Ali Soekirno
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PERANCANGAN KEMBALI PASAR SETONOBETEK KOTA KEDIRI (Penerapan Pola Tata Ruang dan Pemilihan Material yang Mengacu pada Peraturan Pasar Sehat) Dyah Ayu Permata Hari; Indyah Martiningrum; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (990.804 KB)

Abstract

Pasar merupakan salah satu fasilitas untuk masyarakat dalam mempermudah memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari, yang tentunya sangat berpotensi untuk dikembangkan. Eksistensi pasar tradisional semakin menurun yang diakibatkan oleh pertumbuhan pasar belanja modern yang semakin meningkat, selain itu pasar tradisional merupakan ruang publik yang digunakan sebagai tempat untuk aktivitas berjualan bahan pangan dan makanan yang seharusnya bersih, aman, nyaman, sehat dan terhindar dari vektor penular penyakit. Namun sayangnya kebanyakan kondisi pasar tradisional saat ini kumuh, kotor dan tidak tertata sehingga mendapat perhatian khusus dari pemerintah kota dan kabupaten dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan nomor 519 tahun 2008 tentang Pedoman Pasar Sehat. Objek perancangan yang dipilih adalah Pasar Setonobetek Kota Kediri yang sejak berdiri yaitu 21 tahun yang lalu hingga saat ini belum dilakukan renovasi atau peremajaan sedikitpun dan pasar tersebut merupakan pasar terbesar serta terlengkap di Kota Kediri sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan. Fokus permasalahan perancangan pada tata ruang dan pemilihan material, karena kedua hal tersebut merupakan aspek utama dan memiliki pengaruh besar terhadap terwujudnya pasar sehat.Kata kunci: pasar tradisional, pola tata ruang, material, pasar sehat
Optimalisasi Pelayanan Pasca Kelahiran/ Neonatal Pada Desain Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kelas A di Kabupaten Lumajang Anita Galuh Yuniar Kusumastuti; Subhan Ramdlani; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1424.82 KB)

Abstract

Upaya kesehatan bagi ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian utama. Beberapa indikator digunakan untuk mengukur status kesehatan ibu dan anak. Indonesia masih tertinggal dalam hal kesehatan ibu anak, terlihat dari capaian angka yang masih tinggi jika dibandingkan dengan negara di ASEAN. Salah satu penyebabnya adalah tingginya angka kematian pada masa neonatal. Banyaknya jumlah penduduk yang menjalani Umur Perkawinan Pertama (UKP) di bawah 20 tahun sangat mempengaruhi tingginya Angka Kematian Neonatal. Di Jawa Timur, Kabupaten Lumajang termasuk dalam prosentase tinggi UKP di bawah 20 tahun. Upaya pencegahan UKP yang tinggi dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan jangka panjang dan tindakan penanganan bagi usia muda yang telah menikah. Hal ini dilakukan dengan cara pelatihan (perawatan ibu dan bayi pasca melahirkan) dalam fasilitas ibu dan anak yang saling terintegrasi yaitu RSIA. Kabupaten Lumajang belum memiliki RSIA dan jumlah kebutuhan tempat tidur yang masih kurang. Pendirian RSIA perlu direncanakan karena pengembangan sarana kesehatan telah diatur dalam Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lumajang yaitu Rencana Teknis Ruang Kawasan (RTRK) tahun 2014-2015 dan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Lumajang tahun 2012-2032 dalam hal penentuan lokasi pengembangan rumah sakit. RSIA yang dirancang tentunya harus dapat mengoptimalkan pelayanan pasca kelahiran (neonatal).Kata kunci: Rumah Sakit Ibu dan Anak, Optimalisasi, Neonatal
Transformasi Motif Batik Parang pada Perancangan Museum Batik di Yogyakarta Lucky Mardiaz; Tito Haripradianto; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1478.689 KB)

Abstract

Batik bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa merupakan media penyampaian pesan dan nilai-nilai falsafah kehidupan. Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota batik dunia memiliki tanggung jawab lebih dalam upaya menjaga dan melestarikan. Salah satu upaya menjaga dan melestarikan kebudayaan adalah dengan media museum sebagai bangunan konservasi dan preservasi. Permasalahan yang ada saat ini adalah sebagian museum hanya terbatas pada fungsi saja, sehingga hanya dipandang sebagai “gudang” penyimpanan barang tua. Namun lebih dari itu, museum seharusnya juga mampu berpartisipasi secara aktif dalam usaha mempertahankan minat dan pengetahuan masyarakat terhadap budayanya melalui pendidikan dan rekreasi. Salah satu bidang penting dalam upaya revitalisasi museum adalah pencitraan museum itu sendiri untuk mewakili isi yang diwadahi dan informasi yang ingin disampaikan, yaitu batik parang Yogyakarta sebagai representasi dari motif batik. Pencitraan batik parang tersebut harus terlihat pada desain museum, terutama pada aspek tampilan visual. Metode yang tepat untuk menjembatani pencitraan museum adalah dengan menggunakan metode transformasi dalam desain Museum Batik Yogyakarta. Hasil yang didapatkan adalah transformasi motif batik parang yang mencakup unsur rupa, pertalian, dan peranan yang diterapkan pada bentuk massa bangunan dan fasade, dengan memperhatikan fungsi, sehingga tercipta desain Museum Batik Yogyakarta yang dapat merepresentasikan kebudayaan batik tersebut.Kata kunci: museum, batik parang, Yogyakarta, transformasi
Penataan Ruang Dagang pada Rancangan Kembali Pasar Sukun Kota Malang Dwi Murtining Etty; Subhan Ramdlani; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasar Sukun merupakan salah satu pasar penyumbang restribusi Pendapatan AsliDaerah (PAD) Kota Malang yang tinggi, namun hal tersebut tidak diimbangi denganaspek kenyamanan arsitektural yang mencangkup penataan ruang dagang. PadaPasar Sukun penataan ruang dagang pada penjual kebutuhan sehari-hari masihbercampur aduk, bahkan antara pasar kambing dan pasar kebutuhan sehari-hari.Penataan ruang dagang ini mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia nomor 519 tahun 2008 tentang pedoman pasar sehat, mengingat rencanapemerintah Kota Malang untuk pemberdayaan kualitas bangunan perdagangandengan penerapan pasar sehat yang tercantum dalam Rencana Pemerintah JangkaMenengah Daerah (RPJMD) tahun 2013-2018. Permasalahan penataan ruangdagang tersebut menjadi permasalahan utama pada kajian ini karena pengaruhnyayang besar dalam terwujudnya pasar sehat.Kata kunci: pasar tradisional, penataan ruang dagang, pasar sehat
Konsep Desain Bangunan Koreksional dan Pembinaan bagi Wanita (Studi Kasus : Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas 2A) Noverna Christy Lovita; Triandriani Mustikawati; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bergesernya waktu kepada era modern menggeser pengertian penjara pada masa lalumenjadi pengertian yang baru. Tempat penghukuman itu saat ini lebih dikenal dengansebutan lembaga pemasyarakatan. Berbeda dengan pengertian penjara dimasa lalu,pemasyarakatan mengandung arti menghukum dan membina warga binaan menjadilebih baik. Saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah wanita sebagai pelaku tindakkejahatan yang pada akhirnya harus menghabiskan sebagian besar waktunya di balikjeruji meningkat. Wanita dalam lembaga pemasyarakatan terdiri dari berbagai macamusia dan statusnya. Terkait dengan hal tersebut banyak ditemukan kasus wanita yangterpaksa menjalani masa kehamilan, melahirkan bahkan membesarkan anaknya dalamlapas. Bahkan ada yang harus menghabiskan masa tuanya di dalam lapas. Hal tersebutmerupakan dasar untuk mewujudkan sarana koreksional dan pembinaan yang dapatmewadahi aktivitas pembinaan sesuai dengan karakteristik wanita sebagaipenggunanya. Karakteristik dan tahap pemasyarakatan menjadi dasar analisis dalamperumusan kriteria perancangan untuk mewujudkan konsep desain bangunankoreksional dan pembinaan yang sesuai bagi aktivitas pembinaan wanita.Kata kunci: lapas, bangunan koreksional, lapas wanita
HOTEL WISATA DI KOTA BATU Rahardiyan Ari Wicahyo; Tito Haripradianto; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.819 KB)

Abstract

Kota Batu merupakan salah satu kota Pariwisata di JawaTimur yang terletak di dataran tinggi, tentunya dengan udaranya yang relatif sejuk dan dingin sehingga wisatawan lokal dari kota-kota besar seperti Surabaya menjadikan Kota Batu sebagai pilihan tempat berlibur sejenak untuk sekedar melepas penat dari rutinitas. Kota Batu sendiri memiliki banyak destinasi wisata yang cukup beragam baik yang mengandalkan alam seperti pendakian Gunung Panderman, Wisata Songgoriti, Air Terjun Cuban Rondo, Wisata Desa Bunga, Wisata sayur, Wisata Agro dan juga wisata edukasi seperti Museum Satwa. Jatim Park, Pasar Malam yang berdekatan dengan alun-alun, BNS (Batu Night Spectacular) dan lain sebagainya. Selain sebagai Kota Wisata dengan adanya penambahan objek-objek wisata baru, hotel-hotel di kota Batu juga banyak digunakan untuk pelatihan-pelatihan, diklat-diklat maupun seminar baik oleh usahawan maupun birokrat-birokrat di Propinsi Jawa Timur, sehingga dengan penambahan hotel-hotel baru masih banyak minat tamu hotel yang datang. Sebagai industri yang bergerak dalam bidang jasa, industri perhotelan di wilayah Kota Batu, juga tidak dapat lepas dari sentra-sentra wisata baru yang banyak dibangun beberapa akhir tahun ini, juga tidak akan lepas dari kondisi persaingan yang ketat untuk memperebutkan pasar wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Tujuan utama dari sebuah usaha perhotelan adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin tingkat hunian hotel, karena semakin tinggi tingkat hunian hotel menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh dari bisnis perhotelan.Kata kunci: hotel, wisata, Kota Batu
PUSAT WISATA KULINER DI KOTA BATU DENGAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK Hasby Nur Saputra; Beta Suryakusuma; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (906.743 KB)

Abstract

Kota Batu berkembang pesat semenjak menjadi kota wisata. Transformasi tersebut di sambut antusias oleh masyarakat Kota Batu dan sekitarnya.Seiring berkembangnya industri pariwisata,hal tersebut memberikan perubahan pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Batu. Salah satu kawasan yang ikut merasakan perubahan adalah alun-alun Kota Batu dan adanya Batu Tourism Centre sebagai tempat perdagangan.Namun keberadaan BTC dinilai kurang berhasil, hal itu ditandai dengan kembalinya para pedagang kaki lima yang berjualan dikoridor kawasan alun-alun. Hal ini membuat area disekitar alun-alun kembali kumuh. Sehingga muncul isu dan gagasan untuk merancang pusat wisata kuliner yang berada disekitar alun‐alun Kota Batu.Site perancangan berada di Jalan Sudiro. Perancangan pusat wisata kuliner yaitu dengan memanfaatkan ruang terbuka publik pada site. Peletakan ruang terbuka ditentukan dari pintu masuk yang kemudian menjadi simpul. Selanjutnya menentukan jalur sirkulasi pengunjung serta penempatan massa sesuai dengan jenis sarana dan kriteria dagangan.Perancangan pusat wisata kuliner juga berfungsi sebagai penghubung dua simpul utama yaitu alun-alun Kota Batu dan BTC. Keberadaan pusat wisata kuliner sebagai wadah bagi para PKL diharapkan mampu menampung serta menyejahterakan, dan tidak lagi berjualan disembarang tempat disekitar kawasan alun-alun. Sehingga kawasan pusat Kota Wisata Batu lebih tertata rapi, seperti predikat yang disandanganya. KataKunci : transformasi, isudangagasan, site, keberadaan
Perancangan Sekolah Alam Dengan Material Alami Di Kota Batu Listya Ambarwati; Beta Suryokusumo Sudarmono; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1215.746 KB)

Abstract

Sekolah alam merupakan sistem pendidikan yang memanfaatkan alam sebagai media pembelajaran dengan metode belajar aktif. Dengan metode pembelajarannya yang unik, sekolah alam dapat menarik minat para siswa, sehingga dapat membantu Pemerintah Kota Batu untuk meningkatkan fasilitas pendidikan. Kota Batu memiliki potensi sumber daya alam berupa material-material bangunan yang bersifat alami. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya mendesain sebuah sekolah alam dalam rangka membantu pemerintah Kota Batu untuk meningkatkan minat belajar di Kota Batu serta untuk memaksimalkan potensi alam yang tersedia di Kota Batu itu sendiri dengan memanfaatkan material-material alami yang ada di Kota Batu sebagai bahan bangunan untuk perancangan sekolah alam. Metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan pengumpulan data primer melalui observasi dan wawancara serta pengumpulan data sekunder berupa pustaka. Selain itu, juga melakukan studi komparasi dengan objek sejenis. Penggunaan material alami aman bagi kesehatan pengguna bangunan yang mayoritas adalah siswa sekolah dasar berumur 6-12 tahun. Selain itu, material alami dapat memberikan kesan alami pada bangunan dan menjadi sarana edukasi bagi para siswa sekolah alam maupun masyarakat mengenai kegunaan material alami, yaitu salah satunya sebagai bahan bangunan.Kata kunci: sekolah alam, material alami
Pengembangan Fasilitas Wisata di Kawasan Pantai Pancer Door Kabupaten Pacitan Zaqiyul Fuad; Subhan Ramdlani; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.831 KB)

Abstract

Kawasan Pantai Pancer Door ditetapkan sebagai kawasan wisata sejak tanggal 30 Desember 1997 dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pacitan. Rencana pengembangan pantai Pancer Door sebagai kawasan wisata mulai dilakukan oleh pemerintah daerah sejak tahun 2014 melalui penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Pantai Teleng Ria dan Pancer Door Kabupaten Pacitan. Namun hingga saat ini, belum terlihat adanya perubahan maupun pembangunan yang dilakukan, hal ini tentu tidak sejalan dengan tujuan pengembangan kawasan wisata pantai Pancer Door sesuai yang direncanakan. Salah satu aspek penting yang dapat menarik minat pengunjung untuk datang ke suatu lokasi wisata adalah ketersediaan fasilitas penunjang wisata, sehingga dibutuhkan adanya perancangan bangunan-bangunan fasilitas penunjang wisata di kawasan wisata pantai Pancer Door. Langkah pengembangan yang dilakukan meliputi pengadaan fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang wisata. Pengadaan fasilitas wisata ini didasarkan pada kebutuhan pengunjung yang meliputi kebutuhan akan fasilitas akomodasi, rekreasi dan olahraga. Perancangan dilakukan dengan cara melakukan pemrograman data eksisting, memetakan kebutuhan pengunjung serta meninjau komparasi objek wisata sejenis untuk menentukan kriteria dan konsep desain fasilitas yang akan dibangun. Selain perancangan bangunan fasilitas, juga dilakukan perencanaan lansekap meliputi penentuan zoning, penataan sirkulasi dan ruang terbuka hijau untuk memaksimalkan potensi kawasan wisata.Kata kunci : pengembangan, fasilitas, pariwisata, pantai Pancer Door
PERANCANGAN PUSAT KUNJUNGAN DI KOTA BLITAR (BLITAR VISITOR CENTER) Pandu Panoto Gomo; Tito Haripradianto; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.124 KB)

Abstract

Kota Blitar sering dikaitkan dengan nama besar Bung karno dan oleh karenanya Kota Blitar terkenal dengan nilai historisnya. Seiring dengan terus berkembangnyapembangunan, Kota Blitar memiliki visi dan misi menjadi kota pariwisata danperdagangan jasa yang berwawasan kebangsaan dan lingkungan. Untuk itulah KotaBlitar harus dapat mewadahi sistem kepariwisataan nasional baik melalui sistempariwisatanya maupun fasilitas yang menunjang pariwisata tersebut. Sistemkepariwisataan sendiri telah diatur dan ditetapkan oleh pemerintah, akan tetapi menjaditanggung jawab tersendiri bagi suatu daerah untuk memfasilitasi pariwisatanya. Dalamilmu kepariwisataan, banyak sekali aspek yang perlu dipenuhi untuk menunjangaktivitas pariwisata seperti upaya promosi, akomodasi, transportasi, dan lainsebagainya, serta kebutuhan Kota Blitar akan kualitas dan kuantitas untuk menampungwisatawannya. Agar dapat memenuhi kebutuhannya, Kota Blitar perlu menyediakansebuah media yang dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Untuk itu peran sebuahVisitor Center sangat dibutuhkan untuk mewadahi berbagai macam kebutuhan fungsiruang yang ada. Pendekatan yang digunakan dalam perancangan ini adalah ArsitekturHibrid, dengan tujuan untuk mengkerucutkan banyaknya kebutuhan ruang pada fasilitasvisitor center. Hasil dari penggabungan fungsi ruang tersebut nantinya dapat menjadiruang transisi antara fasilitas satu dengan yang lainnya.Kata kunci: fasilitas penunjang, pariwisata, arsitektur hibrid