Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

THE REALITY OF LEARNING AND CAPACITY-BASED FULFILLMENT AT DARUL MA'ARIF ISLAMIC BOARDING SCHOOL IN JAYAPURA M. Syukri Nawir; Bahaking Rama; Muljono Damopolii; Munir Munir
Jurnal Diskursus Islam Vol 8 No 3 (2020): December
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v8i3.12365

Abstract

This paper will elaborate deeply on the reality of learning and capacity-based fulfillment at Darul Ma'arif Islamic Boarding School in Jayapura City. Qualitative descriptive research type, conducted on primary and secondary data sources with a phenomenological approach from a methodological perspective, educational sociology and educational psychology from a scientific perspective using interview guidelines, observation sheets, and documentation tools as instruments to collect data that are processed and analyzed using reduction techniques. data, data presentation, and data conclusions, and validity is tested by triangulation techniques and observation extension. The results showed that learning is carried out classically using formal standard methods, in addition to takhassus learning that studies classical Islamic books that bring results to the ability to memorize the Koran, mastering Arabic and English, and mastery of reading books in limited quantities. The fulfillment of capacity at the Darul Ma'arif Islamic Boarding School in Jayapura City is illustrated, that the aspects of the kiai were not found in the three boarding schools, students from simple family backgrounds, education facilities and infrastructure built from natural materials with semi-permanent capacity. limited, and the same curriculum refers to the Ministry of Religion.
Islam Raja Ampat dan Mitos Hantu Cuwig: Benturan Agama, Adat dan Kepercayaan Lokal pada Masyarakat Multikultural di Kampung Lilinta Papua Barat M. Syukri Nawir; Muhamad Yusuf; Akhmad Kadir
SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan Vol. 3 No. 1 (2020): Islam Raja Ampat, Kultivasi Budaya dan Dakwah Virtual di Indonesia
Publisher : Asosiasi Sosiologi Agama Indonesia (ASAGI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.481 KB) | DOI: 10.20414/sangkep.v3i1.1482

Abstract

The clash of religions, customs, local beliefs gives a distinctive color in the lives of the people of the Raja Ampat Islands. How the myth of Cuwig's mythical influence on religious life in the village of Lilinta in the Raja Ampat-Papua archipelago and in interpreting and reformulate their religious life in response to the myth of Cuwig. Religious knowledge has an important meaning to improve the faith of the community, thus creating religious emotion, encouraging people to do religious actions, although there is still a society believing the mystical, lack of of religious development. The mythical ghost of Cuwig is influenced by the environment. Myths evolved from the simultaneous stories beginning with the emergence of sudden death from the citizens, the problem spread the issue of the science of Cuwig in the intended person.
MEMBANGUN DUNIA PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH KETERBATASAN (Potret Pondok Pesantren Di Kota Jayapura) Muhamad Yusuf; M Syukri Nawir; Rahmat Surya Muhandy; Nanik Nikmal Mafiroh
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 10, No 01 (2021): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v10i01.1035

Abstract

Pondok pesantren yang tersebar di Kota Jayapura memiliki berbagai kekurangan baik disebabkan kurangnya sarana dan prasanan, kualitas tenaga pengajar, serta kualitas materi yang diajarkannya dan masih banyak lagi berbagai kekurangan yang dimiliki dalam usaha pengembangan dunia pendidikan Islam berbasis pondok., misalnya masalah otonomi khusus yang diterapkan di Propinsi Papua mengedepankan penganut agama yang mayoritas dalam pendanaan, yang berimbas pada minimnya dana yang dialokasikan menyebabkan lemahnya pengembangan pendidikan berbasis pondok di Kota Jayapura. Tujuan penelitian untuk mengetahui : pendidikan pondok pesantren di Kota Jayapura mengalami kendala dalam pengembangannya, pandangan masyarakat terhadap pondok pesantren, serta solusi pengembangan pondok pesantren di Kota Jayapura. Merupakan penelitian Kualitatif, menggunakan paradigma fenomenologi sosial, wilayah penelitian Kota Jayapura. Hasil penelitian : Kurangnya kreatifitas pihak pondok dalam mencari sumber dana, tidak melakukan kerjasama dalam mengembangkan pondok, baik dengan pemerintah Propinsi, Kota baik eksekutif maupun legislatif, maupun dengan pihak swasta. Pengurus pondok kurang mampu untuk meningkatkan Image masyarakat tentang keberadaan pendidikan pondok pesantren di Kota Jayapura, serta meningkatkan pondok pesantren kearah yang lebih modern sehingga meningkatkan ketertarikan masyarakat Muslim untuk menuntut ilmu di pondok pesantren.
FAMAJAL (Potret Tradisi Pengakuan Kekerabatan Masyarakat Kampung Lilinta Distrik Misool Barat Kabupaten Raja Ampat Melalui Ritual Keagamaan) M. Syukri Nawir; Muhamad Yusuf; Talabudin Umkabu; M. Yasin. U.N. Mayalibit; Sulis Maryati
Jurnal Sosiologi Agama Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsa.2020.142-02

Abstract

Famajal is a kinship model that can be found in Papua. This tradition is carried out in religious rituals such as Aqika and Khitan. To strengthen kinship needed donations in the form of money from relatives and guests. In this tradition, there is an acknowledgment of kinship spoken by the money giver and singing a folk song about kinship. This study uses qualitative methods, verbs of social phenomenology with the research area in Lilinta village. the analysis model uses interpretive. The results of the study include 1. Religious rituals in Lilinta such as study in Islamic studies for children, Reciting Surah Yaseen by women, entering new homes accompanied by recitation of the prayer of Manakib, and Reciting Tahlil are a religious unit that is maintained in religious life in the Lilinta village community. 2. Religion can adapt to local culture so cause changes at the surface level. 3. No written source reveals about this tradition so that the tradition has shifted. 4. Not all religious rituals carried out in Lilinta village are combined with Famajal. 7. In Aqikah and Khitanan is not merely ceremonial, in the ritual the child is introduced about the kinship that exists in the family environment with various advice given. 8. Tradition can develop the beliefs, knowledge, and habits (meaning) of the local community which is unique and underlies mutual understanding, develops further interactions and actions in community life and knowledge about kinship.
Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Damar pada Masyarakat Kampung Patipi Pulau Kabupaten Fak-Fak M. Syukri Nawir; Muhamad Yusuf; Suparto Iribaram; Afan Garamatan; Nining Puji Lestari
Jurnal Pendidikan Humaniora Vol 10, No 3: SEPTEMBER 2022
Publisher : Pascasarjana UM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um011v10i32022p164-178

Abstract

Abstract: The study's goal was to explain Islamic education ideals in the Damar tradition in Patipi Pulau Village, Fak-fak Regency. It is a qualitative study with a social phenomenological method, involving observations, interviews, and recording utilizing Miles and Huberman's flow model analysis technique. The study's findings: The festiveness of the mosque on the night of Lailatul Qadar is a practice carried out by the community in Patipi Pulau Village by participating in religious rituals together, with delight, such as breaking the fast, offering alms, torch procession, and reading the Qur'an. Volunteerism, which is honesty and refraction, is the basis for alms to mosque administrators. People's lives are affected by high kinship values. Culture and religion come together to produce a sense of community among residents, a sense of solidarity that is raised spontaneously by the community in the practice of traditions. Devotion, charity, alms, al-ukhuwah, Khuluqiyah, al-Masuuliyyah, al-Munfiqun, and friendship are among the Islamic educational ideals taught in the tradition. Mosque administrators carry out their duties and obligations with seriousness since caring for the mosque is a noble responsibility that is passed down from generation to generation or passed down via inheritance. The community retains meaningful traditions (beliefs, knowledge, and habits) as a means of organizing, accepting, and creating subsequent interactions and acts based on common understanding.Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Damar di Kampung Patipi Pulau Kabupaten Fak-fak. Merupakan penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi social, melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan menggunakan tehnik analisis model alir dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian: Meriahnya Masjid pada malam Lailatul Qadar merupakan pembiasaan yang dilakukan masyarakat di Kampung Patipi Pulau dengan melakukan aktivitas keagamaan bersama, dengan kegembiraannya melalui berbuka puasa, pemberian sedekah, pawai obor, membaca Qur’an. Sedekah pada pengurus Masjid didasarkan kesukarelaan yang merupakan ketulusan serta pembiasan. Nilai-nilai kekerabatan yang tinggi mempengaruhi kehidupan masyarakat. Budaya dan agama menyatu menciptakan kebersamaan diantara warga, merupakan solidaritas yang dimunculkan masyarakat secara spontan dalam pelaksanaan tradisi. Rangkaian kegiatan dalam tradisi mengandung nilai pendidikan Islam seperti: Ketaqwaan, Amaliyah, Sedekah, al-ukhuwah, Khuluqiyah, al-Masuuliyyah, al-Munfiqun, serta silaturahmi. Pengurus Masjid melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan keikhlasan, disebabkan mengurus Masjid adalah tugas mulia yang dilakukan turun temurun atau pewarisan. Masyarakat mempertahankan tradisi yang memiliki makna (keyakinan, pengetahuan serta kebiasaan), sebagai cara mengatur, menerima, berbagai tradisi yang dianggap baik serta mendasari pemahaman bersama dan mengembangkan interaksi dan tindakan lebih lanjut.
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Damar Pada Masyarakat Kampung Patipi Pulau Kabupaten Fak-fak M. Syukri Nawir; Muhamad Yusuf; Suparto Iribaram; Afan Garamatan; Nining Puji Lestari
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 12, No 01 (2023): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v12i01.3948

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Damar di Kampung Patipi Pulau Kabupaten Fak-fak. Merupakan penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi social, melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan menggunakan tehnik analisis model alir dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian: Meriahnya Masjid pada malam Lailatul Qadar merupakan pembiasaan yang dilakukan masyarakat di Kampung Patipi Pulau dengan melakukan aktivitas keagamaan bersama, dengan kegembiraannya melalui berbuka puasa, pemberian sedekah, pawai obor, membaca Qur’an. Sedekah pada pengurus Masjid didasarkan kesukarelaan yang merupakan ketulusan serta pembiasan. Nilai-nilai kekerabatan yang tinggi mempengaruhi kehidupan masyarakat. Budaya dan agama menyatu menciptakan kebersamaan diantara warga, merupakan solidaritas yang dimunculkan masyarakat secara spontan dalam pelaksanaan tradisi. Rangkaian kegiatan dalam tradisi mengandung nilai pendidikan Islam seperti: Ketaqwaan, Amaliyah, Sedekah, al-ukhuwah, Khuluqiyah, al-Masuuliyyah, al-Munfiqun, serta silaturahmi. Pengurus Masjid melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan keikhlasan, disebabkan mengurus Masjid adalah tugas mulia yang dilakukan turun temurun atau pewarisan. Masyarakat mempertahankan tradisi yang memiliki makna (keyakinan, pengetahuan serta kebiasaan), sebagai cara mengatur, menerima, berbagai tradisi yang dianggap baik serta mendasari pemahaman bersama dan mengembangkan interaksi dan tindakan lebih lanjut.
Pemberdayaan Mama-Mama Melalui Produk Abon Ikan Lilinta (ABOLI) Berbasis Industri Rumahan Di Kampung Lilinta, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat Ahmad Havid Jakiyudin; Muhamad Yusuf; Suparto Iribaram; M. Syukri Nawir; Rachmad Surya Muhandy
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 8 No 2 (2023): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v8i2.258

Abstract

Kampung Lilinta merupakan kampung yang terletak di kawasan Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kampung ini identik dengan penghasil ikan berkualitas di Raja Ampat. Namun banyaknya ikan hasil tangkapan nelayan tidak dapat diolah secara maksimal oleh masyarakat setempat, hal ini berdampak pada hasil nilai jual ikan yang rendah. Potensi ikan yang besar ini dapat diolah menjadi sebuah produk hasil oleh-oleh yang selama ini belum ada di kampung Lilinta. Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk melakukan pengolahan ikan menjadi abon ikan khas Lilinta yaitu ABOLI (Abon Ikan Lilinta) yang dapat dikelola secara langsung oleh mama-mama di kampung Lilinta untuk menjadi sebuah industry rumahan. Metode pengabdian menggunakan metode PDCA (plan, do, check, action), yang meliputi perencanaan produk, sampai dengan bentuk pendampingan yang dilakukan. Hasil dari bentuk pengabdian yang dilakukan adalah analisa produk, bentuk kemasan produk, pemasaran produk, pendampingan berupa pelatihan pembuatan produk dan strategi dalam berwirausaha, sampai dengan peluncuran produk ABOLI (Abon Ikan Lilinta). Analisis SWOT: Kekuatan (Stregth): Produk satu-satunya di kampung Lilinta, bahan utama berasal dari kampung Lilinta yaitu ikan yang berkualitas, tidak menggunakan pengawet. Kelemahan (Weakness): Sulitnya mencari bahan baku pembuat varian rasa. Terbatasnya jaringan internet menjadi kendala pemasaran menggunakan media sosial. Peluang (Opportunities): ABOLI merupakan produk pertama khas kampung Lilinta. Merupakan daerah wisata menjadi keunggulan dalam pemasaran. Ancaman (Threats): Kedepannya muncul produk abon ikan dari daerah yang sama memunculkan pesaing. Dengan menggunakan kemasan yang menarik serta tehnik pemasaran yang telah disampaikan selama pendampingan pengabdian diharapkan memotivasi mama-mama memproduksi ABOLI menjadi industry rumahan yang lebih besar. Lilinta Village is a village located in the West Misool district, Raja Ampat Regency, West Papua Province. This village is identified with quality fish producers in Raja Ampat. However, the large number of fish caught by fishermen cannot be processed optimally by the local community, this has an impact on the results of the low selling value of fish. This great potential of fish can be processed into a souvenir product, which so far has not existed in Lilinta Village. The purpose of this service is to manage fish to become a typical Candlestick fish shredder, namely ABOLI (Abon Ikan Lilinta) which can be managed directly by mamas in Lilinta Village to become a home industry. The service method used is the PDCA method (plan, do, check, action), which includes product planning, to the form of assistance carried out. The results of the form of service carried out are product analysis, product packaging forms, product marketing, assistance in the form of product manufacturing training and strategies in entrepreneurship, up to the launch of the ABOLI product. SWOT Analysis: Strength: The only product in Lilinta Village, the main ingredient comes from Lilinta Village, namely quality fish, does not use preservatives. Weakness: It’s difficult to find raw materials for flavor variants. Limited internet network is an obstacle to marketing using social media. ABOLI is the first product unique to Lilinta Village. It is a tourist area to be an advantage in marketing. Threats: In the future, shredded fish products from the same region will emerge which will create competition. By using attractive packaging and marketing techniques that have been conveyed during the community service assistance, it is hoped that it will motivate mothers to produce ABOLI to become a bigger home industry.
Portrait of Damar Tradition in Welcoming the Arrival of Lailatul Qadar Night in the Community of Patipi Island Village Muhamad Yusuf; M. Syukri Nawir; Afan Garamatan; Suparto Iribaram; Rachmad Surya Muhandy
Potret Pemikiran Vol 27, No 1 (2023)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v27i1.2453

Abstract

The purpose of the study was to explain the implementation of the Damar tradition in the community of Patipi, Fak-Fak Island Regency, West Papua Province. The Damar Tradition welcomes the night of Lailatul Qadar by lighting torches using resin sap. The research method used a qualitative model with a social phenomenological paradigm and a flow model analysis technique. This research produced several findings regarding implementing the Damar tradition as follows. The Damar tradition in Patipi Island developed orally from generation to generation. Islam, as a religion with plenty of followers in Patipi Island, adapts to its culture to form a tradition in enlivening the night of Lailatul Qadar. Damar tradition begins in the last ten days of Ramadhan month, exactly in the odd number of fasting days: the 21st day, the 23rd, the 25th and the 27th day of fasting, respectively. The Damar tradition can unite the community and form of joy to welcome the night of Lailatul Qadar. The absence of fixed and given goods is a moral idea and shows the citizen's generosity. The gift belongs to the mosque management, so they carry out their duties and responsibilities properly. There is reciprocity in the form of prayers read by the mosque management, a form of dependence between the community and the mosque management. The symbols in the tradition have meanings that can be interpreted by the Patipi island community, in the form of incense burned while reading prayers, Raun or a gift holder made of woven coconut leaves, torches, gifts, and cleaning and giving sand to the grave.
Famari (Penghinaan Berujung Pada Tradisi Yang Mampu Menyebabkan Sanksi/Denda Adat, Tradisi Pada Masyarakat Misool Barat, Kepulauan Raja Ampat) Muhamad Yusuf; Muhammad Syukri Nawir
SASI Vol 27, No 1 (2021): Volume 27 Nomor 1, Januari - Maret 2021
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47268/sasi.v27i1.225

Abstract

One of the traditions that exist in the people of the West Misool islands is the Famari tradition. This tradition is usually carried out when someone from another village humiliates people from another village. This tradition is a tradition from generation to generation, but is only an oral story and has never been written into a written story. This study aims to determine the implementation model of the Famari tradition in communities in West Misool District, Raja Ampat Islands, and the methods used by indigenous peoples to maintain the Famari tradition in West Misool District, Raja Ampat Islands. This research is a qualitative descriptive study using a social phenomenological paradigm. Sources of data for analyzing research problems were obtained from two sources, namely: primary data and secondary data. The results show that the origin of the Famari tradition was created by the ancestors of the West Misool community in creating order, in which there are universal values such as the principle of mutual cooperation, human social function and property in society, consent as a general power, the principle of representation and deliberation. What causes the emergence of the Famari tradition is that in restoring moral balance, it creates collective awareness from community groups to neutralize differences. The Famari tradition does not see the time when it must be carried out, the form of fines in the Famari tradition is determined based on an agreement, the number of people who follow the tradition has no clear limit. Customary fines payment techniques in the Famari tradition are carried out after the party. Without an official invitation, residents came and got involved, to take part in Famari activities. The Famari tradition was created to avoid degrading other social groups, where there are sanctions as punishment for those who are guilty and restore moral balance in society. 
MEMBANGUN DUNIA PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH KETERBATASAN (Potret Pondok Pesantren Di Kota Jayapura) Muhamad Yusuf; M Syukri Nawir; Rahmat Surya Muhandy; Nanik Nikmal Mafiroh
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 10 No. 01 (2021): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v10i01.1035

Abstract

Pondok pesantren yang tersebar di Kota Jayapura memiliki berbagai kekurangan baik disebabkan kurangnya sarana dan prasanan, kualitas tenaga pengajar, serta kualitas materi yang diajarkannya dan masih banyak lagi berbagai kekurangan yang dimiliki dalam usaha pengembangan dunia pendidikan Islam berbasis pondok., misalnya masalah otonomi khusus yang diterapkan di Propinsi Papua mengedepankan penganut agama yang mayoritas dalam pendanaan, yang berimbas pada minimnya dana yang dialokasikan menyebabkan lemahnya pengembangan pendidikan berbasis pondok di Kota Jayapura. Tujuan penelitian untuk mengetahui : pendidikan pondok pesantren di Kota Jayapura mengalami kendala dalam pengembangannya, pandangan masyarakat terhadap pondok pesantren, serta solusi pengembangan pondok pesantren di Kota Jayapura. Merupakan penelitian Kualitatif, menggunakan paradigma fenomenologi sosial, wilayah penelitian Kota Jayapura. Hasil penelitian : Kurangnya kreatifitas pihak pondok dalam mencari sumber dana, tidak melakukan kerjasama dalam mengembangkan pondok, baik dengan pemerintah Propinsi, Kota baik eksekutif maupun legislatif, maupun dengan pihak swasta. Pengurus pondok kurang mampu untuk meningkatkan Image masyarakat tentang keberadaan pendidikan pondok pesantren di Kota Jayapura, serta meningkatkan pondok pesantren kearah yang lebih modern sehingga meningkatkan ketertarikan masyarakat Muslim untuk menuntut ilmu di pondok pesantren.