Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

INDUKSI MUTASI DENGAN KOLKISIN DAN SELEKSI IN VITRO TEBU TOLERAN KEKERINGAN MENGGUNAKAN POLYETHYLENE GLYCOL / Induced Mutation using Colchicine and In vitro Selection using Polyethylene glycol for Drought-Tolerant Sugarcane RR. Sri Hartati; Sri Suhesti; Rossa Yunita; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v24n2.2018.93-104

Abstract

Creating of varieties can be done through mutation breeding at the cellular level, combined with in vitro selection. This research was conducted at the UPBUP from January until December 2017 to find out colchicine concentration and treatment duration which effectively produced tolerant mutant through in vitro drought selection using polyethylene glycol (PEG). The study consists of two stages. The first was mutation induction on sugarcane calli using colchicine, which was arranged factorially with a completely randomized environment design. The first factor was varieties (BL, PS 862, and PSJT 941), the second was colchicine concentration (0,01,0,0 and 0,05%), and the third was colchicine duration treatment (1 and 3 days). Observations were made on the percentage of callus survival. The second stage was in vitro selection of droughts using a PEG 6000, which was arranged factorially with a complete randomized design. The first factor was the concentration of colchicine (0, 0.01, 0.03, and 0.05%), the second was the colchicine duration treatment (1 and 3 days), and the third was PEG concentration (0, 10 and 20%). Selection was done for 4 weeks. Percentage of live callus, regenerated callus, number and height of shoots were observed as a selected criteria. Colchicine treatment in the 0.01 - 0.05% for 3 days on PS 862 and 0.01 - 0.03% for 3 days on PSJT 941 callus resulted mutant passing in vitro drought selection at 10% PEG concentration level. Mutant selection will be continued through in vivo. The optimum mutation treatment for BL has not been obtained.Keywords: chemical mutagen, colchicine, mutation, selection agent, PEG 6000 AbstrakPerakitan varietas tebu toleran kekeringan dapat dilakukan melalui pemuliaan mutasi pada tingkat sel, dikombinasikan dengan seleksi in vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pengelola Benih Unggul Pertanian (UPBUP), Bogor, mulai Januari sampai Desember 2017 dengan tujuan mengetahui konsentrasi dan lama perlakuan mutagen kimia kolkisin, yang dapat menghasilkan mutan tebu yang lolos seleksi kekeringan secara in vitro menggunakan agen penyeleksi polyethylen glycol (PEG). Penelitian terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama adalah induksi mutasi pada kalus tebu menggunakan mutagen kimia kolkisin. Penelitian disusun secara faktorial dengan rancangan lingkungan Acak Lengkap. Faktor pertama varietas tebu (BL, PS 862, dan PSJT 941), faktor kedua konsentrasi kolkisin (0, 0,01, 0,03, dan 0,05%), dan faktor ketiga lama perlakuan kolkisin (1 dan 3 hari). Pengamatan dilakukan terhadap persentase kalus hidup. Tahap kedua adalah seleksi kekeringan secara in vitro menggunakan PEG 6000. Penelitian disusun secara faktorial dengan rancangan Acak Lengkap. Faktor pertama konsentrasi kolkisin (0; 0,01; 0,03; dan 0,05%), faktor kedua lama perlakuan kolkisin (1 dan 3 hari), dan faktor ketiga konsentrasi PEG (0; 10; dan 20%). Seleksi dilakukan selama 4 minggu. Persentase kalus hidup, kalus yang berregerenerasi, jumlah dan tinggi tunas, diamati sebagai kriteria kalus mutan lolos seleksi. Perlakuan kolkisin pada kisaran konsentrasi 0,01 – 0,05% selama 3 hari pada kalus PS 862 dan 0,01 – 0,03% selama 3 hari pada PSJT 941 dapat menginduksi kalus mutan yang lolos seleksi kekeringan in vitro pada tingkat konsentrasi PEG 10%. Seleksi mutan akan dilanjutkan secara in vivo. Perlakuan mutasi yang optimum untuk BL belum diperoleh.Kata kunci: mutagen kimia, kolkisin, mutasi, agen penyeleksi, PEG 6000
Pengelompokan 33 Aksesi Kakao Berdasarkan Karakter Morfologi Komponen Buah Edi Wardiana; Juniaty Towaha; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 2 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v4n2.2017.p67-78

Abstract

Identifikasi dan pengelompokan aksesi plasma nutfah kakao berdasarkan karakter morfologi komponen buah merupakan langkah awal yang penting dalam kegiatan pemuliaan untuk merakit varietas unggul. Tujuan penelitian adalah mengelompokkan 33 aksesi kakao berdasarkan karakter morfologi komponen buah. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Pakuwon, Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Sukabumi, mulai bulan Januari sampai Desember 2015. Metode yang digunakan adalah observasi terhadap 33 aksesi kakao Kaliwining (KW) yang ditanam tahun 2012 dengan jarak tanam 3 m x 3 m dan pohon penaung kelapa Genjah Salak umur 26 tahun. Pemilihan 10 sampel pohon per aksesi dilakukan secara acak sederhana, dan panen buah dilakukan dua kali, yaitu pada bulan Februari dan Oktober 2015 berdasarkan musim yang berbeda. Sebanyak 20 sampel buah per aksesi dipilih secara acak sederhana, masing-masing 10 buah untuk setiap waktu panen. Pengamatan dilakukan terhadap 7 karakter komponen buah yang meliputi: (1) bobot segar buah, (2) jumlah biji, (3) bobot segar biji, (4) bobot kering biji, (5) bobot segar kulit buah, (6) jumlah alur kulit buah, dan (7) bobot segar pulpa. Analisis data dilakukan dengan analisis faktor, klaster berhierarki metode Ward’s dan diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan 19 aksesi kakao tergolong berkarakter komponen biji dan kulit buah yang tinggi, 9 aksesi tergolong berkarakter bobot pulpa yang tinggi, dan 5 aksesi, yaitu KW 162, KW 528, KW 570, KW 571, dan KW 720 tergolong tinggi dalam semua karakter komponen buah. Aksesi-aksesi tersebut potensial untuk dijadikan tetua dalam merakit varietas unggul kakao.
Penggunaan Air Kelapa dan Beberapa Auksin untuk Induksi Multiplikasi Tunas dan Perakaran Lada Secara In Vitro Indah Sulistiyorini; Meynarti Sari Dewi Ibrahim; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n3.2012.p231-238

Abstract

Peningkatan produktivitas lada perlu didukung oleh ketersediaan benih unggul. Perbanyakan lada secara in vitro dapat digunakan sebagai alternatif untuk menghasilkan benih lada dalam jumlah banyak dan waktu yang relatif singkat. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kultur in vitro adalah penggunaan zat pengatur tumbuh. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar mulai bulan Maret-September 2011. Penelitian terdiri dari 2 kegiatan yaitu induksi multiplikasi tunas dan induksi perakaran. Masing-masing bertujuan untuk menganalisis penggunaan konsentrasi air kelapa terhadap multiplikasi tunas lada dan pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi auksin terhadap induksi perakaran lada secara in vitro. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan uji lanjut DMRT. Perlakuan induksi multiplikasi terdiri dari konsentrasi air kelapa, yaitu 10, 20, 30, 40, 50% dan sebagai pembanding adalah BA 0,3 mg/l, sedangkan induksi perakaran lada digunakan beberapa auksin, yaitu IBA, IAA dan 2,4-D dengan konsentrasi masing-masing adalah 0,1, 0,3, dan 0,5 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan air kelapa untuk perlakuan induksi multiplikasi tunas pada semua konsentrasi lebih memacu pembentukan akar, selain itu kultur yang dihasilkan mempunyai pertumbuhan normal dan lebih vigor dibandingkan perlakuan BA 0,3 mg/l. Perlakuan BA 0,3 mg/l menghasilkan jumlah tunas dan jumlah daun lebih banyak dibandingkan perlakuan air kelapa sebesar 2,69 dan 10,73. Penggunaan IAA 0,1 mg/l untuk induksi perakaran mampu menginduksi akar sebanyak 8,26 lebih banyak dibandingkan auksin yang lain.  The Use of Coconut Water And Several Auxin for Shoot Multiplication And Rooting Induction in Black Pepper In VitroABSTRACT Increased productivity of pepper should be supported by the availability of improved seed. Propagation black pepper in vitro can be used as an alternative to produce large amounts of black pepper cuttings in a relatively short time. One of the factors that determine the success of in vitro culture is the use of plant growth regulators used. Research was conducted in the laboratory tissue culture from March to September 2011. This research consists of two activities, the induction of shoot multiplication and rooting induction. Each aims to analyze the addition of coconut water concentration on shoot multiplication black pepper and determine the effect of the addition of the type and concentration of auxin for induction in vitro rooting of black pepper. Design used were completely randomized design and use advanced testing DMRT. Treatment consisted of induction multiplication coconut water concentration, namely 10, 20, 30, 40, 50%, and as a comparison is BA 0.3 mg/l, and black pepper root induction treatment using several auxin is IBA, IAA and 2.4-D with the concentration of each was 0.1 mg/l, 0.3 mg/l and 0.5 mg/l.  The results showed the use of coconut water for shoot multiplication induction treatment at all concentrations stimulate root formation, in addition to the culture that has produced more normal growth and vigor than the treatment of BA 0.3 mg/l. Treatment BA 0.3 mg/l produce shoots leaves more than coconut water treatment at 2.69 and 10.73. The use of IAA 0.1 mg/l for induction were able to induce root 8.26 more as compared to other auxin.
Aktivitas Repelensi dan Insektisidal Beberapa Ekstrak dan Minyak Nabati terhadap Hama Gudang Ephestia cautella Samsudin Samsudin; Funny Soesanthy; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n2.2016.p117-126

Abstract

Ephestia cautella is one type of storage pests that causes a decrease in cocoa bean quality. Control of this pest using chemical insecticides is not recommended because it is harmful to the environment and consumer health. The research aimed to examine the repellency and insecticidal activity of several types of extract and botanical oil against E. cautella larvae. The research was conducted in the Plant Protection Laboratory, Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute, from March to November 2012. Botanical materials used were water extracts from Ageratum conyzoides leaves, Azadirachta indica seeds, and Allium sativum tubers, as well as oil from Reutalis trisperma, Syzygium aromaticum, and Andropogon nardus, with respective concentration of 0.5%. The insects test used was the 3rd instar larvae generated in the laboratory. Preliminary testing of the repellency activity was performed used the multiple-choice method, while subsequent testing used the dual-choice method with the parameters of larvae number remains in each treatment until 72 hours. The insecticidal activity was conducted using residual method on the feed substitute, by calculating mortality rate of the test insects. Observations were made at 24, 48, and 72 hours after treatment. The results showed that water extract from A. sativum bulbs and A. conyzoides leaves have high repellency percentage on the  E. cautella larvae, i.e. of 81.33% and 78.67%, respectively. Thus, these two vegetable extracts have the potential to be used as cocoa bean protectant from storage pest attacks. The extracts from A. indica seed, A. sativum bulbs, as well as oil from R. trisperma and S. aromaticum showed insecticidal properties that are able to kill E. cautella larvae.
Pengaruh Tipe Kultur Kontainer pada Keberhasilan Pembentukan Embrio Somatik Kakao Nur Ajijah; Cici Tresniawati; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v6n2.2019.p89-98

Abstract

Container culture have an important role in determining the success of in vitro culture since it will affect the development of culture, such as the formation of embryonic structures. The study aimed to determine the effect of culture container types on cacao somatic embryogenesis. The study was conducted at Tissue Culture Laboratory, Superior Seed Development Unit of IAARD, Bogor, from April to September 2016. The tests were conducted on the effect of container and explant types as well as the effect of container types and genotypes. The effects of container and explant types were tested using callus induced from petal and staminoid explants of Sca 6, whereas the effects of container types and genotypes were tested using callus induced from petal explants of Sca 6 and ICCRI 4. Afterwards, the somatic embryos were induced using petri dishes or culture bottles according to treatment. The results showed no significant interaction between container and explant types on the average percentage of the formation and number of somatic embryos (10.28% embryos/explants in culture bottles and 7.89% embryos/explants in petri dishes). Meanwhile, there was significant interaction between genotypes and container types in the initial period of somatic embryos formation (15 and 18 weeks after culture), but the effect was not significant in the final period of observation (21 weeks after culture). The results indicate that culture bottles, which have lower prices, can be used to replace petri dishes to induce the formation of somatic embryos in cacao.
Evaluasi Tingkat Serangan Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) pada Kultivar Kopi Arabika AGK-1 Funny Soesanthy; Enny Randriani; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n3.2016.p167-174

Abstract

Kopi Arabika berbuah kuning (AGK-1) merupakan kultivar unggul lokal yang telah dikembangkan secara luas di wilayah Kabupaten Garut dan beberapa kabupaten lainnya di Jawa Barat. Keunggulan kultivar ini adalah produktivitas tinggi, ukuran biji besar, dan mutu citarasa spesialti. Salah satu kendala dalam budi daya tanaman kopi adalah serangan kumbang penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei, yang merupakan hama penting tanaman kopi di seluruh dunia. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi tingkat serangan hama PBKo pada kultivar AGK-1 di lapangan dan laboratorium. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016. Pengamatan tingkat serangan PBKo di lapangan dilakukan di blok Ciawer dan Legok Gede, Desa Margamulya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada tanaman berumur 4 tahun (1.450 m dpl), 6 tahun (1.300 m dpl), 9 tahun (1.350 m dpl), dan 11 tahun (1.300 m dpl). Pengujian tingkat serangan PBKo terhadap buah kopi AGK-1 dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Sukabumi, menggunakan metode pilihan dan tanpa pilihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan H. hampei pada kultivar AGK-1 di lapangan pada semua umur tanaman dan elevasi sangat rendah (3,24%–6,76%). Hasil pengujian di laboratorium menunjukkan persentase serangan PBKo pada kultivar AGK-1 cukup tinggi, baik menggunakan metode tanpa pilihan maupun pilihan, yaitu masing-masing 51,25% dan 17,5%. Akan tetapi, tingkat kerusakan biji yang ditimbulkan tergolong rendah dan tidak berbeda nyata dengan kultivar/varietas lainnya, yaitu 19,37% dan 6,25%.
Analisis Keragaman Genetik 21 Genotipe Teh [Camellia sinensis (L.) O. Kuntze] Berdasarkan Penanda RAPD Budi Martono; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v5n2.2018.p77-86

Abstract

Knowing the genetic diversity in the tea germplasms collection is one of important conditions for assembling new superior varieties. Information of genetic diversity can be obtained through analysis using RAPD molecular markers. The study aimed to determine the genetic diversity of 21 tea genotypes based on RAPD markers. The research was conducted in Integrated Laboratory, Seameo Biotrop, Bogor, from July to September 2013. Genomic DNA was isolated from 21 tea genotypes leaf samples, then amplified with primer OPA 03, OPA 05, OPB 04, OPB 06, OPC 06, and OPD 08. Electrophoresis result was converted into binary data. The genetic similarity and cluster analysis calculation was done using NTSYS-pc version 2.10. In this research, 50 polymorphic bands (94,34%) and 3 monomorphic band (5,66%) were obtained. Cluster analysis based on Nei's genetic distance using the unweighted pair-group method with arithmatic (UPGMA) divided 21 tea genotypes into two groups at a genetic similarity value of 0,48. Group 1 consisted of 20 tea genotypes, while the second group comprised only a one genotype (Sin 27). The range of genetic similarity matrix was between 28%–92%, the lowest genetic similarity (28%) was found between GMB 4 and Sin 27 genotypes, while the highest (92%) was found between AS 2 and AS 1 genotypes. The information obtained can be utilized in breeding programs with the support of agronomic characters as well as in the conservation of tea germplasm.
Hubungan Antar Karakter Vegetatif, Komponen Hasil, dan Daya Hasil Kopi Robusta Asal Sambung Tunas Plagiotrop Enny Randriani; Dani Dani; Cici Tresniawati; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v1n2.2014.p109-116

Abstract

Seleksi klon unggul kopi Robusta (Coffea canephora) biasanya memerlukan waktu yang lama sehingga diperlukan pendekatan-pendekatan yang mampu mempersingkat waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis korelasi antar karakter vegetatif, komponen hasil, dan daya hasil kopi Robusta hasil sambung tunas plagiotrop. Penelitian dilaksanakan di Desa Suka Rami, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Curup, Bengkulu dari bulan Januari sampai Desember 2012. Delapan karakter vegetatif, 13 karakter komponen hasil, dan dua karakter daya hasil diamati pada pertanaman kopi Robusta hasil sambung tunas plagiotrop umur tiga tahun. Korelasi antar karakter dan analisis faktor dilakukan menggunakan SPSS 11.5 for Windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakter daya hasil (produksi buah dan produksi biji beras per pohon) kopi Robusta yang diperbanyak melalui sambung tunas plagiotrop memiliki hubungan yang positif secara kuat dengan lima karakter lainnya, yaitu jumlah cabang sekunder, bobot 100 buah, panjang biji gabah, panjang biji beras, dan bobot 100 biji beras. Oleh sebab itu, kelima karakter tersebut dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi positif untuk produktivitas tinggi kopi Robusta yang dikembangkan melalui sambung tunas plagiotrop.Kata kunci: Coffea canephora, seleksi klon, sambung pucuk, tunas plagiotropSelection of Robusta (Coffea canephora) elite clones usually takes a long time, therefore an effective approach is needed to shorten the time. The objective of this study was to analyze the correlation between the vegetative characters, yield and yield components of Robusta coffee derived from plagiotroph bud grafting. The research was conducted in the Suka Rami village, District of Bermani Ulu, Curup, Bengkulu Province from January to December 2012. Eight vegetative characters, 13 characters of yield components, and two yield characters were observed at three years old Robusta coffee plantation which derived from plagiotroph bud grafting. The correlation between the characters and factor analysis performed using SPSS 11.5 for Windows. The analysis showed that the character of the number of secondary branches, weight of 100 coffee fruits, long grain bean, long grain rice, and weight of 100 grains of bean showed a very strong positive correlation with yield characters. Thus, these five characters can be used as selection criteria to obtain superior genotypes of Robusta coffee that developed through plagiotroph bud grafting.
Ekspresi Fenotipik Klon Kopi Robusta “Sidodadi” pada Tiga Ketinggian Tempat Enny Randriani; Dani Dani; Handi Supriadi; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n3.2016.p151-158

Abstract

Kopi Robusta “Sidodadi” merupakan salah satu klon kopi Robusta hasil seleksi petani yang paling banyak dikembangkan di wilayah Bengkulu. Klon tersebut tersebar pada berbagai ketinggian tempat sehingga diduga terdapat keragaman ekspresi fenotipik sebagai akibat pengaruh perbedaan lingkungan tumbuh. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap ekspresi fenotipik kopi Robusta “Sidodadi”. Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi dengan ketinggian tempat berbeda di Provinsi Bengkulu: (1) 600 m dpl (Desa Sukarami, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Curup), (2) 900 m dpl (Desa Airsempiang, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kapahiang), dan (3) 1.200 m dpl (Desa Airles, Kecamatan Muara Kemumuh, Kabupaten Kapahiang), mulai Januari 2014 sampai Oktober 2015 dengan metode survei. Sebanyak 5 pohon ditentukan secara acak pada setiap unit percobaan dan masing-masing diulang 5 kali. Karakter fenotipik yang diamati meliputi morfologi vegetatif dan komponen hasil, kandungan kafein biji, dan mutu citarasa seduhan. Data morfologi vegetatif dan komponen hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan uji beda dua rata-rata t-Student pada taraf 5%. Sampel biji kopi yang digunakan sebanyak 500 g dengan kadar air 10%–10,9% yang diambil pada tiga ketinggian tempat. Hasil penelitian menunjukkan ketinggian tempat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil kopi Robusta “Sidodadi”. Pada ketinggian 1.200 m dpl menghasilkan pertumbuhan vegetatif, generatif, dan komponen hasil kopi lebih baik, namun kandungan kafein lebih rendah, dibandingkan dengan ketinggian 600 dan 900 m dpl. Mutu citarasa terbaik dengan nilai skor 85,25 dihasilkan pada ketinggian 900 m dpl dengan karakter citarasa high body, long aftertaste, serta aroma dark chocolate dan caramelly.
Pengaruh Komposisi Media terhadap Pembentukan Kalus Embriogenesis Somatik Kopi Arabika ( Coffea arabica ) Meynarti Sari dewi Ibrahim; Sudarsono Sudarsono; Rubiyo Rubiyo; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n1.2012.p13-22

Abstract

Induksi embrio somatik pada kopi arabika (Coffea arabica) dengan menggunakan beberapa zat pengatur tumbuh (ZPT) telah berhasil dilakukan. Pengaruh komposisi media terutama kombinasi antara jenis ZPT yang berbeda dan tanggap genotipe tanaman dilaporkan sangat bervariasi. Tujuan penelitian untuk mengkaji pengaruh pemberian 2,4-D dan kinetin dalam proses pembentukan dan pertumbuhan kalus embriogenik asal daun. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) Agustus 2011 sampai Januari 2012. Bahan tanaman yang digunakan adalah daun dari kopi arabika varietas Sigarar Utang yang merupakan tanaman koleksi Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 5 eksplan. Peubah yang diamati, meliputi persentasi kalus yang terbentuk, morfologi kalus, berat basah kalus, dan jumlah globular. Hasil menunjukkan semua perlakuan dapat membentuk kalus, pertambahan berat eksplan tertinggi diperoleh pada media kombinasi 2,4-D 1 mg/l atau 2 mg/l dan kinetin 1 sampai 4 mg/l. Embrio somatik terbanyak diperoleh pada media yang diberi 2,4-D 0,5 mg/l dan kinetin 1 mg/l. Selain kalus, massa proembrio dan embrio, juga terbentuk akar adventif yang jumlahnya tidak nyata antar perlakuan.  The Effect of Composition Media to Callus Formation of Somaticembryogenesis of Arabica Coffee (Coffea arabica)ABSTRACT Induction of somatic embryos with plant growth regulators (PGR) has successfully performed in arabica coffee. However, the influence of media composition combined with different PGR, explants and genotype of plants is widely various in response yields. The objective of this study was to examine the effects of 2,4-D and kinetine in process of formation and growth of embryogenic callus developed from leaves of arabica coffee. The studiy was carried out at a laboratory of Indonesian Research Center for Estate Crops (Puslitbangbun) from August 2011 to January 2012. Plant materials used are coffee leaves var. Sigarar Utang taken from a germplasm collection of the crop grown at Pakuwon Research Station, Indonesian Research Institute for Industry Crops (Balittri) located at Sukabumi, West Java. A completely randomized design with 5 replications and plot size of five explants was used. Parameters observed are percentage of callus formation, morphology of the callus, fresh weight of callus, and number of globular. Results show that all treatments examined are able to form callus. The highest increase in weight of explants was obtained from the media treated with 2,4-D (conc. of 1mg/l or 2 mg/l) and kinetin (conc. of 1 to 4 mg/l). While, the most number of somatic embryo formed was obtained from those of treated with 2,4-D 0.5 mg/l and kinetin 1 mg/l. In addition to callus formation, proembryo mass, embryo and adventive roots were also formed in spite of not significant between different the treatments.