Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Analisis Kekerabatan Genetik Kultivar Kopi Arabika Berbuah Kuning dan Berbuah Merah Berdasarkan Marka SSR Nur Kholilatul Izzah; Enny Randriani; Dani Dani
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 3 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v2n3.2015.p113-122

Abstract

Yellow berry of Arabica coffee (AGK-1) cultivated in Garut is a local cultivar that potentially could be released as a superior variety. However, its genetic background has not been studied. Information of genetic background is one of the requirement in releasing of a new variety. The objective of this research was to analyze the genetic relationships of AGK-1 cultivar with 11 red berries Arabica coffee cultivars based on simple sequence repeats (SSR) markers to find polymorphisms and clustering. The research was carried out at the Molecular Laboratory of Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute and Biology Molecular Laboratory of Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development, from January to March 2015. These twelve Arabica coffee cultivars were obtained from Garut Regency. A total of 12 SSR primers were used to investigate the genetic relationships of the plant. The result showed that 12 SSR markers were adequate to identify the relationships among 12 Arabica coffee cultivars. The genetic clustering obtained in this study is related to plant morphology, particularly plant growth characters, such as tall, semi dwarf and dwarf. AGK-1 cultivar genetically related to ABP-2, one of red berries cultivars that originated from Brazil. Both of these cultivars have the same growing type characters (i.e. semi dwarf). AGK-1 cultivar that has yellow berry color presumably derived from an open pollinated red berries parents, mainly ABP-2 cultivar. Therefore, AGK-1 is a unique cultivar that could be released as a local superior variety.
Ketahanan 13 Nomor Koleksi Plasma Nutfah Jambu Mete terhadap Penyakit Busuk Akar Fusarium Dani Dani; Efi Taufiq; Handi Supriadi; Enny Randriani; Ilham Nur Ardhi Wicaksono
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n2.2012.p171-176

Abstract

Busuk akar Fusarium merupakan salah satu penyakit penting yang menyerang tanaman jambu mete pada fase bibit maupun dewasa. Oleh sebab itu, upaya perakitan varietas tanaman jambu mete yang tahan terhadap serangan penyakit tersebut perlu dilakukan. Tujuan penelitian adalah menguji ketahanan nomor-nomor koleksi plasma nutfah jambu mete terhadap serangan penyakit busuk akar Fusarium. Seleksi dilakukan terhadap bibit hasil persarian terbuka dari 13 nomor aksesi jambu mete koleksi plasma nutfah di Kebun Percobaan (KP) Cikampek. Penelitian dilaksanakan pada fase bibit di dalam rumah plastik dengan naungan paranet intensitas 50% di KP Pakuwon. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Inokulasi buatan menggunakan isolat Fusarium sp. dari tanah yang dicairkan sampai kepadatan konidia 108 konidia/ml. Hasil pengamatan menujukkan bahwa seluruh nomor aksesi jambu mete yang diuji tidak tahan terhadap serangan penyakit busuk akar Fusarium. Persentase kejadian penyakit paling tinggi ditunjukkan oleh nomor aksesi Lembor 2, M Z Lux, dan Ekoae Kecil, yaitu mencapai 93,33%, sedangkan aksesi JN 26 menunjukkan persentase kejadian sebesar 63,33%. Tingkat keparahan penyakit paling tinggi ditunjukkan oleh nomor aksesi Menini 15, yaitu mencapai 83,56%, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan Kodi 2 dan Kobawani yang masing-masing 82,92% dan 82,48%.  Resistance of 13 Cashew Germplasm Accessions to Fusarium Root Rot Disease ABSTRACT Root rot caused by Fusarium is an important cashew disease which attacks any stage of cashew growing from seedlings to adult plant. Therefore, findings of new cashew variety being resistant to the disease should be done in breeding program. The aim of this work was to assess resistance of cashew accession numbers to the disease. Cashew seedlings derived from open pollinated of 13 cashew accessions were observed at germplasm collection of the crop planted at Cikampek Research Station. This work was held in nursery with 50% light intensity of paranet at Pakuwon Research Station. Treatments were arranged in randomized complete block design with three replications. Artificial innoculation used Fusarium isolated from soil was diluted in sterilized water with density of 108 conidia/ml was innoculated to the seedlings. Result showed that allf cashew accessions tested were sucecptable to the disease attack. Lembor 2, M Z Lux, and small Ekoae accessions revealed high in disease incidence which reached 93.33%. Whereas, JN 26 showed the lowest disease incidence, i.e. only 63.33%. The most severe disease symptom was show by Menini 15 (83.56%), although it was not significantly different from Kodi 2 and Kobawani reaching of 82.92% and 82.48%, respectively.
Keragaman Genetik antar Klon Kopi Robusta Lokal Pagar Alam berdasarkan Analisis Marka SSR Syafaruddin Syafaruddin; Dani Dani; Marcia Bunga Pabendon
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v4n3.2017.p133-144

Abstract

Kopi Robusta (Coffea canephora var. robusta) merupakan jenis kopi yang paling luas pengembangannya di Indonesia, termasuk wilayah Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Pada beberapa dekade terakhir, banyak petani di Kota Pagar Alam melakukan seleksi dan rehabilitasi tanaman kopi Robusta secara klonal sehingga terbentuk beberapa populasi klon lokal. Pola tersebut dalam jangka panjang dikhawatirkan akan memusnahkan alel-alel penting dan mereduksi keragaman genetik kopi Robusta lokal di lahan petani. Tujuan penelitian adalah mengetahui keragaman genetik antar klon kopi Robusta lokal Pagar Alam berdasarkan analisis marka SSR. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, mulai bulan Februari sampai April 2017. Karakterisasi molekuler 19 klon kopi Robusta lokal Pagar Alam dilakukan menggunakan 33 marka SSR (Simple Sequence Repeat) polimorfik. Data biner yang dihasilkan selanjutnya dianalisis menggunakan program PowerMarker untuk mengetahui nilai polimorfisme (PIC), jumlah dan keragaman alel, serta nilai heterozigositas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33 lokus SSR polimorfik menghasilkan 134 alel dengan rata-rata 4,06 alel/lokus, sedangkan nilai PIC antara 0,09–0,77 dengan rata-rata 0,48. Dari 33 lokus SSR, terdapat 19 lokus (57,58%) yang mempunyai nilai PIC sangat informatif (>0,55). Hasil konstruksi dendrogram menggunakan program NTSYS membagi 19 klon kopi Robusta lokal Pagar Alam menjadi 4 klaster pada koefisien kemiripan genetik 0,53. Salah satu klon, yaitu KPA41 terpisah dalam klaster tersendiri sehingga berpotensi disilangkan dengan klon-klon lainnya. Berdasarkan nilai jarak genetik >0,55 dapat disusun 14 kombinasi persilangan antar klon yang berpotensi meningkatkan keragaman genetik kopi Robusta lokal Pagar Alam.
Pendugaan Daya Gabung dan Heritabilitas Beberapa Karakter Agronomis pada Populasi Generasi F1 Kakao (Theobroma cacao L.) Cici Tresniawati; Dani Dani; Ilham Nur Ardi Wicaksono; Rubiyo Rubiyo
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v1n2.2014.p119-124

Abstract

Informasi mengenai parameter genetik diperlukan sebagai dasar penentuan tetua dalam perakitan varietas hibrida. Penelitian ini bertujuan mengetahui daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK) tetua dari 10 populasi F1 kakao hasil persilangan dialel 5 x 5 tanpa selfing dan tanpa resiprok. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP.) Sumber Asin, Malang, Jawa Timur dari bulan April sampai Oktober 2013. Tetua yang digunakan adalah DR1 (kakao edel) dan ICCRI 03, TSH 858, ICS 13, dan Sca 6 (kakao lindak). Karakter yang diamati adalah lingkar batang, tinggi jorket, persentase tanaman berbunga, dan persentase tanaman berbuah. Data karakter tersebut dianalisis ragamnya menggunakan metode Griffing 4. Hasil penelitian menunjukkan klon TSH 858 memiliki efek DGU paling tinggi untuk karakter lingkar batang dan persentase tanaman berbunga, sedangkan klon Sca 6 untuk tinggi jorket. Kedua klon tersebut berpotensi untuk dijadikan tetua persilangan dalam pembentukan varietas sintetis. Nilai DGK paling tinggi ditunjukkan oleh kombinasi tetua DR 1 x Sca 6 untuk karakter lingkar batang, persentase tanaman berbunga, dan persentase tanaman berbuah, sedangkan kombinasi TSH 858 x DR 1 memperlihatkan nilai paling tinggi untuk karakter tinggi jorket. Kedua kombinasi tetua tersebut potensial dijadikan alternatif dalam perakitan varietas hibrida.Kata kunci: Kakao mulia, kakao lindak, Daya Gabung Khusus, Daya Gabung Umum, Griffing 4, heritabilitasKnowledge about genetic parameters is important for plant breeders as a basis for determining potential parent in hybrid breeding programs. The objectives of this study was to evaluate general combining ability (GCA) and specific combining ability (SCA) in F1 population of cocoa derived from diallel crossing of 5 x 5 without selfing and reciprocal. The experiment was conducted at the Sumber Asin experimental station, Malang, East Java, from April to October 2013. The parental clones used are ICCRI 03, TSH 858, Sca 6, ICS 13 (bulk cacao) dan DR 1 (fine cacao). Observations on agronomic characters including trunk girth, jorquette height, percent of flowering, and percent of fruiting were carried out on individual plants. Variance analysis was perfomed by Griffing Method type 4. The result showed that TSH 858 clone has the highest GCA effect on trunk girth and percent of flowering (TSH 858), while Sca 6 clone was significant only for jorquette height. Both of those clones would be potential as parent in assembling new variety, particularly to gain the large trunk girth and high jorquette. On the other hand, the highest SCA value indicated by the combination of DR 1 x Sca 6 for trunk girth, percent of flowering and percent of fruiting, whereas the combination of TSH 858 x DR 1 showed the highest value for jorquette height. Both of these parent combinations are prospective as an alternative in the assembly of new hybrid varieties.
Evaluasi Ukuran Biji Beras, Kadar Kafein, dan Mutu Cita Rasa Lima Kultivar Kopi Arabika Enny Randriani; Dani Dani; Edi Wardiana
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v1n1.2014.p49-56

Abstract

Perbaikan mutu fisik, biokimia, dan cita rasa berbasis kultivar penting dilakukan saat ini untuk meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar global. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi keragaman ukuran biji, kadar kafein, dan mutu cita rasa lima kultivar kopi Arabika, yaitu ABP-1, ABP-2, ABP-3, AGK-1, dan S-795. Kelima kultivar tersebut ditanam pada tahun 2008 oleh petani di Desa Marga Mulya, Kecamatan Cikandang, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut. Biji dari masing-masing kultivar dipanen pada bulan Juli-Agustus 2013 melalui prosedur pengolahan basah. Sampel sebanyak 100 biji beras dari masing-masing kultivar diambil secara acak untuk pengukuran panjang, lebar, tebal, dan bobot 100 biji beras. Pengukuran tersebut diulang sebanyak tiga kali. Analisis varian satu arah dan analisis gerombol dilakukan terhadap data hasil pengukuran. Selain itu, sampel sebanyak 500 gram biji beras dari masing-masing kultivar digunakan untuk pengujian mutu fisik, kimia, dan cita rasa. Ukuran biji beras diklasifikasikan berdasarkan standar SNI 01-2907-2008, sedangkan kandungan kafein diuji berdasarkan prosedur Official Method of Analysis AOAC. Penilaian mutu seduhan mengacu kepada protokol Specialty Coffee Association of America (SCAA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa biji beras kultivar ABP-1, ABP-2, AGK-1, dan S-795 termasuk dalam kategori besar, meskipun berdasarkan analisis gerombol terbagi ke dalam dua kelompok. Hanya kultivar ABP-3 yang memiliki ukuran biji beras tergolong kecil dan mengelompok sendiri. Kandungan kafein biji kultivar ABP-1, ABP-2, dan S-795 di bawah 1%, sedangkan ABP-3 dan AGK-1 lebih besar dari 1%. Meskipun demikian, semua kultivar yang diuji termasuk dalam kategori spesialti karena nilai akhirnya mencapai > 80,00.Kata Kunci: Kopi Arabika, spesialti, seleksi, spesifik lokasiCultivar-based quality improvement of Arabica coffee is very important in order to increase competitiveness of Indonesian coffee product in global market. The objectives of this study were to identify the diversity of green bean size, levels of caffeine, and quality among five Arabica coffee cultivars that cultivated by farmers in West Java, ABP-1, ABP-2, ABP-3, AGK-1, and S-795. The research was conducted at 1.300 m above sea level in Garut, West Java, Indonesia. Ripe cherries samples of each cultivars grown in the same area was taken in July-August 2013. Seeds were separated from the rind using wet processing procedure. Sample of 100 green beans were randomly taken for measurement of length, width, thickness, and weight of 100 green beans. Measurements were repeated three times and collected data were analyzed with analysis of variance and analysis of clusters methods. In addition, samples of 500 grams of green beans were taken from each cultivars and subsequently used for testing the quality of the physical, chemical and cupping. Green bean size was determined according to SNI 01-2907-2008, while caffeine content was analysed using AOAC Official Method of Analysis. Cupping test protocol was refer to the Specialty Coffee Association of America (SCAA) method. The results showed that green bean size of ABP-1, ABP-2, AGK-, and S-795 cultivars were classified as large, even though they were clustered into two distinct groups. On the other hand, ABP-3 cultivar produced a small green bean size and solely separated into third group. Caffeine content of ABP-1, ABP-2, and S-795 cultivars were of < 1%, meanwhile ABP-3 and AGK-1 cultivars were of >1%. However, the quality and taste of all cultivars have very good cup quality (score> 80) and meets the criteria for specialty coffee.
Seleksi Genotipe Unggul Kopi Robusta Spesifik Lokasi Dani Dani; Cici Tresniawati; Enny Randriani
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v4n2.2013.p139-144

Abstract

Seleksi genotipe unggul kopi Robusta yang memiliki karakteristik biji besar, kandungan kafein rendah, dan citarasa baik sangat penting dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai ekonomi kopi Robusta di pasar global. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan seleksi genotipe kopi Robusta terbaik berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Januari-Desember 2012. Bahan seleksi berupa populasi lima genotipe kopi Robusta hasil seleksi petani (MCJ-1, SCJ-1, PKCJ-1, PHCJ-1, dan SuCJ-1) yang telah banyak dibudidayakan di wilayah Kabupaten Curup, Provinsi Bengkulu. Kriteria seleksi berdasarkan karakteristik mutu fisik dan morfometrik biji beras, kandungan kafein, dan mutu citarasa seduhan. Pengujian mutu fisik biji beras, kandungan kafein, dan mutu citarasa seduhan dilaksanakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa genotipe PKCJ-1 memiliki karakteristik ukuran biji paling besar dan kandungan kafein paling rendah. Genotipe PHCJ-1 dan SCJ-1 paling baik dalam hal citarasa dan telah memenuhi kategori salah satu kriteria kopi spesialti. Dengan demikian, berdasarkan kriteria seleksi yang telah ditetapkan, ketiganya terpilih sebagai genotipe harapan.Kata Kunci: Kopi Robusta, seleksi genotipe, kafein rendah, mutu citarasaSelection of Robusta coffee genotypes which have superior characteristics, such as large beans size, low caffeine content, and good cup quality taste, is essential in order to increase its economic value in the world market. The objectives of the research was to select the superior genotype(s) of Robusta coffee based on characteristics as mentioned above. The research was carried out at Januari to December 2012. Material used was five genotypes of farmer-selected Robusta coffee (MCJ-1, SCJ-1, PKCJ-1, PHCJ-1, and SuCJ-1) recently grown in many areas across Curup Regency, Bengkulu Province. Selection criteria was physical quality and morphometric characteristics of green beans, caffeine content, and cup quality. The laboratory test was conducted at the Center for Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI), Jember. The results showed that the genotype of PKCJ-1 has the largest in size of bean and the lowest in caffeine content. On the other hand, PHCJ-1 and SCJ-1 genotypes are the best in terms of taste and meets of ones criteria for specialty coffee grade. Thus, these three genotypes were selected as a candidate of superior genotypes.
Hubungan Antar Karakter Vegetatif, Komponen Hasil, dan Daya Hasil Kopi Robusta Asal Sambung Tunas Plagiotrop Enny Randriani; Dani Dani; Cici Tresniawati; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v1n2.2014.p109-116

Abstract

Seleksi klon unggul kopi Robusta (Coffea canephora) biasanya memerlukan waktu yang lama sehingga diperlukan pendekatan-pendekatan yang mampu mempersingkat waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis korelasi antar karakter vegetatif, komponen hasil, dan daya hasil kopi Robusta hasil sambung tunas plagiotrop. Penelitian dilaksanakan di Desa Suka Rami, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Curup, Bengkulu dari bulan Januari sampai Desember 2012. Delapan karakter vegetatif, 13 karakter komponen hasil, dan dua karakter daya hasil diamati pada pertanaman kopi Robusta hasil sambung tunas plagiotrop umur tiga tahun. Korelasi antar karakter dan analisis faktor dilakukan menggunakan SPSS 11.5 for Windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakter daya hasil (produksi buah dan produksi biji beras per pohon) kopi Robusta yang diperbanyak melalui sambung tunas plagiotrop memiliki hubungan yang positif secara kuat dengan lima karakter lainnya, yaitu jumlah cabang sekunder, bobot 100 buah, panjang biji gabah, panjang biji beras, dan bobot 100 biji beras. Oleh sebab itu, kelima karakter tersebut dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi positif untuk produktivitas tinggi kopi Robusta yang dikembangkan melalui sambung tunas plagiotrop.Kata kunci: Coffea canephora, seleksi klon, sambung pucuk, tunas plagiotropSelection of Robusta (Coffea canephora) elite clones usually takes a long time, therefore an effective approach is needed to shorten the time. The objective of this study was to analyze the correlation between the vegetative characters, yield and yield components of Robusta coffee derived from plagiotroph bud grafting. The research was conducted in the Suka Rami village, District of Bermani Ulu, Curup, Bengkulu Province from January to December 2012. Eight vegetative characters, 13 characters of yield components, and two yield characters were observed at three years old Robusta coffee plantation which derived from plagiotroph bud grafting. The correlation between the characters and factor analysis performed using SPSS 11.5 for Windows. The analysis showed that the character of the number of secondary branches, weight of 100 coffee fruits, long grain bean, long grain rice, and weight of 100 grains of bean showed a very strong positive correlation with yield characters. Thus, these five characters can be used as selection criteria to obtain superior genotypes of Robusta coffee that developed through plagiotroph bud grafting.
Ekspresi Fenotipik Klon Kopi Robusta “Sidodadi” pada Tiga Ketinggian Tempat Enny Randriani; Dani Dani; Handi Supriadi; Syafaruddin Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n3.2016.p151-158

Abstract

Kopi Robusta “Sidodadi” merupakan salah satu klon kopi Robusta hasil seleksi petani yang paling banyak dikembangkan di wilayah Bengkulu. Klon tersebut tersebar pada berbagai ketinggian tempat sehingga diduga terdapat keragaman ekspresi fenotipik sebagai akibat pengaruh perbedaan lingkungan tumbuh. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap ekspresi fenotipik kopi Robusta “Sidodadi”. Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi dengan ketinggian tempat berbeda di Provinsi Bengkulu: (1) 600 m dpl (Desa Sukarami, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Curup), (2) 900 m dpl (Desa Airsempiang, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kapahiang), dan (3) 1.200 m dpl (Desa Airles, Kecamatan Muara Kemumuh, Kabupaten Kapahiang), mulai Januari 2014 sampai Oktober 2015 dengan metode survei. Sebanyak 5 pohon ditentukan secara acak pada setiap unit percobaan dan masing-masing diulang 5 kali. Karakter fenotipik yang diamati meliputi morfologi vegetatif dan komponen hasil, kandungan kafein biji, dan mutu citarasa seduhan. Data morfologi vegetatif dan komponen hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan uji beda dua rata-rata t-Student pada taraf 5%. Sampel biji kopi yang digunakan sebanyak 500 g dengan kadar air 10%–10,9% yang diambil pada tiga ketinggian tempat. Hasil penelitian menunjukkan ketinggian tempat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil kopi Robusta “Sidodadi”. Pada ketinggian 1.200 m dpl menghasilkan pertumbuhan vegetatif, generatif, dan komponen hasil kopi lebih baik, namun kandungan kafein lebih rendah, dibandingkan dengan ketinggian 600 dan 900 m dpl. Mutu citarasa terbaik dengan nilai skor 85,25 dihasilkan pada ketinggian 900 m dpl dengan karakter citarasa high body, long aftertaste, serta aroma dark chocolate dan caramelly.
Keragaman Genetik Klon Lokal Kopi Robusta Asal Temanggung Berdasarkan Marka SSR Indah Sulistiyorini; Nur Kholilatul Izzah; Dani Dani; Budi Martono
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 3 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v8n3.2021.p141-150

Abstract

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu sentra produksi kopi Robusta di Jawa Tengah dengan beragam klon kopi lokal yang potensial. Dari hasil eksplorasi diperoleh beberapa nomor klon lokal kopi Robusta yang berpotensi memiliki produktivitas tinggi dan diduga tahan terhadap hama/penyakit. Namun, klon kopi lokal tersebut belum diketahui secara jelas tingkat kemiripan genetiknya dengan klon-klon unggul yang sudah dilepas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik 29 klon lokal kopi Robusta asal Temanggung berdasarkan marka SSR. Penelitian dilakukan di Laboratorium Molekular lingkup Laboratorium Terpadu Balittri, mulai bulan Februari sampai Desember 2018. Penelitian menggunakan 29 nomor klon lokal yang berasal dari Temanggung dan dua varietas yang sudah dilepas, yaitu BP 42 dan BP 358, sebagai pembanding. Sebanyak 14 marka SSR yang digunakan dalam penelitian bersifat polimorfik dan mampu mengelompokkan klon kopi lokal asal Temanggung menjadi 5 grup besar dengan nilai koefisien kemiripan genetik sebesar 0,57. Empat klon kopi lokal Temanggung, yaitu kopi Putih Daun Lebar, Lokal, Tugusari Hijau, dan Tugusari Kuning berada dalam satu grup yang sama dengan klon pembanding BP 42 dan BP 358 pada grup I. Satu klon lokal (Tugusari Hijau) memiliki kemiripan genetik dengan klon pembanding BP 358 sebesar 0,91. Sementara itu, 25  klon lokal lainnya berada pada grup yang berbeda dengan klon pembanding. Klon lokal yang mempunyai jarak genetik yang jauh selanjutnya dapat dipilih sebagai kandidat klon unggul lokal dalam program pemuliaan tanaman kopi.