Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

GOLDEN CALF NARRATIVE: Deuteronomist Ideology of Jeroboam Reformation Marthin Steven Lumingkewas; Jenry E.C. Mandey; Antonius Missa
MAHABBAH: Journal of Religion and Education Vol 3, No 1 (2022): MAHABBAH: Journal of Religion and Education, Vol.3, No.1 (January 2022)
Publisher : Scriptura Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47135/mahabbah.v3i1.24

Abstract

Jeroboam 1st is depicted as the prototype for all future evil kings, who are regularly accused According to the books of Kings. Jeroboam accused of established two sanctuaries; Bethel and Dan to rival the temple of Solomon in Jerusalem. These shrines then provoke vehement censure and sin of Jeroboam become paradigmatic of northern apostasy. Underlying the negative depiction of Jeroboam’s cult, however, scholars have found subtle details suggesting that Jeroboam’s cult was traditional and even Yahwistic in nature. His calves may be best understood as familiar Canaanite vehicles for the invisible deity enthroned above them – in this case, Yahweh – comparable to the cherubim in southern cult of Judah. Jeroboam priesthood likely included Levites. And his choices of Dan and Bethel, too, apparently reflected a sensitivity to honor venerable memories of pre-monarchic era. This research aims to explain what Jeroboam did was not a violation of the Yahwistic system of Israel at that time. The establishment of God in Bethel and Dan did not disconcert the status of Yahweh in the treasures of Israel, instead of a form of a political assertion that separated Israel from the arrogance and the power of Judah. By using the method of analyzing historical criticism and literacy, the result is a new perspective of understanding Jeroboam’s reform in Israel - merely a political movement alone. Jeroboam never removed Yahweh from the treasury as the god of Israel. Instead, he retained Yahweh as God who was declared to have led Israel out of Egypt.
SURAT-SURAT PASTORAL SEBAGAI PETUNJUK PRAKTIS PENGGEMBALAAN UNTUK JEMAAT (PASTORAL LETTERS AS A SHEPHARDING PRACTICAL GUIDELINES IN CONGREGATION) Natanael Winanto; Antonius Missa; Juan Ananta Tan
QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies Vol 2 No 1 (2020): QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies
Publisher : Widya Agape School of Theology and Indonesia Christian Theologians Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/quaerens.v2i1.14

Abstract

Pastoral Letters are letters written as a form of shepherding. Then it can be said that pastoral letters are pastoral letters to God's people. Seeing this, pastoral letters are very important in the lives of Christians, especially the church. In this article, the author aims to explore and explain the practical instructions contained in pastoral letters for pastoral care. So the hope is that this article will have an impact on every church leader and family head to deeply solve internal problems of faith and Church management, and the church as an institutional institution discusses how the Church deals with these problems in the congregation. Surat-surat Pastoral adalah surat yang dituliskan sebagai bentuk penggembalaan. Maka dapat dikatakan bahwa surat-surat pastoral merupakan surat penggembalaan kepada jemaat Tuhan. Melihat ini, maka surat-surat pastoral sangatlah penting dalam kehidupan umat Kristen, khususnya gereja. Dalam artikel ini, penulis bertujuan mengeksplorasi dan memaparkan petunjuk-petunjuk praktis yang ada dalam surat-surat pastoral untuk penggembalaan jemaat. Sehingga harapannya adalah artikel ini berdampak pada setiap pimpinan gereja dan kepala keluarga untuk secara kedalam menyelesaikan masalah internal iman dan manajemen Gereja, serta gereja secara institusi kelembagaan membahas bagaimana Gereja menangani masalah tersebut di jemaat.
Kepemimpinan Kristen Dalam Konteks Penggembalaan Gereja di Indonesia Eni Purwanti; Antonius Missa; Yusuf Tandi
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 2 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.2 (October 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.235 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v2i2.50

Abstract

Pada dasarnya, dalam setiap kelompok masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam skala besar maupun kecil, memerlukan pemimpin. Biasanya pemimpin yang muncul di tengah-tengah kelompok masyarakat tersebut adalah orang-orang yang memiliki pengaruh, kemampuan untuk mempimpin orang lain ke arah dan tujuan yang jelas. Susunan atau komposisi sebuah kepemimpinan, baik yang bersifat sekuler maupun rohani, memiliki kesamaan. Maksudnya sebagai suatu lembaga yang terdiri dari beberapa orang, dalam penempatan kedudukan berurut mulai dari yang paling tinggi (bergantung konteks lembaga), sampai kepada kedudukan yang paling bawah. Merekalah yang mengelola suatu lembaga kepemimpinan. Kepemimpinan Yesus adalah kepemimpian yang melayani bukan memerintah dan menjalankan dengan tangan besi; sehingga Yesus menerapkan gaya kepemimpinan yang dewasa ini menjadi tuntutan masyarakat kepada pemerintah yaitu gaya kepemimpinan bottom-up. Menyongsong abad baru, yang sering dikenal dengan istilah “milenium ketiga”, dunia dalam segala bidang (politik, sosial budaya, ekonomi, bahkan agama) mencoba menemukan formula baru dalam kepemimpin-an yang bersifat kontekstual dan efektif, sesuai dengan tuntutan zaman. Diakui bahwa tidak ada satupun dari gaya kepemimpinan yang dapat menjamin tatanan kehidupan satu kelompok, sebab pada dasarnya setiap kelompok memiliki ciri tersendiri. Terlebih bangsa Indonesia yang sifatnya heterogen baik dalam suku, agama, budaya dan adat.
MAKNA TEOLOGIS DAN APLIKASI DARI STRATEGI PEMBELAJARAN YAHUDI UNTUK PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MASA KINI Yusak Tanasyah; Antonius Missa
Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 2 No. 2 (2021): Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen (Vol.2, No.2, June 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Moriah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55076/didache.v2i2.28

Abstract

The Jewish nation, which has been present for thousands of years in the world, has had no small influence on the development of mankind, especially in the field of education. Jews who have the same holy book or God's law as Christianity, which is sourced from the Torah, provide guidelines and implementation of how to carry out education that is applicable and useful for mankind. The Torah which is the source and guidance is a book that is taught and applied in the daily life of the Jewish people. The question is what learning strategies are used in implementing and carrying out education? Learning strategies are important to know because they involve how to bring learning to students to be more effective. Learning strategies provide content and creativity as well as core values ??to students to capture messages conveyed from educators to students. Christian religious education cannot escape the meaning and application of Jewish learning strategies as it has the same foundation in the law or the word of God. The method used in this study is qualitative research sourced from literature originating from books, journals, and data from internet media which is formulated to be applied for today.   Bangsa Yahudi yang ribuan tahun hadir di dalam dunia telah memberikan pengaruh besar atas perkembangan manusia khususnya di dalam bidang Pendidikan. Yahudi yang memiliki kitab suci atau dan hukum Tuhan yang sama dengan kekristenan yang mana bersumber dari Taurat memberikan pedoman dan pelaksanaan bagaimana menjalankan pendidikan yang aplikatif dan berguna bagi umat manusia. Taurat yang adalah sumber dan petunjuk merupakan kitab yang diajarkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari umat Yahudi. Pertanyaannya adalah strategi pembelajaran apakah yang dipakai dalam menerapkan dan menjalankan pendidikan?  Strategi pembelajaran menjadi penting untuk diketahui karena menyangkut bagaimana membawa pembelajaran kepada peserta didik untuk lebih efektif. Strategi pembelajaran memberikan muatan dan kreatifitas serta nilai inti kepada peserta didik untuk menangkap pesan yang disampaikan dari pendidik ke peserta didik. Pendidikan agama Kristen tidak dapat melepaskan diri dari makna dan penerapan dari strategi pembelajaran orag Yahudi sebagaimana memiliki pondasi yang sama di dalam hukum atau firman Allah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersumber dari literatur yang berasal dari buku, journal dan data dari media internet yang dirumuskan untuk diambil aplikasinya bagi masa kini.
Misi Bagi Pertumbuhan Gereja Antonius Missa; Rajiman Andrianus Sirait
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 3 No 1 (2022): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.3 No.1 (April 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/jrsc.v3i1.106

Abstract

Mission is crucial in determining whether a church will grow or not. Talking about the mission, the church must ask what the real mission is, and why we (the church) have and must have a mission. In answering this, the writer wrote that using a qualitative method, literature study was an option. In addition to looking at the Bible, the author also uses other literature as a supporting object to be considered and additional insight in determining the concepts covered in writing. Christian missions always pay attention to church growth. The type of growth described in this case must be quantitative and qualitative. All of these things can start from within the family, work or business partners, and can also be in certain hobby communities. This function must be maximized in the lives of Christ's disciples (congregations) who are taught by the church so that they can be salt and light. Therefore, it is necessary to carry out missions so that the congregation is also engaged in evangelistic missions. A growing church must be able to reach souls, not move souls from one church to another. The church must be able to innovate with today's challenges, without leaving the essence of God's Word itself. A growing church must be strong on the basis of the truth of God's Word that has been written in the Bible, in order to answer and counteract the influence of heresies that are increasingly rampant and also the frenetic world that is increasingly tempting. Misi menjadi hal krusial dalam menentukan gereja itu berumbuh atau tidak.Misi bukan hanya milik untuk kalangan tertentu saja, melainkan tanggung jawab setiap orang Kristen untuk mengemban misi. Berbicara tentang misi, gereja haruslah bertanya apa misi yang sebenarnya, dan mengapa kita (gereja) memilik dan harus bermisi Dalam menjawab hal tersebut, penulis menuliskan dengan menggunakan metode kualitatif studi pustaka menjadi pilihan. Selain melihat dari Alkitab penulis juga menggunakan literatur lainnya sebagai objek pendukung untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan dalam menentukan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan.Misi-misi Kristen selalu memperhatikan pertumbuhan gereja. Jenis pertumbuhan yang digambarkan pada hal ini yaitu harus bersifat kuantitatif dan kualitatif.Semua hal tersebut dapat saja dimulai dari dalam keluarga, pekerjaan maupun rekanan bisnis, dan bisa juga dalam komunitas hobby tertentu. Fungsi tersebut harus dimaksimalkan dalam hidup murid Kristus (jemaat) yang diajarkan oleh gereja agar dapat menjadi garam dan terang. Oleh karena itu perlu melakukan pengutusan agar jemaat juga bergerak dalam misi penginjilan. Gereja yang bertumbuh haruslah dapat menjangkau jiwa-jiwa, bukan memindahkan jiwa-jiwa dari gereja satu menuju gereja yang lainnya. Gereja harus mampu berinovasi dengan tantangan zaman sekarang, tanpa meninggalkan esensi dari Firman Tuhan itu sendiri. Gereja yang bertumbuh haruslah kuat dalam dasar kebenaran Firman Tuhan yang telah di tuliskan pada Alkitab, guna menjawab serta menangkal pengaruh ajaran sesat yang semakin marak dan juga hingar bingar dunia yang semakin menggoda.
Pandangan Martin Luther tentang Pembenaran oleh Iman dalam Yakobus 2:14-26 Maria Payer; Antonius Missa; Bobby Kurnia Putrawan
EPIGRAPHE (Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani) Vol 6, No 2: November 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v6i2.252

Abstract

In this paper, the authors explain that the views of a reforming theologian named Martin Luther once stated that the letter of James "mangles the Scripture and thereby opposes Paul and all Scripture" and called this letter an epistle of straw. ' (straw letter). Luther's statement was prompted by his doubts about the letter of James, which emphasizes good works more than faith. Although James himself did not mean it that way, Luther's view has prompted many theologians who interpret James' teaching on faith and works specifically discussed in chapter 2 to contradict Paul's teaching of justification by faith alone in Christ (Rom 3:24,28). Here the authors discuss the reflection on Martin Luther's views with James 2:14-26 regarding justification by faith.AbstrakDalam tulisan ini, para penulis menjelaskan bahwa pandangan seorang teolog reformasi yang bernama Martin Luther pernah menyatakan bahwa surat Yakobus ini adalah ’’mangles the Scripture and there by opposes Paul and all Scripture’’ dan menyebut surat ini sebagai ’’an epistle of straw’’ (surat jerami). Pernyataan Luther ini didorong oleh keraguannya kepada surat Yakobus yang lebih menekankan perbuatan baik daripada iman. Meskipun Yakobus sendiri tidak bermaksud demikian, namun pandangan Luther ini  telah mendorong banyak teolog yang menafsirkan ajaran Yakobus mengenai iman dan perbuatan yang dibahas khusus dalam pasal 2 ini bertentangan dengan ajaran Paulus mengenai pembenaran hanya oleh iman kepada Kristus (Rm. 3:24,28). Disini  para penulis membahas refleksi pandangan Martin Luther dengan Yakobus 2:14-26 mengenai pembenaran oleh iman.
Visitasi Gembala Kepada Anggota Gereja Antonius Missa
SERVIRE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 No 1 (2022): SERVIRE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Oktober 2021)
Publisher : Indonesia Christian Religion Theologians Association and Widya Agape School of Theology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.004 KB) | DOI: 10.46362/servire.v2i1.107

Abstract

Menjadi gembala merupakan sebuah panggilan dan tugas mulia dari sang Gembala Agung Tuhan Yesus Kristus. Selain penggembalaan, Gembala juga memiliki peran sebagai penanggungjawab untuk membawa anggotanya kepada pertumbuhan rohani yang lebih siginifikan, maksudnya secara terus menerus adanya peningkatan ataupun perubahan yang umat sendiri kerjakan, sehingga setiap kehidupan rohani dari anggota gereja semakin menjadi garam dan terang dunia
Indonesian Gender Justice In School Education Marthin Steven Lumingkewas; Antonius Missa; Magdalena Indriani Suparlim
RERUM: Journal of Biblical Practice Vol. 1 No. 1 (2021): RERUM: The Journal of Biblical Practice
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Moriah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.377 KB) | DOI: 10.55076/rerum.v1i1.12

Abstract

Equality in obtaining education for children, especially girls in rural areas of Indonesia often encounter cultural, religious and ideological barriers from the community.  Educational opportunities are more open to boys than girls for a variety of reasons such as consideration of higher tuition fees, lack of educational facilities and cultural understanding that sees girls as second-grade individuals who can be sacrificed their rights. This subordination of girls is even recorded in a series of education policies that place women as the owners of domestic authority and men to be priests or the backbone of the family. Therefore, in this research using a feminist-sociology approach is expected to provide the results of paradigm changes and perspectives from the government and all elements of society in reviewing the educational curriculum that has so as not to maintain the model gender biased and unfriendly education towards girls' rights in obtaining an education equivalent to that of boys.
Tindakan Korupsi Yang Merusak Etika Ekonomi Dan Bisnis Masa Kini: Tinjauan Etika Kristen Hutapea, Rihard; Simangunsong, Amran; Missa, Antonius
Indonesian Journal of Religious Vol. 6 No. 1 (2023): Indonesian Journal of Religious, Vol.6, No.1 (April 2023)
Publisher : UPPM - Sekolah Tinggi Teologi Indonesia Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/ijr.v6i1.7

Abstract

The rampant acts of corruption that occur today in government agencies and in the private sector directly or indirectly affect the economy. This corruptive attitude results in large licensing and operating costs that inevitably will be charged to the price of goods or services produced by the business partner. The high price of goods or services becomes uncompetitive when competing with companies that produce the same product. Christian ethics revolves around morality, which concentrates on whether an action is morally good or bad. This implies that Christian ethics, which is a branch of religious ethics, ensures that human actions are in line with acceptable moral standards, thus contributing a lot to human moral development. Christian ethics forbids and opposes this act of corruption. This writing uses a literature methodology by conducting a literature study from the perspective of David Gushee about the Sermon on the Mount (Matthew 5:1–48) and supporting it with literature related to the problem of corruption. The result is that corruption is still rampant due to the moral dualism of business people and bureaucratic holders, who in practice separate religious ethics from business activities. Business people and bureaucrats know the correct business ethics that they get from religious teachings that they profess but prefer not to do it because of greed, the nature of wanting to get rich quick.   Maraknya tindakan korupsi yang terjadi pada masa kini di instansi pemerintah maupun di sektor swasta, secara langsung atapun tidak langsung berakibat terhadap perekonomian. Sikap koruptif ini mengakibatkan besarnya biaya perijinan dan biaya operasional yang mau tidak mau akan dibebankan kepada harga barang atau jasa yang dihasilkan oleh si partner bisnis tersebut, tingginya harga barang atau jasa tersebut menjadi tidak kompetitif di dalam bersaing dengan perusahaan yang menghasilkan produk yang sama. Etika Kristen berkisar pada moralitas yang berkonsentrasi pada apakah suatu tindakan secara moral baik atau buruk. Ini menyiratkan bahwa etika Kristen yang merupakan cabang dari etika keagamaan memastikan bahwa tindakan manusia sejalan dengan standar moral yang dapat diterima, sehingga banyak berkontribusi dalam perkembangan moral manusia. Etika Kristen melarang dan menentang terhadap tindakan korupsi ini. Penulisan ini menggunakan metodologi literatur dengan melakukan studi literatur dari perspektif David Gushee tentang kotbah dibukit (Matius 5:1-48) serta didukung literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah korupsi. Hasilnya Tindakan korupsi masih tetap marak dilakukan diakibatkan adanya dualism moral para pelaku bisnis dan pemegang birokrasi dimana dalam prakteknya mereka memisahkan etika agama dengan kegiatan bisnis, para pelaku bisnis dan pemegang birokarsi mengetahui etika bisnis yang benar yang mereka dapatkan dari ajaran-ajaran agama yg mereka anut tetapi lebih memilih tidak melakukannya karena sifat serakah, tamak, atau sifat ingin cepat kaya.
Teologi Misi Holistik: Suatu Diskusi Perspektif Alkitabiah Missa, Antonius
Indonesia Journal of Religious Vol. 5 No. 1 (2022): Indonesian Journal of Religious, Vol.5, No.1 (April 2022)
Publisher : UPPM - Sekolah Tinggi Teologi Indonesia Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/ijr.v5i1.8

Abstract

Mission is still misinterpreted with just evangelism and making it a Christian. Holistic mission is a mission that is not limited to witnessing, personal evangelism, but a mission that includes all the teachings of Jesus, such as feeding the hungry, helping the sick, comforting the afflicted and afflicted, suffering, hopeless, unbelieving, and caring. very critical of the government. The purpose of this research is to explain the holistic mission that is biblical. The writing method used is library research with a descriptive analysis approach. The discovery of his writing is in biblical holistic mission theology shows that God uses all things to be used as tools or means for the gospel. Mission is the "heart of God" and even referred to as "the heart of God" so that the mission must be holistic and biblical.   Misi masih disalahartikan hanya dengan penginjilan dan menjadikannya orang Kristen. Misi holistik merupakan misi yang tidak terbatas pada kesaksian, penginjilan  pribadi, melainkan misi yang mencakup  seluruh ajaran Yesus, seperti memberi makan  orang yang kelaparan, menolong orang yang sakit, menghibur yang sengsara dan duka, menderita, tidak berpengharapan, yang tidak percaya, serta bersikap sangat kritis terhadap pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan misi holistic yang bersifat alkitabiah. Metode penulisan yang digunakan adalah kepustakaan (library research) dengan pendekatan analisis deskriptif. Penemuan dari penulisannya adalah dalam teologi misi holistik yang alkitabiah menunjukkan bahwa Tuhan memakai segala hal untuk dijadikan alat atau sarana guna Injil. Misi merupakan “hati Tuhan” bahkan disebut sebagai “jantungnya Tuhan” sehingga misi itu harus holistk dan alkitabiah.