Neni Gunaeni
Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengaruh Pemupukan dan Tumpangsari antara Tomat dan Kubis terhadap Populasi Bemisia tabaci dan Insiden Penyakit Virus Kuning pada Tanaman Tomat Setiawati, Wiwin; Gunaeni, Neni; Subhan, -; Muharam, Agus
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 2 (2011): JUNI 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pola tanam sayuran secara tumpang sari telah dimanfaatkan secara meluas di sentra-sentra produksi  sayuran di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemupukan dan tumpangsari antara tomat dan kubis terhadap populasi Bemisia tabaci dan serangan penyakit virus kuning yang disebabkan oleh virus gemini pada tanaman tomat. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang (1.250 dpl.) dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2008. Rancangan yang digunakan ialah acak kelompok pola faktorial dengan empat ulangan. Dua faktor perlakuan yang diuji, yaitu (1) dosis pupuk (N 180 kg/ha + P2O5 150 kg/ha + K2O 100 kg/ha,  N 168 kg/ha + P2O5 146,5 kg/ha + K2O  145 kg /ha, serta  N 210 kg/ha + P2O5 183,125 kg/ha + K2O 181,25 kg/ha) dan (2) cara tanam (monokultur tomat dan tumpangsari tomat dengan kubis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dosis pupuk yang tinggi dan tanaman tomat yang ditanam secara monokultur dapat meningkatkan populasi kutukebul dan serangan penyakit virus kuning dibandingkan dengan dosis pupuk yang lebih rendah. Penggunaan dosis pupuk yang tinggi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi tomat. Penggunaan dosis pupuk N 168 kg/ha + P2O5  146,5 kg/ha + K2O 145 kg/ha dan tumpangsari tomat dengan kubis dapat direkomendasikan sebagai komponen teknologi PHT untuk pengelolaan hama B. tabaci dan penyakit virus kuning pada tanaman tomat.The intercropping planting technique is widely implemented in vegetable production centers in Indonesia. The research on the application of different doses of fertilizers (N, P, and K) and the planting technique of tomato and cabbage  on B. tabaci and the yellow disease caused by gemini virus was carried out at the Indonesian  Vegetables Research Institute from June to October 2008. The objective was to determine the effect of different doses of fertilizers (N, P, and K) and tomato-cabbage intercropping on the population densities of B. tabaci and incidence of gemini virus on tomato.  A factorial randomized block design with two factors and four replication was used in the experiment. Two treatments factor were tested i.e.  (1) different doses of fertilizers (N 180 kg/ha + P2O5 150 kg/ha + K2O 100 kg/ha,  N 168 kg/ha + P2O5 146,5 kg/ha +  K2O 145 kg/ha, and  N 210 kg /ha +  P2O5 183,125 kg/ha + K2O 181,25 kg/ha), and (2) planting techniques (monoculture and tomato-cabbage intercropping). The result indicated that heigher doses of fertilizers resulted in higher population of whitefly per leaf and yellow virus symptoms on tomato compared to lower doses. Higher amounts of fertilizers did not significantly affect tomato yield. It is suggested that the dose of  N 168 kg/ha + P2O5 146,5 kg/ha + K2O 145 kg/ha, and the tomato-cabbage intercropping technique can be incorporated into the IPM program, especially for the management of  whitefly and gemini virus on tomato.
Insiden Penyakit Virus Tular Umbi pada Tigabelas Varietas Bawang Merah Asal Jawa Barat dan Jawa Tengah Gunaeni, Neni; Wulandari, Astri W; Duriat, Ati Srie; Muharam, Agus
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 2 (2011): JUNI 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit virus tular umbi merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan produksi bawang merah. Hal ini disebabkan oleh virus yang infeksinya bersifat sistemik. Apabila partikel virus berada dalam jaringan benih umbi, maka akan sulit untuk dikendalikan dan dapat membawa masalah baru pada pertanaman berikutnya. Penelitian bertujuan mengetahui insiden penyakit virus tular umbi pada 13 varietas bawang merah yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan di Rancaekek (elevasi 650 m dpl.) dan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang (elevasi 1.250 m dpl.), sejak bulan Agustus sampai November 2004. Perlakuan terdiri atas 13 varietas bawang merah, yaitu: Lodra, Sumenep, Batu, Merah Maja, Merah Cigugur, Ciniru, Bima, Bima Curut, Bima Timor, Bima Arjuna, Kuning Tablet, Kuning Gombong, dan Philipina. Rancangan yang digunakan ialah acak kelompok dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) insiden penyakit virus tular umbi pada masing-masing varietas bawang merah asal Jawa Barat dan Jawa Tengah berturut-turut yaitu varietas Lodra 84,67%, Sumenep 82,56-100%, Batu 39,86-78,67%, Merah Maja 95,25%, Merah Cigugur 100%, Ciniru 66,27%, Bima Curut 78,57%, Bima 100%, Bima Timor 57,98%, Bima Arjuna 47,96%, Kuning Tablet 57,48%, Kuning Gombong 97,92%, dan Philipina 97,92 %, (2) gejala infeksi virus pada daun umumnya berupa  klorosis, mosaik bergaris kuning vertikal terputus-putus, garis-garis hijau vertikal, dan ukuran daun menjadi kecil, (3) gejala-gejala tersebut bereaksi positif dengan OYDV(onion yellow dwarf virus) dan SYSV (shallot yellow stripe virus) berdasarkan uji DAS-ELISA (double antibody sandwich-enzyme linked immunosorbent assay). Informasi mengenai insiden virus tular umbi pada bawang merah ini sangat penting dalam rangka mengembangkan metode perbenihan bawang merah bebas virus. Virus disease is one of major problems in increasing shallots production, because its infection has a systemic character. If it is already in shallots bulb tissues, the virus is difficult to be controlled and will cause new problems to the next planting. The experiment was aimed to determine incidence of bulb-borne virus diseases on  thirteen varieties of shallots (Allium cepa var. ascalonicum) originated from West  and Central Java. The experiment was carried out at Indonesian Vegetable Research Institute Lembang (1,250 m asl.) and Rancaekek (650 m asl.), from  August to November 2004. The shallot varieties tested were Lodra, Sumenep, Batu, Merah Maja, Merah Cigugur, Ciniru, Bima, Bima Curut, Bima Timor, Bima Arjuna, Kuning Tablet, Kuning Gombong, and Philipina. A randomized complete block design with three replications were used in this experiment. The results of the experiment showed that  (1) incidence of virus diseases in shallots bulb on variety Lodra was 84.67%, Sumenep 82.56-100%, Batu 39.86-78.67%, Merah Maja 95.25%, Merah Cigugur 100%, Ciniru 66.27%, Bima Curut 78.57%, Bima 100%, Bima Timor 57.98%, Bima Arjuna 47.96%, Kuning Tablet 57.48%, Kuning Gombong 97.92%,  and Philipina 97.92 %, (2) the virus symptoms exhibited on infected shallots were  yellow stripe mosaic, chlorosis,  green stripe leaf,  and leaves became small, and (3) the symptoms were associated with OYDV (onion yellow dwarf virus) and SYSV (shallots yellow stripe virus) base on DAS-ELISA (double antibody sandwich-enzyme linked immunosorbent assay). Information on the incidence of viral diseases on shallots bulb is very important to develop the production technology of virus-free shallots bulb.
Preferensi Beberapa Varietas Tomat dan Pola Infestasi Hama Kutu Kebul serta Pengaruhnya terhadap Intensitas Serangan Virus Kuning Setiawati, Wiwin; Budiarto, Bagus Kukuh; Gunaeni, Neni
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 4 (2007): Desember 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Preferensi Bemisia tabaci terhadap tanaman tomat dilakukan pada 6 varietas tomat, yaitu Gress, Idola, Ovation, BTM-855, Martha, dan Cosmonot. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang mulai bulan September hingga Desember 2005. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Peubah yang diamati antara lain populasi telur, nimfa, dan imago yang terdapat pada daun atas, tengah, dan bawah, kerusakan tanaman, pola infestasi, intensitas, dan insiden penyakit virus kuning, dan hasil panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) varietas tomat yang paling disukai oleh B. tabaci adalah Gress, Idola, dan BTM-855, sedangkan varietas yang kurang disukai adalah Martha, Cosmonot, dan Ovation, (2) tidak terdapat varietas yang tahan terhadap serangan penyakit virus kuning, (3) varietas Martha relatif tahan terhadap serangan B. tabaci, H. armigera, dan penyakit virus kuning dengan hasil panen cukup tinggi (42,09 t/ha). Varietas Martha mempunyai kerapatan dan sekresi trikhoma yang cukup tinggi sehingga efektif dalam mengurangi populasi B. tabaci, dan (4) B. tabaci lebih menyukai daun atas dibandingkan dengan daun tengah dan daun bawah.ABSTRACT. Setiawati, W., B.K. Udiarto, and N. Gunaeni. 2007. Preference and Infestation Pattern of Bemisia tabaci (Genn) on Some Tomatoes Varieties and Its Effect on Gemini Virus Infestations. Six tomatoes varieties of Gress, Idola, Ovation, BTM-855, Martha, and Cosmonot were evaluated in this study. The experiment was conducted at experimental field of Indonesian Vegetable Research Institute from September to December 2005, and laid in a randomized complete block design with 6 treatments and 4 replications. The data observed were egg number, nymphal number, and adult number on the upper, middle, and lower of leaflets, plant damage, infestation pattern, percentage of infected plant, and marketable yield. The results of this experiment indicated that (1) the preferred varieties for oviposition and activity of B. tabaci were Gress, Idola, and BTM-855, while Martha, Cosmonot, and Ovation were the least preferred, (2) none of the varieties was found to be resistant against gemini virus, however Martha variety was somewhat resistant, (3) Martha variety was relatively resistant to B. tabaci, H. armigera, and gemini virus with the highest yield of 42.09 t/ha. This variety has high density of glandular trichome,which was effective in reducing oviposition and nymphal feeding, and (4) the number of B. tabaci was found higher at the upper leaf than the middle and lower leaf strata.
Pengaruh tumpangsari cabai dan tomat terhadap perkembangan hama utama dan hasil cabai (Capsicum annuum L.) Gunaeni, Neni; Wulandari, Astri W; Gaswanto, Redy
Jurnal AGRO Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/16028

Abstract

Tumpangsari cabai dan tomat merupakan salah satu sistem kultur teknis dalam pengendalian hama terpadu. Tujuan penelitian untuk mendapatkan sistem penanaman cabai yang paling tepat dalam menekan perkembangan hama utama dan meningkatkan hasil cabai. Penelitian dilakukan di Balitsa. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Desember 2018, metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang empat kali dengan perlakuan: (A). Cabai dan tomat ditanam bersamaan (B). Tomat ditanam satu minggu setelah cabai (C). Tomat ditanam dua minggu setelah cabai (D). Tomat ditanam tiga minggu setelah cabai (E). Cabai ditanam monokroping tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak (F). Cabai monokroping dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak. Hasil penelitian: Tumpangsari cabai dan tomat berpengaruh baik dalam menekan populasi kutu daun 14,65%-48,91%, kutu kebul 18,30%-27,16%, trips 11%-41,44%, dan dapat meningkatkan hasil cabai 90%-127% dibandingkan cabai monokroping dan 10%-31% cabai monokroping dengan mulsa plastik hitam perak. Implikasi dari hasil penelitian sistem tanam tumpangsari cabai dan tomat dapat menghambat perkembangan populasi hama utama cabai karena dapat bersifat sebagai barrier dan repellen. Perlakuan terbaik adalah tomat ditanam 1 dan 2 minggu setelah cabai.ABSTRACTChilli and tomatoes intercropping is a technical culture system in integrated pest control. The study aimed to find the most appropriate chilli planting system to suppress the development of major pests and increase chilli yields. The research was conducted at the IVEGRI. The study was conducted from April to December 2018, and the experimental method using an RBD was repeated four times. Treatments: (A). Chilli and tomato planted together (B). Tomatoes were planted one week after chilli (C). Tomatoes are planted two weeks after chilli (D). Tomatoes are planted three weeks after chilli. (E). The chilli was grown monocrop without silver black mulch (F). Chilli was grown monocrop with silver black mulch. The results: Chilli and tomato intercropping had a good effect on suppressing aphids population 14,65%-48,91%, white flying 18,30%-27,16%, trips 11%-41,44%, and could increase chilli yields 90%-127% compared to monocropped chilli and 10%-31% monocropped chilli with silver black mulch. The implications of the research results on chilli and tomato intercropping systems can inhibit the development of the main pest population of chilli because they act as a barrier and repellant. The best treatment is tomato planted 1 and 2 weeks after chilli. Tumpangsari cabai dan tomat merupakan salah satu sistem kultur teknis dalam pengendalian hama terpadu. Tujuan penelitian untuk mendapatkan sistem penanaman cabai yang paling tepat dalam menekan perkembangan hama utama dan meningkatkan hasil cabai. Penelitian dilakukan di Balitsa. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Desember 2018, metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang empat kali dengan perlakuan: (A). Cabai dan tomat ditanam bersamaan (B). Tomat ditanam satu minggu setelah cabai (C). Tomat ditanam dua minggu setelah cabai (D). Tomat ditanam tiga minggu setelah cabai (E). Cabai ditanam monokroping tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak (F). Cabai monokroping dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak. Hasil penelitian: Tumpangsari cabai dan tomat berpengaruh baik dalam menekan populasi kutu daun 14,65%-48,91%, kutu kebul 18,30%-27,16%, trips 11%-41,44%, dan dapat meningkatkan hasil cabai 90%-127% dibandingkan cabai monokroping dan 10%-31% cabai monokroping dengan mulsa plastik hitam perak. Implikasi dari hasil penelitian sistem tanam tumpangsari cabai dan tomat dapat menghambat perkembangan populasi hama utama cabai karena dapat bersifat sebagai barrier dan repellen. Perlakuan terbaik adalah tomat ditanam 1 dan 2 minggu setelah cabai.
EFEK ANTIVIRAL RIBAVIRIN DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN EKSPLAN BAWANG PUTIH CV. LUMBU HIJAU, CV. LUMBU KUNING DAN CV. TAWANGMANGU Karjadi, Asih K.; Gunaeni, Neni
Agrin Vol 22, No 2 (2018): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.383 KB) | DOI: 10.20884/1.agrin.2018.22.2.445

Abstract

Tanaman bawang putih (Allium sativum L) termasuk dalam genus Allium yang diperbanyak secara vegetatifmelalui umbi. Virus merupakan salah satu penyakit penting yang perlu dipecahkan pada pembiakan vegetatif ini.Teknik inkonvensional kultur jaringan yang dikombinasikan dengan kemoterapi dapat membantu menghilangkanpenyakit virus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari beberapa konsentrasi antiviral ribavirin dimedia MS terhadap pertumbuhan dan perkembangan shoot tip Bawang putih cv Lumbu Hijau, cv. Lumbu Kuning,cv. Tawangmangu. Percobaan dilakukan di laboratorium kultur jaringan, Balai Penelitian Tanaman Sayur(Balitsa), pada bulan Mei hingga Juli 2015. Sasaran penelitian adalah untuk menghasilkan tanaman bebas virusdengan menggunakan teknik kultur jaringan yang dikombinasikan dengan kemoterapi. Varibel yang diamatiadalah pertumbuhan dan perkembangan planlet bawang putih. Hasil dari penelitian (1) Kontaminasi kulturumumnya disebabkan oleh bakteri dan jamur dengan persentase 10 % sampai dengan 30%. (2) Penambahanantiviral ribavirin, semakin tinggi konsentrasi persentase tumbuh dan berkembang semakin rendah untuk ketigakultivar (3) Pengamatan secara visual penambahan antiviral ribavirin dan kultivar tidak berpengaruh pada jumlahtunas, rata-rata dari satu eksplan tumbuh satu tunas untuk ketiga kultivar (4). Penambahan antiviral ribavirin dankultivar tidak mempengaruhi pertumbuuhan daun, akar ketiga kultivar (5).Hasil pengujian virus dengan teknikDAS ELISA persentase kultur yang terinfeksi 54.55% sampai dengan 100 %.Kata kunci: bawang putih (Allium sativum L); antiviral ribavirin; kultivarABSTRAKThe garlic (Allium sativum L) belonging to the genus Allium, propagated in vegetative through bulb. Inthe plants propagated by vegetative technique, virus is an important disease to be solved. The tissue culturetechniques in combination with chemotheraphy could eliminate virus diseases. The experiment carried out in thelaboratory tissue culture, Balai Penelitian Tanaman Sayur (Balitsa) on May untill July 2015. The experiment aimsto observe the effect of several antiviral ribavirin concentration in MS medium on growth and development shoottip cv. Lumbu hijau , cv. Lumbu kuning , cv. Tawangmangu. It’s main goal is to produce virus-free plants usingtissue culture techniques combined with chemotheraphy. The variables observed were the growth and developmentof garlic plantlets. The results of the experiment are; (1). Culture contamination were generally caused by bacteriaand fungi with a percentage of 10% to 30%. (2) In the high concentration of antiviral ribavirin gave results ondecreasing growth and development of the three garlic cultivar (3) On visual observation, cultivar and antiviralribavirin has no effect on the number of shoots, each explants were growing one shoot. (4). The added of antiviralribavirin and cultivar does not affect on growth the three garlic cultivar . (5) The results of the test virus byserological test DAS ELISA techniques the percentage of infected culture were 54.55% to 100%.Key word : Garlic (Allium sativum L); Antiviral ribavirin; cultivar
PENEKANAN VEKTOR DAN VIRUS MOSAIK KOMPLEK DENGAN CARA PENGENDALIAN DAN PENGGUNAAN MULSA PADA TANAMAN MENTIMUN (Cucucmis sativus L.) Gunaeni, Neni
Agrin Vol 15, No 2 (2011): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2011.15.2.187

Abstract

Tujuan penelitian mendapatkan cara penekanan vektor dan virus mosaik pada tanaman mentimun yangefektif. Penelitian dilakukan di dataran medium Rancaekek (Kabupaten Bandung) pada ketinggian 850 m di ataspermukaan laut pada bulan Oktober sampai Desember 2006. Mentimun yang digunakan adalah varietas “HijauRoket”. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Pola Faktorial yaitu: (A). Faktorpertama adalah penggunaan mulsa dengan tiga taraf yaitu : M0 = tanpa mulsa, M1 = mulsa plastik perak, M2 =mulsa jerami. (B). Faktor kedua adalah cara pengendalian dengan empat taraf yaitu: P0 = tanpapengendalian/kontrol, P1 = menggunakan insektisida selektif berbahan aktif profenofos dengan konsentrasiformulasi 2 cc/L, P2 = menggunakan baki kuning Moeriche yang berisi 10 % air sabun dan formalin, digantiseminggu sekali, P3 = menggunakan perangkap likat kuning yang diganti seminggu sekali. Perlakuan diulangtiga kali. Uji Serologi dilakukan dengan metode Elisa langsung yang dilakukan pada umur tanaman 21 harisetelah tanam menggunakan antiserum CMV, ZYMV, SMV, dan CGMMV. Hasil penelitian menunjukkanbahwa : Kombinasi cara pengendalian dengan penggunakan mulsa plastik hitam perak berpengaruh paling baikterhadap tinggi tanaman, penekanan populasi vektor dan virus mosaik komplek serta meningkatkan hasil buahmentimun sekitar 1,5 – 2 kali hasil pada perlakuan kontrol.Kata Kunci : Cucucmis sativus L., vektor, virus mosaik, pengendalian, mulsa ABSTRACTThe purpose of the study find ways suppression vectors and cucumber mosaic virus in plants areeffective.The study was conducted in plain medium Rancaekek (Bandung District) with elevation 850 m of abovesea level in October to December 2006. Cucumber varieties used were 'Green Rocket'. The design used wasfactorial randomized block design patterns are: (A). The first factor is the use of mulch with three levels,namely: M0 = no mulch, plastic silver mulch = M1, M2 = straw mulch. (B). The second factor is how to controlwith four levels ie: P0 = no control, P1 = selective insecticides active ingredient profenofos concentrationformulations 2 cc / L, P2 = yellow trap Moeriche containing 10 % soapy water and formalin, replaced a weekonce, P3 = sticky yellow traps are replaced once a week. The treatment was repeated three times. Serology testperformed by Elisa directly method on the plant 21 days after planting using antiserum to CMV, ZYMV, SMV,and CGMMV. The results showed that: The combination of control measures by the use of plastic mulch is besteffect on plant height, population suppression vector and mosaic virus complex and increase the yield ofcucumber fruit is about 1.5 - 2 times results in the control treatment.Key words: Cucucmis sativus L., vector, mosaic virus, control method, mulching
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SECARA FISIK DAN MEKANIK PADA PRODUKSI BAWANG DAUN (Allium fistolosum L.) Gunaeni, Neni
Agrin Vol 19, No 1 (2015): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2015.19.1.348

Abstract

Tujuan penelitian ini mendapatkan cara pengendalian secara fisik dan mekanik yang ramah lingkunganpada tanaman bawang daun. Kegiatan penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Balitsa di Lembang padaketinggian 1250 meter di atas permukaan air laut. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember2013. Jenis bawang daun yang digunakan adalah bawang daun varietas lokal Ciwidey (Jawa Barat) Rancanganpercobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang diulang tiga kali. Perlakuan yang dicoba yaitu : (a).Menanam tanaman perangkap caisin di sekeliling pertanaman bawang daun, (b). Penggunaan perangkap bakikuning Moriche. (c). Penggunaan perangkap kuning likat diantara tanaman bawang. (d). Penggunaan insektisidaselektif berbahan aktif Betasiflutrin 2 cc/l seminggu sekali. (e). Perlindungan fisik dengan menggunakan kasa nilon50 mesh. (f). Tanpa perlakuan (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pengendalian hama dan penyakitpada tanaman cabai secara fisik dan mekanik menggunakan tanaman perangkap caisin, baki kuning Moriche,perangkap likat kuning, kasa dan insektisida selektif berbahan aktif Betasiflutrin dapat menaikan tinggi tanaman,mengurangi insiden dan intensitas gejala virus, namun terhadap tinggi tanaman, hama Spodoptera exigua,Alternaria porii dan hasil panen penggunaan kasa berpengaruh negatif. Hasil uji Elisa bawang daun terinfeksivirus LYSV, OYDV dan SLV. Pengendalian hama dan penyakit secara fisik dan mekanik tidak berpengaruhapabila benih vegetatif awal mengandung penyakit tular benih.Kata kunci : Allium fistolosum L., pengendalian, hama dan penyakit, fisik, mekanikABSTRACTThe research objective of this study was to find out the sustainability control by phisic and mechanic onwelsh onion . The research activities carried out at the experimental farm at Indonesia Vegetable ResearchInstitute in Lembang an altitude of 1250 meters above sea level. The study was conducted from August toDecember 2013. Welsh onion type used is a local variety from Ciwidey (West Java) The experimental design usedrandomized block design that is repeated three times. Treatment was attempted, that is : (a). Caisin trap cropsplanting around the welsh onion planting , (b). Moriche yellow tray traps. (C). The use of yellow sticky trapsamong plants welsh onion. (D). The use of selective insecticide active ingredient Betasiflutrin 2 cc / l once a week.(E). Physical protection using nylon gauze 50 mesh. (F). Without treatment (control). The results showed that:Pest and disease control in pepper physically and mechanically using trap crops caisin , moriche yellow tray trap,sticky yellow traps, gauze and selective insecticide active ingredient Betasiflutrin can increase plant height ,reducing the incidence and intensity of symptoms of the virus, but the plant height , Spodoptera exigua , Alternariaporii and yields negatively affect the use of gauze . Elisa test results infection with a virus LYSV, OYDV and SLV.Pest and disease control physically and mechanically no effect if the early vegetative seed contains the seed -bornediseasesKeywords: Allium fistolosum L., Control, Pest and Disease, Physical, Mechanical
KERAGAAN DERAJAT TOLERANSI BEBERAPA GALUR- GALUR CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING KERITING DI DAERAH ENDEMI Gunaeni, Neni; Kirana, Rinda; Sofiari, Eri
Agrin Vol 18, No 1 (2014): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2014.18.1.212

Abstract

Penyakit virus kuning keriting termasuk dalam grup Gemini sub grup Begomovirus sampai saat ini masih merupakan virus utama yang menyerang cabai dan dapat menurunkan hasil sampai 100 %. Penanaman varietas toleran tidak hanya mengurangi kerugian oleh pathogen tetapi mengurangi biaya penggunaan pestisida dan keamanan lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keragaan derajat toleransi sebelas galur cabai asal AVRDC dan tiga varietas komersial di Indonesia terhadap penyakit virus kuning keriting. Penelitian dilaksanakan di daerah endemi penyakit virus kuning keriting Desa Gondowangi, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang dan Desa Kersana, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes pada bulan Juli sampai Desember 2010. Variabel pengamatan dilakukan terhadap insiden dan intensitas gejala virus, penampilan fenotipik dan genotip yang resisten.   Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Diperoleh galur cabai yang mempunyai tingkat konsistensi terhadap penyakit kuning keriting yaitu satu galur cabai PP 0537 – 7558 mempunyai tingkat ketahanan resisten/Toleran (tahan/toleran), satu galur  0735 – 56041 – 1  WTG  moderat resisten  (agak tahan), empat galur   0735 – 5623 WTG, Lado, Lembang-1 dan TM – 999 moderat suceptible (agak peka) dan dua galur  0737 – 7651 – B dan 0707 – 7512 – B suceptible (peka). Kata kunci : Capsicum annuum L., keragaan derajat toleransi, penyakit virus kuning keriting ABSTRACTPepper Yellow Leaf Curl Virus disease included in the subgroup Gemini group Begomovirus is still a major viruses that attack peppers and can reduce yield up to 100 %. Using resistance varieties are not only could yield reduce loss but also reduce pesticide used environmental sefty. The Objective   of this study was to determine the concictency level of resistance of eleven lines introduced from AVRDC, and three commercial varieties of Indonesia. The experiment was conducted in endemic areas of Pepper Yellow Leaf Curl Virus disease (Gondowangi Village, Sawangan Distric Magelang and Kersana Village, Brebes) from July to December 2010. Variables observations were made on the incidence and intensity of symptoms of the virus, the appearance of phenotypic and genotypic resistant. The results showed that : Hot pepper line that have acquired a level of consistency to the disease that is one line of Pepper yellow Leaf Curl Virus PP 0537 - 7558 has a resistance level of resistant / tolerant, one lines of 0735 - 56041-1 WTG moderate resistant, four line 0735 - 5623 WTG, Lado, Lembang-1 and TM - 999 suceptible moderate and two lines 0737-7651 - B and 0707-7512 - B suceptible. Key words : (Capsicum annuum L.), diversity level tolerance, Pepper Yellow Leaf Curl Virus