Muhammad Yusuf
Department Of Oceanography, Faculty Of Fisheries And Marine Sciences, Diponegoro University

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Analisis Kesesuaian Lokasi di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa Untuk Budidaya Laut Berkelanjutan (Analysis of Site Suitability for Sustainable Marine Culture at Karimunjawa National Park) Muh Yusuf
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 1 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.057 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.1.20-29

Abstract

Taman Nasional Laut Karimunjawa memiliki beragam ekosistem dan sumberdaya yang digunakan untuk berbagai peruntukan. Agar tidak tumpang tindih secara spasial, maka diperlukan penelitian tentang analisis kesesuaian lahan terutama untuk pemanfaatan budidaya laut. Penelitian dilakukan selama 12 bulan untuk menentukan kesesuaian lokasi budidaya laut meliputi: budidaya rumput laut, ikan kerapu, dan teripang. Hasil analisis menunjukkan bahwa hampir semua pulau sesuai untuk budidaya rumput laut, dan budidaya ikan kerapu dalam Karamba Jaring Apung (KJA). Sedangkan budidaya teripang hanya sesuai di Pulau Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil, serta sedikit luasan di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kumbang. Hasil analisis overlay secara spasial terhadap kesesuaian lokasi untuk ke tiga pemanfaatan budidaya laut tersebut menunjukkan bahwa kategori kelas kesesuaian S1 yang memiliki area terluas adalah lokasi untuk budidaya rumput laut seluas 2.765,19 ha (40,75%), kemudian kelas kesesuaian S2 untuk lokasi budidaya ikan kerapu seluas 2.107,04 ha (31,05%), kelas kesesuaian S2 untuk lokasi budidaya rumput laut mencapai luas 1.068,88 ha (15,75%), dan kelas kesesuaian S1 untuk lokasi budidaya ikan kerapu mencapai 697,87 ha (10,28%). Kelas kesesuaian N atau tidak sesuai untuk pemanfaatan budidaya laut hanya seluas 46,27 ha atau 0,69%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prioritas kebijakan pemanfaatan perairan di Kepulauan Karimunjawa sebaiknya diarahkan pada budidaya rumput laut. Kata kunci: kesesuaian lokasi, budidaya laut, Taman Nasional Karimunjawa Karimunjawa Marine National Park has a variety of ecosystems and abundant resources which can be used for many kinds of activities. In order to avoid overlaping spatially, it is necessary to conduct a research focusing on analysis of site suitability, mainly for marine culture utilization. This research was conducted for 12 months and aimed to define site suitability for marine culture utilization including seaweed, grouper fish, and sea cucumber culture. The results showed that nearly all islands are suitable and appropriate for seaweed culture or grouper fish by using cage culture method. On the other hand, for sea cucumbers cultivation is only suitable and appropriate in Menjangan Besar island and Menjangan Kecil island, as well as narrow areas in Karimunjawa and Kumbang islands. The result of spatially overlay analysis on site suitability for those three marine cultures showed that suitability class category S1 having the largest area is the site for seaweed culture which extends to 2.765,19 ha (40,75%). Then, suitability class S2 for grouper fish culture extends to 2.107,04 ha (31,05 %), suitability class S2 for seaweed culture extends to1.068,88 ha (15,75 %), and suitability class S1 for grouper fish culture extends to 697,87 ha (10,28 %). Suitability class N or unsuitable for marine culture utilization extends only 46,27 ha or 0,69 %. The results suggest that the policy for aquaculture development at Karimunjawa water should be prioritised for seaweed culture. Keywords: site suitability, marine culture, Karimunjawa National Park
Studi Distribusi dan Kondisi Terumbu Karang dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan Abdul Rauf; Muh Yusuf
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 2 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.025 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.2.74-81

Abstract

Kepulauan Spermonde, yang terdiri dari 120 pulau, merupakan salah satu wilayah penyebaran terumbu karang yang cukup luas. Hingga saat ini belum tersedia data dan informasi yang cukup sebagai acuan dalamusaha pengelolaan dan pengembangan terumbu karang. Penelitian dikawasan terumbu karang dapat dilakukan dengan menggunakan data satelit penginderaan jauh untuk memberikan gambaran tentang distribusi dan kondisi terumbu karang di perairan dangkal dengan cakupan wilayah yang luas. Metode yang digunakan untuk memperoleh informasi terumbu karang dan mengeleminasi pengaruh kolom air dalam penelitian iniadalah metode yang didasari oleh Model Pengurangan Eksponensial (Standard exponential attenuation model). Hasil analisis spasial dengan menggunakan data Landsat_TM diperoleh informasi tingkat kerusakan terumbu karang di Kepulauan Spermonde. Berdasarkan hasil klasifikasi ini, tingkat kerusakan terumbu karang yang terjadi dalam kurung waktu 5 tahun mencapai 1.499,86 Ha atau sekitar 299,97 ha/tahun. Kondisi terumbu karang hidup berdasarkan analisis data lapangan menunjukkan bahwa Kepulauan Spermonde masih memiliki kondisi terumbu karang dengan katagori “Baik” dengan rata-rata presentase penutupan sekitar 50,98%.Kata kunci : Terumbu Karang, Citra Satelit Landsat_T.M., Kepulauan Spermonde.Spermonde Archipelago, covering approximately 120 Islands, have widely distributed coral reef. Currently, there are not enough data and information available for refereces used in management and development efforts. Satellite remote sensing data are applied in researches concerning coral reef to help broadly cover their distribution and condition in shallow water. The methode used in acquiring coral reef information and eliminating the water column effect based on the Standard Exponential Attenuation Medel. The level of coral reef demage in Spermonde archipelago were acquired using the spatial analysis on Landsat_TM data. Base on this classification result, the level of coral reef demage that happened in bracket time 5 years reach 1.499,86 Ha or about 299,97 ha / year. The condition of live coral reef based on field data analysis show that Spermonde Archipelago still have good category of coral reef condition with average percent covering about 50,98%.Key words : Coral reef, Satelite Landsat_T.M., Spermonde Islands
Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas Perairan dan Strategi Adaptasi Organisme Makrobenthos di Perairan Pulau Tirangcawang Semarang M. Yusuf; Gentur Handooyo
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 1 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.787 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.1.41-49

Abstract

Perairan pulau Tirangcawang secara nyata menerima buangan limbah yang berasal dari sejumlah pabrik yang berada di hulu sungai Karanganyar dan Tapak. Limbah ini mengakibatkan terjadinya pencemaran yang dampaknya menurunkan kualitas air dan membahayakan bagi kehidupan organisme perairan khususnya hewanmakrobenthos. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan mengkaji: (1) kualitas lingkungan perairan, (2) struktur komunitas hewan makrobenthos, dan (3) strategi adaptasi hewan makrobenthos terhadap lingkungan perairan yang telah tercemar. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, dengan interval 14-15 hari. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui kualitas perairan menggunakan Baku Mutu Air Laut. Analisis untuk mengetahui struktur komunitas hewan benthos yaitu menghitung kelimpahan individu jenis, nilai indeks  eanekaragaman jenis (H’) dan keseragaman jenis (E). Sedangkan untuk mengetuhui strategi adaptasi menggunakan metode Grafik Frontier. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika-kimia air menunjukkan bahwa beberapa parameter seperti COD, N-NO2, dan logam berat Cu, Cd, Pb, Ni ternyata nilainya telah melebihi batas yang diinginkan dalam Baku Mutu Air Laut. Berdasarkan hasil perhitungan Nilai indeks H’ dan E hewan makrobenthos, yaitu berkisar dari rendah sampai dengan sedang. Berdasarkan nilai ini, jika dikaitkan dengan tingkat pencemaran, maka dikatakan bahwa kualitas perairan di daerah penelitian telah tercemar kategori ringan sampai dengan sedang. Pola strategi adaptasi organisme makrobenthos terbagi dua, yaitu: (1) mengarah ke stadia III (kondisi ekosistemmasih baik atau stabil), tedapat pada stasiun I, II, III, dan IV; dan (2) mengarah ke stadia I (kondisi ekosistem labil) terdapat di stasiun V, VI, VII.Kata kunci : pencemaran perairan, strategi adaptasi, makrozoobenthosTirangcawang island waters received waste from factories lie along the rivers. The waste gave pollution which cause the quality of water decrease, so it will bring sea organisms in dangerous condition especiallymacrozoobenthos. The aim of this research is to investigate the quality of water environment and the community structure of makrozoobenthos as well as macrozoobenthos adaptation strategy in relation with polluting material. The research method is case study. The sample were taken three times with 14-15 days. Interval analysis data to on the waters quality by comparing to Sea Water Quality Standard. The result of water physical and chemical parameters measurement showed that COD, N-NO2 and heavy metals Cu, Cd, Pb, Ni valued appearred higher that those stated in Sea Water Quality Standard. The diversity indeces value of macrozoobenthos showed between low to medium level; so based that the waters quality in this location were polluted in the low up to the medium category. Design of adaptation strategy for the macrobenthic organism had two type i.e. stadia III or stabil and good ecosystem condition at station I, II, III, IV; and stadia I or not good and labil ecosystem condition at on V, VI,VII.Key words : waters pollution, adaptation strategy, macrozoobenthos
Contamination of Heavy Metals (Pb and Cu) at Tin Sea Mining Field and Its Impact to Marine Tourism and Fisheries Sudirman Adibrata; Muh. Yusuf; Irvani Irvani; Maulana Firdaus
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 26, No 2 (2021): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.26.2.79-86

Abstract

The dynamics of heavy metals (Pb and Cu) distribution near sea mining locations can show a negative impact on fisheries resource management. The study was conducted at the coastal area of Tanah Merah Beach, Central Bangka Regency, the geographical location at 02o12'50 "S and 106o13'00" E. This study aims to determine the extent of heavy metals (Pb and Cu) distribution adjacent sea mining field and its impact on marine tourism and fisheries. Purposive sampling method was used to identify the sampling locations from 13 closest locations to the farthest from marine mining sources. The result show that the closest and farthest Pb and Cu values from the tin mining activities were 0.16 mg.L-1; 0.03 mg.L-1 and 0.02 mg.L-1; <0.003 mg.L-1. The Hydro-oceanographic conditions from the highest to the lowest water currents of 0.03 m.s-1 - 0.001 m.s-1. This research represented the east monsoon, which showed that the heavy metal distributions dynamics are not too distance-reaching due to weak water currents, so that the dilution and sedimentation rate is slow. It is stated that the waters are polluted where the highest contamination value is indicated by the location closest to the source of marine mining and further weakened at the location farthest from the source of pollutants. Environmental impact from that activity has significantly threatened marine tourism and fishery activities by reducing economic benefits that given from marine and coastal environmental. Urgently, it is necessary to regulate like zoning tin mining activities and sites for the sustainable common purposes and prevent conflicts.
Ectoparasite Prevalences of Grouper Fish (Epinephelus fuscogutatus x Epinephelus polyphekadion) Cultured in Floating Net Cages Sudirman Adibrata; Muh Yusuf; Cristiana Manullang
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 25, No 1 (2020): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.293 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.25.1.23-30

Abstract

Monitoring the health of the reared fish in a floating net cage (FNC) is often conducted by examining their ectoparasites. This study determines ectoparasite prevalences of grouper fish (Epinephelus fuscogutatus x E. polyphekadion). It was conducted in the waters surrounding Pongok Island, South Bangka Regency. The health examination of both fish and ectoparasites was carried out by applying simple random sampling during three periods, November 2016 (I), February 2017 (II) and May 2017 (III). Hydro-oceanography surveys were done every month during the three years. The grouper checkings (I, II and III) indicated the prevalences of ectoparasites in these periods were 43.3%, 8.8% and 13.5%, respectively. Fish death highly occurred in the period I, and the grouper survival rate at harvesting time was only 70% from initial seed stocking of 1,500 fish. The ectoparasite intensities during the research periods were 1.6, 1.6 and 1.5, respectively. This condition implies that every 10 groupers would potentially be attacked by at least 15-16 ectoparasites. A slow seawater current flow triggered the quick uplifting of the ectoparasites from the seafloor. The water condition at the FNC location in 2011 and 2017 was still under the quality standard. The ectoparasites were coming from the surrounding environment of the FNC location. It is inevitable that the fish culture management should focus on cleansing the ectoparasites attaching on the groupers, dusting the net cage clean, and arranging the harvest pattern on a particular month following the surrounding environmental condition to prevent ectoparasite attacks.
Phytoplankton community structure and it’s relationships with water quality in Bangka Island, Indonesia Muh Yusuf; Robin Robin; Wahyu Adi; Mu’alimah Hudatwi; Widianingsih Widianingsih; Retno Hartati; Robertus Triaji Mahendrajaya; Cristiana Manullang
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 26, No 1 (2021): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.26.1.37-44

Abstract

Phytoplankton plays an important role in primary productivity in marine environment. Various environmental changes in coastal area will impact the water quality and their phytoplankton compositions. The purpose of this study is to examine the abundance of phytoplankton from two different sites, i.e Tanah Merah (close to mining site) and Semujur Island (away from mining site) in Bangka Island. Phytoplankton and water sample were collected on June- August 2018. Water quality was measured using water quality checker, whereas the phytoplankton was identified under the microscope with a magnification of 100x. Non-parametric Kruskal test and T-test analysis was performed to determine the abundance, diversity, uniform, and dominance of phytoplankton between Sites, respectively. Statistical analyses showed the abundance of phytoplankton at Semujur Island was significantly higher than that at Tanah Merah (p = 0.003). In additions the diversity, uniform, and dominance were also significantly different between sites (all p <0.05). In Semujur Island, Diatoms (Thalassiothrix, Chaetoceros and Thalassionema) were more dominants than the Dinophyceae group. However, in Tanah Merah, the genera Ceratium belong to class Dinophyceae was more dominant than the class Bacillariophyceae. These results performed that the phytoplankton in Tanah Merah and Semujur Island was affected by environment, in this case the mining area. The water quality in Semujur Island (non-mining Area) might have good quality than in Tanah Merah (mining area). The average value of turbidity and Total Suspended Solid in Tanah Merah Waters causes low abundance of phytoplankton. It can be concluded that tin mining can disrupt the abundance and composition of phytoplankton as a primary producer of waters.
A Preliminary Study: Marine Biogeography of Nautilus in the Bangka Belitung Seas, Indonesia Siti Aisyah; Josaphat Tetuko Sri Sumantyo; Aditya Pamungkas; M Rizza Muftiadi; Muh Yusuf
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 26, No 3 (2021): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.26.3.147-154

Abstract

Nautilus is the only surviving genus whose members were numerous and widely dispersed in the oceans throughout the Jurassic and Miocene times. It represents the only living member from the Family Nautilidae and is often considered as a living fossil. Nautilus is found with high biodiversity in Ambon, Indonesia, and were in special cases even found in Bangka Belitung, far from their original habitat. This study aimed to understand the historical component of the habitat and distribution of Nautilus in Bangka Belitung and to determine the depth, temperature, current, and environmental heterogeneity relate to Nautilus. Nautilus samples were found in Bangka Belitung Seas nearby a crack region at 50–75 m deep while the optimal depth of the Nautilus was 150–300 m, depending on the local area. The locations in the Bangka Belitung Seas where Nautilus found have sea surface temperatures between 30-31°C and 27-28°C during the East Monsoon and the West Monsoon respectivelly. The implications of temperature as a limiting factor are fairly significant, as it restricts the upper limit of the living habitat to predictable depths, which vary both geographically and seasonally during the West Monsoon when surface temperatures approach habitable levels. Sea currents at the Bangka Belitung Seas move at 0–0.6 m.s-1 during the East Monsoon and speed up near the North Natuna Sea. During the West Monsoon, currents predominantly flow from the Natuna Sea to the Java Sea at 0–0.5 m.s-1. Large-scale deep-water currents and the effects of smaller currents on scent dispersal influence the directional movements of Nautilus.
Kajian Konsentrasi Dan Sebaran Parameter Kualitas Air Di Perairan Pantai Genuk, Semarang Sri Yulina Wulandari; Muh Yusuf; Muslim Muslim
Buletin Oseanografi Marina Vol 3, No 1 (2014): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.638 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v3i1.11213

Abstract

Kecamatan Genuk merupakan wilayah di Semarang yang perkembangan industrinya sangat pesat, sehingga telah banyak menyumbang limbah ke perairan Genuk. Kegiatan manusia yang berpotensi besar meningkatkan konsentrasi limbah ke lingkungan perairan Genuk berasal dari kegiatan industri yang banyak terdapat di sepanjang Jalan Raya Kaligawe, kawasan industri Terboyo, dan kawasan Lingkungan Industri Kecil (LIK). Limbah yang dibawa oleh sungai akan mencapai perairan pantai, yang kemudian akan dapat didistribusikan ke segala arah oleh arus laut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsentrasi dan sebaran parameter kualitas air di perairan pantai Genuk, Semarang dan pengaruh kecepatan arus terhadap sebaran parameter kualitas perairan. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Juni sampai Oktober 2013 meliputi penyusunan proposal, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis laboratorium hingga penyusunan laporan akhir. Pengambilan sampel air dan sedimen di lapangan dilakukan pada tanggal 4 Mei 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan metode survei, dan metode sampling yang dipergunakan adalah purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter fisika dan kimia seperti temperatur, salinitas, pH dan DO secara berturut-turut berkisar 28-32 oC, 31-32,5 %0, 6,7 -7,9 dan 7,1 – 8,3 ppm dengan nilai rata-rata 30,95oC, 14,41 %o, 7,05 dan 5,95 ppm.  Konsentrasi nitrat, fosfat terlarut dan Pb dalam sedimen adalah 0,291 – 0,349 ppm (tingkat kesuburan sedang), 0,175-0,215 ppm (tingkat kesuburan sangat baik), dan 15,89 – 23,02 ppm.  Kecepat arus yang terjadi saat penelitian adalah 0,0222 m/det - 0,1985 m/det yang kurang mampu mempengaruhi sebaran, karena sebaran parameter kimia dan fisika lebih dipengaruhi oleh jauh dekatnya dengan pantai atau daratan. Kata kunci: Perairan Genuk, polutan, tingkat pencemaran, sebaran
Karakteristik Pola Arus Dalam Kaitannya dengan Kondisi Kualitas Perairan dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Kawasan Taman Nasional Laut Karimunjawa Muhammad Yusuf; Gentur Handoyo; Muslim Muslim; Sri Yulina Wulandari; Heriyoso Setiyono
Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 5 (2012): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.311 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v1i5.6918

Abstract

Perairan Kepulauan Karimunjawa memiliki karakteristik yang spesifik secara geografis maupun ekologis karena terletak di tengah lautan yang jauh dari daratan utama, dikelilingi oleh banyak pulau-pulau kecil dan hamparan terumbu karang, sehingga perairannya termasuk semi tertutup. Kondisi ini memberikan keuntungan karena menjadi daerah jebakan unsur hara. Arah dan pola sebaran spasial unsur hara (nitrat dan fosfat) dan Fitoplankton sangat dipengaruhi oleh bagaimana arah dan kecepatan arus yang terjadi serta tipe dan kondisi perairan yaitu semi tertutup. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola arus (arah dan kecepatan) dalam kaitannya dengan kondisi kualitas perairan terutama sebaran nitrat, fosfat, dan kelimpahan individu fitoplankton di perairan Kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arah arus dari hasil model adalah dominan menuju ke arah Barat, dan hasil ini sesuai dengan arah arus dari pengukuran secara in-situ di stasiun-stasiun yang diteliti. Kecepatan arus maksimal untuk permukaan laut termasuk kategori sedang, yaitu sebesar 0,309 m/detik dengan kecepatan rata-rata 0,055 m/detik. Dilihat dari arah sebaran paramater kualitas air terutama nitrat dan fosfat menunjukkan bahwa konsentrasi yang relatif lebih besar berada di pulau-pulau yang terletak di sebalah Barat, seperti P. Parang dan P. Nyamuk (nitrat), dan P. Nyamuk untuk unsur fosfat. Kelimpahan fitoplankton yang tinggi juga terdapat di pulau-pulau yang lokasinya terletak di sebalah Barat seperti pulau Parang (sisi Timur dan Selatan), dan pulau Nyamuk (semua sisi). Ada kecenderungan bahwa arah sebaran parameter kualitas air yang memiliki konsentrasi lebih tinggi terutama suhu, pH, oksigen terlarut, dan nitrat ternyata mengikuti arah sebaran arus yang tejadi.   Kata Kunci: Pola Arus, Kualitas Perairan, Fitoplankton, Karimunjawa.
Kondisi Hidrodinamika Dan Pengaruhnya Terhadap Sebaran Parameter Fisika-Kimia Perairan Laut Dari Muara Sungai Porong, Sidoarjo Mujahid Sukarno; Muhammad Yusuf
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 2 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.275 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i2.6930

Abstract

Kondisi hidrodinamika merupakan satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap sebaran sedimen dan polutan di perairan. Pembuangan lumpur PT. Lapindo Brantas di sungai Porong akan memberikan dampak pada kondisi fisika dan kimia perairan di muara Sungai Porong. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi hidrodinamika dengan pendekatan model matematik dan pengaruhnya terhadap pola sebaran parameter fisika-kimia perairan laut dari muara Sungai Porong. Secara umum, model hidrodinamika 2D horisontal yang dijalankan cukup mampu merepresentasikan kondisi hidrodinamika di lokasi penelitian. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa arus cenderung memiliki arah bolak-balik sesuai dengan pasut yang terjadi. Kondisi arus di dekat pantai lebih didominasi oleh arus sepanjang pantai yang memiliki kecepatan rata-rata 0,14 m/detik dan arah dominan ke tenggara. Pola sebaran konsentrasi Ammonia, BOD, Nitrat, dan TSS secara signifikan dipengaruhi oleh pola arus yang terjadi. Kata kunci: Sebaran Parameter Fisika-Kimia Perairan, Muara Sungai Porong, Model Hidrodinamika 2D