Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

PERNYATAAAN KALA ABSOLUT DAN RELATIF DALAM BAHASA INDONESIA I Dewa Putu Wijana
Humaniora No 3 (1991)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2695.638 KB) | DOI: 10.22146/jh.2080

Abstract

Pernyataan kala suatu bahasa sangat menarik untuk diteliti karenadengan menyelidikinya dapatlah diketahui bagaimana bahasa bersangkutan menyatakan konsep waktu yang melatari situasi tuturan yang diungkapkan oleh pembicaranya. Pernyataan kala di dalam bahasa Indonesia telah pernah dibicarakan oleh beberapa ahli. Alisjahbana (1960 : 71) membicarakan pernyataan kala dalam hubungannya dengan pembahasannya mengenai keterangan waktu. Pembicaraannya terbatas pada penjenisan keterangan waktu yang menurutnya dapat dibeda-bedakan menjadi bermacam-macam berdasarkan kemungkinan pengujiannya dengan kala tanya. Dalam hubungan ini didapatkan keterangan waktu yang memberi jawaban atas pertanyaan pabila, bila, bilamana, manakala, dan kalamana; keterangan waktu yang memberi jawaban atas pertanyaan beberapa lama; keterangan waktu yang memberi jawaban atas pertanyaan sejak (dari) apabila atau hingga (sampai); dan keterangan waktu yang menyatakan perulangan peristiwa yang dinyatakan predikat: serta keterangan waktu yang bersifat kata bantu predikat yang biasa ditulis atau diucapkan sebelum predikat.
TINDAK TUTUR MEMINTA OLEH PEMBELAJAR BIPA DARI KOREA: KAJIAN PRAGMATIK BAHASA ANTARA (INTERLANGUAGE PRAGMATICS) Adista Nur Primantari; I Dewa Putu Wijana
Jurnal Penelitian Humaniora Vol 18, No 1: Februari 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/humaniora.v18i1.3638

Abstract

This study is aimed at explaining what causes the differences occurred in Indonesianrequest utterances produced by Korean learners of Indonesian. The data used inthis research were taken directly from the fieldwork. The data were taken throughdirect observation by recording and taking notes from conversations between Koreanpeople living in Yogyakarta whostudies Indonesian language. To collect the data,the researcher distributed questionnaires. After collecting the data, the researcheranalyzed them in the area of pragmatics, compared the data between the Koreanand Indonesian speakers, and discussed the factors causing the differences. Theresearcher reveals that the Korean learning Indonesian produce different requestutterance forms compared to the native speakers. The factors of request utterancedifferences used by Korean learning Indonesian are mainly caused by linguistics andnon-linguistics factors. The linguistics factors are the impact of Korean pragmaticsknowledge transfer and the imperfection of grammatical knowledge meanwhile thenon-linguistics factors are cultural differences, intake of Indonesian learning, andhabit of using informal forms in daily conversation.
PERBANDINGAN BENTUK TINDAK TUTUR MEMINTA OLEH PEMBELAJAR BIPA DARI KOREA DAN PENUTUR ASLI BAHASA INDONESIA: KAJIAN BAHASA ANTARA Adista Nur Primantari; I Dewa Putu Wijana
Kajian Linguistik dan Sastra Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.063 KB) | DOI: 10.23917/kls.v1i2.3629

Abstract

This study is aimed at comparing the form of request utterances in bahasaIndonesia produced by Korean learners of Indonesian with the native speakers.Data in this research were collected through a direct fieldwork by recordingand taking notes on conversations produced by Korean learners of Indonesianin Yogyakarta. After collecting the data, we analyze them through comparisonof the data between the Korean and Indonesian speakers. It turns out thatthe Korean learners of Indonesian produce different request utterance formscompared to the native speakers. The patterns of the request utterances can beseen in three different forms: the structure, the variation, and the strategy of theutterances. The difference between utterances produced by the learners and thenative speakers found in the choice of formal and informal styles, strategy ofrequest, semantic formulas, and personal pronouns.
Variasi Proses Fonemik Kosakata Bahasa Indonesia Ragam Cakapan di Twitter Nurul Azizah; I Dewa Putu Wijana
Sintesis Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v17i1.5690

Abstract

ABSTRAKVariasi kata dasar digunakan sebagai salah satu strategi dalam pembentukan ragam bahasa cakapan. Umumnya kata-kata ini hadir dengan pertimbangan dan konteks tertentu. Contoh kata-kata yang termasuk dalam variasi kata dasar, seperti gila-gile, santai-santuy, sehat-tahes, enak-kane. Beberapa contoh ini menunjukkan adanya pola dalam variasi kata dasar ragam cakapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (i) bagaimana pola variasi berdasarkan proses fonemik dalam kosakata ragam cakapan di Twitter?; (ii) bagaimana komponen peristiwa tutur dalam tweet yang mengandung variasi kata dasar? Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian terdiri dari pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Data penelitian adalah tuturan yang mengandung variasi kata dasar yang ditemukan di media sosial Twitter. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak dan teknik catat yang memanfaatkan fitur search di Twitter. Hasil penelitian menunjukkan variasi kata dasar didominasi dengan persebaran variasi pada bagian akhir kata. Ini menunjukkan bahwa bagian kata yang mudah divariasikan –baik diganti, ditambah, maupun ditanggalkan— adalah akhir kata. Proses fonemik yang terjadi dalam variasi didominasi oleh apokope, paragoge, dan metatesis. Variasi kata dasar mempertimbangkan komponen situasi tutur, yakni SPEAKING dengan komponen setting and scene, ends, key, genre sebagai komponen yang dominan dipertimbangkan.
DISFEMISME DALAM KOLOM KOMENTAR YOUTUBE PADA AKUN “NARASI NEWSROOM 2022” Siti Chaerunisyah; I Dewa Putu Wijana
Basastra: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 11, No 1 (2023): Basastra: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/basastra.v11i1.70194

Abstract

Penelitian ini berusaha mengkaji permasalahan kebahasaan yang terdapat dalam kolom komentar  salah satu media sosial. Penelitian tersebut merupakan deskripsi kualitatif. Data dikumpulkan dari akun pemberitaan ‘Narasi Newsroom’ menggunakan metode simak dengan teknik catat. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan dokumentasi. Namun data tersebut dibatasi hanya seputar perekonomian, politik, kinerja pemerintah, kasus pemerintahan, dan agama. Bentuk lingual dan tipe disfemisme yang ditemukan dalam kolom komentar youtube pada akun Narasi Newsroom, ada tiga macam yaitu berupa kata, frasa, dan klausa. Bentuk lingual disfemisme yang berbentuk kata, yaitu berupa kata dasar, kata turunan, kata reduplikasi, dan kata majemuk. Bentuk lingual disfemisme yang berbentuk frase, yaitu frase nomina, frase ajektiva, dan frase verba. Sedangkan tipe disfemisme yang yang ditemukan adalah istilah tabu yang digunakan untuk memaki, mengejek, dan menyakiti. Berupa serapah yang cabul. Disfemisme sexist, racist,speciesist, classist, ageist, dan kata berakhiran -ist lainnya yang berfungsi sebagai penghinaan. Dan istilah yang menyerukan penghinaan terhadap karakter yang dituju. Kemudian fungsi penggunaan disfemisme adalah berupa (1) mengungkapkan kemarahan atau kejengkelan, (2) mengkritik, (3) menyindir, (4) menuduh atau menyalahkan, (5) mengeluh, (6) menyampaikan informasi, (7) menghina dan mengejek, (8) menunjukkan ketidaksetujuan, dan (9) menunjukkan rasa tidak suka.
ANALISIS WACANA HUMOR DALAM ACARA LAPOR PAK! DI TRANS 7 Waode Surtina Jayana; I Dewa Putu Wijana
Basastra: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 11, No 1 (2023): Basastra: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/basastra.v11i1.70195

Abstract

Wacana humor banyak memuat penyimpangan prinsip kerjasama dalam rangka merealisasikan fungsi komunikatif humor, termasuk pada acara komedi Lapor Pak!. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyimpangan prinsip kerjasama dan fungsi komunikatif  humor  yang digunakan oleh pemandu acara serta bintang tamu untuk menciptakan humor dalam acara Lapor Pak!. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik dari Grice. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode baca markah dan metode padan. Kajian ini berupa tuturan yang berupa wacana dialog dari setiap pembawa acara Lapor Pak! dan bintang tamu yang hadir di setiap episode acara Lapor Pak!. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik simak dan teknik catat. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti maka ditemukan 45 data dari empat penyimpangan prinsip kerja sama Grice yang digunakan oleh pemandu acara Lapor Pak! meliputi penyimpangan maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim pelaksana, sedangkan fungsi komunikatif humor ditemukan 4 fungsi komunikatif berupa, humor sebagai sarana untuk menyindir pemerintah, humor sebagai sarana untuk mengejek, humor sebagai sarana bentuk romantisme terhadap pasangan, dan humor sebagai sarana untuk menyindir teman.
Discourse of Littering Prohibition in Indonesia I Dewa Putu Wijana
Journal of Pragmatics Research Vol. 5 No. 1 (2023): Journal of Pragmatics Research
Publisher : UIN Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.951 KB) | DOI: 10.18326/jopr.v5i1.1-20

Abstract

This article deals with discourses of littering prohibition signs found in various places in Indonesia, focusing on three main issues, i.e., discourse structures, pragmatic strategies, and sociocultural factors which might influence that structure and strategy. Using data collected from websites and those found in Yogyakarta Special Regency, with a socio-pragmatics approach, the research finds that littering prohibition signs are constructed by various kinds of discourse type whose complexities are formed by the sentence types and the number of sentences constructing by them. Regarding the pragmatic strategies, the signs can be delivered using non-explicit, direct, indirect, expressed, implied, literal and nonliteral strategy. Subsequently, those structures and strategies are influenced by sociocultural factors associated with the interlocutors, such as emotional condition, religious and cultural belief, education, the formality of interaction, place and time, ethnicity, age, medium of transmission, cultural entity, and political factor.       Keywords: Discourse, prohibition, strategy, and socio-pragmatics.  
Exclamation Pada Judul Video Youtube Bertema Dakwah: Studi Kasus Kanal Youtube Mufti Menk Rizqi Yusnitasari; I Dewa Putu Wijana
SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra Vol. 15 No. 2 (2023): SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
Publisher : Fakultas Bahasa Asing (FBA) Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/sphota.v15i2.6873

Abstract

This research is a case study about the use of exclamation in a da’wah themed YouTube video title. The data source is a YouTube channel named Mufti Menk. The video titles that contain exclamation were collected. The exclamations were then analyzed based on the form and the use of syntactic instruments. The result of the study shows that the exclamations were found in two forms, i.e. minor sentence (in a form of phrases), and major sentence (in a form of simple sentences, compound sentences, and complex sentences), with some interjections as the supporting components. In addition, some syntactic instruments with different functions were also implemented in the sentences by using direct speech, active and passive sentences, foregrounding, topicalization, repetition, and syntactic compaction through deletion of subject, copula, main clause, ‘it is’, and ‘there is’.
The Use of Dysphemism in the Comments Column on the Instagram Account @stateofisrael Fasa, Faradila Awalia; I Dewa Putu Wijana
International Journal of English Linguistics, Literature, and Education (IJELLE) Vol 6 No 2 (2024): December
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/ijelle.v6i2.5979

Abstract

The use of dysphemism expressions is generally used with the aim of being able to express someone's thoughts using words or phrases that have negative connotations and sound impolite or rude, so the use of dysphemism expressions is intended as a form of expressing anger, annoyance, disappointment or hatred towards someone. This study uses qualitative methods. The data source in this study is comments in the comments’ column on the Instagram account @stateofisrael. The result was the linguistic form; three lingual forms were found: primary word, phrase, and clause. Then, this study also found that there are nine functions of using dysphemism expressions, including 1) expressing anger or irritation, 2) criticizing, 3) insinuating, 4) insulting, mocking, or sharpening insults, 5) accusing or blaming, 6) complaining, 7) conveying information, 8) showing disagreement, and 9) showing dislike. Thus, dysphemism expressions express thoughts and emotions towards someone or something by choosing words or terms that can hurt the interlocutor's feelings.
HERMENEUTIC PARADIGM IN JAVANESE PLANT METAPHOR Arini Hidayah; I Dewa Putu Wijana; Hendrokumoro
Acceleration: Multidisciplinary Research Journal Vol. 3 No. 1 (2025): Acceleration: Multidisciplinary Research Journal
Publisher : PT Akselerasi Karya Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70210/amrj.v3i1.117

Abstract

A metaphor is a stylistic device used to convey meaning by expressing a concept or idea through a comparison with another, distinct concept or idea. Metaphors implicitly establish a connection between two unrelated elements to provide a deeper understanding of a concept. This article specifically examines hermeneutic paradigms in Javanese plant metaphors by applying Ahimsa-Putra's paradigm theory in cultural studies. The literature review incorporates hermeneutic and metaphorical analyses from various books and journals. The study highlights that Javanese plant metaphors operate based on fundamental principles regarding their function and the way meaning is conveyed. The core principles include the recognition of comparative concepts and the use of figurative language. Metaphors help explain, illustrate, simplify, and reshape perspectives on reality. Their meaning and application vary across different contexts, cultures, and forms of communication, contributing to the clarity and expressiveness of language.