Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN Meigalia, Eka; Putra, Yerri Satria
Aksara Vol 31, No 1 (2019): AKSARA, Edisi Juni 2019
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.002 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v31i1.331.55-68

Abstract

Ronggeang[1] Pasaman merupakan salah satu sastra lisan dari etnis Minangkabau yang berkembang di wilayah Pasaman. Tradisi ini masih hidup dan diapresiasi oleh masyarakat pendukungnya hingga saat ini. Dalam pertunjukannya, ronggeang (penari) dalam tradisi Ronggeang Pasaman ini dilakukan oleh laki-laki yang berdandan sebagaimana seorang perempuan. Namun dialektika antara adat dan agama di Minangkabau secara tidak langsung juga berdampak pada penerimaan masyarakat terhadap kehadiran mereka dalam pertunjukan. Untuk itu, tulisan ini akan memaparkan permasalah yang dihadapi oleh penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman berkaitan dengan dialektika antara adat dan agama di Minangkabau.. Dengan melalui proses penelitian yang bermetode etnografis dan kualitatif, data-data untuk tulisan ini diperoleh melalui proses pengamatan, wawancara, serta studi pustaka. Berdasarkan proses tersebut dapat dipahami bahwa kehadiran penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman merupakan hasil negosiasi dan adaptasi terhadap perbenturan budaya yang ada, yaitu Jawa dengan Minang. Juga perbenturan antara adat dan syarak yang dianut masyarakat Minangkabau.[1] Penulisan kata ronggeang di sini disesuaikan dengan pelafalan masyarakat Pasaman terhadap tradisi ini yang bagi mereka sendiri berbeda dengan tradisi ronggeng di Jawa.
SALAWAT DULANG ORAL LITERATURE AS A MEANS TRANSMISSION OF MINANGKABAU NOBLE VALUES CULTURE FROM GENERATION TO GENERATION (SASTRA LISAN SALAWAT DULANG SEBAGAI SARANA TRANSMISI NILAI-NILAI LUHUR KEBUDAYAAN MINANGKABAU DARI GENERASI KE GENERASI ) Meigalia, Eka; Wasana, Wasana; Putra, Yerri Satria
Jurnal Gramatika Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.039 KB) | DOI: 10.22202/jg.2019.v5i2.3388

Abstract

Sebagai salah satu sastra lisan di Minangkabau yang masih terus dipertunjukkan, salawat dulang telah mengalami banyak sekali perubahan. Aspek humor dan hiburan lebih ditonjolkan. Meskipun begitu, salawat dulang pada dasarnya mengandung nilai-nilai luhur kebudayan Minangkabau yang menjadikannya patut untuk terus diwariskan dan dipertahankan sebagai salah satu warisan budaya. Berdasarkan hal itu, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai luhur kebudayaan Minangkabau yang terkandung pada sastra lisan Minangkabau, salawat dulang. Untuk itu, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa pengamatan terhadap pertunjukan, wawancara, studi terhadap teks yang dituturkan, dan studi kepustakaan. Sedangkan kerangka teori yang digunakan adalah antropologi sastra lisan. Berdasarkan data dan hasil analisis, salawat dulang memiliki nilai-nilai yang lebih dari sekedar hiburan. Nilai-nilai luhur kebudayaan Minangkabau yang ditemukan adalah berbuat jasa, bekerja keras, dan menjunjung tinggi nilai egaliter dan solidaritas.
PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN Eka Meigalia; Yerri Satria Putra
Aksara Vol 31, No 1 (2019): AKSARA, Edisi Juni 2019
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.374 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v31i1.331.51-64

Abstract

Ronggeang[1] Pasaman merupakan salah satu sastra lisan dari etnis Minangkabau yang berkembang di wilayah Pasaman. Tradisi ini masih hidup dan diapresiasi oleh masyarakat pendukungnya hingga saat ini. Dalam pertunjukannya, ronggeang (penari) dalam tradisi Ronggeang Pasaman ini dilakukan oleh laki-laki yang berdandan sebagaimana seorang perempuan. Namun dialektika antara adat dan agama di Minangkabau secara tidak langsung juga berdampak pada penerimaan masyarakat terhadap kehadiran mereka dalam pertunjukan. Untuk itu, tulisan ini akan memaparkan permasalah yang dihadapi oleh penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman berkaitan dengan dialektika antara adat dan agama di Minangkabau.. Dengan melalui proses penelitian yang bermetode etnografis dan kualitatif, data-data untuk tulisan ini diperoleh melalui proses pengamatan, wawancara, serta studi pustaka. Berdasarkan proses tersebut dapat dipahami bahwa kehadiran penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman merupakan hasil negosiasi dan adaptasi terhadap perbenturan budaya yang ada, yaitu Jawa dengan Minang. Juga perbenturan antara adat dan syarak yang dianut masyarakat Minangkabau.[1] Penulisan kata ronggeang di sini disesuaikan dengan pelafalan masyarakat Pasaman terhadap tradisi ini yang bagi mereka sendiri berbeda dengan tradisi ronggeng di Jawa.
REKAMAN BENCANA DI SUMATERA BARAT DALAM LIRIK LAGU MINANG MODERN Eka Meigalia; Yerri Satria Putra; Wasana Wasana
Puitika Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.14.2.146--162.2018

Abstract

Tulisan ini menjelaskan fenomena munculnya lagulagu Minang modern yang bertema bencana ini sebagai karya dari penciptanya dan juga konten-konten yang dimuat dalam lirik lagu tersebut. Untuk itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan datanya adalah melalui transkripsi dan pencatatan syair lagulagu Minang yang bertema bencana untuk kemudian dianalisis dengan pendekatan sosiologi sastra serta analisis konten. Berdasarkan analisis, lirik lagu Minang yang bertema bencana merupakan salah satu bentuk luapan perasaan dan pandangan pengarang terhadap bencana. Terutama sekali sebagai bagian dari masyarakat yang terdampak secara langsung. Ada pun muatan yang terdapat dalam lirik lagu tersebut antara lain gambaran peristiwa, waktu, serta pesan terhadap masyarakat pendengar atau penikmat lagu.
TINJAUAN HUMOR DALAM PERTUNJUKAN SALAWAT DULANG Eka Meigalia
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 1, No 1 (2010): Jurnal Elektronik WACANA ETNIK
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v1.i1.1

Abstract

Perkembangan di bidang teknologi dan informasi saat ini telah menghadirkan berbagai alternatif hiburan kepada masyarakat. Hal itu membuat seni pertunjukan tradisi yang salah satu fungsinya memberi hiburan, mendapat tantangan. Agar tetap bertahan dan diminati oleh masyarakat, seni pertunjukan tradisi dituntut juga untuk memenuhi selera masyarakat.Salawat Dulang (SD) sebagai salah satu seni pertunjukan tradisi dari Minangkabau yang saat ini masih bertahan dan masih diminati oleh masyarakat. Pertunjukan SD ini masih banyak ditemui dan grup-grup SD ini pun masih terus bermunculan. Salah satu hal yang membuat seni pertunjukan ini bertahan adalah penyajian hiburannya. Bentuk hiburan tersebut salah satunya adalah penyajian humor-humor yang dapat memancing perhatian dan juga tawa dari penonton dan disesuaikan dengan selera penontonnya.Melalui penelitian ini penulis memaparkan bentuk-bentuk humor yang disajikan oleh tukang salawat dalam pertunjukannya. Pada dasarnya humor yang disajikan dalam pertunjukan SD adalah humor verbal, yaitu berupa permainan kata. Berdasarkan temanya, humor tersebut berisi sindiran, cemoohan terhadap penonton maupun grup lawan.
TEKA-TEKI MINANGKABAU: DOKUMENTASI DAN KLASIFIKASI Nahdatul Naumi; Yerri Satria Putra; Eka Meigalia
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 8, No 2 (2019): Jurnal Elektronik Wacana Etnik
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v8.i2.148

Abstract

Tulisaninimerupakanhasilpenelitianmengenaiteka-tekiyangada di KabupatenAgam, Sumatera Barat. Pentingnyapewarisansejakdinibergunauntukmempertahankanbahasadaerahmaupunkebudayaansetempat.Tujuannya adalahmendokumentasikandanmengklasifikasikanjenisdankategoriteka-tekiyangadadiKabupatenAgam.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan folklor,dan menggunakan tiga tahap penelitian. Pertama, tahap prapenelitian ditempat, kedua tahap penelitian di tempatyang sesungguhnya dan ketiga, carapembuatan naskah folklor untuk pengarsipan. Teknik pengumpulan data dilakukandengan studi lapangan, wawancara, pengujian kebenaran data wawancara, dan alatbantuanbagi dayapengamatan.Dari 80 data yang diperoleh, diklasifikasikan berdasarkan sifat dan terdapat tujuh kategoriumum yaitu:1) persamaan dengan makhluk hidup, terdapat tiga belas data 2) persamaandengan binatang, terdapat enam belas data ditambah satu data yang dipersamakan ke dalampersamaandenganmanusia,3)persamaandenganmanusia,terdapatdelapan belasdata,  ditambahsatudatayangdipersamakanke dalampersamaandenganbinatang4)persamaan dengan tanaman, terdapat empat data dan 5) persamaan dengan benda,terdapattiga puluh satu data.
Ronggeng di Minangkabau Eka Meigalia
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 4, No 2 (2013): Jurnal Elektronik WACANA ETNIK
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v4.i2.50

Abstract

Kata “ronggeng” merupakan kata yang identik dengan salah satu seni tradisi di Jawa. Akan tetapi, tradisi ronggeng ini juga dapat ditemukan di daerah lainnya di luar Jawa, salah satunya di Pasaman. Tradisi ini unik karena hidup dan tumbuh di daerah Pasaman, yaitu daerah  khas dengan percampuran budaya dari berbagai etnis. Hal itu tercermin pula dalam tradisi ronggeng yang ada di sana, yang dikenal dengan sebutan Ronggeng Pasaman.Tulisan ini memaparkan tradisi Ronggeng Pasaman dilihat dari konsep hibriditas. Hibriditas adalah konsep melihat bahwa setiap proses budaya mengandung percampuran dan interaksi lintas batas.Hibriditas dari tradisi ini pertama terlihat dari namanya yang mengambil nama dari tradisi ronggeng di Jawa. Kedua dari pelaku tradisi yang keseluruhannya adalah laki-laki karena mengadopsi tradisi di Minangkabau yang melarang perempuan tampil. Ketiga, mengambil tradisi berpantun di Melayu serta alat musik pengiring (seperti biola, akordion, dan sebagainya). Keempat, bahasanya adalah bahasa Minang dengan logat Pasaman dengan beberapa kosakata Mandailing.
PERIBAHASA MINANGKABAU DALAM MEME DI INSTAGRAM Melani Niko Sari; Wasana Wasana; Eka Meigalia
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 8, No 2 (2019): Jurnal Elektronik Wacana Etnik
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v8.i2.135

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan peribahasa Minangkabau dalam bentuk meme di Instagram. Menggunakan kajian semiotika, meme yang diperoleh terlebih dahulu dipilih dan dikelompokkan berdasarkan ragam visualnya. Dengan sampel yang diperoleh melalui tagar tertentu, diperoleh hasil ragam visual meme peribahasa Minangkabau dalam Instagram berbentuk tulisan dan meme dengan tulisan dan gambar. Meme berbentuk teks dan gambar dikelompokkan lagi dalam meme dengan gambar yang beranalogi dengan teks dan meme dengan gambar yang tidak beranalogi dengan teks. Secara keseluruhan meme peribahasa Minangkabau umumnya tidak hanya mampu untuk membangkitkan kembali nilai-nilai tradisional pada ungkapan tradisional masyarakat Minangkabau.
Pemaknaan terhadap Dendang Mengasuh Anak (Kajian Semantik) Kasmi Waldisen Manrates; Lindawati Lindawati; Eka Meigalia
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 7, No 1 (2018): Jurnal Elektronik Wacana Etnik
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v7.i1.75

Abstract

This paper aims to identify the type of semantic meaning and identify the meaning contained in the dendang lullabies.The methods and techniques used in this study consist of three stages: 1) methods and techniques for providing data, the referral method and the basic techniques which are tapping techniques and advanced techniques, Simak Libat Cakap (SLC) and recording; 2) data analyzed with translational methods: Pilah Unsur Penentu (PUP) technique. The results show cognitive meaning, connotative meaning, lexical meaning, and grammatical meaning in the object. The meaning contained implies useful in society, nationalism, life spirit, mastery of things, position in society, can eliminate the maternal disease, provident and pride.
Menelusuri Manusia Super dari Kesusastraan Tradisional Eka Meigalia
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 3, No 2 (2012): Jurnal Elektronik WACANA ETNIK
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v3.i2.37

Abstract

This research describe about the superhero people there are in the traditional literature. In Minangkabau traditional literature such as kaba, there are Cindua Mato, Anggun Nan Tongga, and Rambun Pamenan. But they are not familiar, especially for the young generation. This is happen because there no other type from kaba which is easy to understand by the young generation.