Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

STUDI PENGGUNAAN PREKURSOR HORMON STEROID DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS REPRODUKSI BURUNG PUYUH JANTAN (COTURNIX COTURNIX JAPONICA) Isnaeni, Wiwi; Fitriyah, Abdiyadul; Setyani, Ning
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 8, No 2 (2010): December 2010
Publisher : Unnes Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v8i2.316

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji efek penggunaan prekursor hormon steroid(dari bahan alami) dalam pakan terhadap kualitas reproduksi puyuh jantan. Prekursorhormon steroid dari bahan alami yang dimaksud yaitu minyak ikan lemuru (sumberomega-3), minyak sawit (sumber omega-6), dan kuning telur (sumber kolesterol),yang dicampurkan ke dalam pakan. Dalam penelitian ini digunakan 175 ekor burungpuyuh jantan umur empat minggu, dengan berat badan 60-98 gram, dibagi secaraacak menjadi tujuh kelompok, yaitu R-0 (kontrol), R-1 (3% ML), R-2 (6% ML), R-3(3% MS), R-4 (6% MS), R-5 ( 3% KT), dan R6 (6% KT). Pemberian pakandilakukan pada pagi pukul 07:00 dan sore pukul 16:00 WIB sebanyak 20 g pakan/100g BB puyuh/hari. Air minum diberikan secara ad libitum. Variabel penelitian(indikator kualitas reproduksi puyuh jantan) berupa kadar hormon testosteron plasma,kualitas darah, kecemerlangan/warna bulu dada, kualitas suara, dan kualitasspermatogenesis. Untuk mengamati struktur histologi testis, terlebih dahulu dilakukanpreparasi jaringan testis menggunakan metode pewarnaan H-E. Data dianalisisdengan analisis variansi menggunakan RAL, dilanjutkan dengan uji kontras ortogonaldan uji morpometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ML dan MSmampu meningkatkan kecemerlangan warna bulu dada burung puyuhjantan (P<0,01). Pemberian pakan sumber asam lemak dan kolesterol terbukti mampumeningkatkan motilitas dan konsentrasi spermatozoa burung puyuh secara bermakna(P<0,01). Pemberian ML level 6% mampu menurunkan abnormalitas spermatozoasecara bermakna. Pemberian MS level 6% mampu meningkatkan jumlahspermatozoa yang hidup. Pemberian MS dan ML level 6% mampu meningkatkankonsentrasi spermatozoa, sedangkan pemberian kolesterol level 6% cenderungmenurunkan kualitas semen. Pemberian ML dan MS level 6% menyebabkanpeningkatan kadar hormon testosteron. Kadar hormon testosteron tertinggiditunjukkan oleh kelompok puyuh yang diperlakukan dengan ML 6%. Kadar hormontestosteron terendah ditunjukkan oleh kelompok puyuh yang diperlakukan denganKT 6 % dan kelompok kontrol. Tingginya kadar hormon testosteron pada perlakuanML 6% dibarengi dengan rendahnya kadar kolesterol total (196,93 mg/ dl), HDL(79,73 mg/dl) dan LDL (12,68 mg/dl) pada plasma puyuh jantan. Pemberian ML,MS, dan KT level 6% juga meningkatkan hampir semua indikator kualitas suara.Kata Kunci: Minyak ikan lemuru, minyak sawit, kuning telur, hormon testosteron, kualitasreproduksi puyuh jantan.
Pengaruh Pemberian Omega-3, Omega-6, dan Kolesterol Sintetis terhadap Kualitas Reproduksi Burung Puyuh Jantan Isnaeni, Wiwi; Fitriyah, Abyadul; Setiati, Ning
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 2, No 1 (2010): March 2010
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/biosaintifika.v2i1.1150

Abstract

The aims of this research were to study the effect of using the omega-3 (O-3), omega-6(O-6), and synthetic cholesterol (Ch) on the reproductive quality of the male quails.Samples of this research were 35 of 4 weeks old male quails with 60 to 98 g of weight.The samples were grouped randomly into 7 groups, that are R-0 (control-group), R-1(0,163 mg O-3/100 g body weight), R-2 (0,326 mg O-3/100 g bw), R-3 (0,163 mgO-6/100 gbw), R-4 (0,326 mg O6/100 g bw), R-5 (20 mg Ch/100 g bw), and R-6 (40mg Ch/100 g bw). The treatment was given per oral in three periods with 5 days ofeach. there was a week intervening between periods. During the research, samples weregifted rations a basalic-woof (basalic-feed) for twice/day, at 7:00 and 16:00 o’clock. theamount of basalic-woof were 20 g of feed/100 g body weight/day. Water administeredin an ad libitum manner. This research was implemented during 8 weeks. The variableswere the level of testosterone, blood qualities, voice-qualities, color brightness of chestfur, and testis size. The voice quality data were analyzed by one-way ANOVA continuedby orthogonal contrast test. The other data were analyzed by descriptive statistic. Theresult of this research confi rmed that synthetic omega-3 and omega-6 (0,326 mg/100 gbw) and synthetic cholesterol (20 mg/100 g bw) could increase the reproductive qualityof the male quails.Keywords: synthetic cholesterol, synthetic omega-3, synthetic omega-6,reproductive quality
PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI MENJADI ENERGI GAS NON FOSIL DAN PUPUK ORGANIK DI DESA BATU KUTA LOMBOK BARAT Abyadul Fitriyah; Ria Harmayani; Aisah Jamili; Yuni Mariani; Ni Made Andry Kartika; Isyaturriyadhah Isyaturriyadhah
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 4, No 3 (2021): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v4i3.5396

Abstract

ABSTRAKKegiatan pengabdian masyarakat (PPM) ini bertujuan pemberdayaan masyarakat pada  Kelompok Tani Ternak (KTT) di desa Batu Kuta Lombok Barat dalam memanfaatkan limbah kotoran sapi yang melimpah untuk membuat instalasi energi gas non fosil, dan pembuatan pupuk kompos. Metode yang diterapkan oleh Tim PPM meliputi, sosialisasi/penyuluhan dan pelatihan/workshop pembuatan pupuk kompos dan pembuatan instalasi energi gas non fosil (biogas) yang diikuti dengan pelatihan pengoperasian dan perawatannya serta pemasaran produk. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa program PPM berlangsung dengan baik dan lancar. Program ini mampu memberi motivasi kepada petani peternak KTT  Wirasinge di desa Batu Kuta Lombok Barat dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak menjadi bahan bakar biogas dan pupuk kompas yang secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kendala-kendala yang muncul pada tahap pelaksanaan kegiatan PPM dapat diatasi dengan metode monitoring, evaluasi dan pendampingan. Penerapan teknologi yang dilaksanakan di Desa Batu Kuta telah menghasilkan biogas sebagai sumber energi alternatif bagi peternak. Saran yang dapat diajukan dari hasil kegiatan PPM ini bagi masyarakat desa Batu Kuta, diharapkan untuk tetap melanjutkan program ini dan perlunya pendampingan dalam pengelolaan keuangan. Bagi pemerintah daerah diharapkan dapat mensosialisasikan program ini untuk diterapkan pada masyarakat di daerah atau desa lain dengan kondisi pertanian dan peternakan yang memadai. Bagi pemerintah pusat hendaknya selalu meluncurkan program sejenis untuk terus dapat dilaksanakan dan dikembangkan dalam rangka membantu masyarakat di pedesaan yang terdampak langsung dari efek pandemik dan merasakan terpuruknya keadaan ekonomi. Kata kunci: limbah kotoran sapi; gas non fosil; pupuk organic ABSTRACTThe Community Service Program (PPM) is aimed for community development of ranchers group at Batu Kuta West Lombok, to use the abundant cow manure in making non-fossil fuel installation as well as compost fertilizer. The PPM Team employed socialization and workshop in making non-fossil fuel installation (biogas) and compost fertilizer, followed by workshops in operating, maintenance, and product marketing. The results revealed the PPM Team program was executed accordingly, providing motivations to Wirasinge’s ranchers Group at Batu Kuta by turning cow manure into non-fossil fuel biogas and compost fertilizer which indirectly improved the people's income and prosperity. Meanwhile, the Problems encountered were solved using monitoring, evaluation, and accompaniment. Further, the technology implementation outcome is the biogas, which becomes the ranchers's alternative energy source. It is suggested by the PPM team for the Wirasinge  ranchers Group or people at Batu Kuta to continue with the program and initiate accompaniment in financial management, while the local government is expected to socialize the program in other villages with adequate cattle conditions. The central government is also expected to initiate and develop similar programs often, to help the villagers' from the pandemic effect and worsened economical conditions. Keywords: cow manure; non-fossil fuel; organik fertilizer
PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN TERNAK DENGAN PEMANFAATAN SARANA BUMDES BERSAMA BAGI KELOMPOK USAHA KAWASAN PEDESAAN Ria Harmayani; Abyadul Fitriyah; Yuni Mariani; Ni Made Andry Kartika; Nefi Andriana Fajri; Lalu Moh. Nazar Fajri; Muhammad Sohibul Ihsan; Sukran Makmun
KARYA ABDI Vol 2 No 2 (2021): Article
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32520/karyaabdi.v2i2.1744

Abstract

Utilization of local feed resources aims to encourage the independence of farmers in meeting the needs of feed ingredients and their processing. The independence of farmers can be supported by maximizing livestock farming and collaborating with BUMDes in order to create an increase in the economic welfare of livestock business groups in rural areas. the use of BUMDes together for livestock business groups in rural areas provides a forum for breeders and BUMDes management to continue to develop businesses, especially livestock businesses. It is hoped that the development of livestock business at the joint BUMDes in Aikmel District can minimize the low productivity of livestock and the use of local feed raw materials in rural areas, so that the joint BUMDes continue their business and farmers can more easily get the transfer of knowledge of feed technology and feed supplements in efforts to increase livestock productivity. The stages in this service include observation, planning, follow-up and evaluation. The training implementation methods are lectures and direct practice, question and answer and discussion methods. Based on the results of the training, it shows that the participants have been able to carry out management and management of livestock business units in their respective livestock groups, which can be seen from the training and mentoring carried out by the resource persons.
ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK LEBAH MADU (TRIGONA SP)DI DESA SUKADANA KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA Abyadul Fitriyah; Imam Mujiburrahman; Yuni Mariani; Isyaturriyadhah Isyaturriyadhah
JAS (Jurnal Agri Sains) Vol 4, No 2: Desember 2020
Publisher : Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/jas.v4i2.427

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui besarnya biaya dalam menjalankan usaha ternak lebah madu (Trigona sp) di Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, dan  (2) Mengetahui besarnya pendapatan dan kelayakan usaha ternak lebah madu (Trigona sp)  di Desa SukadanaKecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan teknik survey.Sampel dalam penelitian initiga puluh (30) orang respondenyang diambilsecarasimple random sampling dan pemilihan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Untuk mengetahui besarnya biaya usaha ternak lebah madu di Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara dilakukan dengan analisis biaya produksi, untuk mengetahui pendapatan usahaternak lebah madu dianalisis dengan menggunakan rumus analisis pendapatan dan untuk mengetahui kelayakan usaha ternaklebah madu dianalisisdengan menggunakan rumus B/C Rasio.Hasil penelitian menunjukan bahwa (1).Besarnya biaya dalam menjalankan usaha ternak lebah madu (Trigona sp) di Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utaraadalah Rp 2.673.308. (2). Pendapatan yang di peroleh dari usaha ternak lebah madu dalam satu tahun sebesarRp. 4.685.000,-. (3). Usaha ternak lebah madu (Trigona sp) di Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara secara ekonomi layak untuk diusahakan dan dikembangkan  karenadiperoleh nilai B/C rasio sebesar 1,75. Kata kunci: Lebah madu; Biaya;Pendapatan; B/C rasio ABSTRACTThis study aims to: (1) Determine the running costof  honey bee farming (Trigona sp) in Sukadana of Bayan of Lombok Utara, and (2) Determine income and feasibility of honey bee farming (Trigona sp) in Sukadana of Bayan of Lombok Utara.The method used in this study is descriptive analysis by survey. The total samples are thirty (30) respondents were taken in simple random sampling and selection of research location conducted by purposive.To find out the running cost of honey bee farming in Sukadana of Bayan of Lombok Utara is carried out by analysis of production costs,to find out the business income of honey bee farming was analyzed using an income analysis formula and to find out of  the feasibility of honey bee farming was analyzed using the formula B/C Ratio.The results showed that: (1).The running cost of honey bee farming (Trigona sp) in Sukadana of Bayan of Lombok Utara is Rp 2.673.308. (2).The annual income from honey bee farming (Trigona sp) is Rp. 4.685.000, (3).Honey bee farming (Trigona sp) in Sukadana of Bayan of Lombok Utara feasible to be cultivated and developed becauseBenefit Cost Ratio (B/C) was obtained 1.75.  Keywords: Honey Bee;Cos;Incom;, B/C ratio
ANALISIS EKONOMI USAHA PENGOLAHAN LIMBAH JERAMI PADI MENJADI PAKAN AMONIASI DI DESA BATU KUTA LOMBOK BARAT Abyadul Fitriyah; Ria Harmayani; Aisah Jamili; Yuni Mariani; Ni Made Andry Kartika; Isyaturriyadhah Isyaturriyadhah
JAS (Jurnal Agri Sains) Vol 5, No 1: Juni 2021
Publisher : Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/jas.v5i1.560

Abstract

Tujuan dari peneilitian ini adalah untuk menganalisis besarnya biaya dalam mengelola usaha pakan Amoniasi pada kelompok Tani Ternak (KTT) Wiresinge di desa Batu Kuta Lombok Barat, dan untuk mengetahui besarnya pendapatan serta R/C rasio dari usaha tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik survey. Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 orang responden yang berasal dari KTT Wiresinge dan dipilih secara simple random sampling. Sedangkan pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Besarnya biaya dalam mengelola usaha pakan Amoniasi pada KTT Wiresinge di desa Batu Kuta Lombok Barat dapat diketahui melalui analisis biaya produksi. Sedangkan untuk mengetahui besarnya pendapatan dari usaha pakan Amoniasi tersebut telah dilakukan analisis pendapatan dan analisis Return Cost Ratio (R/C Ratio) untuk mengetahui untung ruginya usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan dalam mengelola usaha pakan Amoniasi pada KTT Wiresinge di desa Batu Kuta Lombok Barat sebesar Rp. 1.383.000,- per satu kali masa produksi (dua minggu). Sedangkan pendapatan dalam satu kali masa produksi (dua minggu) yang di peroleh KTT Wiresinge dari usaha pakan Amoniasi adalah rata-rata Rp. 317.000,-. Dapat disimpulkan bahwa secara ekonomis pakan Amoniasi ini menguntungkan sebagai usaha dan menguntungkan jika dikembangkan di desa Batu Kuta Lombok Barat, karna nilai R/C Ratio yang diperoleh sebesar 1.23, jika R/C > 1 artinya usaha ini menguntungkan.Kata Kunci: Analisis ekonomi, Jerami padi, Pakan Amoniasi ABSTRACT            This study aims to determine the running cost of the ammoniation feed business in Wirasinge’s rancher’s group (KTT Wiresinge) at Batu Kuta Lombok Barat, and to determine the income, also R/C ratio of the business. This study used descriptive quantitative analysis method by survey technique. The total samples are forty (40) respondents were taken in simple random sampling. The selection of the research location was conducted by purposive. The running cost of the ammoniation feed business of KTT Wiresinge at Batu Kuta Lombok Barat is carried out by analysis of production costs. To find out the business income of the ammoniation feed business was analyzed using an income analysis, and to find out the gross income of the ammoniation feed business was analyzed using Return Cost Ratio (R/C Ratio)’s formula. The results showed that the running cost of the ammoniation feed business is IDR. 1.383.000,- per production time ( two weeks). While the average net income of the ammoniation feed business per production time ( two weeks) is IDR 317.000,-. It can be concluded that economically the ammoniation feed at Batu Kuta Lombok Barat is feasible to be cultivated and developed because the R/C Ratio value was obtained 1.23, if the value of R/C > 1, that is means the business is profitable.Keywords: Economic analysis, Rice straw, Ammoniation feed
The Utilization of Fermented Rice Straw Ammoniation Feed (Amofer ) to Increase Body weight Gain of Bali bull in Batu Kuta Lombok Barat Abyadul Fitriyah; Ria Harmayani; Aisah Jamili; Yuni Mariani; Ni Made Andry Kartika; Nefi Andriana Fajri; Isyaturriyadhah Isyaturriyadhah
Baselang Vol 2, No 1: APRIL 2022
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/bsl.v2i1.37

Abstract

The utilization of rice straw waste as fermented ammonia (Amofer) for cattle farming was done in Desa Batu Kuta Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat from April-September 2021 with aims to introduce Amofer feed technology to increase body weight of bulls. The research procedures that have been carried out includes: 1). Amofer feed manufacture by adding ammonia in rice straw (Ammonia Straw), and 2). Amofer feeding management. This study was used 15 Bali bulls with 225 kg – 250 kg of body weights. There are three (3) treatments of Amofer feeding management, namely: R0 = Farmer's treatment (straw+concentrate); R1 = Forage 30% (15% elephant grass + 15% gamal grass) + 69 % Amofer feed + 1 % Concentrate (corn + bran); R2 = Forage 70% (35% elephant grass + 35% gamal grass) + 29 % Amofer feed + 1 % Concentrate (corn + bran). Parameters measured were feed consumption (FC) and daily body weight gain (DBWG). The results showed that the highest of FC was found on Bali bull with R-2 treatment (14.42 kg/each/day), and the highest of DBWG was shown by Bali bull whith R-2 treatment (0.66 kg/each/day). It is concluded, the Amofer feed formula in R2 treatment was more efficiently applied to ruminants with the aim of fattening cattle.
Level Of FSH And LH Of Boer Goat Based On The Type Of Birth: Triplets And Single Abyadul Fitriyah; Ni Made Andry Kartika; Ria Harmayani; Yuni Mariani; Nefi Andriana Fajri; Aisah Jamili; Isyaturriyadhah Isyaturriyadhah
Baselang Vol 3, No 1: APRIL 2023
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/bsl.v3i1.92

Abstract

Boer goats are one of the imported goats from other countries. The purpose of this study was to determine the differences between FSH and LH levels in the blood of Boer goat based on the type of birth namely triplets and single-birth type. This is the method in goat selection to determine goats with triplet birth types. This research was conducted from June to October 2022 in Kediri, Lombok Barat, Indonesia. This study used four (4) Boer goats with 12 triplets and four (4) Boer goats with four (4) singletons (as a control). This research was carried out by measurement of quantitative’s performance, blood sampling, measurement of FSH and LH level in the blood. Analysis of FSH and LH levels has been performed at Laboratorium Imunobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (MIPA) Universitas Mataram. The data obtained were analyzed using t-test. The results showed that the triplet’s birth-type (BK) of Boer goats had lower production performance (morphometric size) than the single-birth type (BT) but showed an increase in levels (mlU/ml) of FSH and LH in the blood by comparison of FSH = 3.612±0.06 (BK) vs 3.531±0.09 (BT) and LH = 3.493±0.27 (BK) vs 3.371±0.20 (BT). FSH and LH levels in the blood of goats are positively correlated with their quantitative performance. It can be concluded, the selection in goats with the potential to give birth with the triplet’s birth-type, it can be detected from the quantitative’s performance and the level of FSH and LH in the blood.
POTENSI BERANAK KEMBAR SETELAH MENDAPATKAN PERLAKUAN PAKAN DALAM USAHA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK: SAPI BALI SEBAGAI MODEL Abyadul Fitriyah; Isyaturriyadhah Isyaturriyadhah
JAS (Jurnal Agri Sains) Vol 6, No 2: Desember 2022
Publisher : Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/jas.v6i2.1269

Abstract

Daging sapi dan sapi bakalan yang masih diimport di Indonesia dalam jumlah besar, merupakan suatu keadaan yang kurang mendukung Program Swasembada Daging Sapi nasional, sehingga harus segera dicarikan solusi pemecahannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode pengaturan pakan dan perkawinan pada sapi Bali dapat meningkatkan potensi beranak kembar secara alami, sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi peternak. Dengan demikian metode ini dapat dimanfaatkan sebagai solusi meningkatkan produksi daging sapi untuk mendukung percepatan program pemerintah NTB yaitu Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS).         Penelitian dilakukan di Pulau Lombok di tiga (3) Kabupaten yaitu Kab. Lombok Tengah, Kab. Lombok Barat dan Kab. Lombok Utara, mengamati performans produksi 20 ekor induk sapi Bali yang punya sejarah beranak kembar (BK); 20 ekor anak kembar sapi Bali (AK); 20 ekor induk sapi Bali beranak tunggal (BT) dan 20 ekor anak tunggal sapi Bali (AT) selama 6 bulan. Variabel yang diamati : Konsumsi pakan dan performan produksi induk sapi Bali dan performan produksi anak sapi Bali (bobott badan, kadar hormon FSH dan LH yang ada di dalam darah). Data yang diperoleh di analisis menggunakan t-test.            Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata konsumsi nutrien induk sapi Bali, tampak berada dibawah kisaran kebutuhan ternaknya, yaitu 9,2% kebutuhan protein kasar (PK) untuk BK dan 9,0% untuk BT; kebutuhan TDN baik BK maupun BT sekitar 55%, sedangkan pada kebutuhan berat kering (BK) yaitu 3,5% untuk BK dan 3,2% untuk BT.  Kejadian beranak kembar secara alami nyata (P0,01) menurunkan bobot badan BK dibandingkan BT yaitu rerata BB BK = (221,25±48,72) kg lebih rendah dibandingkan  BT = (223,05±57,31) kg, tetapi nyata (P0,01) meningkatkan kadar hormon (mlU/ml) FSH dan LH di dalam darah BK dibanding BT : (FSH = 0,46±0,08 vs 0,38±0,06 dan LH = 0,13±0,12vs0,12±0,09). Disimpulkan, beranak kembar meningkatkan efisiensi produktivitas sapi Bali induk dan meningkatkan pendapatan bagi peternak sapi sehingga berpotensi dimanfaatkan untuk mempercepat program swasembada daging.
EDUKASI PAKAN TERNAK BERNUTRISI TINGGI KEPADA PETERNAK KAMBING BERANAK KEMBAR DI DESA OMBE KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN LOMBOK BARAT Harmayani, Ria; Fitriyah, abyadul; Alimuddin, Alimuddin; Mariani, Yuni; Andry Kartika, Ni Made; Andriana Fajri, Nefi; Permadi, Hari; Gunadi, Sahrul; Damar Pamenang, Galang; Aminah Zaim Alyaminy, Ishmah Humaidatul; Nazar Fajri, Lalu Moh.
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 3 No. 7: Juli 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The birth of twin goats needs to be prepared and supported by paying attention to the genetic characteristics and environment of the goats, especially the management of animal feed, especially the nutrition of pregnant animal feed, where it is important to increase the quantity and quality of feed. The stages in this service include observation, planning, follow-up and evaluation. The training implementation method is lecture and direct practice, question and answer method and discussion. The results of community service activities in Ombe Baru Village showed that of the 40 goat breeders in Ombe Baru Village, the majority (70% of breeders) were able to select twin and single type goat breeds, were able to improve their feeding management and were able to understand the criteria for high nutritional feed, the concept of feeding according to the needs of the livestock as well as feed requirements to increase the reproduction of goats with twins. It is hoped that breeders will continue to be committed to maintaining the sustainability of twin goat farming, continuing to improve feeding management such as providing superior forages and high nutritional feed, especially for goats with twins.