Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Penerapan Nilai Karakter Bagi Kaum Proletar Usia Remaja di Yayasan Kemah Kasih Sutrisno Sutrisno; Bobby Kurnia Putrawan; Christiani Hutabarat; Susanti Embong Bulan
ABDI: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 3 No 2 (2021): Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/abdi.v3i2.123

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai karakter kaum proletar usia remaja (12-17 Tahun) di Yayasan Kemah Kasih agar mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat diterima masyarakat dengan baik. Penyuluhan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah memberikan pendampingan dan pemahaman tentang penerapan nilai-nilai karakter yang harus dimiliki oleh kaum proletar usia remaja (12-17 Tahun). Model penyuluhan ini menggunakan penerapan nilai-nilai karakter. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah dengan adanya penyuluhan yang dilakukan secara efektif dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan kaum proletar usia remaja (12-17 Tahun) perihal nilai-nilai dalam pendidikan karakter seperti menghargai keberagaman, memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri, menunjukkan sikap percaya diri, kemandirian, mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku di lingkungan dan menanamkan nila-nilai moral dapat mereka terapkan dalam hidup bermasyarakat.
MEMBACA LUKAS 12:10 DAN MAKNA TEOLOGI MENGHUJAT ROH KUDUS (READING LUKE 12:10 AND THE THEOLOGY MEANING OF BLASPHEMES AGAINST THE HOLY SPIRIT) Sri Wahyuni; Susanti Embong Bulan
QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies Vol 2 No 1 (2020): QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies
Publisher : Widya Agape School of Theology and Indonesia Christian Theologians Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/quaerens.v2i1.1

Abstract

The word blaspheming the Holy Spirit as stated in Luke 12:10 raises many different opinions and interpretations. Blaspheming the Holy Spirit is revealed as an unforgivable sin which is a problem that needs to be well understood so that God's people can be avoided from such sin. For this reason, through this study it is hoped to get the meaning as it should so that such sins can be avoided. The results of the study concluded that blaspheming the Holy Spirit means that an attitude that opposes the work of the Holy Spirit and consciously and deliberately and continually rejects the work of the Holy Spirit that enables humans to become like Christ. Kata menghujat Roh Kudus sebagaimana yang dinyatakan dalam Lukas 12:10 menimbulkan banyak pendapat dan tafsiran yang berbeda. Menghujat Roh Kudus dinyatakan sebagai dosa yang tidak dapat diampuni menjadi persoalan yang perlu dipahami dengan baik sehingga umat Tuhan dapat terhindari dari dosa demikian. Untuk itu melalui kajian ini diharapkan mendapatkan makna sebagaimana mestinya sehingga dosa yang demikian dapat dihindari. Hasil kajian menyimpulkan bahwa menghujat Roh Kudus memiliki makna bahwa suatu sikap yang melawan pekerjaan Roh Kudus dan penolakkan dengan sadar dan sengaja serta terus-menerus terhadap karya Roh Kudus yang memampukan manusia menjadi serupa dengan Kristus.
KASIH ALLAH AKAN DUNIA INI: PANGGILAN UMAT KRISTEN UNTUK MENGASIHI INDONESIA (GOD'S LOVE FOR THIS WORLD: CHRISTIANS CALL TO LOVE INDONESIA) Yan Suhendra; Susanti Embong Bulan
QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies Vol 3 No 1 (2021): QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies
Publisher : Widya Agape School of Theology and Indonesia Christian Theologians Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/quaerens.v3i1.34

Abstract

Some church leaders say that Christians should hate and stay away from this world. This world will be destroyed. This has an impact on the indifference of Christians to the future of this world, including the future of the Indonesian state. Some Christians have the opinion that the most important thing is the new world (heaven). The text of John 3:16 gives us deep meaning in how we view the world (Indonesia). The research method used in this article is biblical ecegesis with a syntactic and semantic grammatical analysis approach. The result of this research is that God loves this world. By loving this world, every Christian is also called and involved to love, which is to care for this world, including the Indonesian nation. Sebagian pemimpin gereja mengatakan bahwa umat Kristen harus membenci dan menjauh dari dunia ini. Dunia ini akan hancur. Hal ini memiliki dampak pada ketidakpedulian umat Kristen terhadap masa depan dunia ini, termasuk masa depan negara Indonesia. Sebagian umat Kristen memiliki anggapan bahwa yang terpenting adalah dunia baru (sorga). Teks Yohanes 3:16 memberikan kita makna yang dalam bagaimana kita memandang dunia ini (Indonesia). Metode penelitian yang digunakan pada artikel ini adalah eksegesis biblis dengan pendekatan analisa gramatika sintaksis dan semantik. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Allah mengasihi dunia ini. Dengan mengasihi dunia ini, maka setiap umat Kristen juga dipanggil dan terlibat untuk mengasihi, yaitu memelihara dunia ini, termasuk bangsa Indonesia.
Peran Gereja Dalam Penanggulangan HIV/AIDS Susanti Embong Bulan; Krispus Manullang
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 1 No 1 (2020): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.1 No.1 (April 2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.707 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v1i1.37

Abstract

HIV (human immunodeficiency virus) is a deadly virus and there is no cure until now. The impact of the HIV / AIDS virus on a global scale, seeing this, it requires serious handling from various stakeholders, including government, parents, and even churches. Thus, the aim of this study is to provide input on the role of the church in participating in the prevention and handling of the HIV / AIDS virus. This research method uses literature study. The result of this research is that the church is obliged to participate in speaking out for danger, prevention and handling in an integrated manner with the government and other institutions. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang mematikan dan belum ada obatnya hingga saat ini. Dampak dari virus HIV/AIDS berskala global, melihat hal ini maka perlu penanganan yang serius dari pelbagai stakeholder, baik pemerintah, orang tua, bahkan gereja. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan bagaimana peran gereja dalam ikut serta pencegahan dan penanganan dari virus HIV/AIDS. Metode penelitian ini menggunakan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah gereja wajib turut serta berpartisipasi dalam menyuarakan bahaya, pencegahan, dan penanganan secara terintegrasi dengan pemerintah dan lembaga lain.
Kecemburuan Allah Terhadap Penyembahan Berhala Dan Patung Menurut Keluaran 20:4 Susanti Embong Bulan; Henny Debora Sianipar
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 1 No 2 (2020): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.1 No.2 (October 2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.132 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v1i2.39

Abstract

In the Old Testament, the jealousy of God is always in the context of worshipping idols. The second commandment clearly prohibits the worshipping of statues for this reason, that God is jealous. This article is based on Exodus 20:4-6, and its purpose is to understand the meaning of God’s jealousy with respect to the worship of idols and its implications in the lives of believers. Now, the summary of this article is firstly: the jealousy of God in respect to idolatry says that God cannot be represented in any shape or form whatsoever because the jealousy of God says that He is a God who is Holy. As such, only God Himself should be worshipped by believers. Secondly, the jealousy of God in respect to idolatry says that there is to be no other object of worship other than God because the worship of idols signifies spiritual adultery that results in the jealousy of God. Because of this, believers must reject all forms of idolatry. Thirdly, idolatry brings about the jealousy of God because of God’s faithful covenant with His people. Thus, the jealousy of God should become the foundation of worship to God. Fourthly, the jealousy of God in relation to idolatry brings about judgment because the jealousy of God says that He is just when giving judgment as a consequence for worshipping idols. Fifthly, the jealousy of God in relation to idolatry says that God loves His people and at the same time says that God is just in giving blessings to those who love Him. The love of God underlies the relationship God has with His people. As such, love also becomes the foundation of the relationship believers have with God. Dalam Perjanjian Lama, kecemburuan Tuhan selalu dalam konteks menyembah berhala. Perintah kedua dengan jelas melarang penyembahan patung karena alasan ini, bahwa Tuhan itu cemburu. Artikel ini didasarkan pada Keluaran 20: 4-6, dan tujuannya adalah untuk memahami arti kecemburuan Tuhan sehubungan dengan penyembahan berhala dan implikasinya dalam kehidupan orang percaya. Nah, ringkasan dari artikel ini adalah yang pertama: kecemburuan Tuhan sehubungan dengan penyembahan berhala mengatakan bahwa Tuhan tidak dapat diwakili dalam bentuk apapun karena kecemburuan Tuhan mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan yang Kudus. Karena itu, hanya Tuhan Sendiri yang harus disembah oleh orang percaya. Kedua, kecemburuan Tuhan terhadap penyembahan berhala mengatakan bahwa tidak ada objek ibadah selain Tuhan karena menyembah berhala menandakan perzinahan spiritual yang mengakibatkan kecemburuan Tuhan. Karena itu, orang beriman harus menolak segala bentuk penyembahan berhala. Ketiga, penyembahan berhala menyebabkan kecemburuan Tuhan karena perjanjian setia Tuhan dengan umat-Nya. Oleh karena itu, kecemburuan kepada Tuhan harus menjadi dasar dalam beribadah kepada Tuhan. Keempat, kecemburuan Tuhan dalam kaitannya dengan penyembahan berhala mendatangkan penghakiman karena kecemburuan Tuhan mengatakan bahwa Dia adil ketika memberikan penghakiman sebagai konsekuensi menyembah berhala. Kelima, kecemburuan Tuhan dalam kaitannya dengan penyembahan berhala mengatakan bahwa Tuhan mencintai umat-Nya dan pada saat yang sama mengatakan bahwa Tuhan hanya memberikan berkat kepada mereka yang mencintai-Nya. Kasih Tuhan mendasari hubungan Tuhan dengan umat-Nya. Karena itu, cinta juga menjadi dasar hubungan orang percaya dengan Tuhan.
Kesatuan Alkitab (Unity): Dimensi Penguatan Iman Bagi Jemaat Lasmaria Simanungkalit; Susanti Embong Bulan
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 2 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.2 (October 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.948 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v2i2.70

Abstract

Skeptics who have different views on the Bible as well as those who have not lived a new life or acknowledge Jesus as God will always say the Bible is a book of errors and contradictions. Because of the different understandings, a unity of the Bible is needed that recognizes that the Bible is the Word of God. This article aims to display the unity of the Bible as a dimension of faith strengthening for the church of God. The result is that the Bible remains one, from beginning to end, without any contradictions. The research method used is the method of biblical theological analysis and literature that wants to prove that the Unity of the Bible has different characteristics from other books and is a proof of the divine origin of the words of the Bible when God moves people in such a way that they record what they say- Nya. Kaum skeptik yang mempunyai pandangan yang berbeda mengenai Alkitab serta orang-orang yang belum hidup baru atau mengakui Yesus sebagai Tuhan akan selalu mengatakan Alkitab adalah sebuah buku yang terdapat kesalahan dan pertentangan. Oleh karena berbagai pemahaman yang berbeda maka diperlukan suatu kesatuan Alkitab yang mengakui bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Artikel ini bertujuan memaparkan kesatuan Alkitab dimana sebagai dimensi penguatan iman bagi jemaat Tuhan. Hasilnya adalah Alkitab tetap merupakan satu kesatuan, dari depan sampai akhir, tanpa ada kontradiksi. Metode penelitian yang digunakan ialah Metode analisa teologi biblika serta literatur yang ingin membuktikan bahwa Kesatuan Alkitab memiliki ciri yang berbeda dari buku-buku lainnya dan merupakan bukti asal usul illahi dari kata-kata Alkitab saat Allah menggerakkan manusia sedemikian rupa sehingga mereka mencatat apa yang dikatakan-Nya.
EKSEGESIS KOTBAH: Petunjuk Praktis Bagi Pelaksanaan Firman Tuhan Susanto Dwiraharjo; Susanti Embong Bulan
Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 2 No. 1 (2020): Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen (Vol.1, No.2, December 2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Moriah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55076/didache.v2i1.36

Abstract

Latar belakang, penyampaian Firman Tuhan atau kotbah merupakan bagian yang menyatu dengan pelayanan Kekristenan. Pada faktanya terdapat berbagai pola dan metode tafsir ketika sedang mempersiapkan kotbah. Hal itu sering menjadi persoalan sendiri bagi seorang pengkotbah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hermeneutik. Ini merupakan upaya untuk menemukan kebenaran yang sebenarnya dari teks yang digali. Luaran penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih pemikiran dan juga petunjuk praktis bagi pelaksanaan pelayanan Firman Tuhan. Kesimpulan dari semuanya ini adalah agar eksegesis kotbah ini dapat menjadi arahan bagi setiap hamba Tuhan dalam mempersiapkan kotbahnya. Background, delivery of God's Word or sermon is an integral part of Christian ministry. In fact, there are various patterns and methods of interpretation when preparing a sermon. This is often a problem for a preacher. The method used in this research is the hermeneutic method. This is an attempt to find the actual truth of the excavated text. The output of this research is expected to contribute ideas and also practical instructions for the implementation of the ministry of God's Word. The conclusion of all this is that the exegesis of this sermon can be a direction for every servant of God in preparing his sermon.
The Meaning of Jesus' Identity and Mission in Mark 8:31-38: A Reflection for God's People Marthin Steven Lumingkewas; Bobby Kurnia Putrawan; Susanti Embong Bulan
Millah: Journal of Religious Studies Vol. 21, No. 1, August 2021
Publisher : Program Studi Ilmu Agama Islam Program Magister, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/millah.vol21.iss1.art9

Abstract

This article aims to find the meaning of Jesus' identity and mission in Mark 8:31-38 which is reflected in the lives of God's people today. The method used is through the reading of Mark's narrative theology. According to Mark, the kingdom of God is the only kingdom where peace and justice are abundantly available to all, because the identity and work of Jesus is the true Son of God, and not Caesar. Becoming a part of this kingdom requires imposing what is the identity and mission of Jesus into the readers of Mark's text. Thus, it is reflected and applied to God's people today. The results of this study show that the identity and mission of Jesus is the duty and responsibility of God's people as the son of man to dare to suffer, be rejected, and be killed, for doing the work of the Father, and be resurrected after death.
Aktualisasi Disiplin Rohani Pada Kepemimpinan Gereja Lewat Model Kepemimpinan J. Oswald Sender Juli Santoso; Susanti Embong Bulan
RERUM: Journal of Biblical Practice Vol. 2 No. 2 (2023): RERUM: The Journal of Biblical Practice
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Moriah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55076/rerum.v2i2.137

Abstract

According To J. Oswald Senders that effective church leadership involves a blend of inner life growth and the use of leadership abilities from the outside. This approach emphasizes the importance of spiritual discipline in the character development of church leaders, which helps them lead the congregation effectively. Prayer, scripture study, communion, and Sabbath giving are identified as the four main areas of spiritual discipline in the Senders leadership paradigm. Church leaders can improve their relationship with God, gain insight into the needs of their community, and build a culture of spiritual growth within their church by prioritizing these behaviors. The purpose of this study that we need a leadership that is able to transform the character of the church, provide strategic changes, as well as those that can increase the potential of the individuals it leads, effectively manage resources and have the desire to be actively involved in the process of fighting discrimination still occurs in many parts. J. Oswald provided the basis for good spiritual leadership in church leadership.  The research method used is to examine the leadership model J. Oswald Senders and his application in church leadership in today's context. The result is the leadership model of J. Oswald Sanders applied to spiritual discipline in church leadership, namely establishing personal discipline, demonstrating discipline in how to manage others, and reviewing progress in achieving their goals regularly and adjusting strategies accordingly.   Menurut J. Oswald Senders bahwa kepemimpinan gereja yang efektif melibatkan perpaduan antara pertumbuhan kehidupan batin dan penggunaan kemampuan kepemimpinan dari luar. Pendekatan ini menekankan pentingnya disiplin rohani dalam pengembangan karakter pemimpin gereja, yang membantu mereka memimpin jemaat secara efektif. Doa, penelaahan kitab suci, persekutuan, dan sabat memberikan diidentifikasi sebagai empat bidang utama disiplin rohani dalam paradigma kepemimpinan Senders. Pemimpin gereja dapat meningkatkan hubungan mereka dengan Tuhan, mendapatkan wawasan tentang kebutuhan komunitas mereka, dan membangun budaya pertumbuhan rohani di dalam gereja mereka dengan memprioritaskan perilaku ini. Tujuan penelitian ini bahwa kita membutuhkan kepemimpinan yang mampu mentransformasikan karakter gereja, memberikan perubahan-perubahan strategis, sekaligus yang dapat meningkatkan potensi individu-individu yang dipimpinnya, efektif mengelola sumber daya dan memiliki keinginan untuk aktif terlibat dalam proses melawan diskriminasi masih terjadi dalam banyak bagian. J. Oswald memberikan dasar kepemimpinan rohani yang baik dalam kepemimpinan gereja.  Metode penelitian yang dipakai adalah meneliti kepemimpinan model J. Oswald Senders dan penerapannya di kepemimpinan gereja dalam konteks sekarang ini. Hasilnya adalah model kepemimpinan J. Oswald Sanders menerapkan pada disiplin rohani dalam kepemimpinan gereja, yaitu membangun disiplin pribadi, menunjukkan disiplin dalam cara mengatur orang lain, dan meninjau kemajuan dalam mencapai tujuan mereka secara teratur dan menyesuaikan strategi sebagaimana mestinya.
Peran Pendidikan Musik Terhadap Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus Mempelajari Pendidikan Agama Kristen Sutri, Yerlin Vinni; Tarisih, Tarisih; Bulan, Susanti Embong; Lumempouw, Nova Liesye
Indonesian Journal of Religious Vol. 4 No. 2 (2021): Indonesian Journal of Religious, Vol.4, No.2 (October 2021)
Publisher : LPPM - Sekolah Tinggi Teologi Indonesia Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/ijr.v4i2.1

Abstract

Education for children with special needs is held to train their abilities and skills as a means of self-exploration of their limitations. One alternative that can be implemented in music education. Through music, all aspects of the soul and body of children with special needs can be processed properly. Starting from the aspect of focus, children with special needs will be increasingly able to concentrate their eyes and thoughts on the other person and the activities he is doing. Then from the aspect of gestures, children with special needs will be trained to coordinate their body movements systematically, according to the orders and instructions are given, even to their emotional or psychological aspects. Through music, children with special needs will be more sensitive to changes in the surrounding environment. And through music, these children with special needs can train motor skills, improve concentration, grow self-confidence, grow social attitudes and more importantly increase gratitude towards God Almighty and accept their circumstances. Activities in music education include singing with colleagues, playing musical instruments according to physical condition, listening to religious and inspirational songs. From here, Christian parents who have children with special needs must take the role of implementing Christian Religious Education to help their children develop thinking, emotional, behavioral, and speaking capacities. The church must also support the education of children with special needs by providing educational facilities for them in the church or Sunday school.   Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus diselenggarakan untuk melatih kemampuan dan keterampilan diri sebagai sarana ekplorasi diri atas keterbatasannya. Salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan adalah dengan pendidikan musik. Melalui musik, seluruh aspek jiwa dan raga dari anak berkebutuhan khusus dapat terolah dengan baik. Mulai dari aspek daya fokus, anak berkebutuhan khusus akan semakin mampu untuk mengkonsentrasikan pandangan mata dan pikirannya terhadap lawan bicara dan kegiatan yang ia lakukan. Kemudian dari aspek gerak tubuh, anak berkebutuhan khusus akan terlatih untuk mengkoordinasikan gerak tubuhnya dengan sistematis, sesuai dengan perintah dan instruksi-instruksi yang diberikan, bahkan hingga aspek emosi atau kejiwaannya. Melalui bermusik, anak berkebutuhan khusus akan semakin peka terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Dan melalui musik, anak berkebutuhan khusus ini dapat melatih kemampuan motorik, meningkatkan konsentrasi, menumbuhkan rasa percaya diri, menumbuhkan sikap social dan yang lebih penting meningkatkan rasa syukur terhadap Tuhan yang maha esa dan menerima keadaan mereka. Kegiatan dalam pendidikan seni musik yang dilakukan diantaranya bernyanyi bersama teman sejawat, bermain alat musik sesuai kondisi fisik, mendengarkan lagu-lagu religi dan inspiratif. Dari sini orang tua Kristen yang memiliki anak berkebutuhan khusus harus mengambil peran untuk menerapkan Pendidikan Agama Kristen guna menolong anak-anak mereka mengembangkan kapasitas berpikir, emosi, tingkah laku, dan memampuan berbicara. Gereja juga harus mendukung pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus dengan menyiapkan sarana prasarana pendidikan bagi mereka di dalam gereja atau sekolah minggu.