Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Senduduk (Melastoma malabathricum (Linn.)) terhadap Jamur Candida albicans Penyebab Sariawan (Stomatitis Aphtosa Rekuren) Aqila Dliya Zhafira; Indra Topik Maulana; Livia Syafnir
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.002 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3357

Abstract

Abstract. Stomatitis or thrush is an inflammation of the soft tissues in the oral cavity. Stomatitis or thrush is caused by the fungus Candida albicans. Antifungal drugs for this disease have actually been created but there are still side effects so that alternative treatments from natural ingredients are needed. The sensaat plant (Melastoma malabathricum (Linn.)) is one of the plants that can be used to treat canker sores caused by the fungus Candida albicans. This study aims to determine the antifungal activity of the extract of sensaat leaf as well as to determine the minimum inhibitory concentration, to determine the class of chemical compounds contained in the leaf of sensaat, to determine the standardization of data which includes specific and non-specific parameters. The research method used is an experimental method with the concentration of senresidenan leaf extract used of 1%, 5%, 10%, 15%, 20%, 30%, 40%, 50% and repeated 3 times and then statistical analysis using one way anova. The results showed that the ethanol extract of the leaves of sensaat did not show any antifungal activity, while the positive control of ketoconazole showed an inhibitory diameter of 31.4 mm. Abstrak. Stomatitis atau sariawan adalah peradangan jaringan lunak yang berada dalam rongga mulut. Stomatitis atau sariawan ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Obat antijamur untuk penyakit ini sebenarnya telah diciptakan namun masih terdapat efek samping sehingga diperlukan alternatif pengobatan yang berasal dari bahan alam. Tanaman senduduk (Melastoma malabathricum (Linn.)) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi sariawan yang disebabkan jamur Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti jamur dari ekstrak daun senduduk serta konsentrasi hambat minimum, mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam daun senduduk, mengetahui data standardisasi yang meliputi parameter spesifik dan non spesifik. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental dengan konsentrasi ekstrak daun senduduk yang digunakan sebesar 1%, 5%, 10%, 15%, 20%, 30%, 40%, 50% dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali lalu dilakukan analisis statistik menggunakan oneway anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun senduduk tidak menunjukkan adanya aktivitas antijamur sedangkan pada kontrol positif ketokonazol menunjukkan diameter hambat sebesar 31,4 mm.
Studi Aktivitas Farmakologi Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe) terhadap Beberapa Penyakit Kronis Atrie Cahya Ramdhani; Indra Topik Maulana; Kiki Mulkiya Yuliawati
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.506 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3465

Abstract

Abstract. White turmeric (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe) belongs to the genus Curcuma which has long been used as a medicinal plant. White turmeric is a plant that contains secondary metabolites and pharmacological activities such as anticancer, antioxidant, antibacterial, antihyperglycemic, and anti-inflammatory. The purpose of this study is to find out what chronic diseases can be overcome by the white turmeric rhizome and to determine the mechanism of action from a molecular point of view. The research method used is the Systematic Literature Review with literature searches related to chronic diseases that can be overcome by the white turmeric rhizome. The data obtained are then displayed in the form of tables and descriptions. The results showed that the white turmeric rhizome can be used in chronic diseases such as cancer, diabetes mellitus, and atherosclerosis. Based on the results from the literature, it was found that the average anticancer activity is known to has a mechanism of inducing apoptosis in cancer cells by activating caspase 3, caspase 8, and caspase 9. In diabetes mellitus, it has antihyperglycemic activity by repairing pancreatic beta cells and increasing pancreatic beta cells to secrete insulin. Then based on literature searches atherosclerosis provides antiatherogenic effects and can inhibit cathepsin activity in atherogenic aortic plaques. Abstrak. Temu putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe) termasuk ke dalam genus Curcuma yang sudah lama digunakan sebagai tanaman obat. Temu putih merupakan tanaman yang memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder dan aktivitas farmakologi seperti antikanker, antioksidan, antibakteri, antihiperglikemia, dan antiinflamasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyakit kronis apa saja yang dapat diatasi oleh rimpang temu putih dan untuk mengetahui mekanisme aksi yang ditinjau dari molekuler. Metode penelitian yang digunakan yaitu Systematic Literature Review dengan penelusuran pustaka terkait penyakit kronis yang dapat diatasi oleh rimpang temu putih. Data yang diperoleh kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan uraian. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa rimpang temu putih dapat digunakan pada penyakit kronis seperti kanker, diabetes mellitus, dan aterosklerosis. Berdasarkan hasil dari literatur yang didapat bahwa rata-rata pada aktivitas antikanker diketahui memiliki mekanisme menginduksi apotosis pada sel kanker dengan cara mengaktivasi caspase 3, caspase 8, dan caspase 9. Pada diabetes mellitus memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemia dengan memperbaiki sel beta pankreas dan meningkatkan sel beta pankreas untuk mensekresi insulin. Kemudian berdasarkan penelusuran pustaka aterosklerosis memberikan efek antiaterogenik dan dapat menghambat aktivitas cathepsin pada plak aorta aterogenik.
Penelusuran Pustaka Potensi Tanaman Saga (Abrus precatorius .L) sebagai Antimikroba Patogen pada Sistem Pencernaan Muhammad Daffa Adilah; Indra Topik Maulana; Livia Syafnir
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.493 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3480

Abstract

Abstract. Digestive system disease is a disease that has a fairly high prevalence in Indonesia. The most common digestive system pathogens found are Salmonella typhi, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, and Candida albicans. Saga plant (Abrus precatorius L.) is a plant commonly found throughout the world, including in Indonesia. Saga plants can grow in forests, fields, and in the yard of the house. Saga plants are reported to contain secondary metabolites that had antimicrobial effects. Antimicrobials are substances that can inhibit / kill microbes. Secondary metabolites that are thought to provide antimicrobial activity in saga plants are tannins, phenolics, saponins, alkaloids, flavonoids, terpenoids, and steroids. Based on the content of secondary metabolites in the saga plant, a literature search was carried out for the minimum inhibitory concentration of the saga plant part against digestive system pathogenic microbes. Based on literature searches, several studies have shown that the roots, leaves, and seeds are able to inhibit the growth of digestive system pathogenic microbes. Abstrak. Penyakit saluran cerna merupakan penyakit yang memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia. Mikroba patogen penyebab sistem pencernaan yang umum ditemukan adalah Salmonella typhi, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, dan Candida albicans. Tanaman saga (Abrus precatorius L.) merupakan tanaman yang umum ditemukan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Tanaman saga mampu tumbuh di hutan, ladang, dan di pekarangan rumah. Tanaman saga dilansir memiliki kandungan metabolit sekunder yang mampu berfungsi sebagai antimikroba. Antimikroba merupakan zat yang mampu menghambat/membunuh mikroba. Metabolit sekunder yang diduga memberikan aktivitas antimikroba pada tanaman saga adalah golongan tanin, fenolik, saponin, alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan steroid. Berdasarkan kandungan metabolit sekunder pada tanaman saga, dilakukan penelusuran pustaka konsentrasi hambat minimum dari bagian tanaman saga terhadap mikroba patogen saluran cerna. Berdasarkan penelusuran pustaka, beberapa penelitian menunjukkan bagian akar, daun, dan biji mampu menghambat pertumbuhan mikroba patogen saluran cerna.
Penelusuran Pustaka Pengaruh Kombinasi Minyak Atsiri Herba Marga Thymus dengan Antibiotik terhadap Aktivitas Antibakteri Ainun Navisah; Yani Lukmayani; Indra Topik Maulana
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.625 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3576

Abstract

Abstract. Infection is a disease caused by pathogenic microbes and without clinical symptoms. Infection can lead to complications if not treated immediately. Infectious diseases can be treated with antibiotics. About 40-62% of antibiotics are used in an inappropriate way, namely for diseases that do not actually require the use of antibiotics. The use of antibiotics in Indonesia is quite high and inappropriate can cause resistance. The combination of antibiotics with herbal plants can overcome bacterial resistance and can kill bacteria that are already resistant to antibiotics. A plant when combined with antibiotics can provide a synergistic effect. The purpose of this study was to determine the effectiveness combination of thymus herbaceous essential oil with antibiotics against antibacterial. The data used is the result of a search through the official website in the form of National and International journals totaling 8 journals. The results of this study indicate that the thymus genus has very high antibacterial properties so that it can increase the working effect of antibiotics, this can be observed in the results of the MIC values obtained. The smaller the MIC value, the better the antibacterial activity, thus providing a synergistic effect. Abstrak. Infeksi adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri patogen dan tanpa ditimbulkan oleh gejala klinik. Infeksi dapat menyebabkan komplikasi jika tidak segera ditangani. Penyakit infeksi dapat ditangani dengan menggunakan obat antibiotik. Kebanyakan 40% hingga 62% antibiotik digunakan dengan cara yang tidak tepat salah satunya yaitu pada penyakit yang tidak memerlukan penggunaan antibiotik. Antibiotik di Indonesia penggunaannya cukup tinggi dan kurang tepat dapat menyebabkan resistensi. Kombinasi antibiotik dengan tanaman herbal dapat mengatasi resistensi bakteri dan dapat membunuh bakteri yang kebal terhadap antibiotik. Suatu tanaman jika dikombinasikan dengan antibiotik maka dapat memberikan efek sinergis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keefektifan kombinasi minyak atsiri herba marga thymus dengan antibiotik terhadap antibakteri. Data yang digunakan adalah data hasil dari pencarian melalui website resmi berupa jurnal Nasional dan Internasional berjumlah 8 jurnal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa herba marga thymus memiliki sifat antibakteri yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan efek kerja pada antibiotik, hal ini dapat diamati pada hasil nilai MIC yang didapatkan. Semakin kecil nilai MIC maka semakin baik aktivitas antibakterinya, sehingga memberikan efek sinergis.
Penelusuran Pustaka Senyawa Aktif dan Mekanisme Aksi Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Mikroorganisme Penyebab Gangguan Kesehatan Gigi dan Mulut Rosa Afriliani; Indra Topik Maulana; Reza Abdul Kodir
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.815 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4160

Abstract

Abstrak. Daun sirih (Piper betle L.) banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional dikalangan masyarakat, salah satunya untuk pengobatan gangguan kesehatan gigi dan mulut. Air rebusannya bisa menghilangkan bau mulut dan untuk kumur-kumur. Penelusuran pustaka ini bertujuan untuk mengetahui senyawa aktif dan mekanisme aksi daun sirih sebagai antimikroba terhadap mikroorganisme penyebab gangguan kesehatan gigi dan mulut. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Systematic Literature review (SLR) dengan menggunakan metode diagram prisma. Hasilnya diketahui bahwa senyawa aktif Allypyrocatechol dan Hydroxychavicol berperan sebagai antimikroba, mekanisme aktivitas antimikroba ekstrak daun sirih sangat beragam yaitu terhadap E. coli dengan mengikat dan membelah DNA sehingga bakteri terbunuh, terhadap S. gordonii dengan menghancurkan dinding sel bakteri, terhadap S. intermedius dan S. mutans dengan mengganggu dan merusak membran sel serta menghambat pembentukan biofilm, terhadap S. sanguinis dengan memblokir aktivitas enzim MurA dan terhadap C. albicans dengan merusak DNA jamur. Mekanisme antimikroba yang paling dominan adalah penghambatan dinding sel oleh Allypyrocatechol. Aktivitas antimikroba yang paling kuat yaitu terhadap bakteri Streptococcus sanguinis dengan MIC sebesar 39,1 µg/mL. Abstract. Betle leaf (Piper betle L.) widely used as traditional medicine among the community, one of which is for the treatment of dental and oral health disorders. The boiledwater can eliminate bad breath and for gargles. Library search aims to determine the active compounds and mechanisms of action of betle leaves as antimicrobials against microorganisms that cause dental and oral health disorders. The type of research carried out is Systematic Literature review (SLR) using the prism diagram method. The results are known that the active compounds Allypyrocatechol and Hydroxychavicol act as antimicrobials, the mechanism of antimicrobial activity of betle leaf extract is very diverse, namely against E. coli by binding and splitting DNA so that bacteria are killed, against S. gordonii by destroying the cell walls of bacteria, against S. intermedius and S. mutans by disrupting and damaging cell membranes and inhibiting the formation of biofilms, against S. sanguinis by blocking the activity of the enzyme MurA and against C. albicans by damaging the DNA of fungi. The most dominant antimicrobial mechanism is the inhibition of the cell wall by Allypyrocatechol. The strongest antimicrobial activity is against the bacterium Streptococcus sanguinis with a MIC of 39.1 μg / mL.
Studi Literatur Tanaman yang Memiliki Potensi terhadap Penyembuhan Luka Akut Khaerunnisa; Indra Topik Maulana; Esti Rachmawati Sadiyah
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.027 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4173

Abstract

Abstract. Wound is a condition characterized by damage to body tissue, damage to body tissue can involve connective tissue, muscles, skin, nerves and tearing of blood vessels which will interfere with the body's hemostasis. Wound healing process consists of various complex processes to restore tissue integrity. During this process, blood clots, acute and chronic inflammatory responses, neovascularization, cell proliferation and apoptosis occur. This literature study aims to examine the potential of various types of plants that can accelerate wound healing and examine the mechanism of action of secondary metabolites in plants that play a role in the wound healing process from several articles. Leaves of red andong (Cordyline fruticosa) (L) A.Chev; Ixora coccinea root; papaya stem (Carica papaya); Ficus deltoidea leaves; neem leaves (Azadirachta indica A. Juss); javan bark (Lannea coromandelica); and betadine leaf (Jatropha muitifida linn) has a class of compounds that play a role in the wound healing process, namely alkaloids, flavonoids, saponins and tannins which have antiseptic, astringent, anti-inflammatory, antioxidant and antibacterial potential. Abstrak. Luka merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya kerusakan pada jaringan tubuh, kerusakan jaringan tubuh dapat melibatkan jaringan ikat, otot, kulit syaraf dan robeknya pembuluh darah yang akan mengganggu hemeostatis tubuh. Proses penyembuhan luka terdiri dari berbagai proses yang kompleks untuk mengembalikan integritas jaringan. Selama proses ini terjadi pembekuan darah, respon inflamasi akut dan kronis, neovaskularisasi, proliferasi sel hingga apoptosis. Studi literatur ini bertujuan untuk mengkaji potensi berbagai jenis tanaman yang dapat mempercepat penyembuhan luka serta mengkaji mekanisme kerja senyawa metabolit sekunder dalam tanaman yang berperan dalam proses penyembuhan luka dari beberapa artikel. Daun andong merah (Cordyline fruticosa) (L) A.Chev; akar Ixora coccinea; batang pepaya (Carica papaya); daun Ficus deltoidea; daun mimba (Azadirachta indica A. Juss); kulit kayu jawa (Lannea coromandelica); dan daun betadine (Jatropha muitifida linn) memiliki golongan senyawa yang berperan pada proses penyembuhan luka yaitu alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin yang memiliki potensi antiseptik, astringen, antiinflamasi, antioksidan dan antibakteri).
Penelusuran Pustaka Potensi Akitivitas Faramakologi dari Rambut Jagung (Corn Silk) Devinur Rahmawati; Indra Topik Maulana; Yani Lukmayani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4186

Abstract

Abstract. Corn silk is a waste from corn plants. This part of the plant is widely used empirically for medication. This study aims to determine the pharmacological activity of corn silk extract. The research method used is a systematic literature review with literature searches on pharmacological activities that have been carried out in the laboratory. The results of a literature search show that it has pharmacological activities such as gout, hypertension, diabetic, and photoaging. Polysaccharides in corn silk can inhibit xanthine oxidase. Flavonoids in corn silk can reduce uric acid production by inhibiting xanthine oxidase activity, stimulating insulin activation so that it can reduce blood sugar levels and inhibit Angiotensin Converting Enzym (ACE) activity. Phyto Peptides in corn silk can lower systolic blood pressure by inhibiting Angiotensin Converting Enzym (ACE). Polyphenols in corn silk are able to inhibit the occurrence of oxidation in cells thereby reducing the occurrence of cell damage so that it can slow down the premature aging process which is characterized by a reduction in the formation of wrinkles. Abstrak. Rambut jagung merupakan limbah dari tanaman jagung. Bagian tanaman ini banyak digunakan secara empiris untuk pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas farmakologi ekstrak rambut jagung. Metode penelitian yang digunakan yaitu Systematic literature review dengan penelusuran pustaka terhadap aktivitas farmakologi yang telah dilakukan di laboratorium. Hasil penelusuran pustaka menunjukan memiliki aktivitas farmakologi sebagai asam urat, hipertensi, diabetes, dan photoaging. Polisakarida dalam rambut jagung mampu menghambat xantin oksidase. Flavonoid dalam rambut jagung mampu menurunkan produksi asam urat dengan menghambat aktivitas xantin oksidase, merangrangsang pengaktifan insulin sehingga dapat menurunkan kadar gula darah dan menghambat aktivitas Angiotensin Converting Enzym (ACE). Phytopeptida pada rambut jagung mampu menurunkan tekanan darah sistolik dengan menghambat Angiotensin Converting Enzym (ACE). Polifenol pada rambut jagung mampumenghambat terjadinya oksidasi pada sel sehingga mengurangi terjadinya kerusakan sel sehingga dapat memperlambat proses penuaan dini yang ditandai dengan adanya pengurangan pembentukan kerutan.
Kajian Pustaka Tanaman-tanaman yang Memiliki Potensi sebagai Antiosteoarthritis Sri Nur Azizah; Indra Topik Maulana; Kiki Mulkiya Yuliawati
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.077 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4392

Abstract

Abstract. Osteoarthritis is a degenerative health disorder associated with cartilage or joint damage. Osteoarthritis is characterized by inflammation of the joints of the neck, hands, waist, back, especially the knee joints. The causes of osteoarthritis can be influenced by various things including thickening of the bone capsule and loss of cartilage. This study aims to identify and collect data on various plants that have anti-osteoarthritis potential from active ingredients that can be widely developed for osteoarthritis. Literature review conducted in a structured and systematic manner on a number of national and international articles obtained from databases research journal. The results of this study indicate that plants that have potential as anti-osteoarthritis, such as pomegranate peel, jinmu-tang extract, turmeric rhizome, malacca fruit, chervil leaves, and ginger rhizome are characterized by the IC50. The IC50 is a concentration of the sample that can cause inhibition of various activities by 50%. Samples that have potential as antiosteoarthritis have a low IC50 value and are carried out using several methods, namely in vivo and in vitro methods. It can be concluded that plants that have potential as anti-osteoarthritis are able to inhibit the type-II collagenase enzyme, which is by using appropriate methods and active ingredients from plants. Abstrak. Osteoarthritis adalah gangguan kesehatan degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan tulang rawan atau sendi. Osteoarthritis ditandai dengan adanya peradangan pada sendi sendi leher, tangan, pinggang, punggung, terutama pada sendi lutut. Penyebab terjadinya osteoarthritis dapat dipengaruhi berbagai macam diantaranya penebalan kapsul tulang dan hilangnya tulang rawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengumpulkan data berbagai tanaman yang memiliki potensi antiosteoarthritis dari bahan aktif yang dapat dikembangkan secara luas untuk penyakit osteoarthritis. Kajian Pustaka yang dilakukan secara terstrutur dan sistematis terhadap sejumlah artikel nasional dan internasional yang didapatkan dari database jurnal penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tanaman-tanaman yang memiliki potensi sebagai antiosteoarthritis, seperti kulit buah delima, ekstrak jinmu-tang, rimpang kunyit, buah malaka, daun chervil, dan rimpang jahe yang ditandai dari parameter hasil IC50. IC50 merupakan suatu konsentrasi dari sampel yang dapat menyebabkan penghambatan berbagai aktivitas sebesar 50%. Sampel yang memiliki potensi sebagai antiosteoarthritis memiliki nilai IC50 rendah dan dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode in vivo dan metode in vitro. Dapat disimpulkan bahwa tanaman-tanaman yang memiliki potensi sebagai antiosteoarthritis mampu menghambat enzim kolagenase tipe-II, dimana dengan menggunakan metode dan bahan aktif dari tanaman yang sesuai.
Penelusuran Pustaka Potensi Genus Camellia sebagai Antikanker Salma Azizah; Kiki Mulkiya Yuliawati; Indra Topik Maulana
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.768 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4473

Abstract

Abstract. Cancer is the third most common cause of death in Indonesia after heart disease and stroke. One of the causes of cancer is the presence of excess free radicals in the body. Antioxidants are compounds that can counteract free radicals in the body. Antioxidants are plant activities produced by compounds such as phenols, polyphenols, flavonoids, vitamins C and E, catechins and carotenes. It has been studied phytochemically that the genus Camellia contains compounds such as tannins, alkoloids, terpenoids, flavonoids and other phenolics. Antioxidants have been shown to be beneficial in the prevention of cancer cells. Based on the antioxidant chemical content in plants of the Camellia genus, this literature search was carried out with the aim of knowing, collecting information and analyzing whether the Camellia genus has potential as an anticancer. And any type of cancer cells whose growth can be inhibited by the genus Camellia. There are 5 species of plants from the Camellia genus that have antioxidant and anticancer activities. Based on the literature search, several studies have proven that plants of the Camellia genus have antioxidant and anticancer activities with the identified compounds being phenol derivative compounds and genus Camellia can inhibit breast cancer cells MCF-7, MDA-MB-231, and prostate cancer PC3. Abstrak. Kanker merupakan penyakit penyebab kematian ketiga terbanyak di Indonesia setelah jantung dan stroke. Salah satu penyebab kanker yaitu adanya radikal bebas berlebih yang ada ditubuh. Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menangkal radikal bebas didalam tubuh. Antioksidan adalah aktivitas tanaman yang dihasilkan oleh suatu senyawa seperti fenol, polifenol, flavonoid, vitamin C dan E, katekin dan karoten. Telah dipelajari secara fitokimia bahwa genus Camellia mempunyai kandungan senyawa seperti tanin, alkoloid, terpenoid, flavonoid dan fenolat lainnya. Antioksidan sudah terbukti bermanfaat dalam pencegahan sel kanker. Berdasarkan kandungan kimia antioksidan dalam tanaman genus Camelliadilakukan penelusuran pustaka ini bertujuan untuk mengetahui, mengumpulkan informasi dan menganalisis apakah genus Camellia memiliki potensi sebagai antikanker. Dan jenis sel kanker apa saja yang pertumbuhannya dapat dihambat oleh genus Camellia. Terdapat 5 spesies tanaman dari genus Camellia yang memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker. Berdasarkan penelusuran pustaka bahwa beberapa penelitian membuktikan tanaman dari genus Camellia memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker dengan senyawa yang teridentifikasi yaitu senyawa turunan fenol.. dan genus Camellia dapat menghambat sel kanker payudara MCF-7, MDA- MB-231, dan kanker prostat PC3.
Kajian Pustaka Potensi Antibakteri Kombinasi Ekstrak Tanaman Sawo Manila (Manilkara zapota (L.) P. Royen) dengan Antibiotik Sintetik terhadap Bakteri Resisten Dwiratnasari; Vinda Maharani Patricia; Indra Topik Maulana
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.903 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4683

Abstract

Abstract. Infection is a type of disease that mostly affects developing countries, including Indonesia. One of the causes of infectious diseases is bacteria. To reduce the population of bacteria in general use antibiotics. However, irregular use of antibiotics can lead to antibiotic resistance. Manila sapodilla plant (Manilkara zapota (L.) P. Royen) has many health benefits. One of the properties of the sapodilla manila plant is as an antibacterial. This study aims to determine the effect of the combination of synthetic antibiotics with manila sapodilla extract in inhibiting the growth of resistant bacteria. This research was conducted using a literature review study method. Then the data were analyzed related to the potential antibacterial activity of the Brown manila leaves, seeds, and pericarp. The literature study showed that the sapodilla manila plant extract produced a synergistic effect when combined with antibiotics such as tetracycline, erythromycin, ciprofloxacin, chloramphenicol, streptomycin, and kanamycin which was characterized by a decrease in antibiotic MIC when combined. In addition, an antagonistic effect was also produced when combined with the antibiotic ciprofloxacin, which was characterized by an increase in the antibiotic MIC when combined. Abstrak. Infeksi merupakan jenis penyakit yang banyak diderita oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit infeksi dapat disebabkan salah satunya yaitu bakteri. Untuk mengurangi populasi bakteri pada umumnya menggunakan antibiotik. Akan tetapi, jika penggunaan antibiotik secara tidak teratur dapat menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Tanaman sawo manila (Manilkara zapota (L.) P.Royen) memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Salah satu khasiat dari tanaman sawo manila adalah sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kombinasi antibiotika sintetik dengan ekstrak sawo manila dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang resisten. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur review. Kemudian data tersebut dianalisis terkait dengan potensi aktivitas antibakteri dari bagian daun, biji, dan perikarp sawo manila. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa ekstrak tanaman sawo manila diketahui menghasilkan efek sinergis saat dikombinasikan dengan antibiotik seperti tetrasiklin, eritromisin, siprofloksasin, kloramfenikol, streptomisin, dan kanamisin terhadap bakteri Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, dan Pseudomonas aeruginosa yang ditandai dengan adanya penurunan KHM antibiotik saat dikombinasikan. Selain itu, dihasilkan juga efek antagonis terhadap bakteri Staphylococcus aureus saat dikombinasikan dengan antibiotik siprofloksasin yang ditandai dengan adanya kenaikan KHM antibiotik saat dikombinasikan.