Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Review: Neuroprotective effect of herbal plant extracts against Parkinson's disease Syifa Fitriyanda Salsabila; Widhya Aligita; Yani Mulyani
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 17 No. 2 (2021): Jurnal Ilmiah Farmasi
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jif.vol17.iss2.art9

Abstract

Background: Parkinson's disease (PD) is a progressive neurodegenerative disorder caused by the loss of dopaminergic neurons and the exist of alpha-synuclein aggregates in the substantia nigra pars compacta (SNpc). Among the various types of neuroprotective therapy, natural products are potential therapeutic agents for PD.Objective: The aim of this study is to describe the neuroprotective effect of herbal plant extracts against Parkinson's Disease (PD).Method: The search strategy was carried out on electronic databases, namely Google Scholar, ScienceDirect, and PubMed. There are 111 scientific journals that have been filtered into 20 scientific journals which are international journals published in the last 5 years (2015-2020). The keywords used include Parkinson's Disease, Neuroprotective Effects, Neuroprotection, Plant Extracts, Natural Products and Parkinson's Disease Model.Results: Several experimental studies have shown the neuroprotective ability of various plant extracts to protect against neurotoxicity, through several neuroprotective pathways including antioxidant activity, anti-inflammatory activity, and antiapoptotic activity.Conclusion: Herbal plant extracts have been shown to have strong neuroprotective effects, making them as potential drug candidates for prevention or treatment of Parkinson's Disease (PD). There are Mucuna pruriens, Centella asiatica, Camellia sinensis, Ginkgo biloba, and Uncaria rhynchophylla.Keywords: Parkinson's Disease (PD), neuroprotective, extract.Intisari Latar belakang: Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif progresif yang disebabkan oleh hilangnya neuron dopaminergik dan adanya agregat yang mengandung alfa-synuclein di substansia nigra pars compacta. Diantara berbagai jenis terapi pelindung saraf, produk alami merupakan agen terapi yang potensial untuk PD.Tujuan: Untuk menggambarkan efek pelindung saraf ekstrak tanaman herbal terhadap penyakit Parkinson.Metode: Strategi pencarian dilakukan pada database elektronik yaitu Google Scholar, ScienceDirect, dan PubMed. Terdapat 111 Jurnal ilmiah yang telah di saring menjadi 20 jurnal ilmiah dan merupakan jurnal internasional yang diterbitkan 5 tahun terakhir (2015-2020). Kata kunci yang digunakan diantaranya Parkinson’s Disease, Neuroprotective Effects, Neuroprotection, Plant Extracts, Natural Products dan Parkinson’s Disease Model.Hasil: Beberapa studi eksperimen menunjukkan kemampuan pelindung saraf dari berbagai ekstrak tanaman untukmelindungineurotoksisitas, melalui beberapa jalur pelindung saraf diantaranya aktivitas antioksidan, aktivitas antiinflamasi, dan aktivitas antiapoptosis.Kesimpulan: Ekstrak tanaman herbal terbukti memiliki efek pelindung saraf yang kuat sehingga menjadikannya sebagai calon obat potensial untuk terapi pencegahan atau pengobatan penyakit Parkinson, diantaranya ekstrak tanaman Mucuna pruriens, Centella asiatica, Camellia sinensis, Ginkgo biloba, dan  Uncaria rhynchophylla.Kata kunci: Penyakit Parkinson. pelindung saraf, ekstrak
AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL Ageratum conyzoides (L.) L. dan Blumea balsamifera (L.) DC. DAN TOKSISITAS AKUT Yani Mulyani; Rahma Fatwia; Entris Sutrisno
Media Informasi Vol 16, No 1 (2020): Media Informasi
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37160/bmi.v16i1.377

Abstract

Di Indonesia Bandotan dan sembung secara tradisional telah digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, salah satunya sebagai antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan efek antiinflamasi dari ekstrak etanol tanaman bandotan (Ageratum conyzoides (L.) L.) dan daun sembung (Blumea balsamifera (L.) DC.)  dengan dosis 200, 300 dan 400 mg/Kg BB yang ditinjau dari penurunan volume udem telapak kaki tikus yang diinduksi karagenan. Natrium diklofenak digunakan sebagai pembanding  dengan dosis 75 mg/70kgBB. Pengukuran volume udem dilakukan setiap 30 menit selama 6 jam setelah induksi karagenan. Dari semua variasi dosis pada penelitian ini, dosis efektif yang memiliki persentase inhibisi udem paling mendekati kontrol pembanding (90%) yaitu dosis bandotan 400 mg/kgBB yakni sebesar 78%. Berdasarkan hasil analisa statistik, data persentase inhibisi udem ekstrak etanol tanaman bandotan dari dosis 400mg/Kg BB menunjukkan perbedaan yang bermakna (ρ≤0,05) dengan kontrol positif. Pada tanaman dengan aktivitas antiinflamasi terbaik ini kemudian dilakukan uji toksisitas, hasilnya nilai LD50 berkisar antara 5001–15000, artinya ekstrak tanaman bandotan bersifat praktis tidak toksik.
Review: Pengaruh Tanaman Obat Yang Beraktivitas Hipertensi Terhadap Ekspresi Gen Reseptor ACE-1 dan ACE 2 Nisa Nur Afifah; Yani Mulyani; Ari Yuniarto
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 7 No. 1 (2021): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi STIKES Mandala Waluya Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v7i1.64

Abstract

Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan angka kesakitan dan kematian yang terus meningkat, termasuk di Indonesia. Dalam mengatasi hipertensi obat-obatan seperti ACE inhibitor berperan dalam menurunkan tekanan darah diastol dan sistol, namun tanaman obat seperti ekstrak buah hawthorn, buah zaitun (Olea europaea L.), Hibiscus Sabdariffa, Allium Sativum dan Allium Cepa juga memiliki efek sebagai antihipertensi dengan harga yang relatif murah, mudah didapat, efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan obat sintesis atau kimia lainnya. Review jurnal ini ditujukan untuk mengetahui berbagai tanaman obat yang memiliki aktivitas hipertensi dan berpengaruh terhadap ekspresi gen reseptor hipertensi ACE1 dan ACE2. Penelusuran referensi dilakukan melalui database PubMed, Science Direct, dan Google Scholar, dengan kata kunci “Medicinal Plant”, “Gene expression”, “Angiotensin Converting Enzyme 1”, “Angiotensin Converting Enzyme 2”, dan“Antihypertension”. Tanaman obat digunakan sebagai terapi alternatif penurun tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu cara pengobatan non farmakologis hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman obat memiliki pengaruh dalam menurunkan tekanan darah tinggi karena kandungan senyawa yang ada dalam masing-masing tanaman sehingga mampu menghambat reseptor hipertensi ACE1 dan ACE2 dengan berbagai metode ekspresi gen. Banyak tanaman obat yang telah diteliti memiliki aktivitas sebagai antihipertensi. Dari 14 tanaman obat dengan aktivitas sebagai anti hipertensi, sebanyak 90% tanaman berpengaruh terhadap ekspresi gen Angiotensin Converting Enzyme 1 (ACE 1), dan sebanyak 10% tanaman memiliki pengaruh terhadap Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE 2). Tanaman obat yang telah ditemukan dan memiliki aktivitas terhadap ekspresi gen Angiotensin Converting Enzyme 1 (ACE 1) paling banyak merupakan tanaman obat dengan family Poaceae, Oleaceae, dan Zingiberaceae.
Review : Kajian Aktivitas Antibakteri dan manifestasinya dari Tanaman Sambung Nyawa (Gynura Procumbens) Adinda Sabarany Lado; Yani Mulyani; Agus Sulaeman
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 7 No. 2 (2021): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi STIKES Mandala Waluya Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v7i2.81

Abstract

Tanaman sambung nyawa [Gynura Procumbens] merupakan tanaman yang banyak tumbuh pada sebagian wilayah Asia dan menjadi salah satu jenis tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional karena memiliki aktivitas farmakologi yang dapat mengobati dan mencegah berbagai penyakit. Tanaman sambung nyawa mengandung Flavonoid, Alkaloid, Tanin, Saponin, Steroid, Triterpenoid dan Glikosida yang memiliki potensi sebagai antibakteri, baik pada bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Tulisan diharapkan bisa memberikan informasi mengenai pemanfaatan kandungan senyawa pada tanaman sambung nyawa untuk terapi infeksi bakteri, antioksidan dan mengurangi gejala manifestasi klinis yang terjadi karena infeksi seperti inflamasi.
MEDICAL CHECK-UP (MCU) MINI MOBILE DI RW 01 DESA MAJASETRA KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG Aulia Nurfazri Istiqomah; Elis Susilawati; Wempi Budiana; Yani Mulyani
AMALIAH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 4 No. 1 (2020): Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LP2M UMN AL WASHLIYAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32696/ajpkm.v4i1.377

Abstract

Sindrom metabolik juga dikenal sebagai sindrom resistensi insulin. Prevalensi sindrom metabolisme secara global terus meningkat. Ada beberapa indikasi terkait sindrom metabolic yang patut diwaspadai. di antaranya adalah lingkar pinggang yang melebihi batas normal, tingginya tekanan darah, kadar trigliserida dalam darah, kadar glukosa dalam darah, dan rendahnya kadar HDL. Resiko terjadinya sindrom metabolik dipengaruhi oleh gaya hidup, stress yang berkepanjangan dan faktor genetic. Berdasarkan informasi yang diperoleh, kesadaran warga di Kp. Pangkalan RW.01 Desa Majasetra, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung akan kesehatan dan pola hidup sehat masih perlu ditingkatkan, oleh karena itu dilaksanakan Medical cek up (MCU) Mini Mobile untuk memberikan informasi terkait gejala sindrom metabolisme dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat.
Prevalensi Kejadian dan Pola Pengobatan Tuberkulosis pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Bandung: Tuberkulosis pada Pasien HIV/AIDS Yani Mulyani; Raden Roro Maryana Ulfah; Rizki Siti Nurfitria
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 5 No 3 (2019): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.162 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol5.Iss3.417

Abstract

HIV causes a decrease in immunity which makes the patient susceptible to opportunistic infections such as tuberculosis. This research aims to find out the prevalence, patient descriptions’, treatment pattern and therapeutic goals for tuberculosis in HIV/AIDS patients who were taking the medication in polyclinic of DOTS and polyclinic of VCT in Regional General Hospital Of Bandung City. This was nonexperimental research. Data was collected retrospectively with cross-sectional approach using secondary data which were TB-01 form and HIV Care Summary Form and Antiretroviral Therapy from 1 January 2016 to 31 December 2018. From 668 Tuberculosis occurrence, there were 25 patients suffered HIV/AIDS. Result obtained the most risk factors was homosexual (60%), with the most ART treatment combination were Tenofovir, Lamivudine, and Evarirenz, 4% has a drug allergic, the most TB treatment history was new case (92%), with the most kind was pulmonary TB (56%), the most Anti TB treatment was category I (92%) and 60% patients done with full therapy
REVIEW: PERAN KUNYIT (Curcuma longa) SEBAGAI TERAPI HIPERTENSI DAN MEKANISMENYA TERHADAP EKSPRESI GEN Gelisa Wulandari; Yani Mulyani; Agus Sulaeman
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 25 No. 2 (2021): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/mff.v25i2.13287

Abstract

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan atau diastolik melebihi normal dan menjadi salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia. Penggunaan obat-obatan sintetis dalam terapi hipertensi yang digunakan pada jangka panjang dapat menyebabkan efek samping, sehingga masyarakat mulai beralih menggunakan obat tradisional. Penggunaan kunyit (Curcuma longa) sebagai obat tradisional memiliki pengaruh yang baik karena kandungan salah satu komponen yang ada didalamnya yaitu curcumin mampu memperbaiki penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi. Namun kajian tentang kunyit (Curcuma longa) sebagai obat tradisional masih dalam cakupan Obat Herbal Terstandar (OHT) dan belum sampai pada fitofarmaka. Curcumin bekerja dengan mempengaruhi berbagai target molekuler melalui interaksinya secara fisik dengan target atau dengan memodulasi faktor transkripsi, aktivitas enzim ataupun ekspresi gen. Ulasan ini merangkum peran kunyit (Curcuma longa) sebagai terapi hipertensi dan mekanismenya terhadap ekspresi gen dengan melakukan penelusuran jurnal ilmiah terpublikasi taraf internasional 10 tahun terakhir (2010-2020) melalui database elektronik berupa PubMed, ScienceDirect dan Google Scholar. Kunyit (Curcuma longa) dapat digunakan pada terapi hipertensi melalui perannya sebagai antioksidan, antiinflamasi, pencegah proliferasi sel otot polos pembuluh darah serta pada reseptor β-adrenergik dan beberapa mekanisme kerjanya terutama ke arah ekspresi gen eNOS, iNOS, ACE, AT1R, arginase, COX-2, Bcl-2 dan Caspase-3. Banyaknya manfaat dan potensi yang dimiliki kunyit (Curcuma longa) terutama perannya dalam mekanisme ekspresi gen pada hipertensi yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut melalui berbagai pengujian.
Antihypertensive activity and acute toxicity of turmeric (Curcuma longa L.) in L-NAME-induced hypertension animals Patonah Hasimun; Yani Mulyani; Irma Yulianti
Current Research on Bioscences and Biotechnology Vol. 4 No. 1 (2022)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/crbb.2022.4.1/B2AMBRI1

Abstract

Hypertension is one of the significant risk factors for cardiovascular disease and can lead to complications. Uncontrolled hypertension can lead to vascular endothelial dysfunction and other complications of cardiovascular disease. This study aimed to determine the effect of turmeric rhizome (Curcuma longa L.) in extracts and the fractions on a hypertensive rat’s model induced by L-NAME 40 mg/kg for three weeks and an acute toxicity study of the extract. Antihypertensive research was performed on male Wistar rats utilizing non-invasive procedures. Turmeric extract at doses of 50, 100, and 200 mg/kg and its fraction of n-hexane, acetyl acetate, and ethanol at a dose of 25 mg/kg, respectively, were given daily per oral for three weeks to 2.5 mg/kg captopril. The systolic and diastolic blood pressure were measured at 0, 21, and 42 days after treatment and was calculated as mean arterial blood pressure (MAP). Acute toxicity testing refers to the OECD 420 Fixed-Dose method with several dosage levels, consists of 300, 2000, and 5000 mg/kg. The turmeric extract at doses of 50, 100, and 200 mg/kg and its fraction of n-hexane, acetyl acetate, and ethanol significantly reduced mean arterial blood pressure (p<0.05) compared to the control group. Acute administration of turmeric extracts up to a dose of 5000 mg/kg in test animals did not show any death. Turmeric and its components are considered to possess antihypertensive actions. Antihypertensive activity increased in a dose-dependent manner. Turmeric extract is categorized as being almost entirely non-toxic.
Subcrhonic Toxicity of Curcuma longa (Tumeric) Rhizoma Extract on Rats Yani Mulyani; Patonah Hasimun; Siti Nurjanah
Majalah Obat Tradisional Vol 27, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mot.72259

Abstract

Toxicity is a condition that indicates a harmful effect contained in a substance such as turmeric, which is an effective traditional medicinal plant used for antihypertensive treatment. Therefore, this study aims to determine the effect of repeated dosing of turmeric (Curcuma longa L.) rhizome extract. This subchronic toxicity study was divided into 4 groups, namely 1 normal treated with 0.5% Na-CMC, and 3 treatments with turmeric extract at doses of 50, 100, and 200 mg/kg BW for 28 days with each group consisting of 5 males and 5 female Wistar rats. The results showed that the turmeric extract at doses of 50, 100, and 200 mg/kg BW did not cause toxicity to liver and kidney biochemistry nor contain any toxic substances that might cause anemia or other abnormalities. Furthermore, histopathological examination showed that the tissues were normal. This indicates that the turmeric rhizome extract at all dose variations indicate non-toxic when used in traditional medicine.
EDUKASI DAN PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR Anri Anri; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini; Yani Mulyani; Rahma Ziska; Cep Ahmad Muhtar
MONSU'ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32529/tano.v6i1.2313

Abstract

Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Prevalensi cedera tertinggi ditemukan pada siswa sekolah sebesar 13,0% dan berdasarkan kategori umur prevalensi cedera tertinggi adalah usia muda 15-24 tahun sebesar 12,2%. Dalam suatu peristiwa yang membutuhkan penanganan medis orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka yang berada di tempat kejadian. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan kesiapan menolong bagi para siswa diperlukannya edukasi dan pelatihan mengenai bantuan hidup dasar yang tepat pada kecelakaan. Metode dalam kegiatan ini adalah service learning. Teknik kegiatan ini adalah dimulai dengan pembagian kuesioner pre-test dan dilanjutkan dengan pemberian materi terkait (BHD) dan peragaan teknik evakuasi korban serta simulasi langsung oleh siswa. Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan praktek terpimpin oleh narasumber kemudian praktek mandiri dengan pengawasan pelaksana. Selanjutnya sebagai evaluasi diberikan post-test. Pelaksanaan kegiatan dengan cara hybrid (online dan offline). Ada peningkatan pengetahuan siswa SMK Bhakti Kencana Majalaya (65%) dan siswa SMK Bhakti Kencana Bandung (26,25%) tentang bantuan hidup dasar setelah kegiatan edukasi bantuan hidup dasar.