Articles
Bentukan Visual Arsitektur Rumah Sinom di Kelurahan Kertosari - Ponorogo
Wahyuni Eka Sari;
Antariksa Antariksa;
Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (814.204 KB)
Kerajinan batik yang berkembang pada tahun 1955 menjadikan Kelurahan Kertosari sebagai kelurahan yang banyak menghasilkan batik Ponorogo. Rumah Sinom Ponorogo dijadikan sebagai rumah pembatik menjadi suatu bangunan yang banyak difungsikan. Rumah Sinom yang berada di Kabupaten Ponorogo merupakan rumah Limasan. Rumah Sinom tak lepas dari elemen – elemen pembentuk bangunan yaitu elemen visual. Karakter visual dapat mendukung karakter spasial dalam bangunan. Karakter visual dalam rumah Sinom tak hanya sebagai nilai arsitektural semata namun juga menghasilkan nilai fungsional. Rumah Sinom Ponorogo dengan berbagai elemen bangunan kini mulai ditinggalkan dan diabaikan oleh pemiliknya. Orang mulai senang dengan bangunan modern yang lebih minimalis yang mengakibatkan rumah lama mulai dilupakan dan akan kehilangan makna yang terkandung di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi bentukan visual arsitektur rumah Sinom di Kelurahan Kertosari - Ponorogo. Bentukan visual merupakan karakteristik bangunan rumah Sinom Ponorogo sehingga akan didapatkan suatu karakteristik berupa karakter fisik dalam bangunan. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis atau pemaparan kondisi. Metode analisis kualitatif dilakukan dengan observasi lapangan. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan pendekatan historis.Kata kunci: karakter visual, rumah Sinom
TRANSFORMASI RUPA TOPENG MALANGAN PADA PERANCANGAN MUSEUM SENI MALANG
Aditya Taufiqurrahman;
Abraham Mohammad Ridjal;
Tito Haripradianto
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (987.053 KB)
Kota Malang merupakan salah satu kota yang mempunyai kesenian khas yaitu topeng malangan. Namun pada perkembangannya hingga sekarang topeng mengalami fase naik turun sebelum benar-benar turun saat ini dikarenakan hilangnya peminat dan semakin sedikitnya pengrajin topeng malangan. Untuk itulah perlunya upaya pelestarian topeng hal ini dapat dilakukan dalam hal fisik dan nonfisik. Hal non fisik yaitu dengan cara menumbuhkan kembali minat masyarakat terhadap seni pertunjukan topeng agar masyarakat Malang sendiri tahu, dan memahami seni dan budayanya sendiri. Dalam hal pelestarian fisik, museum merupakan salah satu media dan wadah untuk tetap dijaga dan dilestarikannya hasil peninggalan budaya. Untuk mendapatkan hal tersebut perlu ada kajian analisis lebih dalam tentang objek yang akan dibahas yaitu topeng malangan serta metode transformasi yang dirasa dapat menjembatani untuk menjadi suatu hal yang lebih arsitektural. Hasil dari transformasi ini nantinya terfokus pada bagian depan atau fasad museum dengan penerapan transformasi sculpting topeng yang ditambahkan teknologi dapat bergerak pada fasadnya.Kata kunci: museum, seni rupa, transfomasi, rupa, topeng malangan
TERBENTUKNYA POLA RUANG DALAM BATIH BARU RUMAH PANGGUNG DAYAK KENYAH DI DESA PAMPANG SAMARINDA
Ririn Prasetya P;
Antariksa Antariksa;
Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (977.032 KB)
Perpindahan Masyarakat Suku Dayak Kenyah di Desa Pampang Samarinda merupakan keputusan yang diambil mereka untuk dapat hidup yang lebih layak dan memisahkan diri dari Lamin adat. Lamin adat yang terbentuk di Desa Pampang merupakan bentuk batih baru, dimana batih baru merupakan tempat tinggal masyarakat Dayak Kenyah yang dihuni dua belas kepala keluarga oleh para tetua suku. Pola ruang yang terbentuk masing-masing rumah panggung dilakukan berdasarkan keputusan adat dan hukum adat batih baru. Penelitianini dilakukan untuk menemukan bagaimana bentuk pola ruang dalam batih baru yang terbentuk setelah perpindahan Suku Dayak Kenyah dari Apouyakan ke Desa Pampang, dan faktor apa yang mempengaruhi terbentuknya pola ruang. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskripsi. Data yang didapatkan secara langsung melalui wawancara terhadap para tetua suku Dayak Kenyah di Desa Pampang, dianalisis untuk mendapatkan pola ruang batih baru yang terbentuk setelah perpindahan mereka ke Desa Pampang. Terbentuknya pola ruang batih baru oleh faktor modernisasi dikarenakan letak dari Desa Pampang tepat dipinggir Kota Samarinda.Kata kunci: pola ruang dalam, rumah panggung
Aktivitas Ritual Pembentuk Teritori Ruang pada Pura Lingsar Lombok
Mustivia Mustivia;
Antariksa Antariksa;
Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Pura Lingsar merupakan pura tertua dan terbesar yang ada di Pulau Lombok. Puraini merupakan bangunan peribadatan yang dikeramatkan atau digunakan oleh duasuku adat terbesar di Lombok, yaitu masyarakat Hindu (mayoritas beragama Hindu)dan Suku Sasak (Sasak Islam Watu Telu). Pengguna bangunan yang beragammenyebabkan jenis aktivitas ritual pada bangunan ini lebih banyak dibandingkanbangunan pura lain pada umumnya.Keharmonisan pengguna dalam penggunaanruang pada bangunan untuk melaksanakan aktivitas ritual masing-masingmenyebabkan teritori ruang yang terbentuk juga beragam. Tujuan dari studi iniadalah untuk mengetahui teritori ruang yang terbentuk oleh aktivitas ritual yang adapada Pura Lingsar Lombok. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalahmetode desktiptif kualitatif. Hasil studi ini menunjukkan teritori yang terbentuk padabangunan ini ditentukan oleh kelompok masyarakat yang terlibat di dalam sebuahritual. Teritori ruang yang terbentuk pada Pura Lingsar Ulon adalah teritori primerdan tersier,sedangkan teritori ruang yang terbentuk pada Pura Lingsar Gaduh adalahteritori primer, sekunder, dan tersier.Kata kunci: aktivitas ritual, teritori ruang, Pura Lingsar Lombok
Tatanan Alun-alun terhadap Pola Ruang Spasial Masjid Jami’ Kota Malang
Elsa Intan Pratiwi;
Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 4 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1091.444 KB)
Masjid Jami’ kota Malang merupakan satu-satunya elemen catur tunggal yang diterapkan dalam kaitannya terhadap tatanan alun-alun kota Malang. Berbagai renovasi telah dilakukan pada alun-alun kota Malang, baru-baru ini pada tahun 2015 lalu. Adanya perubahan terhadap tatanan alun-alun kota Malang tentu memberikan dampak terhadap Masjid Jami’ yang merupakan satu kesatuan konsep tata ruang kota Jawa. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Leary mengenai keterkaitan antara satu bangunan dengan yang lain sehingga perubahan bangunan yang satu akan diikuti oleh perubahan bangunan yang lain. Alun-alun sendiri semakin mengalami pergeseran fungsi dari ruang sakral, yaitu tempat bertemunya ritual keraton dan masjid menjadi ruang publik dengan berbagai fasilitas baru di dalamnya. Penelitian ini membahas tentang pengaruh tatanan alun-alun terhadap pola ruang spasial yang terbentuk pada Masjid Jami’ kota Malang terkait pola aktivitas, waktu dan pelaku aktivitas di dalamnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan konsep behavior setting. Diperoleh hasil bahwa terjadi rekondisi konsep awal alun-alun pada waktu tertentu yang disebabkan oleh kultur bahwa masjid dan alun-alun merupakan satu kesatuan, orientasi alun-alun terhadap masjid dan kebutuhan masyarakat terhadap ruang beribadah yang lebih. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan tatanan alun-alun memiliki dampak terhadap perubahan pola ruang spasial Masjid Jami’ kota Malang. Namun, konsep awal masjid dan alun-alun sebagai satu kesatuan ruang akan tetap bertahan dan muncul pada waktu-waktu tertentu dilihat dari pola ruang spasialnya.Kata kunci: pola ruang spasial, behavior setting
Sistem Kekerabatan Pembentuk Pola Permukiman Dusun Krajan Kabupaten Lumajang
Arnes Ayunurafidha;
Lisa Dwi Wulandari;
Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penduduk Dusun Krajan tergolong sebagai masyarakat Tengger. Mereka memilikiaturan tersendiri mengenai tata letak hunian antar kerabat sebagai perwujudanadat istiadat dan budaya masyarakatnya. Selain kentalnya kebudayaan, dusuntersebut juga memiliki keindahan alam yang berdampak pada bertambahnyajumlah pendatang, yang diindikasikan akan membawa kebudayaan dan tradisiberbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisispengaruh sistem kekerabatan terhadap pola permukiman Dusun Krajan KabupatenLumajang. Metode identifikasi yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif, denganmetode analisis family tree. Hasil menunjukan bahwa sistem kekerabatanmemberikan pengaruh terhadap transparasi antar bangunan hunian, orientasibangunan terhadap Gunung Bromo dan Pesanggrahan, hirarki dan tata letakhunian kakak tertua dalam kelompok bangunan pada permukiman Dusun KrajanKata Kunci: Sistem kekerabatan, pola permukiman
KONSEPSI POLA TATA RUANG PEMUKIMAN MASYARAKAT TRADISIONAL PADA HOTEL RESORT DI TOYABUNGKAH KINTAMANI
Kade Praditya S. Empuadji;
Abraham Mohammad Ridjal;
Chairil Budiarto Amiuza
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (838.488 KB)
Toyabungkah yang berada di Kabupaten Bangli memiliki potensi wisata yang belum dapat dimaksimalkan karena kurangnya ketersediaan akomodasi wisata yang memadai. Padahal, Toyabungkah memiliki potensi untuk dapat dikembangkan sebagai tujuan wisata peristirahatan, karena Toyabungkah berada di kawasan pegunungan di tepi Danau Batur. Untuk mengembangkan daya tarik wisata peristirahatan di Toyabungkah, dibutuhkan sebuah hotel resort sebagai akomodasi pendukung pengembangan pariwisata. Namun, perencanaan tersebut dibatasi oleh Perda setempat karena Toyabungkah merupakan kawasan Daya Tarik Wisata Khusus dan berada di dalam Zona Efektif Pariwisata yang memiliki ketentuan pembangunan yang mengutamakan konsep budaya lokal dan berlandaskan kebudayaan Bali. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, hotel resort di Toyabungkah dapat menerapkan konsep pola tata ruang pemukiman tradisional Bali pada perancangan pola tata ruangnya. Untuk menerapkan konsep pola tata ruang pemukiman tradisional Bali tersebut, dibutuhkan kajian analisis tentang pola tata ruang tradisional Bali. Hasil dari kajian ini nantinya terfokus pada penataan massa bangunan di dalam hotel resort yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar perancangan hotel resort di kawasan Toyabungkah.Kata kunci: hotel resort, pola tata ruang pemukiman tradisional Bali
Publik-Privat Pada Hunian Suku Tengger Desa Ngadas
amalia melody;
abraham mohammad ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 6, No 4 (2018)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Desa Ngadas merupakan salah satu dari 36 desa dengan penduduk asli Suku Tengger yang tersebar dalam empat kabupaten/kota, dan merupakan satu-satunya desa dengan penduduk asli suku tengger yang terletak pada kawasan Kabupaten Malang. Sebagai Desa Wisata dengan intensitas pengunjung atau wisatawan yang tidak sedikit, pada sebagian hunian ada pemukiman Desa Ngadas terdapat penambahan fungsi ruang hunian sebagai home stay. sehingga terdapat pergantian zonasi pada beberapa ruang hunian pada waktu tertentu. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui fleksibilitas zonasi pada pola ruang hunian Suku Tengger Desa Ngadas. Metode yang digunakan pada studi ini adalah deskriptif-kualitatif dengan melakukan crosscheck antara kondisi di lapangan dengan kajian teori mengenai zonasi ruang hunian. Pembahasan mengenai zonasi pada hunian Tengger Desa Ngadas dalam bentuk overlay gambar denah pada masing-masing hunian yang dijadikan subjek penelitian. Hasil studi berupa faktor-faktor penyebab perubahan zonasi ruang pada pola ruang hunian Tengger Desa Ngadas . Perubahan zonasi pada ruang hunian memiliki keterkaitan dengan pembentukan ruang hunian dan juga interaksi sosial masyarakat Desa Ngadas terhadap wisatawan.
Tata Letak Rumah Tradisional Madura Di Desa Mangaran Situbondo
Kurnia Wulan Suci Nur Azizah;
Antariksa Antariksa;
Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (802.851 KB)
Desa Mangaran merupakan salah satu desa yang masih memiliki dan menerapkan tata letak permukiman tradisional Madura asli. Etnis Madura pendhalungan yang berada di Desa Mangaran menjadi satu hal yang menarik untuk diteliti terutama pada tata letak permukiman tradisionalnya. Banyak faktor yang mempengaruhi rumah tradisionalMadura di Desa Mangaran sehingga menimbulkan perbedaan dengan rumah tradisional asli di Pulau Madura. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tata letak dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya rumah tradisional Madura di Desa Mangaran, Kabupaten Situbondo. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan teknik populasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan beberapa tata letak kelompok rumah tradisional Madura di Desa Mangaran yang berubah. Perubahan tersebut terlihat dari penambahan, pengurangan, dan perubahan letak rumpun rumah tradisionalnya. Terdapat tiga faktor yang sangat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain man (manusia), society (sosial), dan network (jaringan).Kata kunci: Tata letak, Rumah tradisional, Madura
Elemen Pembentuk Arsitektur Tradisional Batak Karo di Kampung Dokan
Putra Adytia;
Antariksa Antariksa;
Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1171.048 KB)
Kampung Dokan merupakan salah satu kampung tradisional yang ada di Kabupaten Karo yang masih memiliki rumah-rumah tradisional adat Batak. Rumah tradisional yang masih dihuni dan digunakan oleh masyarakat Karo di Kampung Dokan sudah mulai menghilang. Saat ini hanya tersisa lima rumah yang ada di Kampung Dokan. Masyarakat yang tidak mengetahui bagaimana elemen pembentuk rumah ini merupakan salah satu penyebab hilangnya ketertarikan untuk menjaga dan merawat rumah adat Karo. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Hasil dari penelitian adalah apa saja elemen pembentuk dari rumah adat tradisional Batak Karo di Kampung Dokan.Kata kunci: Elemen pembentuk, Rumah Batak Karo