Indyah Martiningrum
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Published : 44 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Sistem Ventilasi Alami sebagai Dasar Perancangan JFC Center di Kabupaten Jember Nastiti Kusumawardani; Jusuf Thojib; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1215.356 KB)

Abstract

JFC Center sebagai tempat untuk menampung seluruh kegiatan yang berhubungandengan acara tahunan JFC di Kabupaten Jember. Terdiri dari fasilitas pelatihan, fasilitaspenerima, fasilitas pengelola, fasilitas servis, serta fasilitas pendukung. Menerapkansistem ventilasi alami sebagai dasar perancangan pada bangunan terdiri dari sistemventilasi silang dan sistem stack effect melalui desain bukaan yang sesuai, yaitu ukuran,letak, dan jenis. Kriteria yang diterapkan, yaitu bukaan, kemerataan, dan turbulensi.Metode terbagi menjadi dua tahap, yaitu evaluasi pada bangunan eksisting untukmenemukan permasalahan termal kemudian melakukan perancangan bangunan yangbaru pada tapak yang baru pula berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan.Letak bukaan terdiri dari bukaan bawah, bukaan tengah, dan bukaan atas. Jenis bukaanyang digunakan adalah vertical pivot, the project sash, awning, horizontal pivot, jalousie,dan jendela mati. Rasio inlet cenderung sama dengan outlet karena rata-rata kecepatanangin yaitu 0,33 m/s sudah memenuhi standar kecepatan angin yang paling sesuai dandapat diterima dengan nyaman oleh penghuni bangunan. Kemerataan dan turbulensiditunjukkan dari hasil analisis menggunakan software ANSYS Lisensi LaboratoriumStudio Perancangan dan Rekayasa Sistem, Teknik Mesin, Universitas Brawijaya.Kata kunci: sistem ventilasi alami, JFC Center, Jember
Balai Materia Medica di Batu (Perancangan Ulang dengan Penerapan Prinsip Konservasi Air) Isnaeni Nur Tafliha; Agung Murti Nugroho; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 4 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Balai Materia Medica merupakan salah satu pusat penelitian tanaman obat yang ada di Jawa Timur. Seiring dengan adanya Program Nasional Pengembangan Obat Alam yang diselenggarakan oleh pemerintah, terdapat rencana perancangan ulang Balai Materia Medica. Proses perancangan tersebut dilakukan dengan menimbang aspek fungsional bangunan serta permasalahan lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang ada di kota Batu adalah adanya alih fungsi area hijau sehingga menyebabkan jumlah sumber air bersih menurun. Air bersih merupakan kebutuhan utama dalam kegiatan fungsional Balai Materia Medica yang meliputi kegiatan penelitian, pengembangan, perawatan, dan pengolahan tanaman obat. Berdasarkan keterkaitan kedua aspek tersebut, maka perancangan ulang Balai Materia Medica dilakukan dengan menerapkan prinsip konservasi air. Artikel ilmiah ini membahas perbandingan kondisi eksisting dengan hasil rancangan ulang Balai Materia Medica. Metode yang digunakan adalah evaluasi terhadap hasil rancangan baru sesuai prinsip konservasi air sehingga diperoleh kesimpulan sejauh mana perancangan bangunan dengan penerapan konservasi air dapat menjawab kebutuhan fungsional bangunan dan permasalahan lingkungan pada tapak.Kata kunci: Balai Materia Medica, pusat penelitian, prinsip konservasi air
REDESAIN INTERIOR GEDUNG SENI PERTUNJUKAN CAK DURASIM SURABAYA BERDASARKAN AKUSTIK RUANGAN Dea Smita Pangesti; Jusuf Thojib; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1235.332 KB)

Abstract

Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Kota Surabaya, pemerintah Kota Surabaya saat ini masih sangat minim dengan infrastruktur pengembangan bakat budaya serta seni di lingkungannya. Pernyataan pada beberapa media cetak mengatakan bahwa para seniman yang datang ke Surabaya selalu mengeluhkan tidak bisa tampil maksimal di Surabaya karena tidak didukung oleh fasilitas gedung yang memadai. Meninjau dari teori desain gedung pertunjukan mengatakan bahwa tata akustik merupakan unsur keberhasilan desain. Namun, kondisi gedung seni pertunjukkan Cak Durasim Surabaya yang ada saat ini belum memenuhi kriteria tersebut. Metode perancangan berawal dari meninjau teori desain akustik dan nilai akustik, menganalisis data eksisting berdasarkan teori desain, menyimpulkan hasil analisis untuk mengetahui kondisi eksisting yang perlu ditingkatkan kualitasnya, merancang kembali elemen-elemen yang belum sesuai, menghitung nilai akustik hingga memperoleh hasil yang sesuai. Hasil kajian yang diperoleh adalah perlu dilakukan perancangan kembali pada elemen desain ruang yaitu penempatan penonton tidak maksimal pada area longitudinal, ukuran ketinggian lantai trap tempat duduk penonton tidak sesuai, tidak adanya pengolahan bentuk permukaan dinding dan plafon serta penggunaan jenis material.Kata kunci: gedung pertunjukan, akustik, interior
PERANCANGAN KEMBALI PASAR SETONOBETEK KOTA KEDIRI (Penerapan Pola Tata Ruang dan Pemilihan Material yang Mengacu pada Peraturan Pasar Sehat) Dyah Ayu Permata Hari; Indyah Martiningrum; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (990.804 KB)

Abstract

Pasar merupakan salah satu fasilitas untuk masyarakat dalam mempermudah memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari, yang tentunya sangat berpotensi untuk dikembangkan. Eksistensi pasar tradisional semakin menurun yang diakibatkan oleh pertumbuhan pasar belanja modern yang semakin meningkat, selain itu pasar tradisional merupakan ruang publik yang digunakan sebagai tempat untuk aktivitas berjualan bahan pangan dan makanan yang seharusnya bersih, aman, nyaman, sehat dan terhindar dari vektor penular penyakit. Namun sayangnya kebanyakan kondisi pasar tradisional saat ini kumuh, kotor dan tidak tertata sehingga mendapat perhatian khusus dari pemerintah kota dan kabupaten dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan nomor 519 tahun 2008 tentang Pedoman Pasar Sehat. Objek perancangan yang dipilih adalah Pasar Setonobetek Kota Kediri yang sejak berdiri yaitu 21 tahun yang lalu hingga saat ini belum dilakukan renovasi atau peremajaan sedikitpun dan pasar tersebut merupakan pasar terbesar serta terlengkap di Kota Kediri sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan. Fokus permasalahan perancangan pada tata ruang dan pemilihan material, karena kedua hal tersebut merupakan aspek utama dan memiliki pengaruh besar terhadap terwujudnya pasar sehat.Kata kunci: pasar tradisional, pola tata ruang, material, pasar sehat
Kriteria Desain Pasar Seni dengan Pendekatan Semiotika Arsitektur Amiratul Karimah; Chairil Budiarto Amiuza; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.442 KB)

Abstract

Pasar seni pada sebuah kota merupakan salah satu objek wisata denganfungsi sosial, komersil, dan edukasi. Pasar Seni dirancang dengan wujudarsitektural yang mampu mengkomunikasikan makna didalamnya. Secarafisik pasar seni yang sudah terbangun memiliki ciri objek arsitektur yangberbeda-beda, sehingga sampai saat ini belum ada kriteria perancanganpasar seni secara spesifik. Studi ini menghasilkan sebuah kriteria desaindengan pendekatan semiotika arsitektur. Penelitian dilakukan denganmenggunakan metode deskriptif komparatif yang membandingkan empatobjek sampel pasar seni. Kriteria desain pasar seni meliputi aspek bentuk,fungsi dan makna. Aspek bentuk pasar seni adalah kombinasi dari pola-polaelemen ruang-fungsi-massa/konstruksi dengan elemen ruang yang palingdominan diantara yang lain. Aspek fungsi pasar seni merupakan elemenpembentuk pasar seni dengan kecenderungan wisatawan menimbulkankebutuhan ruang-ruang spesifik seperti ATM Center, layanan informasi danakomodasi lainnya. Aspek makna pada pasar seni memuat referensi yangmenerjemahkan dua jenis kode yang diterapkan pada tema keseluruhanbangunan, yaitu bentuk arsitektur tradisional dan gaya arsitektur tertentu.Muatan tanda lainnya pada pasar seni yaitu ekspresi yang menerjemahkannilai-nilai yang diambil dari pola hidup masyarakat lokal.Kata kunci: pasar seni, semiotika arsitektur
RESORT BATU AMPAR BALI DENGAN KONSEP VENTILASI SILANG MELALUI RASIO BUKAAN RAGAM HIAS Erick Christ P.S P.S; Jusuf Thojib; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.201 KB)

Abstract

Keadaan alam yang berada di Kawasan Pariwisata Batu Ampar berdasarkan hasil Balaibesar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika wilayah III, Denpasar tahun 2010.Kawasan Pariwisata Batu Ampar memiliki suhu udara sebersar 280C, kelembapanudara 78%, curah hujan 2023 mm, dan kecepatan angin 7-12 knot. DalamWonorahardjo (2010) sistem pengendalian termal bangunan merupakan upaya untukkonservasi energi dengan cara pengendalian kalor yang masuk pada ruangan, efesiensisistem pendinginan, dan pengendalian beban pendinginan. Kelembaban udara yangtinggi pada Kawasan Batu Ampar memerlukan sistem sirkulasi udara yang baiksehingga ruangan tidak panas dan lembab. Sistem ventilasi alami yang optimalditerapkan sebagai elemen penangkap angin dan pelepas angin pada bangunan resortBatu Ampar. Dengan adanya penerapan sistem ventilasi silang dengan penerapanragam hias diharapkan mampu menyelesaikan masalah kenyaman termal dan dapatmemenuhi persyaratan yang diwajibkan peraturan daerah Bali. Strategi penyusunanResort Batu Ampar Bali pada tahap awal adalah dengan penentuan pola penyusunantata masa yang disesuaikan dengan lokalitas arsitektur Bali dan keadaan eksistingsesuai dengan arah datangnya angin. Setelah itu menentukan posisi inlet serta outletdengan parameter posisi dan besar rasio bukaan yang berasal dari bentuk pola ragamhias Karang Sae. Penentuan Karang Sae disesuaikan dengan ciri dan indentitas dariarsitektur Bali.Kata kunci: sistem ventilasi silang, posisi bukaan, rasio bukaan
Evaluasi Kesesuaian Fungsi Ruang pada Ruang Baca Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya Shofy Afina; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (889.563 KB)

Abstract

Ketidaksesuaian fungsi dasar ruang pada sebuah ruang baca ditemukan di Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya. Ketidaksesuaian ini didasarkan pada sebuah fenomena yang menunjukkan pengguna ruang baca tersebut lebih memilih melakukan kegiatan baca di tempat lain serta lebih memanfaatkan ruang tersebut sebagai sarana untuk melakukan aktivitas lain daripada kegiatan baca itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk secara ilmiah merinci ketidaksesuaian pada elemen-elemen aspek ruang yang terjadi di ruang baca Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya sebagai penyebab ketidaksesuaian fungsi ruang pada ruang baca tersebut. Metode yang digunakan merupakan metode analisis deskriptif kualitatif. Setelah variabel penelitian ditentukan dari rumusan masalah, analisis dilakukan dengan membandingkan data hasil observasi dengan standar yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian pada fasilitas layanan ruang baca, dimensi dan tata letak perabot, elemen pembentuk ruang, serta area penunjang ruang baca yang diteliti. Dari analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa elemen yang secara dominan menyebabkan ketidaksesuaian fungsi ruang pada ruang baca Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya adalah ketersediaan fasilitas ruang baca. Kata kunci: perpustakaan perguruan tinggi, ruang baca, fungsi dasar ruang
Pengaruh Ergonomi Perabot dan Tatanan Ruang Studio Terhadap Aktivitas Pengguna Ruang (Objek Studi: Ruang Studio Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang) Pocut Yasmine Adlina; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terdapat beberapa keluhan yang dirasakan oleh mahasiswa di ruang studio mengenai ergonomi perabot dan tatanan ruang studio, serta ruang studio yang juga masih digunakan untuk mata kuliah teori. Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara ergonomi perabot dan tatanan ruang terhadap aktivitas pengguna pada ruang studio Jurusan Arsitektur. Metode yang digunakan ialah kuantitatif deskriptif, dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengaruh antara ergonomi perabot dan tatanan ruang terhadap aktivitas di ruang studio. Dilakukan pula wawancara dengan mahasiswa ketika observasi awal dan juga kepada dosen guna menjadi data penunjang penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukan hasil bahwa ergonomi perabot dan tatanan ruang dapat mempengaruhi aktivitas di ruang studio secara signifikan, dan didapati variabel yang lebih mempengaruhi aktivitas adalah tatanan ruang. Hasil akhir dilakukan beberapa simulasi tatanan ruang studio, dan hasil yang dianggap lebih menunjang aktivitas di ruang studio adalah dengan menggunakan pola tatanan cluster dan dimensi ergonomi perabot eksisting sesuai parameter dari hasil kuesioner dan wawancara.Kata kunci: Ruang Studio Arsitektur, Ergonomi Perabot, Tatanan Ruang, Aktivitas
Walkability Jalur Pedestrian by Design di Area Kampus Universitas Brawijaya Malang Antonio Heltra Pradana; Jenny Ernawati; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1081.312 KB)

Abstract

Kampus Universitas Brawijaya telah mencanangkan diri menuju Green Campus. Salah satu poin penting dalam penataan berbasis Green Campus ialah kualitas jalur pejalan kaki. Kedekatan kampus dengan lingkungan permukiman dan rumah kos di area barat kampus UB menyebabkan banyak aktivitas berjalan kaki tetapi. Kondisi ini tidak diimbangi adanya jalur pejalan kaki dengan kualitas yang baik. Aspek walkability kemudian digunakan untuk mengukur tingkat kualitas sirkulasi jalur pejalan kaki. Aspek kenyamanan, keamanan, dan kemenerusan jalur merupakan pendekatan yang diambil untuk mengkaji aspek walkability ini. Penelitian dilakukan dengan metode observasi dan kuisioner. Observasi dilakukan pada lokasi amatan yang memiliki keterhubungan antara gerbang masuk (origin) di area barat dengan lingkungan fakultas (destination). Kuisioner disebar pada 90 mahasiswa untuk mendapatkan tanggapan terhadap aspek walkability. Data yang didapat kemudian dianalisa menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil yang didapatkan yaitu jalur pejalan kaki di area barat kampus UB sudah cukup baik. Walkability pada jalur pejalan kaki masih bisa ditingkatkan kualitasnya terutama pada aspek kenyamanan.Kata kunci: Walkability, Kenyamanan, Keamanan, Kemenerusan
KENYAMANAN VISUAL GEDUNG PAMER PUSAT SENI DAN KERAJINAN KENDEDES KABUPATEN MALANG Sutantri Sutantri; Jusuf Thojib; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (996.928 KB)

Abstract

UMKM daerah sangat tahan banting sebagai usaha penopang dinamika ekonominasional yang semakin menurun. DPRI memfokuskan UMKM dalam bidang arsitektur,kerajinan, dan desain. Kabupaten Malang merupakan salah satu bagian terbesar JawaTimur dengan potensi pariwisata di bidang kerajinan dan kesenian dalam Pusat Senidan Kerajinan Kendedes. Gedung/ ruang pamer karya yang merupakan bagian utamabangunan, dimana aktivitas pengguna bangunan adalah proses melihat dan mengamatihasil seni/ kerajinan. Kebutuhan cahaya baik cahaya alami maupun cahaya buatan padagedung/ ruang pamer cukup tinggi mengingat fungsinya sebagai tempat kerja yangkegiatannya sangat mengandalkan mata. Pemanfaatan cahaya alami ditekankan padasiang hari (SNI-03-2396: 2001), sehingga penggunaan pencahayaan buatan harusdiminimalisir. Akan tetapi cahaya dalam gedung pamer Pusat Seni dan KerajinanKendedes yang terlalu tinggi menimbulkan silau. Keterbatasan wadah pameransemakin menambah kesan silau. Karena itu, diperlukan wadah yang mampumemberikan kenyamanan visual sesuai kebutuhan melihat, baik aspek teknispencahayaan maupun gedung pamer berdasarkan standar pencahayaan rata-ratasebesar 300 lux (SNI-6197: 2011). Pengelolaan elemen bangunan mampu memberikankenyamanan visual gedung pamer dengan mempertimbangkan kondisi ruang luar,organisasi dan orientasi, sistem tata cahaya (alami/ bukaan dan buatan/ lampu),bentuk/ modifikasi bangunan (sun shading), warna dan material (finishing), danperencanaan interior (jarak/ sudut pandang dan display produk).Kata kunci: pencahayaan, kenyamanan visual, ruang pamer, pusat seni dan kerajinan