Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGGUNAAN CUPRI SULFAT (CuSO4) UNTUK PENGENDALIAN INFEKSI LINTAH LAUT (Zeylanicobdella arugamensis) PADA IKAN KERAPU HIBRIDA CANTANG (Epinephelus fuscogutattus x E. lanceolatus) Ketut Mahardika; Indah Mastuti; Suko Ismi; Zafran .
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 5, No 3 (2021): JFMR VOL 5 NO.3
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2021.005.03.17

Abstract

Bahan kimia sering digunakan sebagai desinfektan untuk pengendalian infeksi parasit, bakteri dan jamur pada ikan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis  cupri sulfat (CuSO4) yang efektif terhadap infeksi lintah laut (Zeylanicobdella arugamensis) pada ikan kerapu hibrida cantang (Epinephelus fuscogutattus x E. lanceolatus). Ikan kerapu hibrida cantang (panjang total 11,9±0,83 cm, dan berat 26,43±6,70 g) diinfeksikan dengan lintah laut melalui metode kohabitasi selama 1 bulan. Masing-masing sebanyak 10 ekor ikan sakit direndam dengan larutan CuSO4 dalam air laut dengan dosis 0, 25, 50, 75, 100 dan 150 ppm. Sebanyak 10 ekor ikan lainnya direndam dalam air tawar sebagai pembanding. Perendaman dilakukan selama 30 dan 60 menit dalam bak plastik dengan volume air 10 liter yang dilengkapi dengan aerasi. Masing-masing perlakuan menggunakan dua  buah bak plastik dengan 5 ekor ikan sakit/bak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CuSO4 dosis 100 dan 150 ppm mampu melepaskan dan membunuh lintah laut yang menginfeksi ikan kerapu hibrida cantang dengan prevalensi 30% dan intensitas mencapai 0,40±0,73-0,30±0,50 setelah perendaman selama 30 menit. Prevalensi dan intensitas tersebut menurun hingga 0% setelah perendaman selama 60 menit.  Prevalensi dan intensitas lintah laut dengan perendaman CuSO4 dosis 100-150 ppm lebih kecil dibandingkan dengan perendaman CuSO4 dosis 25-75 ppm dan air tawar. Sintasan ikan setelah perlakuan dan satu hari dipelihara dalam air laut mencapai 100% di semua perlakuan.  Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa CuSO4 dosis 100-150 ppm efektif untuk pengendalian infeksi lintah laut pada ikan kerapu hibrida cantang dan dapat menjadi alternatif bahan kimia anti lintah laut pengganti air tawar.
PEMBERIAN EKSTRAK JERUK LEMON (Citrus limon) PADA IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DALAM PENCEGAHAN INFEKSI VNN Ketut Mahardika; Indah Mastuti; Monica Eka Satriyani; Mr. Zafran
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 4, No 2 (2020): JFMR VOL 4. NO.2
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.02.1

Abstract

Jeruk lemon (Citrus limon) merupakan buah yang kaya akan vitamin C dan serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah jeruk lemon pada juvenil kakap putih (Lates calcarifer) untuk mencegah infeksi VNN (viral nervous necrosis).  Masing-masing 50 ekor kakap putih sehat ukuran panjang 10,44±1,44 cm dan berat 16,86±4,91 g ditempatkan dalam 4 bak fiber volume 500 Liter. Setiap ikan diberi pakan pelet komersial yang mengandung: 100 mL air seduhan dari 100 g daging dan kulit jeruk lemon/kg pakan, 100 g ekstrak daging jeruk lemon/kg pakan, 100 g ekstrak daging dan kulit jeruk lemon/1 kg pakan, dan 100 mL air tawar steril/kg pakan sebagai kontrol. Pakan diberikan dua kali sehari secara ad libitum selama 6 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berbeda nyata (p> 0,05) dari keempat perlakuan tersebut. Jumlah leukosit dan kadar glukosa darah dari ikan yang diberi pakan dengan air seduhan jeruk lemon lebih tinggi (18,967 sel/mm3 dan 97,0 mg/dL) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Akan tetapi, persentase hematokrit dan hemoglobin dari ikan yang diberi pakan dengan daging lemon maupun daging dan kulit lemon lebih tinggi (37,67-39,33% dan 8,18-8,27 g/dL) dibandingkan dua perlakuan lainnya (24,33-25,33% dan 7,0-7,23 g/dL). Uji tantang dengan inokulum VNN menunjukkan ikan yang diberi pakan dengan air seduhan jeruk lemon lebih baik dalam menekan mortalitas ikan (sintasan 30%) dibandingkan perlakuan lainnya (sintasan 15-20%).
IDENTIFICATION AND PATHOGENICITY TEST OF SOME BACTERIA ISOLATED FROM WILD AND FARMED SPINY LOBSTER Panulirus homarus Sudewi Sudewi; Zeny Widiastuti; Indah Mastuti; Ketut Mahardika
BERITA BIOLOGI Vol 18, No 3 (2019)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v18i3.3578

Abstract

The bacterial populations in the farming of spiny lobster could have either beneficial or harmful effects depending on the prevailing conditions. We designed this study to identify and to perform a pathogenicity test of some bacteria isolated from wild and farmed spiny lobsters Panulirus homarus. The adult farmed lobsters were obtained from Pangandaran and Lombok coastal areas, while the wild lobsters were collected from Lombok, with five lobsters for each location. The bacteria were isolated from the midgut, gill, hepatopancreas, and muscle tissues of the lobsters. The identification of the bacteria was carried out by molecular methods. Pathogenicity test was performed by intramuscular injection of 0.1 ml bacterial suspensions at the density of 7×106cfu/ml into each three adult apparently healthy lobsters for every eight bacterial isolates. Our study identified six bacterial isolates that exhibited high homology of a nucleotide sequence with Shewanella algae, Bacillus firmus, Vibrio alginolyticus, Tenacibaculum lutimaris, Pseudomonas sp. and Vibrio sp., while two isolates were reminded unidentified due to low nucleotide similarities (< 97%). The pathogenicity test showed that there was no mortality of lobsters injected with those bacterial isolates. This may because the dose of injection was too low to induce bacterial infection particularly for Vibrio, or the bacteria were not pathogenic for lobster or even have the potency as probiotic bacteria.   
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI YANG DIISOLASI DARI LARVA IKAN KERAPU HIBRIDA CANTIK YANG TERSERANG PENYAKIT EKOR BUNTUNG Mr. Zafran; Suko Ismi; Indah Mastuti; Ketut Mahardika
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 4, No 2 (2020): JFMR VOL 4. NO.2
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.02.2

Abstract

Budidaya ikan kerapu sudah berkembang pesat di Indonesia. Beberapa tahun belakangan mulai berkembang jenis kerapu hibrida, antara lain kerapu hibrida cantik. Salah satu kendala dalam pembenihan ikan kerapu hibrida cantik adalah terjadinya serangan penyakit yang menyebabkan sirip ekor ikan jadi buntung. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri dari ekor larva ikan kerapu hibrida cantik dan mengetahui karakteristiknya. Dari hasil isolasi didapatkan empat  isolat bakteri murni dimana dua isolat tumbuh baik pada media cytophaga agar  membentuk koloni berwarna keputih-putihan dan dua isolat lainnya tumbuh baik pada media TCBS agar membentuk koloni berwarna hijau. Isolat bakteri 1 dan 2 sensitif terhadap antibiotik chloramphenicol dan oxytetracyclin tetapi resisten terhadap antibiotik  ampicillin, novobiocin, erythromycin, streptomycin, dan penicillin. Di pihak lain, isolat bakteri 3 dan 4 hanya sensitif terhadap antibiotik chloramphenicol. Nilai konsentrasi hambat minimum antibiotik oxytetracyclin terhadap bakteri isolat 1 dan 2 adalah 62,5 mg/L, dan terhadap isolat 3 dan 4 adalah 250 mg/L. Antibiotik erysanbe 500 tidak efektif menghambat pertumbuhan keempat bakteri uji sampai konsentrasi 1000 mg/L. Konsentrasi hambat minimum antibiotik inrofloxs-25 untuk bakteri isolat 1 dan 2 adalah 31,2 mg/L, sedangkan untuk bakteri isolat 3 adalah 62,5 mg/L dan untuk bakteri isolat 4 adalah 15,6 mg/L.
SINTASAN DAN PERKEMBANGAN COCCON LINTAH LAUT (Zeylanicobdella arugamensis) PADA SUHU YANG BERBEDA Ketut Mahardika; Indah Mastuti; Mr. Zafran
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 4, No 1 (2020): JFMR VOL 4 NO 1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.539 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.01.15

Abstract

Lintah laut (Zeylanicobdella arugamensis) merupakan ektoparasit yang sering menginfeksi ikan kerapu di keramba jaring apung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu inkubasi terhadap sintasan lintah laut dan perkembangan coccon (telur). Lintah laut dikoleksi dari ikan kerapu hibrida cantang (panjang total 5-7 cm) dan menempatkannya pada cawan petri. Sebanyak 108-232 ekor lintah laut hidup ditempatkan dalam setiap satu cawan petri yang telah diisi air laut dengan salinitas 32 ppt (total 16 cawan petri). Masing-masing 4 cawan petri di inkubasi dalam inkubator suhu 37, 30 dan 25 °C, dan suhu ruang 20-23 °C. Lintah laut dan coccon yang dihasilkan diinkubasi selama 18 hari, Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lintah laut dapat bertahan hidup selama: 3 hari pada suhu 36-37 °C, 10 hari pada suhu 29-30 °C, 13 hari pada suhu 20-23 °C, dan 15 hari pada suhu 25-26 °C. Akan tetapi, jumlah lintah laut yang bertahan hidup menurun seiring pertambahan waktu inkubasi. Rata-rata jumlah coccon yang berkembang pada suhu inkubasi 25-26 °C lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan suhu inkubasi lainnya. Coccon yang menetas menjadi larva lintah laut menunjukkan jumlah tertinggi (38,71±7,90% b) pada suhu inkubasi 25-26 °C dan berbeda nyata dibandingkan dengan jumlah coccon yang menetas pada suhu inkubasi 29-30 °C (3,86±2,95% a).  Sedangkan coccon pada suhu 36-37 °C dan 20-23 °C tidak ada yang menetas (0 a). Hasil tersebut menunjukkan bahwa lintah laut dan coccon mampu bertahan hidup lebih lama dan menetas lebih banyak pada suhu 25-26 °C.
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium cepa ), BAWANG PUTIH (Allium sativum ), DAN BAWANG BOMBAY (Allium cepa ) TERHADAP LINTAH LAUT HIRUDINEA (Zeylanicobdella arugamensis) SECARA IN VITRO Zafran; Ketut Mahardika; Indah Mastuti; Nadyasari, Kadek Ratih
FISHERIES Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 3 No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Grouper is an important fish species of mariculture in Indonesia. One of production constraint in grouper culture is mortality due to marine leech (Zeylanicobdella arugamensis) infection. The objective of this study was to determine the effectiveness of three different onions (shallot, garlic, and leek) extract with different concentrations and immersion time against marine leech under laboratory condition. The concentration of onion extract tested were 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.12%, and 1.6%, respectively. Sterile sea water without onion extract was used as control. The mortality of leech in each concentration was observed every 30 minutes for 2 hours by transfer them into petri dish filled with 50 ml of sterile sea water. Result showed that garlic extract more effective than shallot and leek against marine leech. Garlic extract at concentration of 3.12% killed 100% of marine leech after 60 minutes immersion, whereas leek extract effective killed 100% of marine leech at concentration of 12.5% after 60 minutes and shallot at concentration of 25%, respectively. Garlic extract showed good potency to be used as a herb to control marine leech infection in grouper culture.