Erkadius Erkadius
Physiology Department, Faculty Of Medicine, Andalas University Padang

Published : 26 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru BTA Positif yang Ditemukan di BP4 Lubuk Alung periode Januari 2012 – Desember 2012 Eni Yulvia Susilayanti; Irvan Medison; Erkadius Erkadius
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i2.69

Abstract

AbstrakTuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensi yang masih tinggi,i terutama di negara berkembang. Karena penyebarannya yang tinggi, maka perlu diketahui bagaimana profil penderita penyakit ini agar penularannya bisa diminimalkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita tuberculosis paru BTA positif yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Lubuk Alung periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif. Instrumen yang digunakan adalah data dari rekam medik di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Lubuk Alung sejak 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012. Populasi yang ada seluruhnya dijadikan subjek penelitian. Kemudian dilakukan pencatatan dari beberapa variabel yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam periode tersebut jumlah penderita yang berobat ke BP4 Lubuk Alung adalah 19.440 orang, sebanyak 3.224 orang diantaranya suspek. Penderita BTA (+) 1.109 orang. Jenis kelamin laki-laki (70,8%) lebih banyak dari perempuan. Usia terbanyak adalah 21-30 tahun (23,2%). Daerah asal terbanyak adalah Kab. Padang Pariaman (29,4%). Derajat kepositifan BTA sputum terbanyak berupa positif tiga (+3) adalah (44,2%). Tipe penderita terbanyak merupakan penderita kasus baru sebanyak (91,7%). Keluhan terbanyak yang dirasakan ketika berobat adalah batuk (99%). Sebanyak (13,4%) memiliki penyakit penyerta selain tuberkulosis. Riwayat penggunaan obat sebelumnya sebanyak (11,3%). Sebanyak (99%) dirujuk ke puskesmas dan unit pelayanan kesehatan terdekat. Berdasarkan pendataan profil penderita TB Paru BTA Positif bisa dilihat paling banyak adalah derajat (+3) dan dirujuk ke unit pelayanan terdekat.Kata kunci: profil, tuberkulosis paruAbstractTuberculosis is still a health problem in Indonesia because the prevalence is still high, especially in developing countries. Due to the speed of spread, it is necessary to know the profile of people who suffer from this disease, so the transmission can be minimized. The purpose of this study was to determine the profile of positive acid-fast-bacilli (BTA) in pulmonary tuberculosis patients who seek treatment at Medical Center for Pulmonary Diseases (BP4) Lubuk Alung during the period 1 January 2012-31 December 2012.This is a descriptive retrospective study by taking the data from medical records in BP4 Lubuk Alung. Using the enterety of the population. The results of this study indicate that in this period the number of people who went to BP4 Lubuk Alung were 19.440 people, 3.224 of them suspected tuberculosis. Patients with BTA (+) was 1.109 people. We found male 70.78%. Most are 21-30 years of age 23.2%. The area of origin mostly from Kab. Padang Pariaman 29.4%. The degree of sputum smear positivity mostly positive three (+3) was 44.2%. Type of most patients are people with new cases 91.7%. Most complaints was cough 99%. A total of 13.44% had concomitant diseases other than tuberculosis. History of previous anti tuberculosis drugs (OAT) we found in 11.3%. And 99% are referred to hospitals and health care units nearby. Based on the data collection, profile of positif pulmonary TB patients is (+3) and mostly referred to the nearest health center and service unit.Keywords:profile, pulmonary tuberculosis
Efek Pemberian Suntikan Subkutan Vitamin C Terhadap Luka Insisi Dermal Surya Darma; Menkher Manjas; Deddy Saputra; Salmiah Agus; Erkadius .
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i3.247

Abstract

Abstrak Vitamin C berfungsi sebagai kofaktor enzyme prolil dan lysil hydroxilase. Enzym tersebut berfungsi dalam proses hidroksilasi yang membentuk ikatan hidroksiprolin dan hidroksilisin pada fibroblast dalam membentuk kolagen. Selain itu Vitaimin C juga berfungsi meregulasi dan menstabilkan trankripsi gen mRNA prokolagen pada proses pembentukan kolagen di dermis. Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk membuktikan apakah pemberian vitamin C subkutan disekitar luka insisi dermal berefek pada pembentukan kolagen yang lebih padat dalam proses penyembuhan luka. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus Wistar sebanyak 32 ekor, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 ekor sebagai kontrol dan 16 ekor lagi sebagai perlakuan. Pada kedua kelompok dilakukan insisi di punggung sepanjang 2 cm. Kelompok perlakuan diberi suntikan vitamin C subkutan disekitar luka insisi dermal sebanyak 9 mg (0,09ml), sedangkan kelompokkontrol tidak diberikan.Pada hari kelima dilakukan pengambilan jaringan luka pada kedua sampel untuk pemeriksaan kepadatan kolagen secara mikroskopik. Hasil:Kepadatan kolagen pada hari kelimamenunjukkan perbedaan yang bermakna dari efek penyuntikan vitamin C subkutan terhadap kepadatan kolagen (χ2 = 5,833; P
Perbandingan Kadar Heat Shock Protein 90 dan Tumor Necrosis Factor-α Antara Kehamilan Preterm Dengan Ketuban Pecah Dini dan Tanpa Ketuban Pecah Dini Riri Karnain; Yusrawati Yusrawati; Erkadius Erkadius
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7 (2018): Supplement 3
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i0.877

Abstract

Ketuban pecah dini (KPD) berkaitan dengan peningkatan kadar Heat Shock Protein 90 (HSP 90) dan Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) yang muncul akibat stres oksidatif. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kadar HSP 90 dan TNF-α antara kehamilan preterm dengan KPD dan tanpa KPD. Penelitian ini menggunakan rancangan comparative study yang dilaksanakan di RSUD dr. Rasidin, RS Tk.III Reksodiwiryo, RS Bhayangkara, Puskesmas Lubuk Buaya dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dari bulan Oktober 2017 sampai Juli 2018. Jumlah sampel sebanyak 24 ibu hamil preterm dengan KPD dan 24 ibu hamil preterm tanpa KPD dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Pemeriksaan HSP 90 dan TNF-α menggunakan metode ELISA. Uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Analisis data komparatif menggunakan uji Mann-Whitney. Median kadar HSP 90 yaitu 11,21 ng/mL pada kehamilan preterm dengan KPD dan 9,15 ng/mL pada kehamilan preterm tanpa KPD dengan nilai p < 0,05. Median kadar TNF-α yaitu 0,21 ng/mL pada kehamilan preterm dengan KPD dan 0,17 ng/mL pada kehamilan preterm tanpa KPD dengan nilai p < 0,05. Kadar HSP 90 dan TNF-α pada kehamilan preterm dengan KPD lebih tinggi secara bermakna dibandingkan pada kehamilan preterm tanpa KPD.
Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Pelajar Kelas 2 SMA Negeri 10 Padang Mohd Luthfi B; Syaiful Azmi; Erkadius Erkadius
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i2.698

Abstract

Hipertensi didefinisikan dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi tidak hanya menyerang di usia  tua  saja, tetapi remaja juga bisa mengalaminya. Aktivitas yang padat pada remaja dan dewasa muda mengakibatkan mereka cenderung mengalami gangguan tidur yang merupakan salah faktor resiko terjadinya kenaikan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara kualitas tidur dan tekanan darah pada pelajar kelas 2 SMA Negeri 10 Padang. Metode yang digunakan adalah analitik deskriptif dengan sampel adalah 153 orang siswa kelas 2 SMA Negeri 10 Padang yang termasuk kriteria inklusi dan eklusi. Penilaian kualitas tidur dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa dan stetoskop. Data dianalisis menggunakan uji statistik “t-independent”. Hasil penelitian menunjukkan kualitas tidur buruk sebanyak 106 orang (69,3%) dan baik sebanyak 47 orang (30,7%). Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik subjek adalah 114,28 mmHg dan 73,13 mmHg. Hasil analisis data statistik kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik didapatkan p=0,000 dan diastolik  didapatkan p=0,000. Simpulan studi ialah terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05).
Efek Pemberian Suntikan Subkutan Vitamin C Terhadap Luka Insisi Dermal Surya Darma; Menker Manjas; Deddy Saputra; Salmiah Agus; Erkadius Erkadius
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.161

Abstract

Abstrak Vitamin C berfungsi sebagai kofaktor enzyme prolil dan lysil hydroxilase. Enzym tersebut berfungsi dalam proses hidroksilasi yang membentuk ikatan hidroksiprolin dan hidroksilisin pada fibroblast dalam membentuk kolagen. Selain itu Vitaimin C juga berfungsi meregulasi dan menstabilkan trankripsi gen mRNA prokolagen pada proses pembentukan kolagen di dermis. Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk membuktikan apakah pemberian vitamin C subkutan disekitar luka insisi dermal berefek pada pembentukan kolagen yang lebih padat dalam proses penyembuhan luka. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus Wistar sebanyak 32 ekor, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 ekor sebagai kontrol dan 16 ekor lagi sebagai perlakuan. Pada kedua kelompok dilakukan insisi di punggung sepanjang 2 cm. Kelompok perlakuan diberi suntikan vitamin C subkutan disekitar luka insisi dermal sebanyak 9 mg (0,09ml), sedangkan kelompokkontrol tidak diberikan.Pada hari kelima dilakukan pengambilan jaringan luka pada kedua sampel untuk pemeriksaan kepadatan kolagen secara mikroskopik. Hasil:Kepadatan kolagen pada hari kelimamenunjukkan perbedaan yang bermakna dari efek penyuntikan vitamin C subkutan terhadap kepadatan kolagen (χ2 = 5,833; P<0,05). Kesimpulan: Penyuntikan vitamin C subkutan disekitar luka insisi dermal efektif dalam meeningkatan kepadatan kolagen. Kata kunci: suntikan vitamin C subkutan, kepadatan kolagen.Abstract Vitamin C functions as enzyme co-factor for prolyl and hidroxylase lysil. The enzyme functions in hydroxylase process that builds hydroxyproline and hydroxylysine bondsin fibroblast in the synthesis of collagen. Besides that, vitamin C also functions in regulating and stabilizing procollagen mRNA gen transcription in dermal collagen synthesis. Based on the facts above, researchers are interested to prove whether subcutaneous injection of vitamin C around dermal insisional wound would result in more compact collagen synthesis in wound healing. Method:This experimental study used32 Wistar rats, divided into two group that is 16 rats as control and 16rats as experimental group. All groups underwent 2 cm long incision at the back. Experimental group were given 9mg (0.09ml) subcutaneous injection of vitamin c around the wound, while the control group were not. On the fifth day, wound tissue are taken on both sample to check the collagen density microscopically. Result:Collagen density on the fifth day showed significant difference between the two groups(χ2 = 5,833; P<0,05). Discussion:Subcutaneous vitamin C injection around the dermal incision wound is effective in increasing collagen density. Keywords: subcutaneous vitamin C injection,collagen density
Hubungan Penurunan Kadar Natrium Terhadap Gangguan Pola Tidur Pasca TURP (Transurethral Resection of The Prostate) Khomeini Khomeini; Dody E Dody E; Erkadius Erkadius
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i1.56

Abstract

AbstrakLatar Belakang. TURP merupakan tindakan operasi endoskopi standar baku untuk penatalaksanaan BPH yang memerlukan tindakan bedah. Dalam pengamatan sehari hari pasien pasca TURP mengeluhkan gangguan pola tidur pasca tindakan. Belum dilaporkan angka kejadian gangguan pola tidur pasca TURP. Salah satu masalah yang mungkin sebab yaitu terjadinya penurunan kadar natrium akibat imbibisi air irigant ke intra vaskuler. Penurunan kadar natrium dapat menyebabkan gangguan neurologis yang mengganggu pola tidur. Penurunan natrium berlanjut dapat menjadi sindroma TURP. Metodologi. Penelitian ini penelitian cross sectional, semua pasien BPH dilakukan pemeriksaan natrium dan diberikan kuesioner gangggan pola tidur. Setelah TURP dilakukan pemeriksaan natrium pasca TURP dan kuesioner kembali. Jumlah distribusi gangguan pola tidur dan kadar natrium disajikan dalam bentuk tabel. Tiap variabel dilakukan analisa dan uji statistik dengan menggunakan T-test, chisquare dan Fisher. Hasil. Didapatkan pasien dengan gangguan pola tidur 41%.. Didapatkan perbedaan bermakna hubungan antara umur pasien dengan gangguan pola tidur pada tabel 3 ( chisquare 1.999027 ). Tidak didapatkan perbedaan bermakna hubungan antara pekerjaan pasien dengan gangguan pola tidur pada tabel 5 (Chi square: 1.242). Tidak didapatkan perbedaan bermakna hubungan antara pendidikan pasien dengan gangguan pola tidur pada tabel 6 (chisquare 1,242). Tidak didapatkan perbedaan bermakna hubungan antara lama operasi dengan gangguan pola tidur tabel 7 (chisquare 3,306). Didapatkan lama operasi <1jam terjadi penurunan kadar natrium 3,783 + 2,235mmol/L sedangkan operasi > 1 jam terjadi penurunan natrium 6,692 + 6,047dengan perbedaan bermakna secara statistic.( t=2,087 ; P 0,044). Tidak didapatkan perbedaan bermakna hubungan antara jumlah cairan irigasi dengan gangguan pola tidur pada tabel 8 ( chi square 2,520). Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara jumlah cairan irigasi dengan penurunan natrium pada gambar 2 (F1,35 = 3,004). Didapatkan Mean natrium sebelum TURP 139,3 + 3,7 dan natrium sesudah TURP 134,Kata kunci: Gangguan pola tidur, Penurunan kadar natrium, TURPAbstractBackground. TURP is the gold standard endoscopic surgery for the treatment of benign enlargement of the prostate gland that requires surgery. In daily observations after TURP patients often complain of sleep patterns disturbances . Incidence has not been reported sleep pattern disturbance after TURP. One problem that may cause sodium levels are decreasing as a result of water imbibition irigant to intra vascular. Declining levels of sodium cause neurological disorders that can disrupt sleep patterns. The decline continues of Sodium level could be a TURP syndrome.Methodology. This study is a cross sectional study, all patients with diagnose Benign Prostate Hypertrophi should be check sodium level and get questionnaire sleep patterns disturbances. After TURP check sodium level and questionnaires again . The number of distribution of sleep pattern disturbances and the sodium content is presented in tabular form. Each variabel was analize and statistic test with T-test, Fischer and chisquare.Results. Obtained patients with sleep patterns dsiturbances 41% . Achieved significant differences between relationship age of the patient with sleep patterns disturbances in Table 3 (chisquare 1.999027). No significant differences in the relationship between the work of patients with sleep patterns disturbances in table 5 (Chi square: 1,242). No significant differences in the relationship between the education of patients with sleep patterns dsiturbances in table 6 (chisquare 1.242). No significant differences in the relationship between long operation with sleep pattern disturbance in table 7 (chisquare 3.306). In this research, the operating time <1 hr make a decrease sodium levels 3.783 + 2.235 mmol / L, while operating > 1 hour decrease sodium 6.692 + 6.047 mmol/L with a statistically significant difference. (T = 2.087, P 0.044). No significant differences in the relationship between irrigation fluid with sleep patterns indisturbances table 8 (chi square 2.520). No significant differences between the amount of irrigation fluid with decreased of sodium level in figure 2 (F1, 35 = 3.004). Obtained Mean of sodium before TURP 139.3 + 3.7 and sodium after TURP 134.4 + 5.3 mmol / L. No significant differences between the relationship of sodium before TURP in table 9 (chi square 1.286) and post-TURP with decreased of sodium levels in table 10 (chi square 1.286) with sleep patterns disturbances after TURP. In getting significant differences between sleep patterns disturbances with decreases sodium levels in table 11 (Fischer: 0.0000118)Conclusion. The incidence of sleep patterns disturbances after TURP 41%. Sleep patterns disturbancesb after TURP is associated with decreased levels of sodium and operating time. No significant difference was found between age, occupation, education, with sleep patterns disturbances after TURP.Keywords:sleep patterns disturbances , decrease sodium levels, TURP.
Perbedaan Rerata Kadar Progesterone-Induced Blocking Factor (PIBF) Serum Penderita Abortus Iminens dengan Kehamilan Normal Defrin Defrin; Andri Ardinal; Erkadius Erkadius
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i2.722

Abstract

Progesterone-Induced Blocking Factor (PIBF) merupakan suatu mediator yang diproduksi oleh limfosit wanita hamil yang telah mengalami sensitisasi oleh progesterone, yang menyebabkan terjadinya toleransi terhadap antigen paternal sehingga dapat menekan produksi sitokin-sitokin Th-1 yang bersifat sitotoksis terhadap kehamilan. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan antara rerata kadar PIBF serum penderita abortus iminens dan kehamilan normal usia kehamilan 12-20 minggu. Studi ini dilakukan dengan metode analitik observasional dengan desain cross- sectional comparative. Subjek penelitian adalah wanita hamil yang datang ke poliklinik dan IGD kebidanan rumah sakit Dr.M.Djamil Padang, RSUD Bukittinggi, RSUD Painan, RSUD Batusangkar, RSUD Pariaman dan RSUD Solok pada periode Mei 2016 sampai September 2016. Pemeriksaan kadar PIBF dilakukan di Laboratorium biomedik FK UNAND. Total sampel adalah 30 orang, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 15 orang pada kelompok abortus iminens dan 15 orang pada kelompok kehamilan normal. Analisis statistik untuk menilai kemaknaan menggunakan unpaired t-test. Didapatkan rerata kadar PIBF serum penderita abortus iminens (623.3±80.6 ng/ml) lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan kehamilan normal (993.1±68.5 ng/ml) (p=0.000). Simpulan penelitian ini adalah kadar PIBF serum penderita abortus iminens lebih rendah dibandingkan kehamilan normal.
Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lapai Kota Padang Dhania Pratiwi; Syahredi Syahredi; Erkadius Erkadius
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.130

Abstract

AbstrakKontrasepsi hormonal suntik Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) merupakan salah satu metode kontrasepsi yang banyak digunakan. Kontrasepsi ini memiliki efektivitas yang baik, tetapi memiliki beberapa efek samping. Efek samping tersebut adalah gangguan haid berupa amenorea, bercak perdarahan dan perdarahan di luar siklus haid. Selain itu terdapat adanya peningkatan berat badan pada penggunaan kontrasepsi DMPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal suntik DMPA dengan peningkatan berat badan. Penelitian dilakukan di Puskesmas Lapai Kota Padang, pada bulan Mei sampai Desember 2013. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah akseptor yang telah menggunakan kontrasepsi DMPA minimal delapan kali, dengan jumlah 40 akseptor. Analisis data dilakukan secara bivariat dengan menggunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan 23 akseptor (57.50%) mengalami peningkatan berat badan. Sebagian besar rata-rata peningkatan berat badan dalam satu tahun adalah >0 – 1 kg (47.8% akseptor). Rata-rata berat badan sebelum dan setelah penggunaan kontrasepsi DMPA adalah 54.4 kg dan 58.1 kg. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsi hormonal suntik DMPA dengan peningkatan berat badan (p=0.000 < 0.05).Kata kunci: berat badan, DMPA, kontrasepsiAbstractInjectable hormonal contraceptive Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) is a widely used method of contraception. Contraception has good effecacy, but it has some side effects. Those side effects were menstrual disorders such as amenorrhea, patchy hemorrhage, and bleeding outside the menstrual cycle. In addition, there is increased body weight in DMPA contraceptive usage. The purpose of this study was to determine the relationship between the use of injectable hormonal contraceptive DMPA with weight gain. The study was conducted in Lapai Health Center of Padang, during May to December, 2013. This research used an observational analytic, cross sectional design. The sample was the acceptors who had used DMPA contraception at least eight times, comprising 40 acceptors. Bivariate data were analyzed using T test. The results showed 23 acceptors (57.50%) experienced increase in body weight. Most of the average weight gain in one year is >0 – 1 kg (47.8% acceptor). Average body weight before and after usage of DMPA contraception is 54.4 kg and 58.1 kg. There is a relationship between the use of injectable hormonal contraceptive DMPA with weight gain (p=0.000 > 0.05).Keywords: weight loss, DMPA, contraception
ANTROPOMETRI SENDI PERGELANGAN TANGAN PADA ETNIS MINANGKABAU Daldy Arianda; Roni Eka Sahputra; Sylvia Rachman; Erkadius Erkadius
Majalah Kedokteran Andalas Vol 38, No 2 (2015): Published in September 2015
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.195 KB) | DOI: 10.22338/mka.v38.i2.p89-98.2015

Abstract

AbstrakPenatalaksanaan fraktur distal radius adalah mengembalikan kekuatan menggenggam serta mempertahankan biomekanik sendi pergelangan tangan, sehingga pasien dapat mengerjakan aktifitas seperti sediakala, serta mengurangi resiko penyakit degeneratif di kemudian hari. Rentang gerak sendi juga merupakan bagian dari penilaian keselarasan anatomi, namun sedikit didiskusikan dalam kepustakaan. Penelitian ini bertujuan menilai antropometri sendi pergelangan tangan etnis Minangkabau. Survey analitik cross sectional dilakukan pada 50 mahasiswa kedokteran pria dan wanita beretnis Minangkabau, usia 21- 25 tahun. Data dianálisis untuk mengetahui nilai mean, standar deviasi serta menguji perbedaan antropometri pria dan wanita menggunakan t- test independen dengan derajat kepercayaan 95%. Nilai mean dan simpang deviasi ukuran ROM palmarfleksi 79,22 + 9,58; dorsofleksi 72,22 + 10,54; ulnar deviasi 40,74 + 9,43; radial deviasi 24,68 + 4,92; radial inclination 24,02 + 3,49; Radial length 11,35 + 1,56; Palmar Tilt 12,27 + 6,12. Terdapat perbedaan nilai radial inclination antara pria dan wanita (p=0,001). Penelitian ini menyimpulkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik radial inclination pria dan wanita mahasiswa kedokteran yang beretnis Minangkabau. Selain itu terdapat perbedaan antropometri antara penelitian ini dengan kepustakaan yang lazim.AbstractAs it is known that the treatment of distal radius fractures is to restore the biomechanical strength of grip and maintain joint movement of the wrist so that the patient can do normal activities, and reduce the risk of degenerative diseases of the joints of the wrist in the future. From various journals and literature more votes just only on morphometry, while the range of motion is also part of conformity assessment anatomy as well. This study aimed to measure anthropometric of wrist joint of Minangkabau ethnic group. This study used cross sectional analytical survey on medical students, men and women, with Minangkabau ethnic group, age 21- 25 years , with a sample size of 50 people. Data was analysed to determine the mean and standard deviation, and to examine difference in male and female anthropometric measurement by using an independent t-test with a 95% degree of confidence. Result : Mean and standar deviation value ROM palmarfleksi 79.22 + 9.58; dorsiflexion 72.22 + 10.54; ulnar deviation of 40.74 + 9.43; radial deviation of 24.68 + 4.92. The size of the radial inclination was 24.02 + 3.49. Radial length was 11.35 + 1.56. Tilt Palmar size was 12.27 + 6.12. Statistically there was significant difference of radial inclination between women and men (p=0.001). Conclusion: There were significant differences in the average value of the radial inclination between men and women of Minangkabau ethnic group. Besides, there were some differences in anthropometric measurement in this study compared to figure commonly reported in literature.
HUBUNGAN DISTRES DAN KADAR KORTISOL DENGAN KEJADIAN OLIGO-AMENOREA PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA SESUMATERA BARAT Yaslinda Yaunin; Elita G. Ardi; Putri S. Lasmini; Erkadius Erkadius
Majalah Kedokteran Andalas Vol 34, No 2 (2010): Published in August 2010
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.814 KB) | DOI: 10.22338/mka.v34.i2.p138-146.2010

Abstract

AbstrakBeberapa penelitian membuktikan bahwa wanita lebih banyak mengalami depresi dari pada pria. Stresor sebagai penyebab distres bisa datang sendiri-sendiri atau bersamaan. Sebagai respon terhadap distres beberapa hormon dan neurotransmitter dikeluarkan untuk mempersiapkan tubuh menahan stresor. Hiperaktivasi HPA-aksis menyebabkan korteks adrenal mengsekresi kortisol secara berlebihan ke dalam darah, juga menyebabkan pelepasan β-endorphin yang berlebihan sehingga terjadi penekanan GnRH dan menghambat LH sehingga terjadi oligomenorea dan amenorea. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik,dengan subjek narapidana wanita di LP wanita se-Sumatera Barat pada bulan Juni 2007 s/d Desember 2007. Kriteria Inklusi : wanita usia 20-40 tahun, tidak sedang menderita penyakit sistemik, haid teratur sebelum masuk penjara, mempuyai BMI normal, bersedia ikut penelitian. Depresi ditegakkan berdasarkan PPDGJ III, sedangkan kortisol diperiksa melalui darah yang diambil melalui vena mediana cubiti pagi dan sore hari melalui pemeriksaan dengan sistem ECLIA. Hasil penelitian menunjukan kadar kortisol pagi hari pada subjek yang mengalami depresi memiliki perbedaan yang bermakna dibanding subjek yang tidak depresi, kadar kortisol sore hari tidak ada perbedaan bermakana antara subjek yang mengalami depresi dibanding tidak depresi. Tidak ada perbedaan kortisol pagi hari pada subjek yang menngalami gangguan haid dengan subjek yang haidnya normal,juga tidak terdapat hubungan yang bermakna antara gangguan haid yang terjadi dengan depresi yang dialami subjek pada penelitian ini (P=0,209).Kata Kunci : Depresi, Kortisol, Oligo-amenoreaAbstractSome studies showed that women more have depression than men.In order as the respon to stressor body will scret some hormones and some neurotransmitters. Hiperactivation of HPA-axis induce adrenal cortex to secretion more cortisol to blood stream and also more β endhorphin that will be pressure GnRH & inhibit LH and the end by oligomenorrhea and amenorrhea. The design of this study is analytic-descriptive studies with subjects prisoner women in WestARTIKEL PENELITIAN139Sumatera,age 20-40, no physical illnes, has normal menstruation before in the prison and BMI normal range.The result showed that cortisol level in the morning is significantly different between depression and non depression subjects. There are no different cortisol level in the afternoon between depression and non depression subjects, and also no different cortisol level women with disregulation menstruation and women with normal menstruation. There are no relationship between disregulation menstruation and depression.Key word : Depression,Cortisol, Oligomenorrhea