Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Peran Tanaman Karet dalam Mitigasi Perubahan Iklim Handi Supriadi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n1.2012.p79-90

Abstract

Terjadinya perubahan iklim pada saat ini telah mengkibatkan dampak buruk terhadap kehidupan makhluk hidup di permukaan bumi.  Kekeringan, banjir atau rob,  gelombang udara panas,  dan badai merupakan beberapa contoh yang disebabkan oleh perubahan iklim.  Pada sektor pertanian,  kondisi tersebut akan menyebabkan produksi tanaman  mengalami penurunan yang cukup signifikan sehingga mengganggu ketahanan pangan nasional dan menurunkan pendapatan petani dan devisa negara. Penyebab utama terjadinya perubahan iklim adalah meningkatnya emisi gas rumah kaca (terutama gas CO2) di udara, yang dihasilkan oleh  aktivitas manusia (antropogenik).  Untuk mengurangi emisi gas CO2 Pemerintah Republik Indonesia  telah mencanangkan  Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) sesuai Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011. Salah satu kegiatan utamanya adalah penanaman  105.200 ha tanaman karet.  Peran ekologis tanaman karet yaitu tajuknya dapat menyerap  gas CO2 dari udara dan dari hasil biji karet dapat dibuat biodiesel dengan gas buang CO2 yang lebih rendah dari bahan bakar minyak (solar), sehingga tanaman karet mempunyai peran yang penting dalam mengurangi kejadian perubahan iklim (mitigasi).  Jumlah CO2 yang diserap oleh tanaman karet bervariasi tergantung kepada umur tanaman, kondisi tanaman, kesuburan tanah, dan teknis budidaya yang diterapkan.  Rata-rata stok karbon  pada karet tradional (perkebunan rakyat) 19,8 ton C/ha, sedangkan pada karet klon unggul (perkebunan besar) 42,4 ton C/ha.  Jumlah gas CO2 yang diserap oleh perkebunan karet di Indonesia  mencapai 291,16 Mton CO2e.  Potensi produksi biodiesel dari RSO di Indonesia mencapai 424.460 ton. Campuran solar dan biodiesel dari RSO dapat menurunkan emisi gas buang CO2 sebesar 40,14%. Role of rubber plant in climate change mitigationABSTRACT Climate change happened and resulted in adverse effect of our life on the earth's surface. Droughts, floods, or rob, heatwaves, and hurricanes happened recently of incident that might be caused by climate change. In the agricultural sector, these conditions will lead to reduction of yields significantly, in turn disrupt the national food security and reduce foreign exchange. Major factor that may induce climate change is the increased greenhouse gas emissions primarily CO2 in air, generated by human activity  (anthropogenic). To reduce emissions of CO2 gas,  Government of Indonesia has launched the National Action Plan for Reducing Emissions of Greenhouse Gases (RAN-GRK) through Presidential Decree No. 61 of 2011. One of the main activity is the planting of 105,200 ha of  rubber trees. Ecological role of the rubber plant  is an sequestration CO2 from the air. Moreover, rubber yielded may be converted into biodiesel fuel having CO2 content being lower than diesel oil in otherwords, rubber plant has an important role in reducing of  incidences of climate change (mitigation).  The amount  of CO2 is sequestrated by rubber plant varies depending on the age of the plant, crop conditions, soil fertility and technical cultivation applied. Average of carbon stock of those rubber plants cultivated traditionally was 19.8 ton C / ha, while those superior clone ones was 42.4 ton C/ha. The  amount of CO2 gas sequestrated by rubber in Indonesia  reached of 291.16 Mton CO2e. Potentially biodiesel production developed from the RSO in Indonesia reached   424,460 ton, blending of diesel oil and biodiesel from RSO able to reduce CO2 emissions of 40.14%.  
Pengaruh Elevasi dan Pengolahan terhadap Kandungan Kimia dan Citarasa Kopi Robusta Lampung Juniaty Towaha; Asif Aunillah; Eko Heri Purwanto; Handi Supriadi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v1n1.2014.p57-62

Abstract

Kopi Robusta Indonesia memiliki agroklimat dan elevasi tempat yang variatif serta lebih luas sehingga berpotensi sebagai penghasil kopi Robusta yang bermutu tinggi dengan citarasa dan aroma khas. Penelitian telah dilaksanakan di perkebunan rakyat Provinsi Lampung dari bulan Januari hingga Desember 2013. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh elevasi dan pengolahan terhadap kandungan kimia serta citarasa kopi Robusta di perkebunan kopi Robusta milik rakyat di Provinsi Lampung. Penelitian menggunakan metode survey dan analisis datanya mengikuti Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah empat ketinggian tempat, yaitu (1) 200; (2) 400; (3) 600 dan (4) 800 m dpl, sedangkan faktor kedua pengolahan buah kopi, yaitu (1) basah dan (2) kering. Parameter yang diamati meliputi pengujian kadar kafein, protein, lemak, dan abu serta uji organoleptik (cupping test). Hasil penelitian mendapatkan bahwa makin tinggi elevasi tempat tumbuh kopi Robusta di daerah Lampung maka kadar kafein dan lemak cenderung semakin meningkat. Selanjutnya, proses pengolahan kopi secara basah menghasilkan mutu citarasa kopi Robusta Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan pengolahan secara kering.Kata Kunci: Kopi Robusta, elevasi, pengolahan, kandungan kimia, citarasaRobusta coffee was grown in Indonesia at diverse agro-climatic conditions and altitudes, so it potentially to develop of high quality Robusta coffee with a distinctive flavor and aroma. Research was conducted on smallholder plantations in Lampung Province from January to December 2013. The objective of this study was to analyze the quality and flavor of Robusta coffee developed at different elevation in Lampung Province, in order to identify the most appropriate elevation for Robusta coffee to have the best quality and flavor. Research was use completely randomized design with three replications and two factors. The first factor is altitude: (1) 200; (2) 400; (3) and 600 (4) 800 m above sea level, while the second factor is the processing technique: (1) wet; and (2) dry processing. Variables tested were levels of caffeine, protein, fat and ash as well as cup quality. The results showed that the higher of elevation the higher of caffein and fat contents. Moreover, wet processing of Lampung Robusta Coffee gave higher cup quality compared to dry processing.
Teknologi Pengemasan Entres Selama Distribusi untuk Mempertahankan Daya Tumbuh Setek Kopi Robusta Handi Supriadi; Dewi Nur Rokhmah; Saefudin Saefudin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n3.2016.p135-140

Abstract

Jarak antara lokasi pembenihan setek berakar kopi Robusta dengan kebun entres seringkali berjauhan sehingga transportasi entres sebagai bahan pembuatan setek memerlukan waktu hingga beberapa hari. Kesegaran entres dan daya tumbuh setek dipengaruhi oleh jenis kemasan dan lamanya waktu distribusi. Tujuan penelitian adalah mengetahui teknik pengemasan entres selama masa distribusi untuk mempertahankan daya tumbuh setek kopi Robusta. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu dan Kebun Percobaan Pakuwon, Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Sukabumi, mulai Januari sampai Desember 2015. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dalam waktu (split plot in time) dengan 5 ulangan. Petak utama adalah lama distribusi entres (7 dan 10 hari), sedangkan anak petak adalah 3 jenis kemasan (plastik, koran, dan serbuk gergaji), dan semua perlakuan kemasanditambahkan superabsorbent polyacrylamide polymer. Pengamatan dilakukan terhadap kadar air; daya tumbuh setek; bobot kering dan jumlah daun; jumlah, panjang, volume, dan bobot kering akar; serta kandungan auxin dan korbohidrat dilakukan pada setek umur 2 bulan setelah semai. Di samping itu, dilakukan juga analisis ekonomi pengemasan. Hasil penelitian menunjukkan ketiga jenis kemasan pada pendistribusian entres kopi Robusta selama 7 dan 10 hari dapat mempertahankan daya tumbuh setek kopi Robusta sebesar 55,63%–64,01%. Teknologi kemasan yang direkomendasikan adalah plastik + superabsorbent polyacrylamide polymer karena dinilai paling ekonomis dan bobot kemasan paling ringan.
Ketahanan 13 Nomor Koleksi Plasma Nutfah Jambu Mete terhadap Penyakit Busuk Akar Fusarium Dani Dani; Efi Taufiq; Handi Supriadi; Enny Randriani; Ilham Nur Ardhi Wicaksono
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n2.2012.p171-176

Abstract

Busuk akar Fusarium merupakan salah satu penyakit penting yang menyerang tanaman jambu mete pada fase bibit maupun dewasa. Oleh sebab itu, upaya perakitan varietas tanaman jambu mete yang tahan terhadap serangan penyakit tersebut perlu dilakukan. Tujuan penelitian adalah menguji ketahanan nomor-nomor koleksi plasma nutfah jambu mete terhadap serangan penyakit busuk akar Fusarium. Seleksi dilakukan terhadap bibit hasil persarian terbuka dari 13 nomor aksesi jambu mete koleksi plasma nutfah di Kebun Percobaan (KP) Cikampek. Penelitian dilaksanakan pada fase bibit di dalam rumah plastik dengan naungan paranet intensitas 50% di KP Pakuwon. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Inokulasi buatan menggunakan isolat Fusarium sp. dari tanah yang dicairkan sampai kepadatan konidia 108 konidia/ml. Hasil pengamatan menujukkan bahwa seluruh nomor aksesi jambu mete yang diuji tidak tahan terhadap serangan penyakit busuk akar Fusarium. Persentase kejadian penyakit paling tinggi ditunjukkan oleh nomor aksesi Lembor 2, M Z Lux, dan Ekoae Kecil, yaitu mencapai 93,33%, sedangkan aksesi JN 26 menunjukkan persentase kejadian sebesar 63,33%. Tingkat keparahan penyakit paling tinggi ditunjukkan oleh nomor aksesi Menini 15, yaitu mencapai 83,56%, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan Kodi 2 dan Kobawani yang masing-masing 82,92% dan 82,48%.  Resistance of 13 Cashew Germplasm Accessions to Fusarium Root Rot Disease ABSTRACT Root rot caused by Fusarium is an important cashew disease which attacks any stage of cashew growing from seedlings to adult plant. Therefore, findings of new cashew variety being resistant to the disease should be done in breeding program. The aim of this work was to assess resistance of cashew accession numbers to the disease. Cashew seedlings derived from open pollinated of 13 cashew accessions were observed at germplasm collection of the crop planted at Cikampek Research Station. This work was held in nursery with 50% light intensity of paranet at Pakuwon Research Station. Treatments were arranged in randomized complete block design with three replications. Artificial innoculation used Fusarium isolated from soil was diluted in sterilized water with density of 108 conidia/ml was innoculated to the seedlings. Result showed that allf cashew accessions tested were sucecptable to the disease attack. Lembor 2, M Z Lux, and small Ekoae accessions revealed high in disease incidence which reached 93.33%. Whereas, JN 26 showed the lowest disease incidence, i.e. only 63.33%. The most severe disease symptom was show by Menini 15 (83.56%), although it was not significantly different from Kodi 2 and Kobawani reaching of 82.92% and 82.48%, respectively.
Perubahan Cadangan Karbon pada Peremajaan Karet Rakyat Handi Supriadi; Yulius Ferry
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v1n3.2014.p133-140

Abstract

Rejuvenation of rubber tree (Hevea brasiliensis) can lead to a reduction of carbon stocks. Therefore, appropriate methods are needed to minimize such losses. The objective of this study was to analyze the changes on carbon stocks in the rejuvenation of rubber with logging system of 30%, 50%, 70%, and 100% and intercrops between the young rubber plantation (maize and peanuts). The research was conducted from January to December 2013 at smallholder rubber plantation in Way Tuba District, Way Kanan Regency, Lampung when the trees were 25 years old. The design used was a randomized block design with three replications. The tested treatments were logging of old rubber plants at 30%, 50%, 70%, and 100%, which then followed by planting of young rubber plants and intercropped (maize and peanut). The variables measured were: (1) fresh weight and dry weight (biomass); (2) fixed carbon content; and (3) carbon stocks on rubber plantation, maize, peanuts, and young rubber plants. The results showed that rubber logging at about 30%–100% could reduce carbon stocks by 7.4–24.29 ton C/ha. However, planting of young rubber plants as well as intercropped (maize and peanut) may contributed to the carbon enrichment up to 0.98-3.28 ton C/ha. Hence, the loss of carbon due to logging system turn out to be 6.29–22.92 ton C/ha.
EVALUASI HASIL GRAFTING SEMBILAN KLON KOPI ROBUSTA DENGAN BATANG BAWAH LOKAL Dibyo Pranowo; Handi Supriadi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v4n3.2013.p231-236

Abstract

Productivity of Robusta coffee in Indonesia were classified as low of about 685 kg/ha/year, due to did not use the superior clones and their propagation technique conducted by seeds. Efforts to address these issues are the using of high yielding superior seed (above 1,000 kg/ha) and then were propagated by grafting. The objective of this research was to evaluate the success rate and growth of grafted plants arised from nine clones of Robusta coffee with Sukabumi local rootstock. The study was conducted in a Greenhouse of Pakuwon Research Station, Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute, Sukabumi. A randomized block design with 9 treatment of grafting combination and 3 replication were used in this study. The nine of treatment as follows: (1) BP 42 + local, (2) BP 969 + local, (3) BP 306 + local, (4) BP 436 + local, (5) BP 913 + local, (6) BP 534 + local, (7) BP 239 + local (8) BP 430 + local, and (G9) BP 358 + local. The results showed that the plant height, leaf number, leaf area, number of branches, and grafting success rate of BP 430 + local at 5 months after grafting (MAG) more higher than other grafting combination.
Kesesuaian Batang Bawah dan Batang Atas pada Grafting Jambu Mete Handi Supriadi; Nana Heryana
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n2.2012.p117-124

Abstract

Produktivitas jambu mete Indonesia sampai saat ini masih tergolong rendah, penyebabnya antara lain: penggunaan bahan tanaman asalan, perbanyakan bahan tanaman yang masih menggunakan biji, dan belum diterapkannya teknologi budidaya anjuran. Usaha untuk meningkatkan produktivitas jambu mete salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan teknik kultivasi yaitu penggunaan bahan tanaman yang dikembangkan secara grafting dengan menggunakan batang atas dari varietas unggul dan batang bawah lokal terpilih. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi tampilan pertumbuhan empat kombinasi grafting jambu mete dengan batang atas asal varietas unggul  dan batang bawah lokal terpilih di lapangan. Penelitian di lakukan di kebun percobaan (KP) Cikampek dari Januari 2009 sampai Desember 2011 dalam dua tahap. Tahap pertama (tahun 2009-2010) dilakukan di tingkat pembibitan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan tiga ulangan. Perlakukan yang diuji yaitu: S1 (Tanjung Bunga + Meteor JK), S2 (Tanjung Bunga + B O2),  S3 (Tanjung Bunga + SM 9),  S4 (Tiwatobi + Meteor JK), S5 (Tiwatobi + B O2), S6 (Tiwatobi + SM 9), S7 (Ende + Meteor JK), S8 (Ende + B O2) dan S9 (Ende + SM 9).  Penelitian tahap kedua (tahun 2010 – 2011) dilakukan di lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan enam ulangan. Perlakuan yang di uji adalah  empat kombinasi grafting jambu mete yaitu: G1 (Tanjung Bunga + Meteor JK), G2 (Tanjung Bunga + B 02), G3 (Tiwatobi + Meteor JK), dan G4 (Ende + B 02).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pembibitan kombinasi grafting S1 mempunyai persentase keberhasilan yang nyata lebih tinggi dibandingkan kombinasi S2, S3, S4, S5, S6, S7 dan S9, kecuali dengan kombinasi S8  tidak berbeda nyata. Pada tingkat lapang kombinasi grafting G1 sampai umur enam bulan di lapang menunjukkan pertumbuhan terbaik yang nyata lebih baik  dibandingkan kombinasi grafting  G2, G3, dan G4.  Koefisien korelasi antara komponen pertumbuhan (tinggi tanaman, diameter batang, lebar tajuk, jumlah cabang dan jumlah daun) pada grafting jambu mete mempunyai nilai nyata positif. Suitability of Rootstocks and Scions in Cashew Grafting ABSTRACT Indonesian cashew productivity is still relatively low mainly due to the use of imferior planting materials developed from seeds, and improper cultural practices applied by farmers. An effort to increase the productivity of cashew is the use of grafted seedlings developed from combination of scions of high yielding varieties and locally selected cashew accessions as rootstock. The objective of this study was to evaluate growth performance of grafted cashew developed from combination of scions of two high yielding varieties and three locally elected accessions. The study was conducted at Cikampek Research Station from January 2009 to December 2011, in two sequent phases. The first phase  (years 2009 to 2010) was conducted at the nursery level by using a randomized block design with three replications. Treatments tested were: S1 (Tanjung Bunga + Meteor JK), S2 (Tanjung Bunga + B O2), S3 (Tanjung Bunga + SM 9),  S4 (Tiwatobi + Meteor JK), S5 (Tiwatobi + B O2),  S6 (Tiwatobi + SM 9),  S7 (Ende + Meteor JK),  S8 (Ende + B O2) and S9 (Ende + SM 9). The second phase was carried out in years 2010 to 2011 at the field level.  A randomized block design with six replications was used.  The treatments tested were four combination of grafted cashew, namely: G1 (Tanjung Bunga + Meteor JK), G2 (Tanjung Bunga + B 02), G3 (Tiwatobi + Meteor JK), dan  G4 (Ende + B 02). Results showed  at the nursery level, the combination of  S1 had the highest rate of success being significantly higher than those of S2, S3, S4, S5, S6, S7 and S9, but  not for S8. At the field level, the combination G1 accessions yielded the best one. It was much better than those of G2, G3, and G4. Correlation coefficient between the components of growth (plant height, stem diameter, crown width, number of branches and number of leaves) on the grafting of cashew  has a positive value significantly.
Potensi Keberhasilan Pembentukan Buah Lima Klon Kopi Robusta Sakiroh Sakiroh; Dewi Nur Rokhmah; Handi Supriadi
Vegetalika Vol 10, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.61350

Abstract

Budidaya tanaman kopi Robusta sangat tergantung dengan keadaan iklim. Curah hujan merupakan salah satu komponen iklim yang dapat mempengaruhi pembungaan kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi keberhasilan pembentukan buah 5 klon kopi Robusta. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP) Pakuwon, Sukabumi, Jawa Barat, dari Bulan Juli 2014 sampai dengan Juli 2015. Karakterisasi yang diamati meliputi karakter morfologi yaitu proses pembentukan bunga dari fase primordia sampai buah matang fisiologis, dan sebagai pendukung adalah data iklim yang diambil dari stasiun meteorologi Citeko dan stasiun meteorologi Balai Klimatologi lokasi Pakuwon. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa keberhasilan pembuahan lima klon kopi Robusta, yaitu BP 308, BP 436, BP 42, SA 237 dan BP 543, tergolong rendah pada tahun pembuahan 2014/2015. Persentase keberhasilan primordia bunga dari klon BP 308, BP 436, BP 42, SA 237 dan BP 543 yang menjadi buah hanya 6,15-12,43%.
Pengujian Umur Simpan Kopi Arabika Bubuk Pada Jenis Kemasan dan Suhu Simpan Yang Berbeda Elsera Br Tarigan; Edi Wardiana; Handi Supriadi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 1 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v8n1.2021.p37-48

Abstract

Coffee is a beverage that is widely consumed around the world. Proper packaging and storage temperature may extend shelf life of ground coffee. The study aimed to analyze the shelf life of ground Arabica coffee stored in different packaging types and temperature, conducted at smallholder coffee plantations in Garut Regency and the Integrated Laboratory of Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute, Sukabumi, from June to August 2018. A completely randomized design in factorial was used with 3 factors and 2 replications. The first factor was the packaging type  which consisted of 3 types: thick alumunium  foil 65m (AF65), thick alumunium  foil 130m (AF130), and thick lamination 114m (L144). The second factor was the storage temperature which consisted of 3 levels: 25 oC, 35 oC, and 45 oC, while the third factor was the storage period which consisted of 5 levels: coffee unstored, and coffee stored for 2 weeks, 4 weeks, 6 weeks, and 8 weeks. The variables observed were the water and fat content, and the analysis of shelf life was carried out using the ASLT (Accelerated Shelf Life Test) method. The results showed that during storage, the water content increased, whereas the fat content decreased. Fat content is a critical variable in determining the shelf life of coffee. The coffee in AF130 packaging has longer shelf life than in AF65 and L144. To extend the shelf life of coffee packaged in AF130 and L144 is best kept at 45 oC whereas coffee in AF65 packaging  is ideally at 25 oC.
Ekspresi Fenotipik Klon Kopi Robusta “Sidodadi” pada Tiga Ketinggian Tempat Enny Randriani; Dani Dani; Handi Supriadi; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n3.2016.p151-158

Abstract

Kopi Robusta “Sidodadi” merupakan salah satu klon kopi Robusta hasil seleksi petani yang paling banyak dikembangkan di wilayah Bengkulu. Klon tersebut tersebar pada berbagai ketinggian tempat sehingga diduga terdapat keragaman ekspresi fenotipik sebagai akibat pengaruh perbedaan lingkungan tumbuh. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap ekspresi fenotipik kopi Robusta “Sidodadi”. Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi dengan ketinggian tempat berbeda di Provinsi Bengkulu: (1) 600 m dpl (Desa Sukarami, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Curup), (2) 900 m dpl (Desa Airsempiang, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kapahiang), dan (3) 1.200 m dpl (Desa Airles, Kecamatan Muara Kemumuh, Kabupaten Kapahiang), mulai Januari 2014 sampai Oktober 2015 dengan metode survei. Sebanyak 5 pohon ditentukan secara acak pada setiap unit percobaan dan masing-masing diulang 5 kali. Karakter fenotipik yang diamati meliputi morfologi vegetatif dan komponen hasil, kandungan kafein biji, dan mutu citarasa seduhan. Data morfologi vegetatif dan komponen hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan uji beda dua rata-rata t-Student pada taraf 5%. Sampel biji kopi yang digunakan sebanyak 500 g dengan kadar air 10%–10,9% yang diambil pada tiga ketinggian tempat. Hasil penelitian menunjukkan ketinggian tempat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil kopi Robusta “Sidodadi”. Pada ketinggian 1.200 m dpl menghasilkan pertumbuhan vegetatif, generatif, dan komponen hasil kopi lebih baik, namun kandungan kafein lebih rendah, dibandingkan dengan ketinggian 600 dan 900 m dpl. Mutu citarasa terbaik dengan nilai skor 85,25 dihasilkan pada ketinggian 900 m dpl dengan karakter citarasa high body, long aftertaste, serta aroma dark chocolate dan caramelly.