Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PEMANFAATAN BAMBU PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BERDAMPAK POSITIP BAGI LINGKUNGAN Artiningsih, Ni Komang Ayu
METANA Vol 8, No 01 (2012): Juli 2012
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.393 KB) | DOI: 10.14710/metana.v8i01.5117

Abstract

ABSTRACT Bamboo is one of the oldest building materials and is very versatile with many applications in the field of building construction, especially in developing countries. Bamboo grows abundantly throughout the Indonesian archipelago, and has become part of Indonesian society for centuries. Rapid growth of bamboo to make bamboo as a sustainable resource. Bamboo is a strong, lightweight material and can often be used without processing or finishing. Bamboo construction is easy to construct, resistant to earthquake forces, and easily repaired if damage occurs. Timber resources is reduced by the restrictions imposed on logging in natural forests, especially in the tropics, has focused world attention on the need to identify replacement materials that can Replaces, environmentally friendly and can be used widely. The existence of an increasingly scarce wood for wood utilization past massive, while the growth of the wood to be used as construction material so long to reach 40 years in comparison with bamboo which is only about 3 to 5 years. With rapid growth, good adaptability to most climatic conditions and soil conditions, bamboo emerged as a very suitable alternative. However, in order to fully utilize the potential of bamboo as a construction material, development efforts should be directed to its preservation. Utilization of lands that are less productive for growing bamboo is an attempt to preserve the bamboo. With the extensive use of bamboo structures in the field, the circulation where bamboo can support the economy of the people and provide a positive impact on the environment. KEY WORDS: Bamboo, construction, design, environment ABSTRAK Bambu merupakan salah satu bahan bangunan tertua dan sangat serbaguna dengan banyak aplikasi di bidang konstruksi bangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Bambu tumbuh melimpah di seluruh kepulauan Indonesia, dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Pertumbuhan bambu yang cepat membuat bambu sebagai sumber daya yang dapat berkelanjutan. Bambu merupakan material kuat dan ringan dan sering dapat digunakan tanpa pengolahan atau finishing. Konstruksi bambu mudah untuk membangun, tahan terhadap gaya gempa, dan mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan. Sumber daya kayu berkurang dengan adanya pembatasan yang dikenakan pada penebangan di hutan alam, terutama di daerah tropis, telah memfokuskan perhatian dunia pada kebutuhan untuk mengidentifikasi pengganti material yang dapat diperbaruhi, ramah lingkungan dan secara luas dapat dimanfaatkan. Keberadaan kayu yang semakin langka karena pemanfaatkan kayu masa lalu secara besar-besaran, sementara pertumbuhan kayu hingga dapat digunakan sebagai material konstruksi bangunan sangat lama bisa mencapai 40 tahun dibandingkan dengan bambu yang hanya sekitar 3 sampai 5 tahun. Dengan pertumbuhan yang cepat, kemampuan adaptasi yang baik untuk sebagian besar kondisi iklim dan kondisi tanah, bambu muncul sebagai alternatif yang sangat cocok. Namun, dalam rangka memanfaatkan sepenuhnya potensi bambu sebagai material konstruksi bangunan, upaya pembangunan harus diarahkan untuk pelestariannya. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang produktif untuk penanaman bambu merupakan upaya melestarikan bambu. Dengan pemanfaatan bambu yang luas dibidang struktur bangunan, maka sirkulasi keberadaan bambu dapat mendukung perekonomian rakyat serta memberikan dampak positip yang besar terhadap lingkungan. KATA KUNCI : Bambu, konstruksi bangunan, desain, lingkungan.
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Sampangan & Jomblang, KotaSemarang) Ni Komang Ayu Artiningsih; Sudharto Prawata Hadi; . Syafrudin
Serat Acitya Vol 1, No 2 (2012): Masyarakat, Bisnis dan Lingkungan
Publisher : FEB UNTAG Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.14 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Penelitiandilaksanakan dengan metode studi kasus pada kawasan RT 03,02 Sampangan dan kawasan  kelurahan Jomblang yang dilakukan bulan pada Agustus 2008.  Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif  yaitu penelitian yang bermaksud mendeskripsikan fenomena yang terjadi. Teknik pengambilan data meliputi: wawancara, kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan keabsahan data diperkuat dengan metode triangulasi. Analisa data menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Kata Kunci : Partisipasi, Sampah.
OPTIMASI METODE EKSTRAKSI ANTOSIANIN LIMBAH KULIT BUAH SIWALAN ( Borassus flabellifer) UNTUK PEWARNA ALAMI BAHAN PANGAN dan APLIKASINYA PADA PEMBUATAN SARI BUAH JERUK Ni Komang Ayu Artiningsih; Thomas Aquino Bambang Irawan; Raden Tubagus Dimas Wisnu
Serat Acitya Vol 3, No 2 (2014): (Oktober 2014) etika dan relasi dalam kehidupan
Publisher : FEB UNTAG Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.06 KB)

Abstract

Kulit buah siwalan sangat berpotensi dipakai sebagai bahan pewarna alami, untuk mengetahui keberadaan zat warna antosianin dari kulit buah siwalan perlu dilakukan ekstraksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelarut yang baik dalam proses ekstraksi zat warna dari kulit buah siwalan, serta mengetahui stabilitas terhadap suhu, pH, oksidator dan sinar UV. Ekstraksi dilakukan dengan mengunakan metode maserasi dengan berbagai macam pelarut yaitu air, etanol, isopropanol, air dan etanol, air dan isopropanol, etanol dan isopropanol, air dan etanol dan isopropanol. Kemudian dilakukan analisa dari hasil ekstraksi  dengan pelarut yang paling baik adalah etanol. Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang galombangmaksimum 520nm.. Dimana rendemen yang didapatkan adalah 5.2 % dan  zat warna antosianin kulit buah siwalan yang di ekstrak mempunyai karakteristik yang dipengaruhi oleh pH 5, dan konsentrasi  yang terjadi pada ekstraksi 10 menit adalah 200.08 dan pada 20 menit adalah 215.56, dan pada 30 menit adalah 245.74,  hasil tersebut dipengaruhi oleh suhu, dan pH  penyimpanan dan lama penyimpanan. Ekstraksi antosianin dari kulit  buah siwalan memiliki karakteristik warna yaitu kemerahan dan mempunyai stabilitas antosianin terhadap suhu 40 C dan lama pemanasan 30 menit hasilnya 0.3793, dengan suhu 60 C dan lama pemanasan 30 menit hasilnya 0.3836, dengan suhu 80 C dan lama pemanasan 30 menit hasilnya 0.4009, dengan suhu 100 C dan lama pemanasa 30 menit hasilnya 0.4143. Pada penelitian ekstraksi antosianin kulit buah siwalan ini diaplikasikan pada sari buah jeruk Kata kunci: Ekstraksi, Kulit buah siwalan, Sari buah jeruk Leather palm fruit is potentially used as a natural dye , to detect the presence of anthocyanin dyes leather palm fruit extraction needs to be done . The purpose of this study was to determine the good solvent in the extraction process of the dye leather palm fruit , as well as determine the stability of temperature , pH , oxidizing agents and UV rays . Extraction is done using the method of maceration with various solvents are water , ethanol , isopropanol , water and ethanol, water and isopropanol, ethanol and isopropanol, water and ethanol and isopropanol . Then the analysis of the results of solvent extraction with ethanol is best . Then the absorbance was measured using a UV-Vis spectrophotometer at 520nm  wavelength maximum.  Where the yield obtained was 5.2 % and skin anthocyanin dyes extracted palm fruit characteristics that are influenced by pH 5 , and the concentration that occurs in the extraction of 10 minutes is 200.08 and the 20 minutes is 215.56 , and the 30 minutes is 245.74 , the result is influenced by temperature , pH and storage and storage time . Extraction of anthocyanins from fruit leather palm that has a characteristic reddish color and anthocyanin stability to have a temperature of 40 ° C and 30 minutes long heating results are 0.3793 , with a temperature of 60 ° C and 30 minutes long heating results are 0.3836 , with a temperature of 80 ° C and heating times 30 minutes the results are 0.4009 , with a temperature of 100 ° C and 30 minutes long heating result 0.4143 . In the study of palm fruit skin anthocyanin extraction is applied to orange juice. Keywords : Extraction , Leather palm fruit , orange juice
PENGEMBANGAN OPTIMALISASI EKSTRAKSI ANTOSIANIN KULIT BUAH SIWALAN WARNA UNGU DAN DIIMPLEMENTASIKAN SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADAKAIN KATUN SECARA PRE-MORDATING Ni Komang Ayu Artiningsih; Ery Fatarina Purwaningtyas
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2016): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 7 2016
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.464 KB)

Abstract

Penelitian Pengembangan Optimalisasi Ekstraksi Antosianin Kulit Buah Siwalan (Borassus flabellifer) Warna Ungu dan diimplementasikan Sebagai Pewarna Alami  Pada  Kain Katun Secara Pre-Mordating.Kenampakan kulit buah siwalan yang berwarna merah keunguan menunjukkan adanya kandungan zat warna ungu antosianin dan senyawa fenolik yang bersifat antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah menghaplikasikan  warna yang diperoleh dari hasil ekstraksi pada kain katun jenis primissima, secara pre-mordating. Penggunaan pewarna pada industri batik selama ini memakai bahan pewarna sintetis, maka dengan penelitian ini diharapkan nantinya dapat menggantikan pewarna sintetis tergantikan dengan pewarna alami, salah satunya adalah pewarna alami dari kulit buah siwalan. Kulit buah siwalan selama ini menjadi limbah yang mengganggu lingkungan, karena tidak dimanfaatkan. Penelitian ini membantu pihak industri batik khususnyauntuk memanfaatkan sumber alami dan lingkungan menjadi terselamatkan oleh limbah buangan, bilamana tidak dimanfaatkan akan menjadi sumber penyakit. Pewarna alami tidak akan berdampak negatif bagi pemakai baju terbuat dari kain katun tidak menimbulkan toksik ditubuhnya, dan secara otomatis pemakai baju katun dari pewarna alami menjadi sehat. Ekstraksi yang dipakai adalah  cara ekstrkasi dengan menggunakan solven air , karena hasil yang diperoleh dengan memakai memakai solven air jauh lebih effesien dibandingkan ekstraksi memakai solven alkohol. Kain katun yang dipakai adalah kain katun jenis primissima,karena jenis primissama mudah menyerap warna.  Metode yang dipakai adalah  metode ekspremen, penelitian yang dilakukan dipraktekkan langsung dan hasilnya dianalis, dan  hasil yang diperoleh adalah dengan perlakuan penggunaan fiksasi kapur dan  kosentrasi waktu celup pada ekstrak kulit buah siwalan adalah a. 5 menit, b. 10 menit, c. 15 menit.  Waktu pemanasan adalah 60º C, 80ºC, 100ºC dan warna kain terlihat berwarna coklat.   Kata kunci: Kulit buah siwalan, Zat warna alam, Pre-mordating, Kain katun.
Optimasi Semen Pada Pembuatan Batu Bata Tanpa Bakar Bambang Widodo; Ni Komang Ayu Artiningsih
Dinamika Teknik Sipil: Majalah Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14/No.1/Juli 2021
Publisher : Departement of Civil Engineering, Faculty of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.594 KB) | DOI: 10.23917/dts.v14i1.15277

Abstract

Batu bata merupakan bahan utama dalam pekerjaan pasangan dinding batu bata, oleh karena itu perlu diperhatikan dalam penyediaannya dengan mutu atau kualitas yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai mutu bata dengan mengetahui nilai kuat tekan bata dengan menggunakan campuran antara semen dan tanah lempung tanpa proses pembakaran. Proses pengerasan bata dilakukan pengeringan selama (7) tujuh hari dalam suhu kamar dan kering oven selama 24 jam dengan suhu 40ºC. Metoda penelitian ini adalah membuat percobaan bata dengan tanah lempung yang dicampur semen portland type I, dengan berbagai proporsi campuran semen sebesar 0%, 5%, 10%, 20%, dan 30%. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, dengan spesifikasi Berat jenis tanah 2.65, batas cair (LL) 44.5 %, batas plastis (PL) 29.87 % dan indeks platisitas (PI) 14.63 %, kadar air kering udara 44.5 %.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk bata semen-lempung tanpa pembakaran dengan prosentase campuran semen sebesar 17% merupakan prosentase yang optimal dengan kekuatan tertinggi yaitu sebesar 52 kg/cm2.
Rekayasa Pewarna Makanan Alami Dari Limbah Kulit Buah Naga, Untuk Mengurangi Beban Lingkungan Natural Food Coloring Manipulation From Dragon Fruit Skin Waste, To Reduce Environmental Burden Ni Komang Ayu Artiningsih
Jurnal Agrifoodtech Vol. 1 No. 1 (2022): Juni: Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (910.838 KB) | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v1i1.56

Abstract

Dalam pengelohan makanan untuk Teknologi Pangan perlu dan dibutuhkan pewarna alami karena pewarna sintesis sangat berbahaya bagi tubuh kita, maka paling tepat dalam penggunaan pewarna adalah pewarna alami. Makanan yang kita lihat dan kita sering beli dipasaran tradisional dan mall-mall adalah membutuhkan zat pewarna, tanpa pewarna maka segala jenis makanan maupun minuman tidak akan punya daya tarik bagi konsumen, karena dengan pewarna maka produk akan manaikkan harga jual disamping eksotik dan daya tarik dari makanan tersebut. Buah Naga dari warna kulit kemerahan yang menarik dan jarang di manfaatkan, biasanya banyak yang dimanfaatkan adalah isi dari buah naga tersebut, sehingga kulitnya menjagadi limbah yang tentu mengganngu lingkungan dan pandangan kita. Lingkungan saat ini banyak sekali kendala yang di hadapi, salah satunya adalah sampah yang menumpuk dan berkepanjangan, masalah itu menjadi delema dalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintah dalam pengelolaannya. Karena dengan jumlah penduduk yang selalu berkembang maka sampah juga akan semakin banyak dan secara otomatis membutuhkan penangan yang baik pula. Dengan adanya beban lingkungan yang semakin kedepan semakin rumit ditanggulangi, dan setiap saat semakin menumpuk, maka penulis mengangkat salah satu limbah lingkungan yaitu limbah kulit buah naga, untuk di manfaatkan menjadi zat pewarna alami makanan. Penelitian yang dilaksanakan menggunakan kulit buahn naga (hylocereus Undatus)yang berwarna merah merona, dengan metode ekstraksi dan hasil ekstraksi di uji laboratorium, dengan pengujian pH, uji sinar, stabilitas zat warna antosianin kulit buah naga. Hasil uji yang diperoleh adalah : pH 6 dan tingkat absorbennya 0.5445, sedangkan uji sinar UV pada hari ke6 menghasilkan 1.5566 nm (nanometer). Jadi kesimpulannya adalah pengguanaan zat warna alami dari limbah kulit buah naga bagus digunakan untuk pewarna alami makanan.
Lingkungan Zero Waste Melalui Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Menjadi Briket Ayu Ni Komang Ayu Artiningsih
Jurnal Agrifoodtech Vol. 1 No. 2 (2022): Desember : Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.443 KB) | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v1i2.199

Abstract

Lingkungan zero waste adalah lingkungan yang bebas dengan limbah disekitarnya, manakala kita membicarakan lingkungan nyaman, terbersit di benak kita adalah keadaan yang bersih tanpa banyak kotoran yang ada disekitarnya. Lingkungan saat ini banyak sekali kendala yang dihadapi, salah satunya adalah sampah yang menumpuk dan menjadi masalah berkepanjangan. Untuk menjadi lingkungan yang bersih maka kita harus ada keperdulian kita, salah satu cara dengan mengolah limbah menjadi bermanfaat. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan janjang kosong dijadikan briket, sehingga lingkungan menjadi zero waste, mengetahui kualitas briket yang dibuat dari limbah janjang kosong.Metode eksperimental, yang dipakai dalam pembuatan briket adalah dengan cara penepungan kemudian mencampur dengan lem dan dilakukan pengovenan, selanjutnya untuk mengetahui kualitas briket yang dibuat dari limbah janjang kosong denagn cara uji analisis briket yang meliputi kadar air, kadar abu, lama nyala dan kekuatn tekan. Berdasarkan dari modifikasi metode penambahan janjang kosong yang berbeda beda. Proses awal sampel pertama dari pembuatan briket adalah melakukan penimbangan bahan baku yaitu janjang kosong, dengan diameter prallon 2 inchi, dibutuhkan janjang kosong sebanyak 30, 40, 50, 60, 70 gr dan lem sebanyak 15 gr, dalam pencampurannya tidak menggunakan air. Setelah semua bahan sudah siap, kemudian dilakukan pengadukan secara rata, dan pengovenan pada suhu 60˚C, selama 6 Jam. Test uji yang dilaksanakan adalah kuat tekan 3.035 cm, lama nyala 2.8 menit, kadar air rata-rata 8.43 %, kadar abu rata-rata 24.2 %. Kesimpulan pada penelitian ini adalah test uji pada kadar abu terlalu tinggi sehingga perlu inovasi dalam pengeringan bahan baku.
Pengelolaan Lingkungan dan Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Naga Menjadi Pewarna Alami Makanan Ayu Ni Komang Ayu Artiningsih
Jurnal Agrifoodtech Vol. 2 No. 1 (2023): Juni : Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v2i1.1043

Abstract

Makanan yang banyak kita jumpai dipasaran tradisional maupun pasar modern dalam proses pembuatan membutuhkan zat pewarna, tanpa pewarna maka segala jenis makanan maupun minuman tidak akan punya daya tarik bagi konsumen, karena dengan pewarna maka produk mempunyai tekstur dan bisa menaikkan harga jual, disamping eksotik makanan yang menarik, untuk memberi daya tarik warna makanan. Namun demikian masih banyak makanan yang menggunakan bahwa pewarna sintetik yang kadang berbahaya bagi kesehatan manusia. Buah naga merupakan salah satu buah eksotik yang banyak dikonsumsi masyarakat, umumnya yang dikonsumsi adalah daging buahnya, sedangkan kulit buahnya dibuang sebagai sampah atau limbah yang pada suatu saat akan membebani lingkungan hidup. Sejauh ini kulit buah dari buah naga belum dimanfaatkan secara optimal, meskipun sebenarnya memiliki potensi untuk dimanfaatkan menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Salah satu potensinya adalah di manfaatkan menjadi zat pewarna alami pada makanan. Bermacam-macam bahan pewarna saat ini banyak digunakan pada produk makanan, pewarna alami adalah pewarna yang aman untuk kesehatan, dibandingkan pewarna sintetik. Pewarna alami telah banyak diaplikasikan pada pangan, salah satunya yang diangkat penelitian adalah memanfaatkan limbah kulit buah naga sebagai pewarna alami, sehingga diharapkan dengan dimanfaatkannya limbah pertanian yang memiliki potensi sebagai bahan pewarna makanan dapat memberikan jaminan keamanan bagi konsumen juga mengurangi limbah yang akan mencemari lingkungan.
Pemanfaatan Kembali Limbah Roti dalam Proses Produksi Makanan Reuse Of Bread Waste In Food Production Process Nurtekto; Ni Komang Ayu Artiningsih
Jurnal Agrifoodtech Vol. 3 No. 1 (2024): Juni : Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v3i1.1969

Abstract

The World Food and Agriculture Organization (FAO) said that one third of the food produced each year, amounting to 1.3 billion tonnes, is food waste. Food waste is food that is fit to be eaten before or after it has expired. Food waste is classified into two: food losse and food waste. food waste based on probability is probably avoidable waste, avoidable food waste, unavoidable food waste. Sampel for probably avoidable waste is breadcrump. But sampel for unavoidable food waste is solid tofu waste. The problem of food waste that has a negative impact on health and the environment can be reduced by utilizing it through the right processing process so that. Reusing food waste will also provide economic value. One of the wastes that can be consumed again but must use a different processing process is probably avoidable waste is the edge of bread that can be made into breadcrumbs, which is flour made from mashed dry bread and waste with the Unavoidable food waste category, for example, is tofu dregs that are reprocessed into tofu dregs flour.
Pemanfaatan Kembali Limbah Roti dalam Proses Produksi Makanan Reuse Of Bread Waste In Food Production Process Nurtekto; Ni Komang Ayu Artiningsih
Jurnal Agrifoodtech Vol. 3 No. 1 (2024): Juni : Jurnal Agrifoodtech
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/agrifoodtech.v3i1.1969

Abstract

The World Food and Agriculture Organization (FAO) said that one third of the food produced each year, amounting to 1.3 billion tonnes, is food waste. Food waste is food that is fit to be eaten before or after it has expired. Food waste is classified into two: food losse and food waste. food waste based on probability is probably avoidable waste, avoidable food waste, unavoidable food waste. Sampel for probably avoidable waste is breadcrump. But sampel for unavoidable food waste is solid tofu waste. The problem of food waste that has a negative impact on health and the environment can be reduced by utilizing it through the right processing process so that. Reusing food waste will also provide economic value. One of the wastes that can be consumed again but must use a different processing process is probably avoidable waste is the edge of bread that can be made into breadcrumbs, which is flour made from mashed dry bread and waste with the Unavoidable food waste category, for example, is tofu dregs that are reprocessed into tofu dregs flour.