 28 pernyataan.Analisis data menggunakan teknik Mann-Whitney dengan hasil Z yang di peroleh yaitu sebesar -4,242 dan harga P sebesar 0,000 (P0,05). Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada dokter gigi muda dan perawat gigi muda saat menghadapi pasien.
Tingkat Smartphone Addiction pada Penduduk di Kota Banda Aceh Rita Fathya; Kartika Sari; Marty Mawarpury; Afriani Afriani
JURNAL PSIKOLOGI Vol 16, No 2 (2020): Jurnal Psikologi
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jp.v16i2.9794

Abstract

The use of smartphones is a basic necessity at this time, but excessive use can lead a bad impact, one of them is smartphones addiction. Smartphone addiction is a form of attachment to smartphones that allows social problems such as withdrawal and daily disturbance. This study aims to determine the level of smartphone addiction on society in Banda Aceh. Using a quantitative design with a survey method, the respondents of this study were 500 people, with sample collection techniques using unrestricted self-selected surveys. Research data collection was obtained using adaptation the Smartphone Addiction Scale Short Version (SAS-SV) by Kwon, dkk. Based on the results of the study it can be seen that the level of smartphone addiction in the population on Banda Aceh society not much different, there are 51.4% subjects with low smartphone addiction levels and 48.6% subjects with high smartphone addiction levels. Chi Square test results showed that there are several demographic variables that contributed to smartphone addiction level (p<0.05), age, education level, occupation, duration of smartphone use on single day, and frequency of smartphone check on single day.
Consideration of Future Consequences Berdasarkan Pengalaman Melakukan Hubungan Seksual Pranikah pada Remaja Akhir Khairatun Hisan; Kartika Sari
Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Faculty of Psychology and Health - Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2975.66 KB) | DOI: 10.21580/pjpp.v2i2.2448

Abstract

Abstract: The purpose of this study is to determine consideration of future consequences from their experience in sexual intercourse before marriage in late adolescences. The samples included 90 subjects which are consisted 45 subjects who had sexual intercourse before marriage and 45 subjects who did not have sexual intercourse relations before marriage. The data are collected by using Consideration of Future Consequences Scale 14, which was developed by Joireman, Shaffer, Balliet, and Strathman (2012). The results of data analysis in this study using independent sample t-test showed that there are differences in consideration of future consequences in the late adolescences in terms of their experience in premarital sexual intercourse {t (df) = -13.16 (88)}, p 0.05). It indicated that the late adolescences who had sexual intercourse before marriage have low CFC, whereas late adolescences who did not have sexual relations before marriage have higher CFC.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui consideration of future consequences berdasarkan pengalaman melakukan hubungan seksual pranikah pada remaja akhir. Penelitian ini melibatkan 90 subjek, yaitu 45 subjek melakukan hubungan seksual pranikah dan 45 subjek yang tidak melakukan hubungan seksual pranikah. Pengumpulan data menggunakan skala Consideration of Future Consequences Scale 14, yang dikembangkan oleh Joireman, Shaffer, Balliet, dan Strathman (2012). Hasil analisis data menggunakan independent sample t-test yang menunjukkan terdapat perbedaan consideration of future consequences pada remaja akhir ditinjau dari pengalaman melakukan hubungan seksual pranikah{t (df) = -13,16 (88)}, p 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa remaja akhir yang melakukan hubungan seksual pranikah memiliki CFC yang rendah sedangkan remaja akhir yang tidak melakukan hubungan seksual pranikah memiliki CFC yang tinggi.
Dukungan Sosial dan Penerimaan Diri Penderita Pascastroke Maya Khairani; Afriana Selvi; Kartika Sari
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 6 No 1 (2021): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V6I12021.53-62

Abstract

Penderita pascastroke mengalami perubahan fisik yang membuatnya menjadi lebih sensitif, sulit mengendalikan emosi, mudah putus asa, depresi sehingga tidak dapat menerima kelemahan dirinya. Oleh karenanya, penderita pascastroke membutuhkan dukungan sosial agar dapat menerima dirinya dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri pada penderita pascastroke. Penelitian melibatkan 75 penderita pascastroke dengan strategi incidental sampling. Untuk mengukur variabel penelitian, penulis menggunakan skala dukungan sosial dan skala penerimaan diri. Penulis menggunakan teknik korelasi Spearman’s rho untuk menguji hipotesis dan analisis data menunjukkan adanya korelasi yang positif dan cenderung moderat antara dukungan sosial dengan penerimaan diri pada penderita pascastroke. Artinya, pasien dengan dukungan sosial yang cenderung tinggi juga memiliki penerimaan diri yang lebih baik.
KEBERSYUKURAN PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Ajran Nura; Kartika Sari
Jurnal Ecopsy Vol 5, No 2 (2018): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ecopsy.v5i2.5041

Abstract

Menjalani peran sebagai ibu dari anak berkebutuhan khusus tidak hanya mendatangkan efek negatif pada psikologis ibu tetapi juga dapat memunculkan dampak positif seperti kebersyukuran. Kebersyukuran merupakan kecenderunganuntuk merespon dengan emosibersyukur terhadap kebaikan dan peran orang lain dalamhasilpositif yang dicapaiseseorang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebersyukuran pada ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah responden 4 orang dan data penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menemukan bahwa keempat responden bersyukur selama menjalani peran sebagai ibu dari anak berkebutuhan khusus. Bentuk kebersyukuran yang dirasakan oleh Responden 1 adalah menganggap kehadiran anaknya sebagai anugrah terbaik setelah bencana tsunami 2004. Selanjutnya Responden 2 juga bersyukur dengan prestasi anaknya di sekolah reguler. Bagi Responden 3, kehadiran anaknya membuat dirinya belajar untuk melihat kehidupan secara lebih positif. Sementara Responden 4 menjadikan setiap perkembangan yang ditunjukkan anaknya sebagai sumber kebersyukuran. Penelitian ini juga menemukan bahwa dengan bersyukur, ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus menjadi lebih sabar dan kreatif, merasakan emosi positif berupa senang dan bangga, semangat belajar untuk memahami kondisi anak, serta lebih menikmati hidup. Penelitian ini juga menemukan bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi kebersyukuran.
Hubungan Social Bond dengan Perilaku Membolos Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Se Kota Banda Aceh Izazakia Izazakia; kartika Sari
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Vol 2, No 2 (2017): Mei 2017
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.795 KB)

Abstract

ABSTRAKPerilaku membolos merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang paling banyak dilakukan oleh remaja di sekolah, hal ini disebabkan oleh lemahnya kontrol sosial. Kontrol sosial diartikan sebagai ikatan sosial antara individu dengan kelompok konvensional (seperti, sekolah) yang dapat mengendalikan perilaku individu agar sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan social bond dengan perilaku membolos pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Banda Aceh.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan gabungan dua teknik pengambilan sampel yaitu multi stage cluster dan disproportionate stratified random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 158 siswa/siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Banda Aceh. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kontrol sosial (School Bond) Libbey yang telah diterjemahkan dan disusun ulang oleh Adilla dan skala perilaku membolos yang disusun oleh peneliti.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment Correlation yang menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,595 dengan nilai (p) = 0,000 (p0,05). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara social bond dengan perilaku membolos pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Banda Aceh. Hal ini dapat diartikan semakin tinggi social bond maka semakin rendah perilaku membolos.  ABSTRACTTruant behavior is one of deviant behavior forms which is mostly found in school age children. It is believed this behavior is caused by a lack of social control. Social control is social bond among individual and conventional groups, such as schools. This bond has a power to control individual behavior in accordance with the existing norms applied in local society.This study was meant to find out the correlation between social bond and truant behavior of senior high school students in Banda Aceh.This study employed quantitative approach with mixed sampling techniques of multi stage cluster and disproportionate stratified random involving 158 senior high school students in Banda Aceh as research samples. The instrument used in this study was Libbey social bond scale control which was transplanted and rearranged by Adilla and truant behavior scale designed by the writer. Pearson Product Moment Correlation was chosen as data analysis method and it showed that correlation coefficient (r) was -0.595 with (p) = 0.000 (p0.05). The proposed hypothesis was accepted showing that there was a correlation between social bond and truant behavior of senior high school students in Banda Aceh. It suggested that the higher social bond, the lower truant behavior.  
Forgiveness pada Istri sebagai Upaya untuk Mengembalikan Keutuhan Rumah Tangga akibat Perselingkuhan Suami Kartika Sari
Jurnal Psikologi Vol 11, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.007 KB) | DOI: 10.14710/jpu.11.1.9

Abstract

Forgiveness merupakan sikap individu yang telah disakiti untuk tidak melakukan perbuatan balas dendam terhadap pelaku, tidak adanya keinginan untuk menjauhi pelaku, sebaliknya adanya keinginan untuk berdamai dan berbuat baik terhadap pelaku, walaupun pelaku telah melakukan perilaku yang menyakitkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran forgiveness pada istri sebagai upaya untuk mengembalikan keutuhan rumah tangga akibat perselingkuhan suami dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan istri memaafkan perselingkuhan yang dilakukan suami. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 2 orang yang masih bertahan dalam perkawinan. Karakteristik subjek adalah istri yang telah menikah minimal dua tahun, memiliki anak dari hasil perkawinan dan tingkat pendidikan minimal SMA. Hasil penelitian menunjukkan Kedua subjek belum dapat memaafkan sepenuhnya perselingkuhan yang dilakukan suami. Hal ini dikarenakan adanya rumination about transgression, yaitu kecenderungan subjek untuk terus menerus mengingat kejadian perselingkuhan suami, sehingga menghalangi dirinya untuk memaafkan. Oleh karena itu, perilaku pemaafan subjek terhadap perselingkuhan suami tergolong dalam dimensi Hollow Forgiveness, yaitu subjek dapat mengekspresikan secara konkret pemaafan melalui perilaku, namun sebaliknya ia belum dapat merasakan dan menghayati adanya pemaafan dalam dirinya. Subjek masih bertahan dalam perkawinan dikarenakan anak. Walapun pada subjek A ia masih bertahan dalam perkawinan dikarenakan alasan finansial yaitu ketergantungan secara ekonomi terhadap suami dan menganggap apabila ia bercerai belum tentu ia akan mendapatkan suami yang lebih baik dari suaminya sekarang.Kata kunci: forgiveness, perselingkuhan, rumah tangga
KELEKATAN DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL DI KOTA BANDA ACEH Putri Soraiya; Maya Khairani; Risana Rachmatan; Kartika Sari; Arum Sulistyani
Jurnal Psikologi Vol 15, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.712 KB) | DOI: 10.14710/jpu.15.1.36-42

Abstract

Any married couple willing to have satisfaction in their marriage. However, not all couples could achievesatisfaction in their marriage. The quality of marriage was determined by three attachments style; secureattachment style, avoidant attachment style, and anxiety attachments style. This study aimed to investigate therelationship between attachment and marital satisfaction for early adulthood in Banda Aceh. This study used purposive sampling technique and selected 120 subjects (27 male and 93 female), mean of age 30.75 years old, mean of age marriage was 5-7 years, mean of children is 2. Data collected using ENRICH Marital Satisfaction (EMS) which developed by Fowers and Olson (15 statements, α= .962), and attachment scale (consist of 30items) compiled by researcher based on the theory of Hazan and Shaver (secure attachment α= .864, avoidant α= .877, anxiety α= .691). The results showed that there is a positive and significant correlation between secure attachment and marital satisfaction (rxy=.455; p =.000; p< .001). The result also showed that there is a negative and significant correlation between insecure attachment and marital satisfaction (rxy avoidant = - .460 ; p= .000; p< .001, rxy anxiety = - .231 ; p= .011; p< .05). Among the three attachment, secure attachment style has the highest significant relationship with marital satisfaction. It meant that the higher score of secure attachment style obtained, the higher satisfaction obtained by these couples.
Hubungan Stres dan Kesejahteraan (Well-being) dengan Moderasi Kebersyukuran Erlis Manita; Marty Mawarpury; Maya Khairani; Kartika Sari
Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP) Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.955 KB) | DOI: 10.22146/gamajop.50121

Abstract

This study aimed to determine the correlation of stress and well-being with gratitude moderation in early adults in Aceh. The method of this research was carried out using a quantitative approach. This study involved 349 early adults (264 female, 85 male) with age range of 20-40 years (M = 22.20) selected through the nonprobability sampling method with incidental sampling techniques. Individual’s stress levels were measured using the Perceived Stress Scale, well-being was measured using the Warwick-Edinburgh Mental Well-being Scale, and gratitude was measured using the Skala Bersyukur Indonesia. Data were analyzed using moderated regression analysis to test the research hypothesis. The results showed that stress had a significant negative relationship to well-being (β1 = -0.788; p < 0.05), then gratitude was able to moderate the relationship of stress and well-being (β3 = 3.257; p < 0.05). This study showed that there was a correlation between stress and well-being with gratitude moderation. It meant that grateful people focus on things that are grateful for every day, so that the impact on low stress levels and can improve individual well-being.