Ayatullah Humaeni
Dosen Antropologi dan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

RITUAL, KEPERCAYAAN LOKAL DAN IDENTITAS BUDAYA MASYARAKAT CIOMAS BANTEN Humaeni, Ayatullah
El-HARAKAH (TERAKREDITASI) Vol 17, No 2 (2015): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.165 KB) | DOI: 10.18860/el.v17i2.3343

Abstract

This article discusses the local beliefs, the characteristics and cultural identity as well as the socio-religious rituals of Ciomas society. It is a field research using ethnographical method based on anthropological perspective. To analyze the data, the researcher uses structural-functional approach. The finding shows the champion character of jawara is frequently identified with negative labels by several authors such as Willams and Kartodirdjo. The fame of Golok Ciomas that has historical and cultural values for Bantenese society in general is also often referred to champion figures who are rude, valiant, and act like a criminal. As a matter of fact, for majority of Bantenese society, such distinctive characteristics have more positive meanings that were inherited by their ancestors and they still possess religious values maintained up to the present. Artikel ini mengkaji sistem kepercayaan lokal, karakteristik dan identitas kultural masyarakat, serta ritual sosial keagamaan masyarakat Ciomas. Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan metode ethnografi dengan menggunakan pendekatan antropologis. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan pendekatan fungsional-struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa “karakter jawara” seringkali oleh beberapa penulis seperti Williams dan Kartodirdjo digambarkan dengan label-label negatif. Popularitas Golok Ciomas yang memiliki nilai historis dan kultural bagi masyarakat Banten secara umum juga seringkali disandingkan dengan sosok jawara yang terkenal dengan sikapnya yang keras, berani, dan suka berbuat kriminal. Padahal, bagi sebagian besar masyarakat Ciomas sendiri karakteristik-karakteristik khas tersebut sebenarnya memiliki makna yang lebih positif yang diwariskan oleh nenek moyang dan masih memiliki nilai-nilai religius yang masih dipertahankan hingga saat ini.
ETHNIC DIVERSITY OF BANTENESE SOCIETY Humaeni, Ayatullah
ALQALAM Vol 27 No 3 (2010): September - December 2010
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alqalam.v27i3.1098

Abstract

Ethnic Diversity of Bantenese Society
Ritual, Kepercayaan Lokal dan Identitas Budaya Masyarakat Ciomas Banten Humaeni, Ayatullah
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 17, No 2 (2015): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/el.v17i2.3343

Abstract

This article discusses the local beliefs, the characteristics and cultural identity as well as the socio-religious rituals of Ciomas society. It is a field research using ethnographical method based on anthropological perspective. To analyze the data, the researcher uses structural-functional approach. The finding shows the champion character of jawara is frequently identified with negative labels by several authors such as Willams and Kartodirdjo. The fame of Golok Ciomas that has historical and cultural values for Bantenese society in general is also often referred to champion figures who are rude, valiant, and act like a criminal. As a matter of fact, for majority of Bantenese society, such distinctive characteristics have more positive meanings that were inherited by their ancestors and they still possess religious values maintained up to the present. Artikel ini mengkaji sistem kepercayaan lokal, karakteristik dan identitas kultural masyarakat, serta ritual sosial keagamaan masyarakat Ciomas. Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan metode ethnografi dengan menggunakan pendekatan antropologis. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan pendekatan fungsional-struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa “karakter jawara” seringkali oleh beberapa penulis seperti Williams dan Kartodirdjo digambarkan dengan label-label negatif. Popularitas Golok Ciomas yang memiliki nilai historis dan kultural bagi masyarakat Banten secara umum juga seringkali disandingkan dengan sosok jawara yang terkenal dengan sikapnya yang keras, berani, dan suka berbuat kriminal. Padahal, bagi sebagian besar masyarakat Ciomas sendiri karakteristik-karakteristik khas tersebut sebenarnya memiliki makna yang lebih positif yang diwariskan oleh nenek moyang dan masih memiliki nilai-nilai religius yang masih dipertahankan hingga saat ini.
Konseling Kelompok Dalam Menghadapi Stress Akademik Dan Tekanan Orang Tua Pada Mahasiswa: Indonesia Nisa Lutvia Nurjanah; Humaeni, Ayatullah; Kosasih, Iwan; Iskandar, Isak
JKP (Jurnal Konseling Pendidikan) Vol 9 No 1 (2025): JKP (Jurnal Konseling Pendidikan)
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/jkp.v9i1.28706

Abstract

Stres akademik dan tekanan dari orang tua merupakan tantangan yang sering dihadapi oleh mahasiswa, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kinerja akademik mereka. Berbagai macam tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa baik terkait akademik maupun non akademik. Salah satu tantangan yang berat ketika mahasiswa sudah berada pada tingkat akhir. Mahasiswa dituntut untuk bisa mengerjakan tugas akhir atau skripsi dan juga Praktek Profesi Lapangan (PPL). Ketidakmampuan pemenuhan tuntutan akademik ini pada akhirnya memicu reaksi fisik, perilaku, pikiran, dan emosi negatif. Maka dari itu, sebelum semakin jauh, penelitian ini dilakukan pada mahasiswa semester bawah. Apabila tidak diatasi dengan baik, maka dapat berujung kepada distres dan memperburuk kondisi akademik mahasiswa. Artikel ini mengeksplorasi peran konseling kelompok sebagai metode intervensi yang efektif dalam membantu mahasiswa mengatasi stres akademik dan tekanan dari orang tua. Melalui konseling kelompok, mahasiswa dapat berbagi pengalaman, mendapatkan dukungan emosional, serta mengembangkan strategi coping yang lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa konseling kelompok tidak hanya meningkatkan kesejahteraan psikologis tetapi juga memperkuat hubungan sosial di antara peserta. Dengan pendekatan yang melibatkan diskusi, latihan keterampilan, dan dukungan sosial, konseling kelompok dapat membantu mahasiswa mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kemampuan mereka dalammenghadapi tuntutan akademik. Artikel ini juga memberikan rekomendasi untuk pengembangan program konseling kelompok di institusi pendidikan sebagai upaya untuk mendukung kesehatan mental mahasiswa. Hasil penelitian yang sudah dilakukan, bahwasanya Stres akademik bisa terjadi dikarenakan tuntutan dan tekanan dari orang tua yang semakin meningkat, apalagi jika tidak terdapat kesesuaian antara tuntutan atau tekanan orang tua dengan perolehan anaknya. Akibat tekanan dari orangtua yang meningkat akan dapat mengakibatkan siswa mengalami stres akademik.
Menjaga Tradisi: Transformasi dan Keberlanjutan Rumah Tradisional di Era Kontemporer Mustaqim, Ajril; Humaeni, Ayatullah
Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia Vol. 3 No. 1 (2025): Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya Indonesia
Publisher : CV. Kurnia Grup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61476/cvnwrf44

Abstract

Traditional houses represent a cultural identity rich in local values and ecological wisdom. However, in the midst of modernisation, its existence faces various challenges, such as the pressure of urbanisation, changes in lifestyle, and the lack of understanding of the younger generation. This research aims to explore the physical transformation and function of traditional houses and their sustainability factors in the contemporary era. Using a qualitative method with a descriptive approach, the research was conducted through observation, interviews, and literature study. The results show that traditional houses retain their architectural authenticity despite experiencing adaptations to modern needs, such as the addition of new facilities. The most significant sustainability factors include the role of local communities, government policy support, and adaptation of relevant technology. Traditional houses are also important symbols in maintaining the community's collective memory and centres of social activity. To ensure their preservation, synergy between the community, government and academia is needed to create sustainable policies. By integrating traditional elements into modern designs, traditional houses can remain relevant without losing their cultural value.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT DI PROVINSI BANTEN: STUDI KASUS MASYARAKAT ADAT BADUY DAN CITOREK Muhlisin, Muhlisin; Ulumi, Helmy Faizi Bahrul; Humaeni, Ayatullah
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah Vol 1 No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56945/jkpd.v1i1.4

Abstract

Perlindungan terhadap masyarakat adat terpencil dewasa ini masih sekadar menganggap masyarakat adat terpencil sebagai suku terasing yang merupakan aset budaya yang harus dilindungi tanpa melihat adanya penghormatan terhadap hak-haknya. Kabupaten Lebak sudah memilikidua peraturan daerah yang berkaitan dengan perlindungan masyarakat adat Baduy dan Kasepuhan Banten Kidul. Namun demikian, belum ada payung hukum di tingkat Provinsi Banten baik berupa Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Gubernur (Pergub) yang mengatur tentangMasyarakat Hukum Adat. Selain itu pula belum ada pedoman pelaksanaan untuk kedua payung hukum tersebut, sehingga payung hukum yang ada belum mangokomodir keseluruhan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat adat yang kompleks. Untuk mengetahui kebijakan Daerah mengenai perlindungan masyarakat adat dilakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui studi kepustakaan dan wawancara. Pengambilan data lapangan dilakukan pada 15 Mei – 15 Juli 2016 di Desa Kanekes dan Kasepuhan Citorek dengan mewawancari 13 informan kunci. Hasil studi menunjukkan bahwa secara umum, perhatian pemerintah Kabupaten Lebak terkait masyarakat adat/kasepuhan sudah dilakukan dengan mengeluarkan dua Perda dan Peraturan Desa Kanekes. Namun, Perda terkait masyarakat Baduy baru mengakomodir masalah hak ulayat, belum pada hal-hal lain yang sebenarnya sangat krusial dan perlu segera diatasi. Masyarkat Baduy dan Masyarakat Kasepuhan Citorek secara umum menilai bahwa dua Perda tersebut sudah membantu mengatasi permasalahan yang ada, walaupun dalam tataran teknis masih ditemui beberapa permasalahan. Masyarakat adat/kasepuhan berharap ada Perda lain yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang muncul terkait masyarakat adat. Selain itu juga pemerintah perlu proaktif mengawal iplementasi Perda tersebut.
Barriers to the Implementation of Learning Organization in Private Universities Hendrawati, Titi; Firdiansyah, Firdiansyah; Humaeni, Ayatullah
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 12 No. 04 (2023): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v12i04.5312

Abstract

Implementing the concept of learning organization in private universities is a big problem. This article highlights potential barriers to transforming private colleges into responsive, innovative, and learning-oriented organizations. These barriers include a strict corporate culture, insufficient resources, lack of leadership support, vague goals, and difficulty managing change. However, the article also provides ways to overcome these challenges, such as developing a learning culture, wise resource allocation, dedicated leadership, explicit goal setting, and effective change management. By implementing these solutions, private universities can become dynamic and relevant educational institutions, ready to meet the changing demands of the education sector. This article demonstrates the important function of a learning organization in improving the quality of higher education and preparing students for a competitive future. The purpose of this study is to examine the barriers to the implementation of learning organization and describe the solutions to these barriers. Descriptive qualitative and case study methodology through data collection through interviews, observations, and document analysis to find out more about the implementation of a learning organization and its impact on the performance of private universities.The findings of this study are intended to show the importance of developing a learning organization in a higher education environment as well as dealing with barriers to implementation. 
The Local Tradition of Magical Practices in Banten Society Humaeni, Ayatullah
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 14, No 1 (2012): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/el.v0i0.2195

Abstract

This article aims to discuss the cultural phenomenon of magical practices in the Muslim society of Banten which still exists up to the present. It is a part of my MA thesis research that has been combined with my recent field research using ethnography method based on the anthropological approach. Magical practices becomes cultural identity for Bantenese society.  Several sources on Banten mention that Banten as a central spot for magical sciences, besides it is also well- known as a religious area. The magical practices are still regarded important for Bantenese people, especially who live in the villages to solve their practical problems in their social life. Magic is a socio-religious phenomenon which has long, well-established roots in Banten society. It  is  traceable from many literatures that describes the uniqueness of Bantenese’s culture. Besides other magical practices debus is the most noticeable appearance of the magical tradition in Banten since the sultanate period until nowadays. The existence of debus Banten and other kinds of magical practices in Banten has strengthened the reputation of Banten as if ‘a haven of magical sciences’. Tulisan ini mencoba mendiskusikan tentang fenomena kultural mengenai praktek magis pada masyarakat Muslim Banten yang masih ada hingga saat ini. Artikel ini merupakan bagian dari tesis Master saya yang sudah dikombinasikan dengan penelitian lapangan baru-baru ini dengan menggunakan metode etnografi berdasarkan pendekatan antropologis. Praktek magis sudah menjadi identitas kultural bagi masyarakat Banten. Beberapa sumber menyebut Banten sebagai pusat ilmu-ilmu gaib, di samping dikenal sebagai daerah yang religius. Praktek magis masih dianggap penting bagi masyarakat Banten, khususnya yang tinggal di pedesaan untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sosial mereka. Magis adalah sebuah fenomena sosio-kultural yang memiliki akar yang cukup lama dan sudah berakar kuat dalam masyarakat Banten. Hal ini bisa dilacak dari banyak literatur yang menjelaskan keunikan dari budaya Banten. Debus adalah bukti paling kongkrit dari tradisi magis di Banten sejak periode kesultanan hingga saat ini, disamping beragam praktek magis yang lainnya. keberadaan debus Banten dan berbagai jenis praktek magis yang lainnya di Banten telah memperkuat reputasi Banten sebagai ‘tempat bersemayamnya ilmu-ilmu magis’.
Kepercayaan kepada Kekuatan Gaib dalam Mantra Masyarakat Muslim Banten Humaeni, Ayatullah
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 16, No 1 (2014): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/el.v16i1.2769

Abstract

This article discusses various forms, functions, and meanings of mantra (magical formula) of Bantenese. How Bantenese understands mantra, what kinds of mantra used, and how Bantenese make use of various kinds of mantra in their life become three main focuses. It is the result of a field research using ethnographic method with the descriptive qualitative design based on anthropological perspective. To analyze the data, structural-functional approach is employed. Library research, participant-observation, and in depth interview are used to collect the data. The mantra tradition in Banten is a part of verbal folklore. Mantra is a tribal sacred prayer containing supernatural powers. The Bantenese mantra is a cultural product of the syncretic elements between local belief and religious traditions. For Bantenese, mantra is one of  oral tradition treasures integrated to other cultural treasures. Its existence is still needed by Bantenese up to the present. In certain cases, the tradition of Bantenese mantra is an alternative of the traditional social institution when the formal institution is no longer able to accommodate their interests and practical needs. The use mantra for various purposes becomes a portrait of the pragmatical life style of Bantenese who still believe in magical powers. Artikel ini mengkaji berbagai bentuk, fungsi dan makna mantra pada masyarakat Banten. Bagaimana masyarakat Banten memaknai mantra, jenis mantra apa saja yang digunakan oleh masyarakat Banten, dan bagaimana masyarakat Banten memanfaatkan mantra dalam kehidupan mereka menjadi tiga fokus utama dalam artikel ini. Tulisan ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan metode ethnografi yang bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan antropologis. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan pendekatan fungsional-struktural. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kajian pustaka, observasi, dan wawancara mendalam. Tradisi mantra di Banten merupakan bagian dari tradisi lisan. Mantra merupakan do’a sakral kesukuan yang mengandung kekuatan gaib. Mantra Banten ini merupakan produk budaya yang bersifat sinkretik antara kepercayaan lokal dan tradisi agama. Bagi orang Banten, mantra merupakan salah satu khazanah tradisi lisan yang integral dengan khazanah budaya lainnya. Eksistensinya masih dibutuhkan oleh masyarakat Banten sampai saat ini. Dalam batas tertentu, tradisi mantra Banten merupakan alternatif pranata sosial tradisional ketika pranata formal tidak mampu lagi mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan praktis mereka. Pemanfaatan mantra untuk beragam tujuan ini menjadi potret pola kehidupan pragmatis masyarakat Banten yang masih mempercayai kekuatan magis.