Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembinaan Wanita Tuna Susila (WTS) di Panti Sosial Karya Wanita Ruhui Rahayu Palangka Raya Propinsi Kalimantan Tengah, terkait dengan: perencanaan, pelaksanaan, keberhasilan, dan hambatan-hambatan yang dijumpai.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan naturalistik. Subyek penelitian adalah Warga Binaan, Pembina, Pengurus dan mantan warga binaan. Pengumpulan data di lakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi sumber dan metode, serta perpanjangan waktu penelitian. Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data, menggunakan metode interaktif yang terdiri atas 3 tahap yaitu: reduksi data, penyajian  data, dan penarikan kesimpulan.Hasil analisis mengungkapkan bahwa di Panti Sosial Karya Wanita Ruhui Rahayu Palangka Raya: 1) Perencanaan program pembinaan WTS di sesuaikan dengan minat warga binaan dan kebutuhan masyarakat. 2) Dalam melaksanakan pembinaan, WTS diberi kepercayaan untuk memilih keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minatnya terhadap program-program keterampilan yang tersedia yaitu keterampilan pokok dan keterampilan tambahan. Keterampilan pokok meliputi menjahit dan tatarias, sedangkan keterampilan tambahan terdiri atas industri rumah tangga, kewiraswastaan pembuatan kue dll. Di samping itu, warga binaan juga diberikan pembinaan kepribadian yang terdiri atas pembinaan fisik, psikologi, mental spritual, dan keluarga. Pembinaan kepribadian merupakan materi wajib, 3) Keberhasilan program pembinaan WTS dapat ditunjukkan dengan adanya mantan warga binaan yang sudah berhasil membuka usaha sendiri berupa salon, penjahit dan memasarkan produk-produk dari Panti Sosial Karya Wanita Ruhui Rahayu dan ada yang kembali menjadi ibu rumah tangga, namun demikian masih ada yang kembali sebagai WTS. 4) Hambatan-hambatan dalam pembinaan di antaranya adalah : a) Para warga binaan sulit menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk, b) Pendidikan warga binaan yang rendah, sehingga sulit utuk dibina. c) Adanya pembina yang latar belakang pendidikannya kurang sesuai, d) Rasio kecukupan antara kelengkapan peralatan dan peserta warga binaan masih kurang, e) Pemakaian alat-alat keterampilan yang belum optimal,  f) Dana yang masih kurang untuk keberlangsungan program.