Tito Haripradianto
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Published : 38 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Perancangan Bali Memorial Park dengan Pendekatan Metode Metafora Studi Kasus Ground Zero Bom Bali Chalidian Putra Pamungkas; Tito Haripradianto; Bambang Yatnawijaya
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (916.098 KB)

Abstract

Isu terorisme terus berkembang. Bukan hanya di Indonesia tapi juga seluruh dunia. Bali punya tragedi kelam yang menjadi sejarah terorisme terburuk dan paling dikenang di Indonesia. Bom Bali I dan Bom Bali II yang terjadi pada tanggal 12 oktober 2002 yang menelan 411 korban. Dan Bom Bali II yang terjadi pada tanggal 1 oktober 2005 yang menelan 219 korban. Tragedi Bom Bali I dan II berdampak pada sektor pariwisata Bali. Jumlah wisatawan berkurang drastis pada masa itu. Wisatawan mancanegara maupun lokal khawatir akan keamanan Pulau Bali karena tragedi bom sudah terjadi dua kali. Perekonomian Bali sempat terpuruk beberapa tahun karena pendapatan utama daerah berasal dari sektor pariwisata. Peristiwa Bom Bali I dan II merupakan sejarah yang seharusnya dikenang dan memori kelam yang bisa menjadi pelajaran dan pengetahuan untuk generasi masa depan. Sejarah yang seharusnya bisa menjadi sarana edukasi tentang tindakan terorisme supaya tidak terulang kembali. Di Bali terdapat monumen bom Bali yang terletak di Legian Kuta dimana tercatat nama-nama korban Bom Bali I untuk mengenang tragedi kelam tersebut. Namun itu hanya sekedar monumen. Tidak ada ruang intim sebagai bentuk rasa prihatin dan peduli untuk membangkitkan sebuah memori atau ingatan akan pentingnya sejarah itu. Penulis memberikan rekomendasi perancangan sebuah memorial park dan museum sebagai ruang untuk mengenang dan menceritakan kembali tragedi Bom Bali.Kata kunci: Bali, bom Bali, tragedi, memorial park, museum
Penerapan Struktur Rumah Gadang terhadap Hotel Resor di Kawasan Wisata Mandeh, Sumatera Barat Rony Dwi Rizantana; Tito Haripradianto; Bambang Yatnawijaya
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1304.394 KB)

Abstract

Kawasan Wisata Mandeh merupakan salah satu kawasan wisata pantai di Sumatera Barat yang sedang menjadi tren. Kawasan ini berada di dua wilayah administratif daerah tingkat dua yaitu Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan sehingga peraturan yang dibuat untuk perencanaan pengembangan kawasan ini dilakukan oleh PemProv Sumatera Barat, PemKot Padang dan PemKab Pesisir Selatan. Perda yang mengatur perencanaan wilayah ini menyebutkan bencana yang sering mengancam wilayah ini adalah gempa sedangkan untuk gelombang besar tidak karena kawasan ini memiliki perairan yang relatif tenang akibat gugusan pulau-pulau kecil. Konsep bangunan tahan gempa sangat diperlukan pada setiap rancangan bangunan yang akan dibangun di daerah tersebut. Rumah Gadang yang merupakan Rumah Tradisional masyarakat setempat telah terbukti dapat bertahan terhadap bencana gempa. Perancangan Hotel Resor pada kawasan ini selanjutnya diarahkan untuk menerapkan struktur Rumah Gadang. Berdasarkan hasil perancangan, konsep struktur yang akan diterapkan untuk Hotel Resor ini mengacu pada Struktur Rumah Gadang daerah Pesisir yang merupakan tipe dari Rumah Gadang sebagai kearifan lokal masyarakatnya.Kata Kunci: Wisata Pantai, Rumah Gadang, Struktur Tahan Gempa, Hotel Resor
Pemanfaatan Limbah Botol Plastik pada Desain Jember Eco-Fashion Gallery Ferry Chusni Arfiyanto; Rinawati P Handajani; Tito Haripradianto
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 4 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jember Fashion Carnaval adalah salah satu City Branding Kota Jember yang saat ini berpotensi menduduki posisi terdepan sebagai pariwisata karnaval berkelas dunia yang mampu menjadi catalyst bagi potensi wisata lain yang terus dikembangkan sebagai sebuah pagelaran seni fashion busana fantasi yang bertemakan lingkungan, atau disebut dengan Eco-Fashion. Setelah satu dekade Jember Fashion Carnaval berjalan antusiasme tidak hanya ditunjukkan oleh para pecinta fashion, masyarakat Jember juga tidak kalah antusias dalam mengapresiasi parade busana unik dengan catwalk sepanjang 3,6 kilometer (km) ini, perancangan sebuah galeri sebagai sarana display karya peserta Jember Fashion Carnaval menjadi kebutuhan masyarakat saat ini dan yang akan datang mengingat volume galeri yang saat ini tersedia belum bisa mewadahi busana karya peserta Jember Fashion Carnaval dan juga berbagai macam aktivitas lain terkait dengan Jember Fashion Carnaval. Dalam rancangan desain galeri Jember Fashion Carnaval ini mengadaptasi konsep pemanfaatan limbah botol plastik PET (Polyethylene Terephthalate) untuk material bangunan sesuai dengan salah satu karakter utama dari Jember Fashion Carnaval, dimana dalam rancangan busananya memanfaatkan material limbah sebagai bahan busana.Kata kunci: Jember Fashion Carnaval, perancangan galeri, pemanfaatan limbah botol PET
TRANSFORMASI RUPA TOPENG MALANGAN PADA PERANCANGAN MUSEUM SENI MALANG Aditya Taufiqurrahman; Abraham Mohammad Ridjal; Tito Haripradianto
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (987.053 KB)

Abstract

Kota Malang merupakan salah satu kota yang mempunyai kesenian khas yaitu topeng malangan. Namun pada perkembangannya hingga sekarang topeng mengalami fase naik turun sebelum benar-benar turun saat ini dikarenakan hilangnya peminat dan semakin sedikitnya pengrajin topeng malangan. Untuk itulah perlunya upaya pelestarian topeng hal ini dapat dilakukan dalam hal fisik dan nonfisik. Hal non fisik yaitu dengan cara menumbuhkan kembali minat masyarakat terhadap seni pertunjukan topeng agar masyarakat Malang sendiri tahu, dan memahami seni dan budayanya sendiri. Dalam hal pelestarian fisik, museum merupakan salah satu media dan wadah untuk tetap dijaga dan dilestarikannya hasil peninggalan budaya. Untuk mendapatkan hal tersebut perlu ada kajian analisis lebih dalam tentang objek yang akan dibahas yaitu topeng malangan serta metode transformasi yang dirasa dapat menjembatani untuk menjadi suatu hal yang lebih arsitektural. Hasil dari transformasi ini nantinya terfokus pada bagian depan atau fasad museum dengan penerapan transformasi sculpting topeng yang ditambahkan teknologi dapat bergerak pada fasadnya.Kata kunci: museum, seni rupa, transfomasi, rupa, topeng malangan
Transformasi Motif Batik Parang pada Perancangan Museum Batik di Yogyakarta Lucky Mardiaz; Tito Haripradianto; Ali Soekirno
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1478.689 KB)

Abstract

Batik bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa merupakan media penyampaian pesan dan nilai-nilai falsafah kehidupan. Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota batik dunia memiliki tanggung jawab lebih dalam upaya menjaga dan melestarikan. Salah satu upaya menjaga dan melestarikan kebudayaan adalah dengan media museum sebagai bangunan konservasi dan preservasi. Permasalahan yang ada saat ini adalah sebagian museum hanya terbatas pada fungsi saja, sehingga hanya dipandang sebagai “gudang” penyimpanan barang tua. Namun lebih dari itu, museum seharusnya juga mampu berpartisipasi secara aktif dalam usaha mempertahankan minat dan pengetahuan masyarakat terhadap budayanya melalui pendidikan dan rekreasi. Salah satu bidang penting dalam upaya revitalisasi museum adalah pencitraan museum itu sendiri untuk mewakili isi yang diwadahi dan informasi yang ingin disampaikan, yaitu batik parang Yogyakarta sebagai representasi dari motif batik. Pencitraan batik parang tersebut harus terlihat pada desain museum, terutama pada aspek tampilan visual. Metode yang tepat untuk menjembatani pencitraan museum adalah dengan menggunakan metode transformasi dalam desain Museum Batik Yogyakarta. Hasil yang didapatkan adalah transformasi motif batik parang yang mencakup unsur rupa, pertalian, dan peranan yang diterapkan pada bentuk massa bangunan dan fasade, dengan memperhatikan fungsi, sehingga tercipta desain Museum Batik Yogyakarta yang dapat merepresentasikan kebudayaan batik tersebut.Kata kunci: museum, batik parang, Yogyakarta, transformasi
Trash Art Gallery Di Yogyakarta dengan Penerapan Material Daur Ulang Nico Aditya; Tito Haripradianto; Bambang Yatnawijaya
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1560.924 KB)

Abstract

Mengurangi penggunaan material baru atau penghematan kebutuhan untuk mengurangi proses daur ulang dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dapat dilakukan dengan memanfaatkan sampah atau menggunakan barang bekas. Sampah adalah masalah universal dan seni adalah bahasa universal. Seni mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang memiliki nilai seni tinggi merupakan salah satu terobosan yang akan mampu mengurangi jumlah sampah yang ada di sekitar kita. Serta dapat memberikan manfaat yang besar bagi keselamatan lingkungan hidup di bumi. Pesan-pesan untuk menjaga keselamatan lingkungan hidup tersebut dapat disampaikan melalui seni, sehingga seni merupakan salah satu media yang mampu mempengaruhi masyarakat agar berperilaku positif bagi bumi. Semakin banyak seniman yang mengolah sampah menjadi sesuatu yang bernilai seni tinggi, tetapi wadah untuk memamerkannya masih terbatas. Saat ini belum ada galeri khusus yang mewadahi kebutuhan seni dan lingkungan hidup yang menerapkan material bekas sebagai elemen bangunan, sedangkan sudah banyak karya arsitektur yang mampu membantu mengurangi sampah di lingkungan sekitarnya melalui penerapan material daur ulang botol bekas, kayu bekas, ban bekas, kertas karton, dan bahan daur ulang lainnya.Kata kunci: seni, galeri, material, daur ulang, bekas
Perancangan Gedung Parkir Terintegrasi di Universitas Brawijaya dengan Pendekatan Green Facade Muhamad Zulfikri; Heru Sufianto; Tito Haripradianto
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (871.78 KB)

Abstract

Universitas Brawijaya merupakan pendidikan tinggi negeri dengan total penerimaan mahasiswa baru tertinggi di Indonesia. Bertambahnya jumlah mahasiswa baru tiap tahun selaras dengan naiknya jumlah kendaraan yang beroperasi di dalam kampus. Fakta tersebut berbanding terbalik dengan luas lahan di kampus yang semakin sempit dikarenakan pembangunan gedung dan fasilitas perkuliahan. Hal itu menimbulkan permasalahan akan berkurangnya lahan parkir, kemacetan di dalam kampus, dan permasalahan lingkungan hijau. Gedung Parkir Terpusat dirancang sebagai solusi terhadap tiga permasalahan tersebut. Rancangan berupa gedung parkir ini menerapkan sistem transfer centre sebagai pusat pergantian beberapa jenis moda transportasi yang berbeda. Berdasarkan studi dibutuhkan 3 gedung parkir untuk melayani parkir kendaraan seluruh kampus. Studi ini difokuskan pada pembahasan salah satu gedungnya. Konsep green facade dijadikan dasar perancangan gedung parkir yang diterjemahkan pada keempat sisi permukaan bangunan berdasarkan perletakan, pemilihan jenis vegetasi, skala bangunan, arah angin, pencahayaan, dan bentuk rancangan.Kata kunci: gedung parkir, transportasi terintegrasi, green facade
PENERAPAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI ARSITEKTUR PORTABEL PADA BANGUNAN PANGGUNG Andrian Al Islam; Tito Haripradianto; Bambang Yatnawijaya Soebandono
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.625 KB)

Abstract

Seiring waktu berjalan, semakin banyak kegiatan yang membutuhkan panggung, entah itu untuk acara pameran, workshop, ataupun acara musik. Ukuran panggung yang sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan tersebut adalah panggung rigging yang proses pendiriannya cukup lama. Untuk mengatasi masalah proses pendirian panggung yang lama, maka dibutuhkan sebuah panggung yang cepat dalam proses pendirian dan pembongkarannya, juga mudah dalam proses pengemasannya agar lebih mudah dan cepat juga proses transportasinya. Salah satu arsitektur portabel yaitu bangunan portabel adalah solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Bangunan portabel menggunakan teknik konstruksi yang canggih, sehingga proses bongkar pasangnya dapat berjalan dengan cepat dan efisien. Bangunan portabel terdiri dari berbagai macam komponen yang berspesifikasi tinggi, ringkas, dan awet, sehingga mudah dalam proses penyimpanannya. Karena bangunan portabel ini terdiri dari berbagai macam komponen, bangunan portabel ini dapat dipindahkan dengan mudah ke tempat lain. Dengan melihat kelebihan-kelebihan tersebut, struktur dan konstruksi bangunan portabel sangat cocok digunakan untuk sebuah panggung. Walaupun bangunan panggung portabel ini hanya bersifat sementara, panggung tetap harus dapat melindungi dan memfasilitasi penggunanya, ramah lingkungan, dan tetap harus mengusung nilai estetis.Kata kunci: panggung, struktur, konstruksi, portabel
Sekolah Fotografi di Kota Malang Dengan Pendekatan Analisa Space Syntax Bayu Setyanugraha Rushadi; Tito Haripradianto; Herry Santosa
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rencana Pengembangan Fotografi Nasional 2015-2019 merupakan rencana untuk mengembangkan aspek sumber daya manusia dalam bidang fotografi dengan cara menciptakan lembaga pendidikan fotografi. Kota Malang telah memiliki lembaga pendidikan fotografi, namun jumlahnya tidak sebanding dengan banyaknya kegiatan dari komunitas fotografi. Maka dari itu, kota Malang memerlukan tambahan lembaga pendidikan fotografi, serta menjadi pusat kegiatan fotografi dalam bentuk sekolah fotografi. Permasalahan yang akan dihadapi dalam perancangan sekolah fotografi ini adalah permasalahan kejelasan ruang, karena pada umumnya bangunan dengan fungsi pendidikan memiliki fasilitas dan ruang yang kompleks. Kompleksnya fasilitas dan ruang tersebut, menyebabkan pengguna ruang kesulitan dalam menemukan ruang utama. Oleh karena itu, space syntax dirasa sesuai untuk fokus dan pemecah permasalahan umum bangunan dengan fungsi pendidikan, karena kejelasan ruang dapat diukur dengan menggunakan space syntax. Metode yang digunakan dalam perancangan sekolah fotografi ini adalah metode pragmatis dan metode simulasi. Metode pragmatis digunakan untuk menentukan bentuk ruang, sedangkan metode simulasi digunakan untuk mengukur tingkat kejelasan ruang.Kata kunci: sekolah fotografi, kejelasan ruang, space syntax
Penerapan Prinsip Ruang Kolektif Pada Pusat Komunitas Musik (Studi Pada Galeri Malang Bernyanyi) Dionisius Dino Briananto; Tito Haripradianto; Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1376.474 KB)

Abstract

Ruang arsitektur nusantara dimengerti sebagai ruang berkehidupan bersama, yang menunjukkan bahwa ruang berkembangnya adalah arsitektur bagi fitrah manusia. Kolektif; yang merupakan hakikat fitrah berbeda dengan eksklusifitas, sehingga muncul persoalan krisis ruang publik, karena nyatanya hegemoni kota secara spasio-visual didominasi individu terkuat saja secara privat. Terlebih di era open society, tekanan simplifikasi paham global dan ciri-ciri individualisme generasi millenial Kota Malang yang jumlahnya dominan, kurang memberi ruang bagi keragaman dalam kebersamaan masyarakat. Potensi komunitas kesenian kolektif spesifik malah tidak sebanding dengan ketidak-tersediaan ruang berkesenian. Penyebabnya antara lain karena faktor eksternal: ruang berkesenian kurang representatif bagi pelakunya. Menggunakan metode penelusuran 'buku garing' dan 'buku teles', penelitian difokuskan pada Galeri Malang Bernyanyi (GMB) yang memiliki potensi kolektif namun tidak ditunjang dengan ruang berkegiatan representatif sesuai karakternya. Hasil integrasi pemetaan lapangan dan penelusuran kajian teoritik paradigma kontekstual Weak Architecture sebagai solusi krisis arsitektur di ruang publik, kemudian menjadi landasan metode perancangan sebelum proses desain. Hasil perancangan GMB menitik-beratkan pendekatan perilaku untuk mendapat parameter dasar karakter penggunaan ruang yang melalui pemetaan perilaku terhadap setting, atribut dan teritorialitas ruang. Dan variabel penerapan ruang kolektif untuk mendorong hadirnya interaksi, fleksibilitas, dan konektivitas. Yang ketiganya dibagi menjadi 3 tahap sesuai konsep Weak Architecture dalam pustaka Primitive Future.Kata kunci: ruang kolektif, weak architecture, pusat komunitas musik, perilaku