Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Pelestarian Dukun Buntula’bi Balusu sebagai Warisan Budaya Di Kabupaten Toraja Utara Timang, Vica Vanessa Sesaryo; Antariksa, Antariksa; Ari, Ismu Rini Dwi
Jurnal Penataan Ruang Vol 11, No 1 (2016): Jurnal Penataan Ruang 2016
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (964.735 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v11i1.5214

Abstract

The philosophy is based on the preservation of the human tendency to preserve cultural values in the past but has significance for future generations. Balusu Buntula'bi Hamlet is a hamlet in North Toraja Regency heritage (heritage) of diverse cultures both physical (tangible) or cultural non-physical (intangible) that need to be conserved. The purpose of this study to identify the characteristics of the space formed from the physical culture (tangible) and non-physical culture (intangible) and analyzed the conservation village forms. The analytical method used, namely descriptive exploratory with field data observations, questionnaires, interviews, documentation and literature review. From the study conducted, the culture remains Buntula'bi Hamlet is a prominent example of a traditional settlement and settlement of traditional ceremonies seen in the use of land are laid out based on custom requirements. Hamlet Buntula'bi form of preservation in general in the form of conservation, namely maintaining the cultural significance in order to function properly; includes a group of 7 buildings with preservation of the building , as many as 12 building restoration, as many as 53 building reconstruction and adaptation by 44 building. Keywords: conservation, cultural heritage, Toraja
MULTIDIMENSIONAL POVERTY INDEX DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG Rukmi, Wara Indira; Dwi Ari, Ismu Rini; Lairatri Prabandari, Anestia
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 11, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.takoda.2019.011.02.1

Abstract

Kemiskinan meruapakan permasalahan yang sering terjadi di negara-negara di dunia khususnya pada negara berkembang. Perhitungan nilai kemiskinan mangalami beberapa berubahan atau modifikasi sesuai dengan kondisi saat ini. Kondisi kemiskinan tidak lagi hanya dipandang sebagai keterbatasan seseorang dari sisi finansial (pendapatan), tetapi juga beberapa dimensi lainnya. Pengukuran kemiskinan menggunakan metode Multidimensional Poverty Index merupakan salah satu metode pengukuran kemiskinan yang memperhatikan 3 (tiga) dimensi antara lain pendidikan, kesehatan dan  standar hidup. Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Kedungkandang. Kecamatan Kedungkandang merpakan salah satu kecamatan di Kota Malang yang memiliki jumlah penerima beras miskin tertinggi yaitu sebesar 5260 KK miskin. Kecamatan Kedungkandang memiliki penduduk sebesar 1.888.175 jiwa yang terbagi menjadi 12 kelurahan. Pengukuran kemiskinan menggunakan Multidimensional Poverty Index di Kecamatan Kedungkandang terbagi mejadi kategori sangat rendah. Kelurahan yang memiliki nilai MPI terendah yaitu Kelurahan Kotalama (0,01) dan Kelurahan Sawojajar (0,01) sedangkang Kelurahan yang memiliki nilai MPI tertnggi adalah Kelurahan Lesanpura (0,07) dan Kelurahan Wonokoyo (0,07). Semakin tinggi nilai MPI mengindikasikan daerah tersebut semakin miskin.
Potensi Reduksi Sampah Melalui Pengelolaan Sampah Perkotaan Di Tps Kecamatan Mataram Rahmaniah, Rasyidatur; Meidiana, Christia; Dwi Ari, Ismu Rini
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 5, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The increasing of service in waste management without any effort in reducing the waste can cause the increasing volume of waste. Thus, we need waste processing activity close to waste source, such as in transfer point. The use of high-effectively tools and infrastructures are able to increase the performance of waste processing. There is increase of waste management performance which needs to be balance with economic-valued waste management activity. This research aims to recognize the right recommendation for waste management at transfer point in Subdistrict of Mataram related to its potential waste reduction by identify operational performance, factors effecting the waste processing, and knowing of potential of waste reduction in transfer point in Subdistrict of Mataram. The research methodology used are analysis of operational performance in waste processing, analysis of binary logistic regression, dan analysis of mass balance. Result shows of 18 transfer points are 6 transfer point classified to have appropriate performance and 12 transfer point classifeid to have not appropriate performance. Factors effecting the waste processing in Subdistrict of Mataram are waste colecting tools, frequency of waste collecting, waste collecting pattern, frequency of waste transfer, waste transportation tools, frequency of waste transport, and waste transport pattern. If waste processing activity, potential of waste reduction are 5%. There is potential of waste reduction which can reduce amount of waste tramsfered to TPA.Keywords: Transfer point, Municipal Solid Waste Management,Waste Reduction.
Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Berdasarkan Alternatif Distribusi Potensi Biogas Desa Pudak Wetan, Kabupaten Ponorogo Faza, Winda Rosyida; Meidiana, Christia; Dwi Ari, Ismu Rini
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 5, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pudak Wetan is the name of a village in Ponorogo which has a Livestock Center (RTRW Ponorogo 2010-2013). So that Pudak Wetan has an alternative energy resource for cooking, in the form of cow manure potency with the ownership of ±2-4 cows/breeder. But in fact, there’s just 8,8% of 329 breeders who can manage their waste to make it into biogas with the biodigester. Operational requirement of biodigester sized 6m Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 109 3 is every farmer has at least 2 adult cows. Gas production can be used for 7 hours of cooking time, but every farmer to use gas only for 3-4 hours. There are only 5 of the 29 breeders who utilize biogas communally because of family connections. Another problem is very hard to realize the centrality into the village scale because of the settlement and the topography. Therefore the primary aim of this research is to identify the best alternative to distribute the cow manure potency and then the best alternative is used as a reference division of the breeders group based on spatial and statistical characteristics.This paper use some methods for analising, there are multicriteria analysis, spatial cluster analysis, and statistic cluster analysis. There are four variabels in this research are location, economic, social, and technical. The result of this research shows that the best alternative of the biodigester’s type is the medium scale for 2-5 breeders with 10-25 cows. In this system, there are 25 groups for breeders which is the maximum size is 22m 3 for 5 breeders and the minimum size is 6mKeywords : Biogas, Cow Manure , Biodigester , Alternative Distribution of Biogas
Revitalisasi Pelayanan Angkutan Kota Malang Berdasarkan Persepsi Stakeholder (Studi Kasus: Trayek LDG) Aditia Damargita; Ismu Rini Dwi Ari; Imma Widyawati Agustin
The Indonesian Green Technology Journal Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (896.843 KB)

Abstract

Moda transportasi berupa angkutan kota memiliki peranan sangat penting bagi kawasan perkotaan dalam mendukung pertumbuhan perekonomian. Mikrolet merupakan satu-satunya angkutan kota yang dimiliki Kota Malang. Dewasa ini, angkutan kota semakin tidak populer dan cenderung ditinggalkan oleh pengguna jasa transportasi umum. Tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan pelayanan angkutan kota dengan harapan meningkatkan pula tingkat kepuasan pengguna angkutan kota dan pada akhirnya masyarakat cenderung akan memilih angkutan kota sebagai pilihan moda transportasi utama dalam mendukung kegiatannya sehari-hari. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kinerja pelayanan angkutan kota LDG yang mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor (Permen No 98 Tahun 2013), Kano model untuk mengetahui persepsi pengguna angkutan kota terhadap kinerja pelayanan. Analisis IFAS EFAS untuk mendapatkan alternatif strategi untuk dipilih prioritas berdasarkan stakeholder menggunakan Multicriteria Analysis.Berdasarkan hasil analisis, ditemukan beberapa variabel pelayanan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal seperti pengoperasian kendaraan yang belum memenuhi Standar Operasional Prosedur (SOP), selain itu daya angkut kendaraan yang melebihi kapasitas maksimal.Berdasarkan hasil penilaian menurut stakeholder menghasilkan prioritas dan fokus utama strategi revitalisasi pelayanan angkutan kota adalah pengembangan desain fisik angkutan kota, yang selanjutnya berturut-turut adalah pengaturan time schedule, pemeriksaan awak dan fisik angkutan kota serta pengoptimalan jumlah armada yang beroperasi. Kata kunci :Angkutan Kota, Kano Model, Kinerja Pelayanan, Multicriteria Analysis
Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Kota di Kota Palu (Studi Kasus Trayek Mamboro Manonda Line B2) Anastasia Anastasia; Ismu Rini Dwi Ari; Imma Widyawati Agustin
The Indonesian Green Technology Journal Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (974.984 KB)

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk yang diiringi dengan perbaikan ekonomi, menuntut ketersediaan moda angkutan dalam jumlah cukup dan memadai. Di Kota Palu sendiri jumlah armada angkot mengalami penurunan seiring dengan menurunnya minat pengguna angkutan kota Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan angkutan kota berdasarkan tingkat kepuasan pengguna sehingga angkutan kota kembali menjadi moda trasportasi utama bagi masyarakat Kota Palu. Dalam mengevaluasi kinerja pelayanan angkutan kota (line B2)dari sisi supply di Kota Palu, menggunakan dua parameter penilaian standar penilaian minimum (SPM)  yaitu PM Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan minimal angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan Petunjuk  Teknis penyelenggaraan Angkutan Penumpang Perkotaan Dirjen Perhubungan Darat RI , 2002. Untuk  menilai  persepsi masyarakat  terhadap  kondisi  dan  tingkat  pelayanan angkutan  kota menggunakan Severity Index. Pada hasil analisis pelayanan moda angkutan kota angkutan kota (line B2)termasuk kategori kurang sementara tingkat pelayanan trayek angkot line B2 termasuk kriteria ”baik. Secara umum penilaian persepsi masyarakat berdasarkan tingkat kepuasan terhadap angkutan kota  line B2 trayek Mamboro-Manonda di Kota Palu, dari lima dimensi SERVQUAL, tiga dimensi yaitu Tangibles(bukti langsung)dan , Reliability (kehandalan), nilai severity indeksnya berada di antara 12,5% sampai 37,5% termasuk skala penilaian persepsi”Rendah”, sedangkan pada kategori Responsiveness(daya tanggap), Assurance (jaminan/adanya kepastian), serta dimensi Empathy(empati), nilai severity indeksnya berada di antara 37,5 % sampai 62,5 % yaitu dalam kategori sedang . Indeks kepuasan terhadap kinerja pelayanan berdasarkan persepsi masyarakat yang memiliki nilai terendah adalah lama menunggu angkot yaitu sebesar 33,5 % sementara indeks nilai tertinggi terkait perilaku pengemudi yaitu penggunaan bahasa dalam memberikan informasi yaitu sebesar 55,5%. Kata kunci: Angkutan kota, Kinerja pelayanan, Severity Indeks
Bentuk Pengelolaan Sumberdaya Hutan di Desa Kololio Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah Ariani Ariani; Surjono Surjono; Ismu Rini Dwi Ari
The Indonesian Green Technology Journal Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.771 KB)

Abstract

Hutan merupakan salah satu kawasan yang menyediakan sumberdaya alam dalam jumlah yang melimpah berfungsi sebagai penyangga ekosistem tempat tumbuh berbagai macam flora dan fauna serta menyediakan kebutuhan masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan dan papan sehingga untuk melindungi dan kontrol terhadap sumberdaya hutan ditetapkan dalam fungsi kawasan yang diatur dalam undang-undang akan tetapi pengaturan tersebut belum terbentuk dengan baik belum jelasnya pengelolaan berdasarkan fungsi yang ditetapkan ketidak sepakatan tentang siapa yang seharusnya mengontrol dan mengelola hutan dan tersingkirnya masyarakat adat atapun lokal atas kawasan hutan yang menjadi sumber penghidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk pengelolaan sumberdaya alam hutan oleh masyarakat Desa Kololio. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif mencakup analisis karakteristik sumberdaya hutan, karakteristik komunitas, dinamika aturan pengelolaan. Hasil analisis bahwa pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah penelitian terdapat 3 bentuk yaitu pengelolaan oleh pemerintah (state property) dan didalamnya masing-masing terdapat pengelolaan secara bersama oleh masyarakat Desa Kololio disebut (common pool resources CPRs) dan terbuka untuk masyarakat yang berasal dari desa lain (open access). Kata kunci: Bentuk pengelolaan, Fungsi kawasan, Masyarakat lokal, Sumberdaya hutan
Pola Pengelompokkan Masyarakat Miskin Berdasarkan Kemiripan Karakteristik Akses Spasial di Kelurahan Sukoharjo Kota Malang Mega Ulimaz; Ismu Rini Dwi Ari; Surjono Surjono
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 5, No 1 (2014)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1060.573 KB)

Abstract

Permasalahan kemiskinan di Kota Malang ditandai dengan tingkat kemiskinan mencapai 30% dan didominasi oleh keberadaan kaum migran. Isu kemiskinan tersebut tidak terlepas oleh ketimpangan distribusi pembangunan perkotaan yang dianggap tidak berpihak pada masyarakat miskin. Pola spasial memiliki peran kunci dalam menentukan pilihan tindakan yang diambil oleh masyarakat miskin. Penelitian ini bertujuaan untuk merumuskan karakteristik  spasial dalam pengelompokkan masyarakat miskin di Kelurahan Sukoharjo Kota Malang. Penelitian merupakan kajian kuantitatif dengan pendekatan analisis statistik Multidimensional Scalling (MDS). Jenis MDS adalah metrik dengan penggunakan data rasio jarak terhadap pelayanan infrastruktur pendidikan, kesehatan, perdagangan, transportasi, dan air bersih. Pendekatan MDS dalam pengelompokkan masyarakat miskin menunjukkan kesesuaian dan kecocokan dalam pembuatan penskalaan 2 dimensi.  Hasil analisis menunjukkan pembentukan  2 kelompok besar yang memusat dengan membentuk karakteristik mendekati atribut jarak dan menjauhi atribut. Kelompok masyarakat miskin yang cenderung memiliki karakter jarak dekat dengan sarana tertentu dapat diberikan pendekatan program melalui wadah terdekat yang diakses, antara lain sarana pendidikan dan balai kesehatan. Aspek spasial kemiskinan dapat menggambarkan kondisi penghidupan masyarakat miskin Kelurahan Sukoharjo terkait penataan permukiman di daerah tengah kota dan berpotensi untuk tidak melepaskan diri bersama sesama kelompok terdekat yang sama. Dengan demikan, diperlukan pengintegrasian ekonomi yang tepat pada kelompok yang telah terbentuk dimana kelompok yang telah unggul pada jangkauan pelayanan dapat didekati lebih mudah dibandingkan sebaliknya. Kata kunci: pengelompokkan, akses spasial, MDS
Pengelolaan Infrastruktur Air Bersih Berkelanjutan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Modal Sosial dalam Pengelolaan Sumber Air di Hutan Bambu Desa Sumbermujur, Lumajang) Rindang Alfiah; Ismu Rini Dwi Ari; Septiana Hariyani
Rekayasa Sipil Vol 11, No 3 (2017)
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.765 KB) | DOI: 10.21776/ub.rekayasasipil/2017.011.03.4

Abstract

Development has a purpose to improve the standard of living. The government began to apply the concept of sustainable development through the SDG's programme which integrates economic development with the socio-cultural and environmental aspects. This study aims to identify the participation (social capital) of Sumbermujur Village community on the activities of conservation that can maintain the quality and quantity of the Sumber Deling springs. The method used is social network analysis based on three measures of rate of participation, density and centrality. The results showed that the values showed moderate and low participation rates with high density and centrality values with some actors in the network. this is quite good because it can help in the development of water management.
Multidimensional Poverty, Social Networks: Spatial Neighbourhoods on Poverty Eradication in Tumpang District, Malang Regency Ismu Rini Dwi Ari; Budi Soegiarto Waloejo; Septiana Hariyani
TATALOKA Vol 23, No 1 (2021): Volume 23 No. 1, February 2021
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.23.1.115-126

Abstract

Poverty is multidimensional problem of the development that cause human difficulties in accessing public facility and infrastructure. Along with target of SDGs regarding poverty alleviation, main aims of this research are i) measure poverty level through three dimensions – health, education and standard of living of the Multidimensional Poverty Index (MPI), and ii) scrutinize influential variables of the poverty through Spatial Regression Analysis whereby physical as well as social variables are put it together in the model. This research would like to propose a set of research approach on how dealing with poverty in a certain area.  Area of study is Tumpang district in Malang Regency, East Java Province consist of 15 villages, wherein at about 36,61% family are receiver of the Raskin (Beras Miskin – Poor Rice) program as one of the poverty alleviation programs in Indonesia. Both field observation as well as depth interview are conducted towards 274 head of households. Result study finds out that there are five villages which have high value of MPI in Tumpang District, namely Duwet Krajan, Duwet, Benjor, Tulusbesar and Kidal, and the two dimensions – education and living standard give significant contribution to the poverty. Next, poverty in the research area has influenced by both social relations among residents within a village as well as geographical location of the nearest neighbourhoods. Then, eradication poverty is necessary to put consideration on strengthening ‘constructive’ social relations among residents through their existence community groups.