Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Effect of Feeding Quails with Mixture Feeds Composed of Crab Waste Meal, Leubim Fish Waste Meal, and Broken Rice Grains as Partly Substitution of Commercial Diet on Egg Quality Zulfan, Zulfan; Latif, Herawati; Fitri, Cut Aida; Aswita, Evi
ANIMAL PRODUCTION Vol. 22 No. 2 (2020)
Publisher : Faculty of Animal Science, Jenderal Soedirman University in associate with Animal Scientist Society of Indonesia (ISPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jap.2020.22.2.50

Abstract

In rearing quails, many attempts have been done to reduce feed cost among other things by replacing partly commercial diet with numerous alternative feed sources such as crab waste meal (CWM), leubim fish (Canthidermis maculata) waste meal (LFWM), and broken rice grains (BRG). The purpose of this study was to determine the effect of using a mixture feeds composed of CWM + LFWM + BRG as a substitute for commercial laying chicken diets on the quality of quail eggs. This research was conducted at the Field Laboratory of Animal Husbandry and the Laboratory of Poultry Production Science, Syiah Kuala University. This study used 80 female quails (Coturnix-coturnix japonica) females aged 4 weeks. The treatment was feeding quails with the commercial diet of laying hen (324-1M) of which 0, 10, 20, and 30% of the diets was substituted by the mixture feeds composed of CWM + LFWM + BRG. The study was performed into block randomized design (BRD) consisting of 4 treatments and 4 replicate blocks. The blocks were established based on the different initial body weights of 4-week ages of female quails. Each treatment was an experimental unit consisting of 5 female quails each. The measured parameters were Yolk Index (YI), yolk color, Albumen Index (AI), eggshell thickness, and egg weight. The results of the study indicated that using up to 30% mixture feeds composed of 7,5% CWM + 9,1% LFWM + 13,4% BRG as a substitute for commercial laying chicken diets most significantly increased yolk index and yolk color of quail eggs. However, the albumen index, eggshell thickness, and egg weight were not significantly affected.
Telur Itik Asin Berbahan Herbal dan Cabai pada Peternak Produktif di Gampong Siem Aceh Allaily Tarman; Cut Aida Fitri; Nurma Sari; Amhar Abu Bakar; Dzarnisa Dzarnisa
Prioritas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4 No 01 (2022): EDISI MARET 2022
Publisher : Universitas Harapan Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35447/prioritas.v4i01.494

Abstract

Telur asin memiliki potensi sebagai sumber protein hewani yang sangat murah dibandingkan dengan daging. Saat ini telur asin yang populer di kalangan masyarakat adalah telur asin yang pada umumnya dibuat dari serbuk batu bata atau abu dengan penambahan garam. Sedangkan telur asin yang memiliki rasa herbal dan cabai belum banyak dikenal dan dikembangkan di kalangan masyarakat luas. Telur asin dapat dikembangkan sebagai salah satu usaha rumah tangga yang memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat yang memiliki usaha di bidang ternak itik. Telur itik merupakan salah satu telur yang sering digunakan pada pembuatan telur asin, hal ini dikarenakan cangkang telur itik berpori lebih besar sehingga dengan mudah penetrasi garam ke dalam telur. Inovasi dalam pembuatan telur asin dengan menggunakan rasa herbal dan cabai membuka peluang usaha baru yang menjanjikan bagi peternak itik. Diharapkan dengan adanya pelatihan pembuatan telur asin rasa herbal dan cabai dapat menambah wawasan baru bagi peternak itik sehingga peluang usaha telur asin dapat dikembangkan di kalangan masyarakat. Pengabdian yang dilakukan di salah satu peternak produktif di Gampong Siem meliputi praktek langsung pembuatan telur asin rasa herbal dan cabai dan selanjutnya pemberian harga dan pemasaran. Diharapkan melalui kegiatan pengabdian ini masyarakat yang memiliki ternak itik dapat mengembangkan usaha di bidang pembuatan telur asin dengan kreatif dan inovatif.
Pengaruh Pemberian Jus Daun Sirih (Piper Betle L.) terhadap Uji Organoleptik dan Mikrobiologi Dendeng Daging Ayam Salma Warni Salma Warni; Cut Aida Fitri; Dzarnisa Dzarnisa
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.475 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i2.11126

Abstract

Abstrak.  Dendeng adalah olahan curing dengan memotong dalam bentuk lembaran tipis dan  dikering secara tradisional yang merupakan hasil proses pengeringan dan, kemudian diberi garam dapur, bumbu rempah-rempah serta gula, seperti ketumbar, bawang merah, bawang putih, dan jahe hasil olahan  merupakan hasil proses curing dan pengeringan dengan memotong dalam bentuk lembaran tipis dendeng yang beredar di pasaran kebanyakan mengandung kadar gula 20-52%, kadar lemak 1,0-17,4%, kadar garam 0,4-0,6%,  serat kasar 0,4-15,5% dan aw0,4-0,5. Pengawetan salah satu cara daging agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.Dendeng tergolong bahan makanan semi basah yaitu bahan pangan yang mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, yaitu antara 15-50%. Daging direndam jus daun sirih (0,10,15,20,) kemudian diolah menjadi dendeng. Variabel yang diukur meliputi warna, aroma, rasa, keempukan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap 4x5 dan dilanjut dengan uji mikrobiologi. Hasil menujukan bahwa semakin tinggi konsentrasi jus daun sirih berpengaruh nyata ( 0,05) terhadap  warna, rasa, aroma, keempukan.presentase jus daun sirih berpengaruh sangat nyata ( 0,01) terhadap total mikroba dendeng daging ayam dengan pemberian jus daun sirih. Daging  ayam menujukan batasan cemaran  bakteri lebih tinggi dari ketetepan SNI yaitu 1,10x105 CFU/gram, sedangkan menurut SNI batasan cemaran maksimum cemaran mikroba dalam pangan yaitu 1x105 CFU/gram. Kata kunci : Dendeng, daging ayam , Daun sirih, ,Total mikroba(EFFECT OF GOOD LEAF LEAVES (Piper betle L.) ON ORGANOLEPTIC TEST AND MICROBIOLOGY OF CHICKEN)Abstract. Dendeng is traditionally processed dried produce which is the result of drying process and curing by cutting in the form of thin slices of jerky on the market mostly contain 20-52% sugar content, 0.4-0.6% salt content, fat content 1.0 -17.4%, crude fiber 0.4-15.5% and aw 0.4-0.5. one way of preserving meat to be stored for long periods of time. Fillet is classified as semi-saturated food that is food that has water content is not too hig, which is between 15-50%. Meat soaked betel leaf juice (0, 10, 15, 20,) then processed into jerky. The variables measured include color, aroma, taste, tenderness. The research design used was Completely Randomizedt  Designt 4x5  continued with microbiology test. The results showed that the higher concentration of betel leafl juice significantly (0.05) to the color, flavor, aroma, tenderness. The percentage of betel leaf juice had a very significant effect (0,01) on total of chicken jerky microbial with betel leaf juice. Chicken meat pointed to the limits of bacterial contamination higher than ketetepan SNI that is 1.10x105 CFU / gram, whereas according to SNI limit maximum contamination of microbial contamination in food that is 1x105 CFU / gram. Keywords: Chiken meat, Betle leaf, Dendeng, Micrbiologi
Pengaruh Pemberian Tepung Kulit Pisang ( Musa sp) Sebagai Substirusi Sebagian Ransum Komersil Terhadap Efisisensi Ekonomis Pemeliharaan Itik Peking Sri Wahyuni; Cut Aida Fitri; Zulfan Zulfan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/jimfp.v2i4.5249

Abstract

Abstrak.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi sebagian ransum komersil periode finisher dengan tepung kulit pisang fermentasi + bungkil kelapa + minyak sawit  + feed supplement terhadap efisiensi ekonomis pemeliharaan itik peking.   Penelitian dilakukan  di Laboratorium Lapangan Peternakan (LLP),  Program Studi Perternakan,  Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala tanggal 22 Februari‒19 April 2017.   Penelitian menggunakan 100 ekor anak itik peking  produksi PT  Charoen Pokphand, Medan.  Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK),  terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kelompok.   Tiap kelompok merupakan unit percobaan,  masing-masing terdiri dari lima ekor itik.  Perlakuan yang  dicobakan adalah pemberian tepung kulit pisang fermentasi sebanyak 0, 4, 8, dan 12%.   Hasil penelitian memperlihatkan substitusi ransum komersil dengan tepung kulit pisang fermentasi + bungkil kelapa + minyak sawit  + feed supplement selama periode finisher menurunkan biaya ransum dan menaikkan IOFC dan total income.   Ransum komersil paling layak dan menguntungkan jika disubstitusi dengan 8% tepung kulit pisang fermentasi + 5% bungkil kelapa + 1% minyak sawit + 1%  feed supplement selama periode finisher.  Kata Kunci:  itik, income, kulit pisang fermentasi    Effect of  Feeding Fermented Banana (Musa sp) Peel Meal as Partial Substitution of Commercial Diet to Economic Efficiency of Raising Peking DucksAbstract.    The aim of present study was to determine effect of substitution commercial diet with fermented banana peel meal + coconut meal + coconut oil to economic efficiency of raising duck during grower/finisher period.     The study was conducted in Field Laboratory of  Animal Husbandry,  Livestock Department,  Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University,  February  22 until April 19, 2017.The study used 100 Peking DOD  males, produced by  PT  Charoen Pokphand, Medan.   The study was performed into block randomized design with subsamples,  consisting of  4 treatments and 4  blocks. Each block was an experimental unit, each consisting of  five ducks.   The treatment was  inclusion  of  fermented banana peel meal as many as 0% (P1), 4(P2), 8% (P3), and 12% (P4),   respectively.   Results of study showed that  inclusion of  fermented banana peel meal  + coconut meal + coconut oil as partial substitution of  commercial duck  diet during grower/finisher periode  reduced cost and increased IOFC as well as total income. It was suggested that the best level of substitution of  finisher commercial  diet was 8% fermented banana peel meal + 5% coconut meal + 1% coconut meal + 1% feed supplement.Key words:  duck,  banana peel, fermentation, income  
Analisa Ekonomi Tepung Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) Sebagai Pakan Aditif pada Kambing Peranakan Etawah Laktasi Zulpikar Zulpikar; Cut Aida Fitri; Cut Intan Novita
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 2 (2017): Mei 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.725 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i2.3022

Abstract

Abstrak: Penelitian tentang Analisa Ekonomi Penambahan Tepung Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) sebagai Pakan Aditif pada Kambing Peranakan Etawah (PE) Laktasi, telah dilakukan di Desa Limpok, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian tepung kulit manggis sebagai pakan aditif terhadap efisiensi ekonomi pemeliharaan ternak kambing Peranakan Etawah laktasi. Penelitian ini menggunakan 16 ekor kambing Peranakan Etawah (PE). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kelompok. Ternak dikelompokkan berdasarkan masa laktasi sehingga diperoleh 16 satuan percobaan. Masing-masing perlakuan terdiri dari perlakuan A (ransum kontrol), perlakuan B (penambahan tepung kulit manggis 2,5%), perlakuan C (penambahan tepung kulit manggis 5%) dan perlakuan D (penambahan tepung kulit manggis 7,5%). Data dianalisa menggunakan Analysis of variance (ANOVA). Parameter yang diamati adalah biaya produksi, hasil produksi, nilai hasil produksi, keuntungan kelayakan usaha. Tingkat keuntungan dan penerimaan semua perlakuan dalam penelitian ini mendapatkan keuntungan. Rasio manfaat biaya yang diperoleh. Abstrack: This research were studied about economic analysis of addition of mangosteen peel powder(Garcinia mangostana L) as a feed additive in goat etawah cross (PE) lactation. It had been done in the village Limpok Darussalam Aceh Besar District of Aceh Province of the date on from march to may, 2016. The purpose of this research is study the effect of mangosteen peel powder as a feed additive cattle raising economic efficiency the cross Etawah goat lactation. This reseach was used 16 Etawah goats. This research was used Randomized Block Design (RBD) which consists of 4 treatments and 4 groups. Livestock was grouped by lactation mass until obtained 16 unit trials. Each treatment consists of A treatment (control rations without mangosteen peel powder), B treatment (rations with added mangosteen peel powder 2.5%), C treatment (rations with added mangosteen peel powder 5%) and D treatment (rations with added mangosteen peel powder 7.5%). The reseach data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). The parameters measured were the cost of production, production, production output value, profits feasibility. The rate of profits and acceptance of all treatments in this study benefit. Return cost ratio obtained treatment It demonstrate that the business is run to be continued. Economic analysis of mangosteen peel powder (Garcinia mangostana l) as feed the goat peranakan etawah additives lactation
Evaluasi Cara Penyembelihan Sapi di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Keudah dan Lambaro Bhakti Prasetia Nanda; Cut Aida Fitri; Didy Rachmadi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.071 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i4.5580

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi cara penyembelihan sapi di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Keudah dan Lambaro sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan pemerintah. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Keudah dan Lambaro pada tanggal 10 – 29 Juni 2017. Penelitian ini menggunakan metode survei. Variabel yang diamati adalah persyaratan peralatan pemotongan, prosedur pemotongan sapi dan higienis pekerja RPH Keudah dan Lambaro. teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan metode Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Keudah memiliki persyaratan peralatan sebanyak 60% berada pada kategori cukup dan RPH Lambaro sebanyak 55% berada pada kategori kurang. Prosedur pemotongan sapi di RPH Keudah dan Lambaro sama-sama mendapat persentase 81,81% dan berada pada kategori baik. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Keudah memilik higienis pekerja sebanyak 45,24% berada pada kategori kurang dan RPH Lambaro 59,26% berada pada kategori kurang. Dari hasil penelitian  ini dapat disimpulkan bahwa persyaratan peralatan RPH Keudah lebih baik dari RPH lambaro, prosedur pemotongan RPH Keudah dan Lambaro sama-sama dalam kategori baik dan higienis pekerja RPH Lambaro lebih baik dari RPH Keudah.Evaluation Method Cattle Slaughtering at Slaughterhouse (RPH) Keudah and LambaroAbstract.   This study aims to evaluate the method of slaughtering cows at the House of Animal Slaughter (RPH) Keudah and Lambaro in accordance with procedures established by the government. This research was conducted at the House of Animal Slaughtering (RPH) Keudah and Lambaro on 10 - 29 June 2017. This research used survey method. The variables observed were the requirements of cutting equipment, cow cutting procedures and the hygiene of RPH Keudah and Lambaro workers. Research sampling technique using Purposive Sampling method. The results showed that the House of Animal Slaughterhouse (RPH) Keudah has 60% of equipment requirements are in enough category and 55% LP RPH is in the less category. Cattle slaughtering procedures in RPH Keudah and Lambaro both got 81.81% percentage and are in good category. Animal Slaughterhouse (RPH) Keudah has 45.24% worker hygiene is in the less category and RPH Lambaro 59.26% is in the less category. From the results of this study it can be concluded that the RPH Keudah equipment requirements are better than RPH lambaro, the cutting procedure of RPH Keudah and Lambaro are both in good category and the hygienic of RPH Lambaro workers is better than RPH Keudah.       
Kualitas Pengaruh Pemberian Persentase Bawang Putih (Allium Sativum) terhadap Uji Organoleptik Sie Balu Daging Kerbau Ardiansyah Ardiansyah; Amhar AB; Cut Aida Fitri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 1, No 1 (2016): November 2016
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.044 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v1i1.1251

Abstract

Abstrak. Suatu penelitian telah dilakukan tentang Pengaruh Pemberian Persentase Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Uji Organoleptik Sie Balu Daging Kerbau. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Daging dan Ikan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala yang berlangsung dari  Juni sampai dengan Juli 2016. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati pengaruh pemberian Persentase Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Uji Organoleptik Sie Balu Daging Kerbau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan P0 adalah pada pemberian  0 % Bawang Putih (kontrol), perlakuan P1 adalah pada pemberian 10 % Bawang Putih dari berat daging, perlakuan P2 adalah pada pemberian 15 % Bawang Putih dari berat daging dan perlakuan P3 adalah pada pemberian 20 % Bawang Putih. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah uji organoleptik meliputi warna, aroma, rasa dan keempukan. Panelis yang digunakan adalah sebanyak 25 orang yang terdiri dari 10 orang ibu rumah tangga, 5 orang dosen, dan 10 orang mahasiswa Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sie Balu daging Kerbau dengan berbagai pemberian persentase bawang putih tidak berpengaruh nyata (P0.05) terhadap uji warna, aroma, rasa dan keempukan. Percentage of Giving Effect of Garlic (Allium Sativum)on Organoleptic Sie Balu Buffalo MeatAbstract. A study has been conducted on the Effect of Percentage of Garlic (Allium sativum) Organoleptic Test Against Sie Balu Buffalo Meat. This research was conducted at the Laboratory of Meat Processing and Fish Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture, University of Syiah Kuala which lasts from June to July 2016. The purpose of this study was to observe the effect of percentage of Garlic (Allium sativum) Organoleptic Test Against Sie Balu Buffalo Meat. This study uses a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. Treatment P0 is the provision of 0% Garlic (control), treatment P1 is the provision of 10% of the weight of the meat Garlic, P2 treatment is the administration of 15% of the weight of the meat Garlic and treatment P3 is the administration of 20% Garlic. The parameters observed in this study is the organoleptic tests include color, aroma, flavor and tenderness. Panelists in use is of 25 people consisting of 10 housewives, five lecturers and 10 students of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture, University of Syiah Kuala. The results showed that Balu Sie buffalo meat with various percentages administration of garlic not significant (P 0.05) to test the color, aroma, flavor and tenderness
Uji Kebusukan Bakso Daging Sapi yang Diberikan Persentase Tepung Kacang Kedelai (Glycine max L.) yang Berbeda Yuliyanti Yuliyanti; Amhar Abu Bakar; Cut Aida Fitri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.266 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i1.19124

Abstract

Abstrak. Bakso merupakan olahan dari daging dengan campuran yang terdiri dari tepung memiliki rasa yang enak dan sangat digemari oleh semua kalangan. Pengolahan bakso sangat penting di perhatikan, pengolahan yang baik akan menghasilkan bakso yang berkualitas, baik dari segi protein, nutrisi dan lamanya penyimpanan. Pada umumnya campuran bakso sangat bergantung pada jenis tepung yang digunakan. Tepung kacang kedelai adalah salah satu tepung yang memiliki kualitas yang tinggi. Kacang kedelai merupakan jenis biji-bijian yang banyak ditemukan di Indonesia. Memiliki kandungan yang tinggi akan protein kacang kedelai yang sudah diolah menjadi tepung dapat digunakan sebagai campuran dari berbagai macam olahan makanan salah satunya adalah bakso. Penambahan tepung kacang kedelai dalam pembuatan bakso penting dilakukan untuk melihat dari segi kualitas dan tingkat kebusukan awal yang terjadi. Pada prinsipnya uji kebusukan dapat dilakukan dengan 3 uji yaitu Uji eber, H2S, dan uji Postma. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan data dengan penotasian positif dan negatif. Positif (menunjukkan kebusukan awal) dan negatif (tidak menunjukkan kebusukan awal), dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga diperoleh 16 sampel percobaan. Dengan persentase penggunaan tepung kacang kedelai yaitu 0%, 20%, 40% dan 60%. Lalu dilakukan uji awal kebusukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sampel bakso dengan persentase tepung kacang kedelai 40% dan 60% lebih cepat mengalami kebusukan awal dibandingkan dengan penambahan 0% dan 20%. Semakin tinggi persentase penambahan tepung kacang kedelai pada sampel bakso yang di uji maka protein yang ada pada bakso juga semakin tinggi, suatu bahan pangan yang memiliki protein tinggi lebih rentan mengalami kebusukan.Rotten Test of Beef Meatballs Given Different Percentage of Soybean Flour (Glycine max L.)Abstract. Meatballs are processed from meat with a mixture consisting of flour has a good taste and is very popular by all circles. Meatball processing is very important to note, good processing will produce quality meatballs, both in terms of protein, nutrition and length of storage. In general, the meatball mixture depends on the type of flour used. Soy bean flour is one of the flours that have a high quality. Soybeans are a type of grain that is widely found in Indonesia. Having a high content of soy bean protein that has been processed into flour can be used as a mixture of various kinds of processed foods, one of which is meatballs. The addition of soybean flour in the manufacture of meatballs is important to see in terms of quality and the level of initial decay that occurs. In principle, the decay test can be done with 3 tests, namely the eber test, H2S, and postma test. This study was conducted using qualitative research methods by describing data with positive and negative assessments. Positive (indicating initial decay) and negative (showing no initial decay), with 4 treatments and 4 repeats resulting in 16 experimental samples obtained. With the percentage of soy bean flour use is 0%, 20%, 40% and 60%. Then an initial test of decay was conducted. The results of this study showed that meatball samples with a 40% and 60% faster percentage of soy bean flour experienced early decay compared to the addition of 0% and 20%. The higher the percentage of soy bean flour additions in the meatball samples tested, the higher the protein in meatballs, a food that has high protein is more susceptible to decay.
Nilai Organoleptik Daging Ayam Broiler dengan Penambahan Prebiotik Immuno Forte® pada Berbagai Level Berbeda M. Reza Pangestu; Cut Aida Fitri; Sitti Wajizah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 1, No 1 (2016): November 2016
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.93 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v1i1.904

Abstract

Abstrak.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan prebiotik Immuno forte® selama pemeliharaan terhadap nilai organoleptik daging ayam broiler meliputi warna, rasa, aroma dan tekstur. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapangan Peternakan (LLP) Program Studi Peternakan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, mulai tanggal 22 Agustus sampai dengan 21 September 2015. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ekor DOC ayam broiler CP 707 Strain Arbor Acres produksi PT. Charoen Pokphand, yang diberi ransum komersial R511 hi pro vitepriode starterdan R512 bravo priode finisher. Penelitian ini terdiri atas 4 perlakuan yaitu: P0(0 mL Immuno forte®/3 L air ), P1 (0,5 mL Immuno forte®/3 L air), P2(1 mL Immuno forte®/3 L air), P3 (1.5 mL Immuno forte®/3 L air) dan P4 (2 mL Immuno forte®/3 L air). Peubah yang dinilai secara organoleptik meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur daging dada ayam broiler yang telah dipanggang, dengan melibatkan 25 orang panelis semi terlatih. Penilaian organoleptik berdasarkan skala hedonik 1 sampai 5, dimana 1= sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = netral, 4 = suka, 5 = sangat suka. Hasil penelitian menunjukkan penambahan Immuno forte® dalam air minum selama pemeliharaan tidak berpengaruh negatif terhadap nilai organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur daging ayam broiler. Secara umum, semua parameter pada  perlakuan masih berada pada  kisaran skor 3,57 – 3,79 yang berarti dapat diterima oleh panelis dengan kategori pada umumnya mendekati suka. Organoleptic Values of Broiler Meat  Administrated With With Different Levels of Prebiotic Immuno Forte® Abstract. The purpose of this study was to evaluate the effect of prebiotic immuno forte® administration with different levels on organoleptic values of broiler meat, include color, flavor, aroma and texture. This study conducted at Experimental Farm, Animal Husbandry Department, Agricultural Faculty Syiah Kuala University from August 22 to September 19, 2015.  As many as 100 unsex day old chicks (DOC) CP 707 Strain Abror Acres, produced by Charoen Pokphand was used in this study, fed with commercial diet   R511 hi pro viteon the starterperiod and R512 bravo on the finisher period. Treatments consisted of: P0 (0 mL Immuno forte® / 3 L water), P1 (0.5 mL Immuno forte® / 3 L water), P2 (1 mL Immuno forte® / 3 L water), P3 (1.5 Immuno forte® mL / 3 L water) and P4 (2 mL Immuno forte® / 3 L water). Parameters assessed by organoleptic test include color, aroma, flavor, and texture of grilled broiler breast meat, involving 25 semi-trained panelists. Organoleptic assessment based on hedonic scale of 1 to 5, where 1 = strongly dislike, 2 = dislike, 3 = neutral, 4 = likes, 5 = very fond. The results showed that the administration of Immuno forte® in drinking water for maintenance is not negatively affect the organoleptic values include color, aroma, flavor, and texture of broiler meat. In general, all the parameters of the treatment is still in the range of scores from 3.57 to 3.79 which means it can be accepted by the panelists with a category generally approaches like
Analisis Kebusukan Sie Balu Daging Kerbau dengan Pemberian Persentase Bawang Putih (Allium sativum) yang Berbeda Aulia Dinamika; Cut Aida Fitri; Amhar Abubakar
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/jimfp.v2i4.5458

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Tehnologi Pengolahan Daging Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan dari Maret sampai April 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati Analisis Kebusukan Sie Balu Daging Kerbau Dengan Pemberian Persentase Bawang Putih (Allium Sativum)  Yang Berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 5 ulangan. Perlakuan P0 adalah pada pemberian 0% (kontrol); perlakuan P1 adalah pemberian 10% bawang putih dari berat daging; perlakuan P2 adalah pemberian 15% bawang putih dari berat daging; perlakuan P3 adalah pemberian 20% bawang putih dari berat daging. Parameter yang diamati dalam penelituian ini adalah uji Postma, uji H2S dan uji Eber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji Postma menunjukkan bahwa sampel sie balue daging kerbau tanpa perlakuan menunjukkan hasil negatif. Pada sampel yang telah diberi persentase bawang putih 10 % ternyata juga tidak terjadi pembusukan, uji H2S juga tidak ada tanda kebusukan, sedangkan pada uji Eber menunjukkan hasil yang positif.The Analysis of Cured Buffalo Meat Rottenness by Giving Different Percentage of Garlic (Allium Sativum)The objective of this study was to observe the Analysis of Cured Buffalo Meat Rottenness by Giving Different Percentage of Garlic (Allium sativum). This study used Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatment of 5 replications. Treatment P0 was given 0% garlic (control); P1 treatment was given 10% garlic of the meat weight; P2 treatment was given 15% garlic of the meat weight; P3 treatment was given 20% garlic of meat weight. The parameters observed in this study were Postma test, H2S test, and Eber test. The results indicated that the sample of Postma test of cured buffalo meat without treatment showed negative result. Moreover, the sample that has been given percentage of 10% garlic was not getting rotten as well, and H2S test was also not giving the sign of rottenness, while the Eber test showed the positive result.