Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Kajian Literatur Pembuatan Produk Olahan Tempoyak (Durian Fermentasi) Winny Erfisa; Normalina Arpi; Asmawati Asmawati
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.138 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i1.19162

Abstract

Salah satu kesulitan dalam penanganan buah durian ketika musim panen raya adalah sifatnya yang mudah rusak, sehingga tidak tahan lama di suhu ruang. Dalam bentuk utuh berkulit, daging buah durian yang telah masak umumnya daya tahannya selama 4- 6 hari. Fermentasi durian dapat mengatasi masalah melimpahnya buah durian pada masa panen puncak. Pengolahan durian dengan fermentasi menghasilkan produk yang disebut tempoyak. Pembuatan tempoyak bervariasi tergantung hasil akhir yang diinginkan. Beberapa masyarakat melakukan penambahan bahan seperti gula, garam dan kunyit namun ada juga yang tidak menambahkan apapun. Lama fermentasi pada pembuatan tempoyak juga bervariasi mulai dari 3 hingga 7 hari. Pembuatan tempoyak yang bervariasi menghasilkan tempoyak dengan kualitas kimia, mikrobiologi dan sensori yang berbeda. Tempoyak dengan penambahan gula 6% dan lama fermentasi 5 hari yang menghasilkan kadar air 61,500%, aktivitas air 0,835, total asam 1,719%, total bakteri asam laktat 7,4976 log cfu/gr, kadar gula total 6,502%, kadar alkohol 1,605%, serat kasar 2,46 %, nilai tekstur 4,17 (lembut) dan warna 2,20 (kuning), nilai rasa 4,73 (sangat suka) dan aroma 4,80 (sangat suka). Pada tempoyak dengan penambahan kunyit 2%, garam 3% dan lama fermentasi 3 hari menghasilkan kadar air dan total asam laktat yang mengalami pengingkatan namun pH dan total gula mengalami penurunan serta total bakteri asam laktat tertinggi. Tempoyak dengan penambahan kunyit dengan fermentasi 7 hari menghasilkan tempoyak dengan kadar air 66.49%, pH 4.05, total asam 2.30%, total gula 30.50%, total bakteri asam laktat 99×1010 CFU/g dan total khamir 18×106 CFU/g. Tempoyak tanpa penambahan bahan apapun dengan fermentasi selama 7 hari menghasilkan total padatan terlarut yang mengalami penurunan hingga 1,03%, dan total asam laktat mencapai 0,38%.
Pengaruh Lama Fermentasi Alami Pati Sagu terhadap Mutu Sensori Mi Basah dengan Substitusi Tepung Non Terigu (Mocaf, Tepung Ubi Jalar Kuning Terfermentasi, Tepung Kacang Hijau) Mulizani Mulizani; Yanti Meldasari Lubis; Normalina Arpi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.701 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i4.5487

Abstract

Abstrak. Pemanfaatan pangan lokal sagu dapat mengurangi konsumsi terigu dalam  pembuatan mi. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pembuatan mi basah dari pati sagu terfermentasi dan substitusi tepung (MOCAF, tepung ubi jalar fermentasi, dan tepung kacang hijau).  Penelitian pembuatan mi basah menggunakan  Rancangan Acak Kelompok  (RAK) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama, lama fermentasi pati sagu yang terdiri atas tiga taraf yaitu FI= 7 hari, F2=14 hari, dan F3= 21 hari. Faktor ke dua adalah substitusi pati dengan tepung (80%:20%), dengan  tiga  taraf yaitu S1=pati sagu fermentasi:MOCAF, S2=pati sagu fermentasi:tepung ubi jalar kuning fermentasi, dan S3=pati sagu fermentasi:tepung kacang hijau. Analisis yang dilakukan adalah  uji organoleptik secara deskriftif  yaitu kelengketan, elastisitas,warna, aroma, dan overall mi basah. Pembuatan mi basah menunjukkan bahwa perlakuan lama fermentasi pati sagu F1(7 hari) menghasilkan  nilai elastisitas mi basah yang lebih tinggi (lebih baik) (P≤0,05), dibandingkan mi basah dari pati sagu F2 (14 hari) dan F3 (21 hari), walaupun kelengketan, dan aroma asam mi basahnya rendah (kurang baik) (P≤0,05).  Produk mi basah terbaik  yaitu mi  yang  terbuat dari pati sagu yang difermentasi 7 hari (F1) dengan substitusi tepung ubi jalar fermentasi, kelengketan 2,05 (lengket), elastisitas 2,43 (tidak elastis), warna 2,30  (tidak cerah) aroma asam 2,80 (tidak asam), rasa asam 2,88 (tidak asam), overall  2,60 (baik).Effectts of  Natural Sago Starch Fermentation  Quality Sensory of  Wet Noodles Made by Substituted no wheat  Flour (Mocaf, Fermented Sweet Potato Flour, Mung Bean)Abstract. Utilization of local food sago can reduce the consumption of wheat in the manufacture of noodles. The purpose of this research was to study making wet noodles of fermented sago starch and the use of flour substitution (mocaf, fermented sweet potato flour, and mung bean flour) in the manufacture of wet noodles. A randomized block design with 2 factors was use in the manufacture of wet noodles. First factor is sago starch fermentation period consist of three levels ie FI = 7 days, F2 = 14 days, and F3 = 21 days. Second factor is the substitution of sago starch with flour (80%: 20%), there are three levels ie S1 = fermented sago starch : mocaf, S2 = fermented sago starch : fermented yellow sweet potato flour, and S3 = fermented sago starch: mung bean flour. Analysis of the sago starch and substituted flour include descriptive organoleptic tests  stickiness, elasticity, color, flavor, and overall of wet noodles. Manufacture of wet noodles showed that sago starch fermentation time F1 resulted in higher (better) (P≤0,05) breaking test and elasticity wet noodles compared to wet noodles from sago starch F2 and F3, although the adhesiveness and the sour aroma of the wet noodles were low (worse) (P≤0,05). descriptive organoleptic values of stickiness 2.05 (sticky), elasticity 2.43 (inelastic), color 2,30 (not bright), sourness aroma 2.80 ( not sour), sourness taste 2.88 (not sour), overalls 2.60 (good). 
Warna Seduhan Kopi Liberika (Coffea Liberica) Dengan Variasi Derajat Penyangraian dan Metode Penyeduhan Taskiyatun Nufus; Normalina Arpi; Eko Heri Purwanto
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/jimfp.v8i2.24437

Abstract

Kopi liberika merupakan kopi jenis Liberoid yang berasal dari Liberia (pantai barat Afrika). Kopi liberika seringdisebut sebagai kopi nangka karena memiliki aroma khas yang mirip dengan aroma buah nangka. Penyangraian dan penyeduhan mempengaruhi warna dan citarasa kopi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui warna seduhan kopi liberika akibat variasi derajat penyanggraian dan metode penyeduhan. Penelitian ini dilakukan dengan analisis eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dua faktor. Masing-masing faktor terdiri dari tiga taraf dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah derajat penyangraian (P) yaitu P1= light (200⁰C,7 menit), P2= medium (200⁰C, 8 menit) dan P3= dark (200⁰C, 9 menit). Faktor kedua adalah metode penyeduhan(T) yaitu T1= espresso, T2= tubruk, dan T3= V60. Analisis yang dilakukan yaitu uji warna seduhan yang meliputi nilai L* (kecerahan), a* (kemerahan), b* (kekuningan). Hasil penelitian menunjukkan Nilai L* (kecerahan) seduhan kopi liberika menurun setiap kenaikan derajat penyangraian. Kopi liberika dengan derajat sangrai light dan metode V60 memiliki nilai L* (kecerahan) tertinggi, nilai a* terendah dan nilai b* tertinggi. 
Pelatihan Pemanfaatan Kulit Kopi Arabika Gayo Menjadi Produk Inovatif “Sirup Kaskara” Di Delympus Coffee Kabupaten Bener Meriah Murna Muzaifa; Normalina Arpi; Rita Andini; Heru Prono Widayat; Eva Murlida; Faidha Rahmi
SNHRP Vol. 5 (2023): Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian (SNHRP) Ke 5 Tahun 2023
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kulit kopi merupakan salah satu limbah kopi terbesar yang dihasilkan dalam pengolahan kopi. Pemanfaatan kopi secara ekonomis masih sangat terbatas. Belum banyak yang mengetahui bahwa kulit kopi dapat dijadikan produk sirup. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan pembuatan sirup kaskara dari kulit kopi kepada mitra Delympus Coffee di Bener Meriah. Kegiatan ini dilakukan dengan metode ceramah dan demontrasi pembuatan produk. Tahapan kegiatan terdiri atas penyampaian materi mengenai jenis pengolahan kopi, limbah kopi, nutrisi dan potensi pemanfaatannya(1), demontrasi pembuatan produk sirup kaskara dan pengemasannya (2), evaluasi mutu sirup kaskara dan evaluasi kegiatan (3). Produk yang dihasilkan terdiri dari dua formula yaitu dengan penambahan lemon (A) dan tanpa lemon (B). Hasil evaluasi produk menunjukkan bahwa mitra lebih menyukai formula A. Mitra telah memperoleh pengetahuan mengenai pembuatan sirup dari kulit kopi dan telah memperoleh sejumlah fasilitas produksi berupa kemasan yang dilengkapi label, botol kemasan dan paper bag untuk meningkatkan daya tarik produk. Mitra secara umum menyatakan puas terhadap kegiatan yang sudah dilakukan dan berharap mendapat pendampingan penuh untuk kedepannya.
SOLVENT EXTRACTION OF GINGER OLEORESIN USING ULTRASOUND Supardan, Muhammad Dani; Fuadi, Anwar; Alam, Pocut Nurul; Arpi, Normalina
Makara Journal of Science Vol. 15, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The use of ultrasound in extraction process creates novel and interesting methodologies, which are often complementary to conventional extraction methods. In the present study, the use of ultrasound to extract oleoresin from ginger (Zingiber officinale R.) was investigated. The extraction was performed by using ethanol as solvent in the presence of ultrasonic irradiations operating at frequency of 42 kHz at extraction temperature of 60 o C. The oleoresin extracted was in the form of dark thick liquid with specific ginger flavor. Based on GC-MS analysis, the use of ultrasound was not give an effect on alteration of main component in ginger oleoresin. The main component in extracted ginger oleoresin was zingerone. Gingerol as one of the pungent principle of the ginger oleoresin was not detected due to decomposition of gingerol at a temperature above 45 o C. Extraction rate of ultrasound-assisted extraction was about 1.75 times more rapid than a conventional system based on soxhlet. The scanning electron microscopy images provided more evidence for the mechanical effects of ultrasound, mainly appearing on cells’ walls and shown by the destruction of cells, facilitating the release of their contents.
Penilaian Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) pada Proses Produksi Dimsum (Studi Kasus : UMKM XYZ) Normalina Arpi; Tasya Eliza; Yuliani Aisyah
Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol 16, No 2 (2024): Vol. (16) No. 2, Oktober 2024
Publisher : Agriculture Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/jtipi.v16i2.36351

Abstract

Dimsum is a high-risk food category because it uses basic ingredients of chicken meat and these ingredients have a water content of around 65-80% and a high pH of around 6-7, as well as easily degraded and easy to grow microorganisms. This study aims to assess the application of GMP in the production process in Aceh Dimsum Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) and the application of GMP is the basic requirement for granting a distribution permit certificate for the Deep Food (MD) category by the Food and Drug Supervisory Agency (BPOM). In this study, the assessment of the application of GMP in dimsum production process was carried out using the Gap Assessment method by assessing the suitability and non-conformity of the GMP aspects applied. The assessment is carried out by giving value weight to the finding of nonconformity based on the category of nonconformity. From the results of the research that has been carried out, conformity findings, nonconformity findings, and GMP aspect findings that are not applied to the production process are obtained. There are 17 points of conformity findings applied from 12 aspects of GMP. There were 51 points of nonconformity findings found from 21 aspects of GMP. There are 2 points of aspects that do not apply or are not used to UMKM from 2 aspects of GMP (aspects of internal testing laboratories and aspects of water, ice, gas and energy (electricity, fuel). Based on the amount of value weighted obtained from the findings of nonconformity, the score obtained by UMKM is around a score of 78. Based on this score, the level (rating) of UMKM is rating D. The conclusion that can be drawn is that UMKM need to make improvements to the discrepancies found in the production process.
Ekstraksi Oleoresin dari Limbah Penyulingan Pala Menggunakan Ultrasonik Normalina Arpi; Satriana Satriana; Kiki Rezekiah
Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan Vol 9, No 4 (2013): Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan
Publisher : Chemical Engineering Department, Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23955/rkl.v9i4.1232

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ukuran partikel limbah penyulingan pala (Myristica fragrans Houtt.) dan suhu ekstraksi terhadap rendemen dan mutu oleoresin pala yang dihasilkan pada proses ekstraksi pelarut menggunakan bantuan ultrasonik. Etanol mutu teknis (technical grade) digunakan sebagai pelarut. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan ulangan sebagai kelompok yang terdiri dari ukuran partikel bahan (P) yaitu P1= 10 mesh, P2= 40 mesh dan P3= 60 mesh dan suhu ekstraksi (S) yaitu S1= 40oC, S2= 50oC dan S3= 60oC. Analisis oleoresin pala yang dilakukan meliputi analisis awal (kadar air dan kadar abu) dan analisis akhir (bobot jenis, indeks bias, dan sisa pelarut). Hasil penelitian menunjukkan ukuran partikel dan suhu ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen dan mutu oleoresin yang dihasilkan. Rendemen tertinggi sebesar 7,16% diperoleh pada ukuran partikel 10 mesh dan suhu 60oC. Hasil analisis bobot jenis oleoresin menunjukkan bahwa bobot jenis tertinggi yaitu 1,250 dihasilkan pada suhu ekstraksi 50oC. Sementara itu, hasil analisis indeks bias oleoresin menunjukkan bahwa ukuran partikel dan suhu ekstraksi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap oleoresin pala dimana ukuran partikel 40 mesh pada suhu ekstraksi 40oC dan 60oC serta ukuran partikel 60 mesh pada suhu 50oC memiliki nilai indeks bias yang lebih tinggi yaitu berkisar antara 1,476 hingga 1,480. Hasil analisis sisa pelarut juga menunjukkan bahwa ukuran partikel dan suhu ekstraksi berpengaruh terhadap tingginya sisa pelarut, dimana ukuran partikel 10 mesh mengandung sisa pelarut 0,229% dan suhu ekstraksi 40oC mengandung sisa pelarut 0,265%.
GLISEROLISIS ASAM LEMAK BEBAS DALAM MINYAK SAWIT MENTAH MENGGUNAKAN GLISEROL MENTAH: OPTIMASI PROSES DENGAN CENTRAL COMPOSITE DESIGN (CCD) Suriaini, Nanda; Arpi, Normalina; Syamsuddin, Yanna; Supardan, Muhammad Dani
AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol 6 No 3 (2024): AKSELERASI: JURNAL ILMIAH NASIONAL
Publisher : GoAcademica Research dan Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jin.v6i3.1135

Abstract

Perkebunan kelapa sawit menghasilkan sumber minyak penting untuk produksi pangan dan energi di Indonesia. Investigasi saat ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gliserolis menggunakan gliserol mentah terhadap kandungan ALB CPO. Gliserol yang diperoleh sebagai produk sampingan dari transesterifikasi dapat digunakan secara langsung untuk menurunkan ALB melalui reaksi gliserolisis. Metode respon permukaan menggunakan Central Composite Design (CCD) diimplementasikan untuk merancang eksperimen dan menentukan kondisi optimal. Kondisi optimal glisolisis yang menurunkan kandungan ALB CPO dari 6,15 menjadi 0,24% diperoleh dengan suhu reaksi 75,17 °C, kecepatan pengadukan 235,06 rpm, rasio molar gliserol terhadap ALB 3,57:1, dan katalis 0,98 % (b/b) selama 90 menit durasi reaksi. Modelnya signifikan, dengan nilai p < 0,0001 dan R2 0,95. Temuan ini dikonfirmasi keandalan modelnya dengan menjalankan kondisi optimal secara eksperimental, dengan hasil kandungan ALB sebesar 0,27%.
Edukasi dan Pelatihan Pembuatan Produk Komersial dari Daun Kari (Murraya koenigii (L.) Spreng) di Desa Ie Masen Ulee Kareng Banda Aceh Muzaifa, Murna; Arpi, Normalina; Khatir, Rita; Nilda, Cut; Asra, Syafina
PESARE: Jurnal Pengabdian Sains dan Rekayasa Vol 3, No 1 (2025): Februari 2025
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/pesare.v3i1.41914

Abstract

Daun kari (Murraya koenigii (L.) Spreng) merupakan tanaman asli Asia Selatan yang terkenal di berbagai masakan karena rasa dan aromanya. Di Indonesia, Aceh merupakan daerah yang umum menggunakan kari dalam masakannya, namun sejauh ini penggunaanya sebatas sebagai bumbu masakan. Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat berbasis Gampong Binaan (PKM- BGB), kegiatan ini bertujuan memperkenalkan pemanfaatan dan pelatihan pembuatan produk komersial dari daun kari menjadi mie dan keripik daun kari. Mitra yang terlibat sebagai penerima manfaat adalah perempuan Desa Ie Masen Ulee Kareng (IMUK) Banda Aceh. Kegiatan ini terdiri atas beberapa tahapan yaitu edukasi pemanfaatan daun kari, pelatihan produksi, pelatihan keamanan dan kehalalan produk, introduksi fasilitas produksi serta evaluasi hasil kegiatan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa mitra telah memperoleh pengetahuan mengenai pemanfaatan daun kari, keamanan dan kehalalan produk. Mitra telah dilatih membuat mie dan keripik dan telah memperoleh sejumlah fasilitas produksi. Secara keseluruhan kegiatan telah berlangsung dengan baik. Perlu dilakukan pendampingan lanjutan untuk memastikan keberlanjutan dari program ini.
The characteristics of gelatin from fish waste: A review Asmawati, Asmawati; Fahrizal, Fahrizal; Arpi, Normalina; Amanatillah, Dara; Husna, Fazilatul
Aceh Journal of Animal Science Vol 8, No 3 (2023): December 2023
Publisher : Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/ajas.8.3.33083

Abstract

Gelatin is a commonly used ingredient in the food, pharmaceutical, and cosmetic industries. It is obtained through the hydrolysis process of collagen, the main protein found in animal connective tissues.Fish waste such as skin and bone are a promising source for gelatin, however the characteristics of gelatin can vary depending on its source.The purpose of this review is to compare the characteristics of gelatin from fish skin and bones, such as yield, gel strength, and viscosity. The research findings indicate significant differences in the characteristics of gelatin from different types of fish skin and bones. In this study, it was found that gelatin with the best characteristics was derived from the skin of mackerel fish, with a yield of 5.90%, viscosity of 7 cP, and gel strength of 328.57 g bloom. Meanwhile, gelatin from the bones of tilapia fish had a yield of 8.10%, viscosity of 5.85 cP, and gel strength of 376.21 g bloom.It was concluded that gelatin from various types of fish skin and bones had different characteristics, so the specific purpose of using the obtained gelatin had to be considered.