Maxinus Jaeng
Universitas Tadulako

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PROFIL TEKNIK GURU MENGAJARKAN SIFAT-SIFAT KUBUS, BALOK, TABUNG, DAN BOLA PADA SISWA KELAS IV TUNANETRA DI SDLB ABCD MUHAMMADIYAH PALU Luppi Risaldi; Maxinus Jaeng; Sudarman Bennu
Aksioma Vol. 3 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v3i2.35

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang profil teknik guru mengajarkan sifat-sifat kubus, balok, tabung, dan bola pada siswa kelas IV tunanetra di SDLB ABCD Muhammadiyah Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Untuk memperoleh hasil penelitian, digunakan empat teknik pengumpulan data, yaitu rekaman video, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengajarkan sifat-sifat kubus, balok, tabung, dan bola, guru menerapkan tiga teknik pembelajaran yang terdiri dari; (1) teknik analogi, yaitu guru mengajarkan sifat-sifat kubus, balok, tabung, dan bola dengan menggunakan alat peraga berupa model bangun ruang dari masing-masing bangun ruang yang akan diajarkan. Guru mengajarkan titik sudut kubus dan balok dengan menganalogikan titik sudut sebagai bentuk yang runcing dan rusuk sebagai garis. (2) teknik aturan, yaitu terlebih dahulu guru menyampaikan sifat-sifat kubus, balok, tabung, dan bola, kemudian diucapkan kembali oleh siswa sesuai dengan yang telah disampaikan oleh guru. (3) teknik keterlibatan, yaitu guru melibatkan semua siswa untuk ikut meraba alat peraga dari masing-masing bangun ruang yang diajarkan, dan ikut membilang banyak titik sudut, sisi, dan rusuk pada alat peraga kubus dan balok. Kata kunci: profil, tunanetra, sifat-sifat kubus, balok, tabung, bola.
PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MEMBANGUN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP LUAS DAERAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI DI KELAS VII SMP NEGERI 6 BANAWA Stela; Maxinus Jaeng; Sukayasa
Aksioma Vol. 4 No. 2 (2015)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v4i2.68

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang penerapan pendekatan scientific yang dapat membangun pemahaman siswa pada konsep luas daerah persegi panjang dan persegi di kelas VII SMP Negeri 6 Banawa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart, yakni perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan scientific dapat membangun pemahaman siswa tentang konsep luas daerah persegi panjang dan persegi di kelas VII SMP Negeri 6 Banawa mengikuti langkah-langkah yaitu (1) mengamati, siswa mengamati gambar, peristiwa maupun benda sekitar yang membentuk model bangun datar persegi panjang dan persegi. (2) menanya, peneliti dan siswa melakukan tanya jawab terkait hal yang diamati. (3) menalar, siswa mengolah data yang diperoleh dari kegiatan menanya untuk memperoleh kesimpulan. (4) mencoba, siswa mengerjakan LKS secara berkelompok dan mengerjakan tes individu. (5) mengkomunikasikan, siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Kata Kunci : Pendekatan scientific, Membangun Pemahaman, Konsep Luas Daerah Persegi Panjang dan Persegi.
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VIIB SMP NEGERI 1 BANAWA Dwi Warli; Maxinus Jaeng; Rita Lefrida
Aksioma Vol. 5 No. 2 (2016)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v5i2.126

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan Contextual Teaching and Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perbandingan di kelas VIIB SMP Negeri 1 Banawa. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan desainnya menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart, dengan tahapannya yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjeknya adalah seluruh siswa kelas VIIB yang berjumlah 28 orang siswa. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan lapangan, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Banawa pada materi perbandingan, dengan memuat tujuh komponen yaitu: 1) konstruktivis, 2) bertanya, 3) menemukan, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi, dan 7) penilaian autentik. Kata Kunci: Contextual teaching and learning, hasil belajar, perbandingan. Abstract: The objective of this research was described the application of Contextual Teaching and Learning to improved the learning outcomes of VIIB students of SMP Negeri 1 Banawa in Proportion Matter. In this case, the researcher applied Class Action Research (CAR) and the design referred to Kemmis and Mc. Taggart model which covered planning, action, observation, and reflection. The subjects of the research were 28 students. This research was divided into two cycles, each of these cycles included two meetings. Moreover, the data were collected by the researcher through observation, interview, field-note taking, and test. The result of the research showed that Contextual Teaching and Learning can improved the learning outcomes of VIIB students of SMP Negeri 1 Banawa in Proportion through some componens: 1) constructivism, 2) questioning, 3) inquiry, 4) learning community, 5) modeling, 6) reflection and 7) authentic assesment. Keywords: Contextual teaching and learning, learning outcomes, proportion.
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 16 PALU Romiandi Irwan Rachman; Dasa Ismaimuza; Maxinus Jaeng
Aksioma Vol. 5 No. 2 (2016)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v5i2.127

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran Quantum Teaching yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMPN 16 Palu. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart, yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 16 Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 37 siswa dan dipilih tiga siswa sebagai informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: (1) tumbuhkan, pada fase ini peneliti memberikan motivasi belajar mengenai tujuan dan manfaat mempelajari SPLDV dengan menggunakan bahan tayang, peneliti menampilkan foto toko Alat Tulis Kantor (ATK) dan toko buah yang berkaitan dengan penggunaan SPLDV dalam kehidupan sehari-hari, (2) alami, pada fase ini peneliti menjelaskan inti-inti materi yang dipelajari, (3) namai, pada fase ini peneliti menempatkan siswa ke dalam 8 kelompok belajar dan memutar instrumen musik serta menampilkan video simulasi terkait materi SPLDV, (4) demonstrasikan, pada fase ini peneliti memberikan kesempatan pada 1-2 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, (5) ulangi, pada fase ini siswa menyampaikan cara-cara yang dapat digunakan dalam menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV dan (6) rayakan, pada fase ini peneliti memberikan penghargaan berupa tepuk tangan, pujian dan hadiah berupa kado sebagai penghargaan atas usaha bersama. Kata kunci: Quantum teaching, hasil belajar, sistem persamaan linear dua variabel. Abstract: This research aimed to describe the implementation of quantum teaching learning model can increase scholastic achievement of students on the system linear equations of two variables at grade VIII SMPN 16 Palu. This research was a classroom action research which referred to Kemmis and Mc.Taggarts’ research design that were planning, acting, observing and reflecting. This research was conducted in two cycles. Subject of research was grade VIII student of SMPN 16 Palu on 2015/2016 academic year. The number of research subject were 37 students and three students were selected as informans. The result of this research showed that the implementation of Quantum Teaching learning model can increase the scholastic achievement of students through the phases that were: (1) grow up, At this phase, the researcher gave motivation to the students by convey them the aims and the advantages of learning system linear equations of two variables and the researcher used slides to provide students the office equipments and fruits shop pictures which were related to the used of system linear equations of two variables in daily life, (2) experience, at this phase the researcher explained the major points of the material, (3) named, at this phase students solved the student’s worksheet in their own group and played the music instrumental as well as showed the student the simulation video, (4) demonstration, at this phase the researcher gave chance to 1-2 groups to presented the result of their work group, (5)review, at this phase students convey the methods that used to find out the problem solving of system linear equations of two variables and (6)celebrate, at this phase the researcher gave some rewards such as hand-clapped, praised, and gifts to appreciate their work. Keywords: Quantum teaching, scholastic achievement, the system linear equations of two variables.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PERSEORANGAN DAN KELOMPOK KECIL (PPKK) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI KELAS VII B7 SMP NEGERI 14 PALU Yuniarti; Maxinus Jaeng; Sudarman
Aksioma Vol. 6 No. 1 (2017)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v6i1.145

Abstract

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang penerapan model Pembelajaran Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas VII B7 SMP Negeri 14 Palu. Rancangan penelitian mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VII B7 SMP Negeri 14 Palu sebanyak 27 orang serta informan yang dipilih pada penelitian ini sebanyak 3 orang dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Data penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi, hasil wawancara, catatan lapangan, dan hasil tes akhir tindakan siklus I dan II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) dapat meningkatkan hasil belajar yang tahapannya yaitu : 1) pembukaan/pengantar, 2) informasi demonstrasi dan aktivitas perseorangan, 3) informasi dan aktivitas kelompok, 4) kuis evaluasi, 5) penutup. Kata Kunci : Model PPKK, hasil belajar, penjumlahan dan pengurangan pecahan Abstract : The aim of this research is to describe the application of individual and small group learning model (PPKK) that can improve student learning outcomes to solve addition and subtraction of fraction at VII B7 grade of SMP NEGERI 14 PALU. The research design refers to Kemmis and Mc taggart’s research design. This study was conduct into two cycles. The subjects of the study were all students VII B7 grade of SMP NEGERI 14 PALU as many as 27 people and informants selected in this study as many as 3 people with different levels of ability. The data of this study were collected through observation sheets, interviews, field notes, and end of cycle test results I and II. The result of this research indicate that the application of individual and small group learning model (PPKK) can improve learning outcomes, that is: (1) opening/introduction, (2) demonstrations and activities of individual information, (3) information and group activities, (4) evaluation, (5) closing. Key Word : Individual and small Group Learning Model, learning outcomes, addition and subtraction of fraction.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 6 PALU PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL Novita Saselah; Maxinus Jaeng; Gandung Sugita
Aksioma Vol. 7 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v7i1.181

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing yang meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 6 Palu pada materi pertidaksamaan linear satu variabel. Subjek penelitian ini sebanyak 3 orang siswa kelas VIIB SMP Negeri 6 Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, wawancara, catatan lapangan, serta data hasil tes awal dan data hasil tes akhir tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing, hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 6 Palu pada materi pertidaksamaan linear satu variabel meningkat sesuai kriteria keberhasilan tindakan, dengan enam tahap sebagai berikut: 1) stimulasi dimana siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya agar timbul keinginan mencari untuk menyelidiki sendiri. 2) perumusan masalah yang sesuai dengan bahan pelajaran. 3) pengumpulan data sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis. 4) pemrosesan data dimana siswa mengolah data atau informasi yang diperolehnya sendiri. 5) verifikasi atau pemeriksaan kembali secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif. 6) generalisasi atau penarikan kesimpulan. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 58,6% sedangkan persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 82,7%. Kata Kunci: model pembelajaran penemuan terbimbing, hasil belajar, pertidaksamaan linear satu variabel Abstract: This study aims to describe the application of guided discovery learning model that improves student learning outcomes of grade VIIB SMP Negeri 6 Palu on linear inequality one variable. The subjects of this study were 3 students of grade VIIB SMP Negeri 6 Palu registered in the academic year 2017/2018. This study was conducted in two cycles. This research is a classroom action research (PTK) which refers to the design of Kemmis and Mc research. Taggart ie (1) planning, (2) implementation of action, (3) observation and (4) reflection. The data collected in this research is teacher activity data in managing learning, and student activity in follow activity of study, interview, field note, and data of preliminary test result and data of result of final test of action. The result of the research shows that through the implementation of guided discovery learning model, the learning outcomes of students of class VIIB SMP Negeri 6 Palu on the material of linear inequality one variable increases according to the success criteria of action, with six stages as follows: 1) stimulation where the students are faced with something that cause confusion arises the desire to seek to investigate itself. 2) formulation of the problem in accordance with the subject matter. 3) the collection of data as much as relevant to verify whether or not the hypothesis is true. 4) data processing where students process data or information obtained by themselves. 5) verification or re-examination carefully to prove whether or not the hypothesis is established with alternative findings. 6) generalizations or conclusions. Percentage mastery learning classical in the first cycle of 58.6% while the percentage of classical learning completeness in cycle II has increased it by 82.7%. Keywords: guided discovery learning model, learning outcomes, linear inequality one variable.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN STRATEGI POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PERSEGI PANJANG DI KELAS VII I SMP NEGERI 3 PALU Hermawati; Maxinus Jaeng; Linawati
Aksioma Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v7i2.191

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deksripsi penerapan model pembelajaran langsung dengan strategi Polya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita persegi panjang di kelas VII I SMP Negeri 3 Palu. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII I SMP Negeri 3 Palu yang berjumlah 40 orang dan dipilih 3 orang siswa sebagai informan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan desain penelitian yang mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, setiap siklusnya melalui tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil persentase ketuntasan belajar klasikal siklus I adalah 81,08%, dan mengalami peningkatan pada siklus II, dengan persentase ketuntasan belajar klasikal adalah 88,57%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa menerapkan model pembelajaran langsung dengan strategi Polya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita persegi panjang di kelas VII I SMP Negeri 3 Palu melalui tahap-tahap yaitu: 1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, guru membuka pembelajaran, mempersiapkan siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi dan mengecek pengetahuan awal siswa; 2) presentasi dan demontrasi, guru menyajikan contoh soal cerita persegi panjang dan menjelaskan penyelesaianya menggunakan strategi Polya; 3) membimbing pelatihan, siswa menyelesaikan soal cerita persegi panjang dengan menggunakan strategi Polya yaitu memahami masalah, membuat perencanaan, melaksanakan perencanaan dan melihat kembali pada solusi yang lengkap; 4) mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik, guru mengajak siswa mendiskusikan jawaban yang diperoleh dan memberikan umpan balik; dan 5) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan, siswa menyelesaikan soal latihan mandiri. Kata Kunci: Model pembelajaran langsung, hasil belajar siswa, persegi panjang. Abstract: The aim of this research was to obtain the description of applying the direct learning model with Polya strategy to improve students learning outcomes in solving word problems of rectangular in class VII I SMP Negeri 3 Palu. The subjects of this study were VII I grade students of SMP Negeri 3 Palu, amounting to 40 students and choose 3 students as the informant. This research is a classroom action research (CAR). As the research design refers to the design of the research of models Kemmis and Mc. Taggart. This research was conducted in two cycles, each cycle through the stages that is planning, action, observation and reflection. The research results showed that results percentage of classical learning completeness cycle 1 is 81,08%. And an increase in cycle 2, with Percentage of classical learning completeness is 88,57%. Based on the research results can concluded that applying the direct learning model with Polya strategy to improve students learning outcomes in solving word problems of rectangular in class VII I SMP Negeri 3 Palu phases following these steps, that is: (1) outlines the objectives and prepare students, teachers open learning, prepare students, delivering the learning objectives, provide motivation and checking students prior knowledge; (2) presentation and demonstration, teacher presents examples word problems of rectangular and explaining its complection with Polya strategy; (3) guiding the training, students complete word problems of rectangular with Polya strategi that is understanding the problem, make a plan, implement planning and checking back to a complete solution; (4) checking understanding and provide feedback, teachers invite students to discuss answers obtained and provide feedback; and (5) provide opportunities for advanced training and implementation, students the exercises self. Keywords: Direct learning Model, learning outcome, rectanguler.
PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN KONVENSIONAL Siti Hadijah; Sutji Rochaminah; Maxinus Jaeng
Aksioma Vol. 8 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v8i2.213

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di Kelas IX MTs Negeri 1 Kota Palu. Hipotesis penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Desain penelitian ini adalah pre-post test control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MTs Negeri 1 Kota Palu dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Nilai rata-rata siswa kelas eksperimen 47 dan standar deviasi 17,04 sedangkan nilai rata-rata siswa kelas kontrol 40 dan standar deviasi 13,40. Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian hipotesis menggunakan teknis statistik parametris yaitu uji t. Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai ????tabel = 1,67 dan ????hitung = 2,96 sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IX MTsN 1 Kota Palu. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Model Pembelajaran Konvensional, dan Pemahaman Konsep Abstract: This research purposed to determine is mathematics concept understanding students who learn by using jigsaw cooperative learning model better than students who learn by using conventional learning model in class IX MTs Negeri 1 Kota Palu. The hypothesis is that mathematics concept understanding students who learn by using jigsaw cooperative learning model better than students who learn by using conventional learning model. The type of research is a quasi experiment. Design of research is pre-post control design. The population of this research is all students of class IX MTs Negeri 1 Kota Palu with samples taken by cluster random sampling technique. The average score of the experiment class students is 47 and standard deviation is 17.04 and the average score of the control class students is 40 and standard deviation is 13.40. The data is normal distribution and homogen, hypothesis test using t test. Results of hypothesis test obtained value ????table = 1.67 and ????count = 2.96 it means H1 is accepted and H0 is rejected. This indicated that mathematics concept understanding students who learn by using jigsaw cooperative learning model have better than mathematics concept understanding students who learn by using conventional learning model in class IX MTsN 1 Kota Palu. Keywords: Jigsaw Cooperative Learning Model, Conventional Learning Model, and Concept Understanding
PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI HUBUNGAN ANTAR GARIS DAN SUDUT Firmansyah Firmansyah; Maxinus Jaeng; I Nyoman Murdiana
Aksioma Vol. 9 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v9i2.519

Abstract

Abstrak: The purpose of this study is to describe the application of guided discovery method that can improve student learning outcomes VII A grade SMPN 18 Palu on the material connection between lines and angles. The type of research used is classroom action research (CAR). The research design refers to the research design of Kemmis and Mc. Taggart consists of four components: 1) planning, 2) action, 3) observation and 4) reflection. The type of data used is qualitative data and quantitative data with data collection techniques are observation, interviews, field notes and tests. This research was conducted in two cycles. The results showed that the application of guided discovery learning methods can improve student learning outcomes by following the steps of guided discovery methods are: 1) the formulation of the problem, the researcher explains the subject matter regarding the relationship between lines and angles, the researcher distributes student activity sheet which contains questions concerning the material relations between lines and angles that must be completed by students. 2) data processing and constructing conjectures, students process data in the student activity sheet and arrange conjectures. 3) Examining the conjecture, the researcher examines the conjectures that have been prepared by students and provides guidance as needed if there is an error in compiling the conjecture. 4) verbalizing the conjecture, student representatives from each group present the results of the conjecture obtained and the researcher guides students to make correct conclusions about the material relations between lines and angles. 5) feedback, giving practice questions about the material of relationships between lines and angles to students. The results of this study indicate that classical learning completeness students in the cycle I is 50% and increased in the cycle II is 77%.
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA Maxinus Jaeng
Aksioma Vol. 5 No. 3 (2016)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v5i3.761

Abstract

Pendidikan manusia Indonesi harus terarah ke tujuan tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Negara Republik Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Karakter yang dimunculkan dalam proses pendidikan formal di Sekolah memuat 18 nilai karakter dirumuskan oleh Kememendiknas yang mengarah ke pembentukan anak yang cerdas. Pendidik di Sekolah harus mendidik peserta didik menjadi anak cerdas. Anak cerdas tentu pintar, tetapi anak pintar belun tentu cerdas. Cerdas berhubungan dengan karakter yang selalu berbuat kebaikan. Kenyataannya, orang yang sering berbuat kejahatan (pencuri/koropsi, narkoba) merupakan orang-orang pintar. Matematika mempunyai karakteristik atau ciri khusus sebagai ilmu yang pentig dalam pendidikan nilai, sebagai landasan pendidikan karakter yaitu (1) matematika disusun secra deduktif-aksiomatik (2) dijiwai oleh kesepakatan-kesepakatan, (3) anti Kontradiksi, (4) matematika memiliki banyak analogi, (5) matematika dapat sendiri dan membantu bidang lain, (6) matematika memiliki objek abstrak, dan (7) matematika memiliki semesta pembicaraan. Ilmu pengetahuan dan kepastian sebagai hasil kajian keingintahuan ketidakpastian dan keraguan yang tidak disertai nilai kemanusiaan dengan semangat cinta kasih akan menghancurkan dunia. Dengan berpegang pada karakteristik matematika yang merupakan ciri matematika, kita melaksanakan nilai-nilai kehidupan dengan: (1) berfikir deduktif dari kebenaran pangkal berdasarkan ajaran agama yang dianut, dan berlandaskan pancasila sebagai dasar Negara dan juga sebagai landasan fiosofi pendidikan (matematika) di Indonesia. (2) dijiwai oleh kesepakatan-kesepakatan yang disepakati bersama sebagai norma aturan yang harus ditaati dan dijalankan dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. (3) pemahaman yang anti kontaradiksi yang dapat diterima oleh semua pihak, yang tidak mengorbankan diri sendiri, terutama jangan mengorbankan orang lain. (4) analogi-analogi yang serupa dapat ditiru, tetapi tidak merusak atau mengorbankan aturan dan norma kehidupan dan masyarakat lokal. (5) berkarya sendiri dan membantu bidang lain. Pada dasarnya manusia hidup selalu berada dalam dua situasi yaitu dalam situasi sendiri yang tidak mau diganggu oleh orang lain, dalam situasi pribadi sebagai makhluk individu, dan dalam situasi bersama dengan orang lain sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupan tentu saling membutuhkan. (6) menetapkan semesta pembicaraan yang menunjukkan adanya lingkup pembicaraan, lingkup kajian, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, karena sering terjadi ada campur tangan seseorang tertentu dalam wilayah orang lain yang tidak dalam lingkungannya dan tidak tahu permasalahannya, mencamprui pembicaraan orang lain, tetapi tidak tahu arah pembicaraan, karena masuk pada semesta pembicaraan orang lain.