Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Analisis Kuat Lentur Balok Laminasi Lengkung dengan Perekat Epoxy Affan Annur Annaafi; Iskandar Yasin; M. Afif Shulhan
AGREGAT Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.937 KB) | DOI: 10.30651/ag.v4i1.2819

Abstract

AbstractVery large needs for  woodhave an impact on the availability of wood which is decreasing every year, due to exploitation carried out on a large scale.Therefore it’s developed as a structure laminated components made by gluing several layers of wood or commonly called laminated beams or Glulam (Glued Laminated). This study used the experimental method by flexural test with one point loading. The dimensions of the object are 100 cm long, 2 cm wide, and by heigth variation 10 cm, 20 cm, 30 cm. Each variation used 3 specimens so there are 9 specimens. This specimens using epoxy adhesive. The results of the study showed that the flexural strength of the curved laminated beam with epoxy adhesive on an average load of 85.45 Kg and an average deflection of 23,510 mm. The result of laminated beam have maximum strength of 128.9 Kg with 17.27 mm deflection.Key words: Curved laminated beam, Flexural strength, deflection   AbstrakKebutuhan kayu yang sangat besar berdampak pada ketersediaan kayu yang semakin berkurang setiap tahunnya akibat eksploitasi yang dilakukan secara besar-besaran. Maka dari itu di kembangkanlah bentuk struktur komponen kayu laminasi yang dibuat melalui perekatan beberapa lapis kayu atau biasa disebut dengan balok laminasi atau Glulam (Glued Laminated). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan melakukan uji lentur dengan beban satu titik. Dimensi benda uji balok laminasi lengkung memiliki panjang 100 cm , lebar 2 cm dan variasi tinggi 10 cm, 20 cm ,30 cm. Masing-masing variasi sebanyak 3 benda uji sehingga ada 9 benda uji. Balok laminasi menggunakan perekat epoxy. Hasil penelitian menunjukan bahwa kuat lentur balok laminasi lengkung dengan perekat epoxy mampu menahan beban rata-rata sebesar 85,45 Kg dan lendutan rata-rata 23,510 mm. Hasil pengujian lenturbalok laminasi mempunyai kekuatan maksimum 128,9 kg dengan lendutan 17,27 mm.Kata kunci : Balok laminasi lengkung, kuat lentur, lendutan
PEMANFAATAN RECYCLING ASPAL SEBAGAI CAMPURAN BETON PADA PLAT ATAP Dewi Sulistyorini; Iskandar Yasin; Basilius Emilda Judu
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 4 No 1 (2018): Februari
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.657 KB) | DOI: 10.30738/jst.v4i1.2481

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuat tekan dan kuat lentur pelat beton recycling aspal sebagai penambah agregat halus dengan perkuatan kawat kasa. Sehingga melalui penelitian ini diharapkan penggunaan recycling aspal sebagai pengganti agregat halus serta penggunaaan  kawat kasa dapat diaplikasikan dalam dunia konstruksi. Benda uji berupa silinder beton ukuran diameter 150 mm tinggi 300 mm dan plat beton berukuran panjang 500 mm, lebar 250 mm dan tebal 100 mm. Perkuatan pada plat beton berupa kawat kasa 6 mm x 6 mm. Variasi recycling aspal terhadap pasir yang digunakan adalah 0%, 10%, 20%, dan 30%. Hasil pengujian kuat tekan pada prosentase beton recycling aspal 10 % mengalami penurunan sebesar 22,14 % terhadap beton normal, dan prosentase beton recycling aspal 20 % mengalami penurunan sebesar 11,47 % dan pada beton recycling aspal 30 % mengalami penurunan prosentase sebesar 9,83 %. Berdasarkan nilai uji kuat lentur pada prosentase beton recycling aspal 10 % mengalami kenaikan sebesar 4,65 % terhadap beton normal, dan prosentase beton recycling aspal 20 % mengalami kenaikan sebesar 41,21 % dan pada prosentase beton recycling aspal 30 % mengalami kenaikan sebesar 24,73 % terhadap beton normal. Kenaikan kuat lentur dipengaruhi adanya kawat kasa sebagai perkuatan.
PEMANFAATAN LAMINASI BAMBU PETUNG UNTUK BAHAN BANGUNAN Agus Priyanto; Iskandar Yasin
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 5 No 2 (2019): Agustus
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.011 KB) | DOI: 10.30738/jst.v5i2.5803

Abstract

Bambu adalah salah satu tanaman yang cepat tumbuh. Jika untuk kayu dengan kelas awet yang tinggi membutuhkan waktu dari penanaman bibit hingga siap dipanen adalh 30 – 40 tahun dan itupun setelah ditebang maka harus ditanam bibit lagi maka bambu cukup memakan waktu hingga 4 – 5 tahun untuk siap dipanen dan tiap tahun bisa ditebang terus tanpa perlu menanam lagi. Dengan pemanfaatan teknologi laminasi maka bulah-bilah bambu dapat dimanfaatkan untuk dijadikan balok dengan berbagai ukuran dan berbagai bentuk. Laminasi dapat membuat kekuatan bambu Petung jauh lebih tinggi dibanding balok kayu solid.Pengujian dilakukan dengan uji fisik dan mekanik serta uji blok geser laminasi bambu Petung. Pada pengujian sifat fisik dan mekanik berdasarkan pada peraturan ISO 1975. Pengujian sifat fisik bambu Petung meliputi uji kerapatan kayu dan uji kadar air. Pengujian sifat mekanik bambu Petung meliputi uji kuat tekan sejajar serat, uji kuat tekan tegak lurus serat, uji kuat tarik, uji kuat geser dan uji kuat lentur. Pengujian blok geser laminasi bambu Petung untuk mengetahui kuat laminasinya mepunyai variasi perekat labur 30 MDGL, 40 MDGL dan 50 MDGL dengan masing-masing 3 ulangan pengujian geser.Kerapatan bambu Petung diperoleh rata-rata sebesar 0,63 t/m3 dan kadar air rata-rata bambu Petung sebesar 12,83 %. Kuat tekan sejajar serat rata-rata sebesar 26,85 MPa dan kuat tekan tegak lurus serat rata-rata sebesar 9,62 MPa. Kuat tarik bambu Petung rata-rata sebesar 226,39 MPa dan kuat geser rata-rata bambu Petung sebesar 7,88 MPa. Pada pengujian kuat lentur bambu Petung rata-rata sebesar 95,08 MPa. Pengujian blok geser laminasi bambu Petung untuk 30/MDGL diperoleh rata-rata sebesar 1,105 kg/mm2. Pada blok geser 40/MDGL diperoleh kuat geser rata-rata sebesar 1,133 kg/mm2. Untuk blok geser laminasi 50/MDGL diperoleh kuat geser rata-rata sebesar 1,427 kg/mm2.
PEMANFAATAN LIMBAH BAMBU PETUNG UNTUK DAKTILITAS BETON Iskandar Yasin; Agus Priyanto
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 5 No 2 (2019): Agustus
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.999 KB) | DOI: 10.30738/jst.v5i2.5804

Abstract

Pada masyarakat luas, bambu selalu digunakan untuk membuat berbagai sarana maupun prasarana. Sifat bamboo yang mampu tumbuh dimana-mana dan harganya yang sangat murah maka bahan ini menjadi primadona masyarakat. Dalam pengolaan bamboo maka dihasilkan serpihan-serpihan yang tidak berfungsi lagi sehingga oleh masyarakat hannya dibuang atau untuk kayu bakar. Jika sampah-sampah sisa pengolahan bamboo ini dicamput dengan campuran adukan beton maka diharapkan dapat memperkuat daktilitas beton.Pengujian dilakukan dengan uji fisik dan mekanik dan uji blok geser laminasi bambu petung. Pada pengujian sifat fisik dan mekanik berdasarkan pada peraturan ISO 1975. Pengujian sifat fisik bambu petung meliputi uji kuat tekan sejajar serat, uji kuat tekan tegak lurus serat, uji kuat tarik, uji kuat geser dan uji kuat lentur. Pengujian kuat tekan beton untuk mengetahui kekuatan daktilitas beton mempuyai variasi campuran serpihan bambu 0,25 , 0,50 dan 0,75 dengan masing-masing 9 ulangan pengujian tekan.Kerapatan bambu petung diperoleh rata-rata sebesar 0,63 t/m³ dan kadar air rata-rata bambu petung sebesar 12,83 %. Kuat tekan sejajar serat rata-rata sebesar 26,85 MPa dan kuat tekan tegak lurus serat rata-rata sebesar 9,62 MPa. Kuat Tarik bambu petung rata-rata sebesar 226,39 MPa dan kuat geser rata-rata bambu petung sebesar 7,88 MPa. Pada pengujian kuat lentur bambu petung rata-rata sebesar 95,08 MPa. Pengjian kuat tekan beton untuk 25/CAMP/BTN diperoleh kuat tekan rata-rata sebesar 19,18 MPa. Pada campuran 50/CAMP/BTN diperoleh kuat tekan beton rata-rata sebesar 22,36 MPa. Untuk campuran 75/CAMP/BTNdiperoleh kuat tekan beton rata-rata sebesar 17,91 MPa.
PENGGUNAAN HAMILTON'S PRINCIPLE UNTUK MEMPEROLEH GOVERNING EQUATIONS : PERMASALAHAN MEKANIKA SOLID ELASTIK LINEAR Iskandar Yasin
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 2 No. 6 (2003): jurnal teknik sipil dan arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam penyelesaian masalah mekanika pada material dapat dilakukan dengan Mathematics Analysis maupun dengan Numerical Analysis. Dengan menggunakan solusi ini maka harus ditentukan dahulu Constitutive Equations sebelum menentukan Governing Equations-nya pada suatu kontinum. Permasalahannya adalah apabila hukum-hukum Newton sulit untuk memformulasikan Constitutive Equations-nya dan permasalahan akan komplek jika kontinum pada kondisi elastic nonlinearity maupun jika sudah dalam kondisi plastis. Hamilton's Principle mengasumsikan bahwa suatu sistem mekanika berdasar pada fungsi tenaga kinetik (T) dan fungsi tenaga potensial (V). Jika sistem mekanikanya dinamis maka Hamilton's Principle ditinjau dengan sistem konservatif yang berdasar pada persamaah La grange. Dengan penggunaan Hamilton's Principle maka sangat memudahkan dalam memformulasikan persamaan diferensial untuk memperoleh Governing Equations. Hamilton's Principle berguna sekali pada permasalahan sistem mekanika, dimana hukum-hukum Newton sangat sulit untuk memformulasikan penyelesainnya.  
PENGGUNAAN HAMILTON'S PRINCIPLE UNTUK MEMPEROLEH GOVERNING EQUATIONS : PERMASALAHAN MEKANIKA SOLID ELASTIK LINEAR Iskandar Yasin
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 2 No. 6 (2003): jurnal teknik sipil dan arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam penyelesaian masalah mekanika pada material dapat dilakukan dengan Mathematics Analysis maupun dengan Numerical Analysis. Dengan menggunakan solusi ini maka harus ditentukan dahulu Constitutive Equations sebelum menentukan Governing Equations-nya pada suatu kontinum. Permasalahannya adalah apabila hukum-hukum Newton sulit untuk memformulasikan Constitutive Equations-nya dan permasalahan akan komplek jika kontinum pada kondisi elastic nonlinearity maupun jika sudah dalam kondisi plastis. Hamilton's Principle mengasumsikan bahwa suatu sistem mekanika berdasar pada fungsi tenaga kinetik (T) dan fungsi tenaga potensial (V). Jika sistem mekanikanya dinamis maka Hamilton's Principle ditinjau dengan sistem konservatif yang berdasar pada persamaah La grange. Dengan penggunaan Hamilton's Principle maka sangat memudahkan dalam memformulasikan persamaan diferensial untuk memperoleh Governing Equations. Hamilton's Principle berguna sekali pada permasalahan sistem mekanika, dimana hukum-hukum Newton sangat sulit untuk memformulasikan penyelesainnya.  
LOW CARBON CONCRETE: CEMENT REPLACEMENT UTILIZING FLY ASH Dimas Langga Chandra Galuh; M Afif Shulhan; Iskandar Yasin; Sukiyono Sukiyono
Journal of Green Science and Technology Vol 6, No 1 (2022): VOL 6, NO 1 (2022): JOURNAL OF GREEN SCIENCE AND TECHNOLOGY VOL. 6 NO. 1 MARCH 2
Publisher : FAKULTAS TEKNNIK UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/jgst.v6i1.6495

Abstract

Reducing the cement content in concrete is the need for environmental sustainability, as cement produces a significant carbon emission. This work aims to study the effect of partial replacement of the cement utilizing fly ash at the various percentage of substitution by investigating the physical characteristic of concrete ingredients, compressive testing at various curing age, workability, and material cost reduction. Fly ash used in this research is categorized as type F, which obtained from Jepara powerplant. Along with fly ash, ordinary pozzolan cement (OPC) from Semen Gresik used as binder material. The fine and coarse aggregates quarried consecutively from Magelang Regency and Kulon Progo Regency, Indonesia. All the constitutes being observed on specific gravity, gradation test, clay lumps content, and abrasion resistance. The job mix formula developed adopting Indonesian Standard based on the physical data obtained previously, resulting in five levels of cement replacement which is 0%, 15%,20%, 25%, and 30% compared to cementitious weight. Concrete cylinder specimen having 150 mm on the diameter and length of 300 mm, tested at various age (7,14, and 28 days) to obtained compressive strength and strength development during curing age. The current works remarks that all level of replacement obtained a good agreement with targeted compressive strength (25 MPa) at the age of 14 days. However, the more fly ash supplemented in the mixture, strength development possesses a slower rate and a slight declining on workability. Eventhough the slump value still comply with the requirement given by the Indonesian Standard.
Pengaruh Campuran Abu Ampas Tebu Dan Flyash Terhadap Nilai Kuat Tekan Beton Normal Ika Styaningsih; Dewi Sulistyorini; Iskandar Yasin; Adi Sutarto
Surya Beton : Jurnal Ilmu Teknik Sipil Vol. 6 No. 2 (2022)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37729/suryabeton.v6i2.2446

Abstract

Perkembangan konstruksi di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Konsekuensi dari hal tersebut adalah meningkatnya kebutuhan semen. Namun, kebutuhan semen yang tinggi tidak diimbangi dengan produksi dalam negeri yang seimbang, sehingga Indonesia masih memerlukan semen impor untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini bukanlah hal yang baik dari segi neraca perdagangan, sehingga perlu dicari solusi melalui inovasi bidang konstruksi. Penelitian ini mencoba untuk menekan jumlah kebutuhan semen dengan mengganti sebagian semen dengan fly ash dan abu ampas tebu, dimana kedua material tersebut berdasarkan literatur memiliki sifat pozzolanic. Dengan adanya pennelitian ini diharapkan dapat mengetahui perbandingan nilai kuat tekan beton normal dengan beton dengan campuran abu ampas tebu dan flyash. Benda uji dibuat dalam bentuk silinder 150 mm x 300 mm dengan perawatan beton akan dilakukan selama 28 hari dengan cara perendaman pada air normal. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa berat silinder beton dengan 4 variasi memiliki rata-rata berat 12.43 kg dan rata-rata kuat tekan 20.29 MPa untuk beton normal. Beton dengan 0% abu ampas tebu + 7% flyash menghasilkan kuat tekan rerata 18.51 MPa sementara beton dengan 10% abu ampas tebu + 7% flyash memiliki rata-rata kuat tekan 14.91 MPa. Selanjutnya, rata-rata kuat tekan untuk beton dengan 20% abu ampas tebu + 7% flyash adalah 13.57 MPa.
Analisis Ekonomi dan Sifat Mekanis Bambu Laminasi dalam Mendukung Desain Furnitur Ramah Lingkungan di Industri Furniture Yogyakarta Iskandar Yasin; Dyah Ari Susanti; Emi Pratiwi
INDUSTRIAL ENGINEERING JOURNAL of the UNIVERSITY of SARJANAWIYATA TAMANSISWA Vol 5 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to analyze the utilization of laminated bamboo in terms of its economic aspects and mechanical properties to support the environmentally friendly furniture industry in the Yogyakarta region. The research method employed in this study is a literature review. The findings of the research indicate that the utilization of laminated bamboo as a material for the furniture industry can transform the local economy by encouraging innovation in the production of furniture and crafts made from laminated bamboo. As for the mechanical properties of laminated bamboo, several tests were conducted, including flexural strength, compressive strength, shear strength, tensile strength, and modulus of elasticity.
ANALISIS PENGARUH SENGKANG MENERUS TERHADAP KEKUATAN BALOK BETON BERTULANG Yasin, Iskandar; Sutrisno, Widarto; Elantriani, Yosefina Yesinta; Pele, Jekianus; Elton, Thomas; Haryanto Djara, Dwi
Civil Engineering and Technology Journal Vol. 6 No. 2 (2024): CivETech
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47200/civetech.v6i2.2501

Abstract

Struktur balok beton sengkang menerus merupakan balok beton dengan tulangan yang dibengkokkan membentuk sudut 30 derajat atau lebih terhadap arah tulangan tarik longitudinal. Tulangan ini menerus sehingga memudahkan dalam pembuatan balok beton bertulang. Diperlukan penelitian untuk mengetahui reduksi kekuatan pada balok beton sengkang menerus dibandingkan dengan sengkang konvensional. Adapun penggunaan sengkang menerus tidak sesuai standar SNI:2013, tetapi penggunaan sengkang menerus sangat digemari oleh para pelaksana konstruksi karena pembuatan dan pemasangannya lebih mudah dan lebih cepat. Sehingga biaya yang dibutuhkan lebih murah dibandingkan dengan cara konvensional. Tahapan-tahapan yang meliputi pembuatan benda uji balok beton bertulang sengkang konvensional dan sengkang menerus dengan menggunakan besi tulangan berdiameter 8 mm, dan besi begel dengan diameteri 6 mm dan diikat menggunakan kawat bendrat. Selanjutnya membuat bahan campuran yang terdiri dari 1 ember semen, 2 ember pasir, 3 ember kerikil untuk satu kali campuran. Kemudian mencampurkan semua bahannya ke dalam molen, dan di molen selama 3,5 menit dengan takaran 2 liter air. Balok beton bertulang tersebut didiamkan selama 28 hari sebagai standar kekuatan beton. Hasil pengujian pada balok beton bertulang dengan sengkang konvensional didapatkan kekuatan maksimum 0,5 MPa Ketika pengujian berjalan 45,0 secon dengan kekuatan rata-rata maksimum sebesar 0,9 MPa. Sedangkan kekuatan maksimum pada balok beton sengkang menerus, 3,9 MPa Ketika proses pengujian berjalan pada 57,0 secon dengan kekuatan rata-rata maksimum sebesar 3,6 MPa. Hasil pengujian balok beton dengan sengkang konvensional dan menerus menunjukkan bahwa sengkang menerus lebih berpengaruh besar pada kekuatan balok dibandingkan dengan sengkang konvensional.