Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

EVALUASI KETAHANAN SEPULUH AKSESI JAMBU METE TERHADAP PENYAKIT BUSUK AKAR FUSARIUM Supriadi, Handi; Taufik, Efi; Harni, Rita
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Evaluation of resistancies of ten accessions of cashew to fusarium root rot disease. Cashew is a commodity that has an important role in improving the welfare of farmers, especially in areas with dry climates and poor nutrients. One obstacle in the development of cashew nut is the presence of Fusarium  attacks that can shut down the plant in the nursery. Research evaluation of resistancies of ten accessions of cashew against Fusarium root rot disease, which aimed to get the accessions that resistant to Fusarium root rotdisease has been conducted in the Laboratory and Greenhouse of Indonesian Spices and Industrial Crops Rresearch Institute (ISICRI) January to December 2009. Research using completely randomized design with 10 treatments and three replications. Treatments were the type of accsession namely Arsyad Labone, Sri Lanka,JT-21, Laode Head, Laode Gani, Sleman Red, Nigeria, Laode Kase, JN 26, NDR-31. The result obtained one cashew accessions highly resistant namely JN-26, and two accessions that resistant that is Laode Gani, and Sleman Red with root rot disease incidence of each 0; 6.67, and 9.52% at the age of two months after inoculation.
Potensi Bakteri Kitinolitik untuk Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada ( Phytophthora capsici) Harni, Rita; Amaria, Widi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu kendala dalam peningkatan produktivitas lada adalah adanya serangan penyakit busuk pangkal batang  yang disebabkan oleh Phytophthora capsici, akibat infeksi patogen ini dapat menurunkan hasil lada 10-15% setiap tahunnya. Penelitian potensi bakteri kitinolitik untuk mengendalikan penyakit busuk pangkal batang lada telah dilakukan di Laboratorium dan Rumah Kaca Kelompok Peneliti Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri dari bulan Juni-November 2011. Bakteri kitinolitik yang digunakan merupakan isolat terbaik hasil seleksi bakteri kitinolitik di laboratorium. Isolat diisolasi dari beberapa tanaman yaitu lada, bintaro dan kelapa sawit. Isolat yang digunakan adalah: LP4, BP2, LB12, LB19, LB20, LB31, LL5, LL18, dan E10. Sebagai pembanding digunakan isolat bakteri kitinolitik TT2 yang sudah teruji keefektifannya. Penelitian terdiri dari 3  kegiatan yaitu (1) Analisis ekspresi kitinase, (2) Uji Antagonis bakteri kitinolitik terhadap P. capsici in vitro, dan (3) Pengujian isolat bakteri kitinolitik  terhadap P. capsici pada tanaman lada di rumah  kaca. Hasil penelitian diperoleh 4 isolat dengan aktivitas kitinase tinggi yaitu BP2, LB19, LL5, dan LL18, sedangkan 6 isolat lainnya mempunyai aktivitas kitinase rendah sampai sedang. Kemampuan antagonis ke-10 isolat bakteri kitinolitik terhadap P. capsici memperlihatkan daya antagonis yang sama yaitu 64,4-85,6%, tetapi pengaruhnya terhadap P. capsici di rumah kaca diperoleh 3 isolat  (E10, BP2, LP4) yang potensial menekan penyakit BPB lada dengan intensitas serangan 34,33-43,97%, sedangkan pada kontrol 73,37%. Beberapa isolat bakteri kitinase dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman lada di banding dengan kontrol. Potential of chytinolytic bacteria to control Phytophthora capsici (foot rot disease) on black pepperABSTRACTOne of many problems in increasing productivity of black pepper is foot rot disease caused by Phytophthora capsici. This pathogen infection may reduce 10-15% of yields each year. A study on potential chitinolytic bacteria to control foot rot disease of black pepper was carried out at Laboratory and Greenhouse of Plant Protection, Indonesian Research Institute for Spice and Industrial Crops, from June to November 2011. Chitinolytic bacterial isolates used is the best ones of some selected chitinolytic bacteria. The isolates were isolated from different plants, namely black pepper, bintaro and palm oil. In these experiments isolates used were LP4, BP2, LB12, LB19, LB20, LB31, LL5, LL18, and E10, while its control was chitinolytic bacterial isolate TT2, an isolate having high effectiveness. The study consist of three activities: (1) Analysis of chitinase expression, (2) Test antagonists of chitinolytic bacteria against P. capsici in vitro (3) Testing of chitinolytic bacteria isolates against P. capsici on black pepper in greenhouse. Results have identified 4 isolates (BP2, LB19, LL5, and LL18) having high in chitinase expression, whereas six other isolates have low to medium in chitinase expression. Antagonistic ability against P. capsici from all isolates (10 isolates) showed the same inhibitory ranging from 64.4 to 85.6%, but its effect against P. capsici at greenhouse was obtained 3 isolates (E10, BP2, LP4) which have suppressive potential to foot rot disease of black pepper with attacks intensity of 34.33 to 43.97% level, while that of control was 73.37%. The ten isolates also increased better growth of black pepper compared with the control.
Pengaruh Formula Fungisida Nabati Minyak Cengkeh dan Serai Wangi terhadap Penyakit Busuk Buah Kakao Harni, Rita; Taufiq, Efi; Amaria, Widi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit utama busuk buah kakao disebabkan oleh Phytophthora palmivora dapat menurunkan hasil 20%-30%. Pengendalian penyakitdengan fungisida nabati saat ini banyak dikembangkan, dengan tujuan mengurangi dampak negatif dari fungisida sintetik. Fungisidanabati yang digunakan adalah minyak cengkeh dan serai wangi karena mudah didapat dan bersifat fungisidal. Penelitian bertujuanmenganalisis pengaruh formula fungisida nabati minyak cengkeh dan serai wangi terhadap perkembangan penyakit busuk buah kakao(BBK) yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora. Penelitian dilaksanakan di kebun petani Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat,menggunakan rancangan acak kelompok 7 perlakuan, 4 ulangan. Setiap perlakuan diamati 20 buah kakao berukuran 8-10 cm.Perlakuan yang diuji adalah 1) minyak cengkeh+serai wangi, 2) minyak cengkeh+asam salisilat, 3) minyak cengkeh+silikon, 4) seraiwangi+asam salisilat, 5) serai wangi+silikon, 6) fungisida sintetik sebagai pembanding, dan 7) kontrol. Larutan formula (5ml/liter)disemprotkan pada buah setiap 2 minggu sekali sampai buah masak atau dipanen. Parameter yang diamati adalah persentase serangan,intensitas serangan, kadar senyawa fenol, dan bobot biji kakao. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula fungisida nabaticengkeh dan serai wangi yang diperkaya dengan asam salisilat dan silikon dapat menekan intensitas serangan penyakit busuk buahkakao sebesar 20,48%-65,62%, tidak berbeda nyata dengan fungisida sintetik (73,15%). Besarnya tingkat penekanan penyakit sejalandengan kandungan senyawa fenol pada kuit buah kakao. Semakin tinggi kadar fenol pada kulit buah, maka semakin tinggi penekananpenyakit busuk buah kakao. Penggunaan formula fungisida nabati dapat menekan kehilangan produksi kakao 23,94%-43,02%.Formula terbaik dan dapat dianjurkan untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao adalah minyak cengkeh+serai wangi,cengkeh+asam salisilat, dan serai wangi+silikon.Kata Kunci: Kakao, Phytophthora palmivora, busuk buah kakao, fungisida nabatiBlack pod disease caused by Phytophthora palmivora is a major disease on cacao crops, which can cause yield losses until 20%-30%. Diseasecontrol using botanical fungicide such as the use of clove and citronella oil, which have fungicidal effect, have been developed to reduce the negativeimpact of synthetic fungicide residues. The objectives of this study was to analyze the effect of clove and citronella oil as botanical fungicide formulaon the development of black pod disease and seed weight of cocoa in the field. The study was carried out at farmer’s fields in Mamuju District, WestSulawesi using a randomized block design with 4 replications and 7 treatment. In each treatment was observed 20 cacao pods with size 8-10 cm. Thetreatments were 1) clove + citronella oil, 2) clove oil + salicylic acid, 3) clove oil + silicone, 4) citronella + salicylic acid, 5) citronella + silicone,6) synthetic fungicides as a comparison treatment, and 7) control. The botanical formula was applied by spraying onto the entire surface of pod witha concentration of 5 ml/litre every 2 weeks. Observations were include the percentage of attacks, intensity of the attack, the levels of phenoliccompounds, and seed weight of cacao. The results showed that the formula of botanical fungicide containing clove and citronella oil enriched withsalicylic acid and silicon can suppress disease attack of black pod (20.48%-65.62%), which was not significantly different from synthetic fungicide(73.15%). The level of disease suppression in line with phenolic compounds of cocoa husk. In which, high phenolic contents can reduce black poddisease at a higher level . The use of botanical fungicides formula can suppress the yield loss until 23.94% to 43.02%. The best formulas that canbe recommended in suppressing intensity of black pod disease were clove oil + citronella, clove oil + salicylic acid, and citronella + silicon.
Evaluasi Bakteri Endofit untuk Pengendalian Nematoda Pratylenchus coffeae pada Tanaman Kopi Harni, Rita; Khaerati, Khaerati
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bakteri endofit adalah bakteri yang hidup dalam jaringan tanaman dan memberikan efek yang baik pada tanaman, dapat diisolasi dari akar, batang, daun, dan buah. Penelitian isolasi, seleksi, dan potensi bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda Pratylenchus coffeae pada tanaman kopi telah dilakukan di Laboratorium dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar dari bulan Januari sampai Desember 2012. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi isolat bakteri endofit yang potensial untuk mengendalikan nematoda pada tanaman kopi. Bakteri endofit diisolasi dari akar pertanaman kopi dari daerah Jawa Barat (KP. Pakuwon, Sukabumi, Garut, dan Pengalengan) dan Lampung (KP. Natar, KP. Cahaya Negeri, dan Liwa) menggunakan metode sterilisasi permukaan. Selanjutnya bakteri endofit diseleksi antagonismenya terhadap nematoda dan kemampuan memicu pertumbuhan tanaman. Hasil isolasi bakteri endofit dari akar kopi diperoleh 442 isolat dengan kerapatan populasi bakteri endofit 5x103–5,77x106 cfu/g berat basah akar. Dari 422 isolat yang diuji, 50 isolat (12,3%) di antaranya adalah isolat yang antagonis, 60 isolat (14,21%) terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hasil pengujian in vitro dan in vivo di rumah kaca diperoleh 3 isolat yang potensial menekan nematoda P. coffeae dan meningkatkan pertumbuhan tanaman kopi, yaitu PG132, PG76, dan LW15.Kata Kunci: Kopi, isolasi, seleksi, potensi, bakteri endofit, nematoda, Pratylenchus coffeaeEndophytic bacteria are bacteria that live inside plant tissues and give a good effect on the plant, and can be isolated from the roots, stems, leaves, and fruit. Isolation, selection and potential of endophytic bacteria to control nematodes (Pratylenchus coffeae) on coffee plant had been carried out in the Laboratory and Greenhouse of Research Institute for Industrial and Beverage Crops from January to December 2012. The objectives of the study was to evaluate the potential of endophytic bacterial isolates to control nematodes in coffee plants. Endophytic bacteria were isolated from coffee root crops samples from several areas in West Java (KP. Pakuwon, Sukabumi, Garut, Pengalengan) and Lampung (KP. Natar, KP. Cahaya Negeri and Liwa). Furthermore, the isolates were selected their antagonistic activities and plant growth coffeae plant. A total of 442 isolates endophytic bacteria was obtained from coffee root with a population density of 5x103–5.77x106 cfu/g of fresh weight roots, as many as 50 (12.3%) isolates performed antagonis on nematodes, 60 isolat (14.21%) isolates stimulated the growth of coffeae plant. Result in vitro and in vivo test, there were 3 potential endophytic bacterial isolates, namely PG132, PG76, and LW15, effective to control P. coffeae and increase the coffee growth.
Keefektifan Minyak Cengkeh, Serai Wangi, dan Ekstrak Bawang Putih terhadap Penyakit Vascular Streak Dieback (Ceratobasidium theobromae) Pada Kakao Harni, Rita; Baharuddin, Baharuddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ceratobasidium theobromae merupakan patogen penyebab penyakit vascular streak dieback (VSD) pada tanaman kakao, dapat menurunkan produksi bahkan kematian tanaman. Penyakit ini sulit dikendalikan karena berada dalam jaringan pembuluh. Penelitian bertujuan menguji keefektifan minyak cengkeh dan serai wangi serta ekstrak bawang putih terhadap C. theobromae penyebab penyakit VSD. Penelitian telah dilakukan pada perkebunan kakao rakyat hasil sambung samping berumur 2 tahun yang terserang penyakit VSD di Desa Andomesinggo, Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara dari bulan April sampai Desember 2013. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok (RAK) 6 perlakuan dengan 6 ulangan, masing-masing perlakuan diamati 15 tanaman. Perlakuannya adalah minyak cengkeh, serai wangi, cengkeh + serai wangi, ekstrak bawang putih, fungisida kimia ditiokarbamat (sebagai pembanding) dan kontrol (tanpa perlakuan). Ekstrak dan minyak diaplikasikan setiap bulan dengan konsentrasi 5 ml/l, dengan cara menyemprotkan suspensi ke seluruh bagian tanaman (250 ml/pohon). Pengamatan gejala serangan, perkembangan penyakit, persentase dan intensitas serangan dilakukan setiap bulan, sedangkan tingkat keefektifan fungisida nabati dihitung pada akhir pengamatan. Hasil penelitian memperlihatkan minyak cengkeh, serai wangi, dan bawang putih dapat menurunkan persentase dan intensitas serangan penyakit VSD pada tanaman kakao. Persentase penurunan intensitas serangan terbesar dan nyata diperoleh pada perlakuan minyak cengkeh dan serai wangi, masing-masing 38,6% dan 31,6% dan keduanya potensial digunakan sebagai fungisida nabati untuk mengendalikan penyakit VSD.Kata kunci: Kakao, VSD, minyak cengkeh, minyak serai wangi, ekstrak bawang putihVascular streak dieback disease caused by Ceratobasidium theobromae is a major disease that causes yield loss and even kill a mature cocoa tree. This disease is difficult to control due to located inside the vascular tissue. The objective of this research was to study the antifungal activity of clove oil, citronella oil and garlic extract against C. theobromae causing VSD disease. The research was carried out at cocoa plantations which derived from side grafting and attacked by VSD disease in Andomesinggo Village, Besulutu District, Konawe Regency, Southeast Sulawesi, from April to December 2013. The design used in this study was a randomized block design with 6 treatments and 6 replications, each treatment consisted of 15 plants. The treatments used were clove oil, citronella, clove + citronella, garlic extract, chemical fungicide (as a comparison) and control (without treatment). The extracts and oil applied every month at a concentration of 5 ml/l, by spraying the suspension onto all parts of the plant (250 ml/tree). Observation of attack symptoms, progression of the disease, the percentage and intensity of the attacks were carried out every month, whereas the level of effectiveness of botanical fungicides is calculated at the end of experiment. The results showed that clove oil, citronella and garlic extract can reduce the percentage and intensity of VSD disease attacks on cocoa plant. The highest percentage of the reduction of disease intensity were obtained in the use of clove oil and citronella at about 38.6% and 31.6% respectively, and both of them are potential to be used as botanical fungicide to control VSD disease.
PERANAN AGENS HAYATI DALAM MENGENDALIKAN PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH PADA TANAMAN KARET The Role Of Biocontrol Agents To Control White Root Disease In Rubber Amaria, Widi; Khaerati, Khaerati; Harni, Rita
Perspektif Vol 18, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v18n1.2019.52-66

Abstract

Penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus merupakan penyakit penting pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Daerah serangan cukup luas dan menyebabkan kerugian ekonomi mencapai 1,8 trilliun rupiah. R. microporus merupakan patogen tular tanah yang menginfeksi mulai pembibitan sampai tanaman dewasa di lapang melalui proses mekanis dan enzimatis. Patogen R. microporus menginfeksi Rhizomorf R. microporus cepat berkembang dan mampu bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah. Pengendalian dengan menggunakan fungisida kimia secara terus menerus dapat mengganggu kestabilan lingkungan. Upaya mengurangi dampak negatif tersebut, dilakukan melalui penerapan teknologi pengendalian hayati dengan pemanfaatan agens hayati. Keunggulan penggunaan agens hayati antagonis adalah mudah berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan, mengurangi inokulum patogen, mudah didapatkan dan diperbanyak, serta aman untuk lingkungan. Agens hayati antagonis yang telah digunakan untuk mengendalikan penyakit JAP, antara lain dari kelompok jamur Trichoderma, Hypocrea, Aspergillus, Chaetomium, Botryodiplodia, Penicillium, Paecilomyces, dan Eupenicillium, kelompok bakteri adalah Bacillus dan Pseudomonas, serta kelompok aktinobakteri dari marga Streptomyces. Mekanisme agens hayati menekan infeksi R. microporus dengan kompetisi, antibiosis, hiperparasitisme, dan lisis. Keefektifan dan kestabilan agens hayati perlu diformulasi dalam bentuk biofungsida dengan menggunakan bahan pembawa dan tambahan tertentu. Keberhasilan aplikasi biofungisida sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan pH. Selain itu, juga didukung oleh komponen budi daya tanaman, seperti penggunaan pupuk organik, dan sanitasi lingkungan dengan pemusnahan sumber inokulum.  ABSTRACT White root disease (WRD) caused by Rigidoporus microporus is an important disease in rubber (Hevea brasiliensis). The area of attack was quite extensive and caused economic losses up to 1.8 trillion rupiahs. R. microporus is a soil-borne pathogen that infects from seedlings to mature plants in the field through mechanical and enzymatic processes. Rhizomorph able to spreads and survives for years in the soil. Control using chemical fungicides continuously affects the environment stability. The efforts to reduce are conducted through the application of biological control technology with the use of antagonistic biological agents. The benefits of antagonistic biological agents include: easy to develop and adapt to the environment, reducing pathogen inoculum, easily obtained and reproduced, and safe for the environment. The antagonistic biological agents to control WRD include fungus: Trichoderma, Hypocrea, Aspergillus, Chaetomium, Botryodiplodia, Penicillium, Paecilomyces, Eupenicillium, bacteria: Bacillus and Pseudomonas, and actinobacteria: Streptomyces. The mechanism of biological agents that suppress R. microporus infections with the competition, antibiosis, hyperparasitism, and lysis. The effectiveness and stability of biological agents need to be formulated into biofungicide using carriers and additives. The successful application of biofungicide is strongly influenced by environmental factors such as temperature, humidity, and pH. It is also supported by the cultivation techniques and environmental sanitation, including inoculum source. 
PROSPEK PENGGUNAAN BAKTERI ENDOFIT UNTUK PENGENDALIAN NEMATODA Pratylenchus brachyurus PADA HARNI, RITA
Perspektif Vol 13, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v13n1.2014.%p

Abstract

ABSTRAKNematoda  peluka  akar  (Pratylenchus  brachyurus)  pada nilam  merupakan  masalah  utama  yang  dihadapi  oleh petani  di  Indonesia  terutama  di  daerah­daerah  sentra produksi nilam seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Beberapa teknik pengendalian telah dilakukan, seperti penggunaan nematisida, kultur teknis, dan penambahan bahan organik ke dalam tanah belum efektif mengendalikan patogen tersebut. Pengendalian biologi menggunakan  bakteri  endofit  merupakan  salah  satu komponen  pengendalian  P.  brachyurus  yang  cukup menjanjikan karena sebagai agens biokontrol, penginduksi  ketahanan  dan  pemacu  pertumbuhan tanaman.  Bakteri  endofit  dapat  diisolasi  dari  semuabagian  tanaman  terutama  akar.  Kerapatan  populasi bakteri  endofit  dari  akar  nilam  adalah  2,3x102 ­6,0x105 cfu/g  berat  basah  akar.  Kerapatan  populasi  sangat dipengaruhi oleh varietas dan teknik budidaya. Populasi bakteri endofit lebih banyak ditemukan pada tanaman nilam  yang  dibudidayakan  secara  organik  dibanding budidaya  non  organik.  Bakteri  endofit  mengkolonisasi epidermis,  kortek  dan  jaringan  inter  dan  intraseluler akar nilam.  Mekanisme  bakteri endofit dalam menekan nematoda P. brachyurus adalah menginduksi ketahanan dengan  peningkatan  asam  salisilat,  peroksidase,  dan senyawa  fenol  dan  mengkolonisasi  epidermis  sel  akar. Bakteri  endofit  sebagai  biokontrol  nematoda  dapat menekan penetrasi, reproduksi, dan populasi nematoda di dalam akar nilam sebesar 54,8­70,6%. Di samping itu bakteri endofit juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman  nilam  dengan  meningkatkan  produksi  terna nilam sebesar 37,86­84,71%.Kata kunci:  nilam,  Pratylenchus  brachyurus,  bakteri endofit, pengendalian Prospects for use Endophytic Bacteria Cotrolling Nematodes Pratylenchus brachyurus Plant Nilam ABSTRACTRoot  lesion  nematode  (Pratylenchus  brachyurus)  is  an important pathogen of patchouli in Indonesia and causes significant  losses  at  several  main  patchouli  central productions  such  as  Aceh,  North  Sumatra,  West Sumatra,  Bengkulu,  West  Java  and  Central  Java.  Some control  measures,  i.e.  nematicides,  cultural  practices, and  organic  matter  amendment,  have  not  given satisfactory result in managing nematode population in the  field. Biocontrol  approach  by  using  endophytic bacteria  is  promising  component  to  control  nematode, since such bacteria, also promote plant  growth, through production  of  phitohormones  and    enhance  nutrient availability. Endophytic bacteria can be isolated enhance from  all  parts  of  the  plant,  especially  the  roots. Population density of  endophytic bacteria on  patchouli root  is  2.3 x102 ,  6,0x105  cfu  /  g  wet  fresh  of  roots. Population  density  of  endophytic  bacterial  is  strongly influenced  by  varieties  and  cultivation  techniques, populations of endophytic bacteria are more common in atchouli  plants  organically  grown  compared  to  non­organic  farming.  Endophytic  bacterial  colonized  the epidermis,  cortexs,  inter­and  intracellular  root  tissues. The  mechanism  of  endophytic  bacteria  in  suppressing nematode P. brachyurus was induced resistance, with an increase  in  salicylic  acid,  peroxidase  and  phenol compounds and colonize root epidermal cells. Endophytic  bacterial  as  biocontrol  nematodes  may suppress  penetration,  reproduction,  and  population  of nematodes  in  the  roots  of  patchouli  is  54.8  to  70.6%.  Besides endophytic bacteria also can increase the growth and production  of patchouli from 37.86 to 84.71%.Keyword :  patchouli,  Pratylenchus  brachyurus,  bacterial          endophytes, control
UJI KEMAMPUAN KULTUR FILTRAT PGPB SECARA IN VITRO TERHADAP MORTALITAS DAN PENETASAN TELUR NEMATODA Meloidogyne spp Arifal, Fahkrul; Yanti, Yulmira; Sulyanti, Eri; Harni, Rita
Jurnal AGROHITA: Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan Vol 9, No 4 (2024): Jurnal Agrohita
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jap.v9i4.19459

Abstract

Nematoda Meloidogyne spp merupakan patogen penyebab penyakit bengkak akar pada tanaman tomat. Alternatif pengendalian penyakit puru akar adalah dengan memanfaatkan kultur filtrat PGPB. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kultur filtra PGPB terhadap mortalitas telur dan penetasan Meloidogyne spp. secara in vitro. Penelitian secara ekperimentas yang terdiri dari 11 perlakuan yaitu Bacillus thuringiensis strain MRSNRZ.3.1, B. subtilis strain MRTDUMBE.3.2.1, B. mycoides strain MRSNUMBE.2.2, B. waihenstephanensis strain RBTLL.3.2, B. cereus strain MRPLUMBE.1.3, Bacillus sp strain MRSPRZ.1.1, Pseudomonas hibiscicola strain MRTLDRZ .2.2, Achromobakter insolitus strain MRBPUMBE.1.3, kontrol air, kontrol NB dan Kontrol Pestisida. Parameter yang diamati adalah mortalitas dan penetasan telur nematoda Meloidogyne spp. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kultur filtrat Bacillus mycoides strain MRSNUMBE.2.2 merupakan perlakuan terbaik dengan tingkat kematian sebesar 98,67% dalam 24 jam dan dengan persentase penetasan telur hanya 10,00%. Kultur filtrat Bacillus subtilis strain MRTDUMBE.3.2.1 juga mencatat hasil yang baik dengan tingkat kematian sebesar 96% dan persentase penetasan telur sebesar 11,33%.