Seto Windarto
Deparemen Akuakultur, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Maggot Meal (Hermetia illucens) Substitution on Fish Meal as Source of Animal Protein to Growth, Feed Utilization Efficiency, and Survival Rate of Milkfish (Chanos chanos) Vivi Endar Herawati; Pinandoyo Pinandoyo; Seto Windarto; Putut Hariyadi; Johannes Hutabarat; YS Darmanto; Nurmanita Rismaningsih; Slamet Budi Prayitno; Ocky Karna Radjasa
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 27 No. 2 (2020): April 2020
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.862 KB) | DOI: 10.4308/hjb.27.2.154

Abstract

High protein content in maggot is one of the advantages for increasing fish growth through artificial feed. This study aimed to find the best optimization and feed formulation for fish meal substitution with maggot meal on growth, feed utilization efficiency, and survival rate of milkfish (C. chanos). Milkfish (C. chanos) with an average weight of 0.62±0.01 gram/fish was used as test fish. Feeding is carried out at 07.00 a.m., 12.00 p.m., and 17:00 p.m. through fixed feeding rate method. The tested fish was kept for 42 days with a stocking density of 1 fish/l. The experimental design used was a completely randomized design with five treatments and three replications. The treatments which had been done were fish meal substitution with maggot meal as follows: A (0%), B (25%), C (50%), D (75%), and E (100%). The research parameters included total feed consumption (TFC), feed utilization efficiency (FUE), protein efficiency ratio (PER), relative growth rate (RGR), survival rate (SR), and water quality. The results showed that the fish meal substitution with maggot meal had a significant effect (p<0.05) on FUE, PER, RGR and had no significant effect (p>0.05) on TFC and SR. The best treatment of each treatment is in treatment C with a composition of 50% maggot meal substitution on fish meal which resulted in a TFC value of 40.17±4.58, FUE of 27.51±0.77, PER of 0.83±0.03%, and RGR of 2.34±0.10.
PERFORMA BIOLOGIS TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN KEPADATAN BERBEDA MENGGUNAKAN SISTIM LONGLINE (The Biological Performance Of Pearl Oysters (Pinctada Maxima) Which Are Cultured In Different Densities Uses A Longline System) Sri Hastuti Hastuti; Subandiyono Subandiyono; Seto Windarto; Ristiawan Agung Nugroho
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 15, No 1 (2019): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.741 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.15.1.54-59

Abstract

Kerang mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu sumberdaya laut yang memiliki prospek untuk dikembangkan, bernilai ekonomis yaitu menghasilkan butiran mutiara yang bernilai jual tinggi.  Budidaya tiram mutiara pada tahap pendederan merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam usaha produksi mutiara.  Pada saat ini benih hasil pendederan banyak dibutuhkan perusahaan mutiara untuk meningkatkan target produksi mutiaranya.  Rendahnya angka kelangsungan hidup tiram yang disebabkan oleh kepadatan tebar dalam satu pocket net merupakan permasalahan yang perlu dipecahkan.  Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kepadatan optimum dalam pemeliharaan kerang mutiara.  Penelitian dilakukan di perairan Sekotong, Lombok Barat.  Penelitian ini dirancang dengan model rancangan acak lengkap (RAL).  Variabel bebas yang diterapkan adalah kepadatan spat tiram mutiara (P. Maxima), yaitu 50, 100 dan 150 individu pocket-1.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepadatan kerang mutiara (P. Maxima) dalam sistim pemeliharaan longline berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Kepadatan optimum kerang mutiara dalam 1 pocket net berada pada kisaran 89 hingga 124  individu per pocket net.   Pearl oyster (Pinctada maxima) is one of the marine resources that has the prospect of being developed, has high economic value, and produces pearls of pearls that have high selling value.   Nursery pearl oysters is one of a series of activities in the business of pearl production.  Harvest from the nursery are needed by pearl companies to increase their pearl production target at this time.  The low survival rate of oysters caused by shell density in the longline nursery method is a problem that needs to be solved. This research was conducted with the aim to analyze optimum density in the cultivation of oysters.  The research was conducted in Sekotong waters, West Lombok, Indonesia. This study was designed with a completely randomized design model (CRD).  The independent variables applied were the density of pearl oyster spat (P. Maxima), namely 50, 100 and 150 individual pocket-1.  The results showed that the density of pearl oysters (P. Maxima) in the longline system affected growth and survival performance. The optimum density of pearl oysters in 1 pocket net is in the range of 89 to 124 individuals pocket net-1.  The maximum density that is still capable of supporting its life is 135 individuals pocket net-1
PENGARUH PEMBERIAN CACING LAUT (Nereis sp.) YANG DIPERKAYA DENGAN MINYAK CUMI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA UNTUK PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN POST LARVA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Ulva Rohmanawati; Vivi Endar Herawati; Seto Windarto
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 18, No 1 (2022): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.18.1.59-66

Abstract

Udang vaname (L. vannamei) merupakan salah satu komoditas perikanan laut yang memiliki nilai ekonmis tinggi di pasar domestik maupun pasar global. Kendala yang sering dialami pembudidaya pada pemberian pakan alami adalah harga artemia yang tinggi, sehingga diperlukan pengganti artemia dengan kandungan nutrisi yang hampir sama, yaitu cacing laut (Nereis sp.). Nereis sp. telah dimanfaatkan sebagai pakan alami yang dibutuhkan untuk kelangsungan produksi naupli di pembenihan udang. Pengoptimalan pertumbuhan udang vaname dapat menggunakan penambahan pengkayaan pada Nereis sp., yaitu menggunakan minyak cumi. Minyak cumi mengandung arginin yang merupakan bagian dari asam amino essensial untuk meningkatkan pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan cacing laut yang diperkaya dengan minyak cumi terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan udang vaname Post Larva 15 dan mengetahui dosis terbaik penambahan Nereis sp. dengan minyak cumi terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan udang vaname Post Larva 15. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan menggunakan uji duncan dengan rancanagan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan penambahan minyak cumi pada pakan Nereis sp. yaitu A (0 ml), B (5 ml), C (10 ml), dan D (15 ml). Data yang diamati meliputi pertumbuhan bobot mutlak, RGR, TKP, EPP, PER, dan SR. Penambahan minyak cumi pada pakan Nereis sp. memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan post larva udang vaname. Perlakuan (C) merupakan perlakuan terbaik dengan pemberian pakan Nereis sp. yang ditambah minyak cumi 10 ml dengan nilai pertumbuhan bobot mutlak (0,38±0,01 g); RGR (24,56±2,50%); TKP (472,59±2,50%); TKP (472,59±0,10 g); EPP (2,43±0,04%); PER (4,35±0,06%); dan SR (98,89±1,92%). Pacific white shrimp (L. vannamei) is a marine fishery commodity with high economic in domestic and global markets. The obstacle that cultivators experience in providing natural food is the high price of Artemia, so it is necessary to replace Artemia with almost the same nutritional content, sea worms. Nereis sp. has been used as a natural feed to maintain nauplii production in shrimp hatcheries. Optimizing the growth of vaname shrimp can use the addition of enrichment in Nereis sp., namely using squid oil. Squid oil contains arginine, part of the essential amino acids for increase growth. The purpose of this study was to determine the effect of adding sea worms enriched with squid oil on the growth and survival of Pacific white shrimp Post Larvae 15, and knowing the best dose of addition of Nereis sp. with squid oil. The treatment of adding squid oil to the feed of Nereis sp. were A (0 ml), B (5 ml), C (10 ml), and D (15 ml). The data observed include absolute weight growth, RGR, TFC, FUE, PER, and SR. The addition of squid oil to the feed of Nereis sp. had a significant effect (P<0.05) on the growth and survival rate of vaname shrimp postlarvae. Treatment (C) was the best treatment with Nereis sp. which was added with 10 ml of squid oil. Those  dosages  resulted  in  the maxium values of 0,38 g, 24,56%, 472,59 g, 2,43%, 4,35%, and 98,89% for absolute weight growth, RGR, TKP, EPP, PER, and SR respectively. 
Pengaruh Penambahan Asam Amino Lisin pada Pakan Komersil terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan, dan Kelulushidupan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Diana Rachmawati; Sarjito Sarjito; Panji Yusroni Anwar; Seto Windarto
Jurnal Kelautan Tropis Vol 23, No 3 (2020): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v23i3.9183

Abstract

Reducing feed cost in the vaname (Litopenaeus vannamei) cultivation can be achieved by increasing quality of commercial feed. To increase the feed quality is by adding lysine amino acid, because lysine is one of the amino acids  that can boost fish growth, in turn it can shorten the cultivation cycle. The objectives of the study were to analyze effects and optimum dosages of lysine addition in the feed on feed efficiency utilization, growth and survival rate of vaname shrimp (L. vannamei). The study used shrimp juveniles with the average size of 3±0,09 g/shrimp.  Test feed in the study was a commercial feed in the form of pellets that was enriched with lysine (L-lysine HCl).  The amount of lysine was appropriated to the treatment dosages, namelys 0%/kg feed (A); 0,75 %/kg feed (B); 1,5%/kg feed (C); 2,25%/kg feed (D) and 3%/kg feed (E). Feeding the shrimp was based on fixed feeding rate as much as 10% of biomass weight per day and given 4 (four) times a day.  The results whow that the addition of lysine in the feed significantly (P<0,01) affected on the SGR, EPP, FCR, and PER; otherwise, it did not significantly affect on the survival rate of vaname shrimp.  Meanwhile, the optimum dosages of lysine amino acids added into the feed were 2,33%, 2,39%, 2,37%, and 2,09% for SGR, EPP, FCR, and PER respectively.  Those dosages resulted in the maxium values of  4,72%/day,  81,35%,  1,23, and 2,57 for SGR, EPP, FCR, and PER respectively.   Penurunan biaya operasional pakan dalam siklus kegiatan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pakan komersial.  Penambahan asam amino lisin pada pakan komersial dilakukan untuk meningkatkan kualitas pakan, dikarena lisin merupakan salah satu asam amino dapat mempercepat pertumbuhan sehingga memperpendek masa produksi kultivan yang dibudidayakan. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh dan dosis optimum penambahan lisin pada pakan komersil terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, pertumbuhan, dan kelulushidupan udang vaname (L. vannamei). Penelitian ini menggunakan juvenile udang vaname berukuran 3±0,09 g/ekor. Pakan uji dalam penelitian ini adalah pakan komersil berbentuk pellet yang ditambahkan lisin (L-lysine HCl) sesuai dosis tiap perlakuan yaitu 0%/kg pakan (A); 0,75 %/kg pakan (B); 1,5%/kg pakan (C); 2,25%/kg pakan (D) dan 3%/kg pakan (E). Pakan uji diberikan dengan metode fix feeding rate sebanyak 10%/bobot biomassa/hari dan frekuensi pakan yang diberikan sebanyak 4 kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan lisin pada pakan komersial berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap SGR, EPP, FCR, dan PER akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kelulushidupan udang vaneme. Dosis optimal asam amino lisin dalam pakan komersial udang vaname untuk SGR sebesar 2,33%, EPP sebesar 2,39%, FCR sebesar  2,37% dan PER  sebesar 2,09% menghasilkan SGR maksimal sebesar 4,72%/hari,  EPP maksimal sebesar 81,35%,   FCR maksimal sebesar 1,23, dan  PER maksimal sebesar 2,57.
Penambahan Asam Amino Triptofan Dalam Pakan Terhadap Tingkat Kanibalisme Dan Pertumbuhan Litopenaeus vannamei Diana Rachmawati; Johannes Hutabarat; Ayu Istiana Fiat; Tita Elfitasari; Seto Windarto; Eko Nurcahyo Dewi
Jurnal Kelautan Tropis Vol 24, No 3 (2021): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v24i3.11723

Abstract

Vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) is one of the leading fishery products of the fisheries sector. The problem that is often found in the failure of vannamei shrimp productions is the high level of mortality due to the nature of cannibalism during molting. One solution to minimize the cannibalism of vannamei shrimp is to provide tryptophan supplements in a feed. Tryptophan is a type of essential amino acid that serves as a precursor for serotonin biosynthesis. This study aims to determine the effect and optimal dose of tryptophan added to feed to reduce cannibalism and growth of vannamei shrimp. The test fish used in this study were vannamei shrimp with an average weight of 0,81 ± 0,26 g/individual.  This study used an experimental method, a completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatments and three replications. The test feed used in this study was artificial feed with a protein content of 38% plus tryptophan according to treatments A (0%/kg feed), B (0.75%/kg feed), C (1.5%/kg feed), and D (2.25%/kg feed). The results showed that the addition of Tryptophan in the feed had a noticeable effect (P<0,05) on cannibalism levels, survival, and molting rates but had no significant effect (P>0,05) on absolute weight growth, specific growth rates, efficiency ratios protein and efficiency feed utilization of vannamei shrimp. The best dose of tryptophan addition in feed to lower the rate of vannamei shrimp cannibalism in this study was 2,25%, capable of producing a cannibalism rate of 13,33%. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu produk perikanan unggulan sektor perikanan. Permasalahan yang sering ditemukan dalam kegagalan produksi udang vaname adalah tingginya tingkat mortalitas karena adanya sifat kanibalisme pada saat terjadi molting. Solusi untuk meminimalisir kanibalisme udang vaname adalah dengan memberi suplemasi asam amino pada pakan, salah satunya adalah triptofan. Triptofan merupakan salah satu jenis asam amino esensial yang berfungsi sebagai prekursor untuk biosintesis serotonin. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh dan dosis optimal triptofan yang ditambahkan ke dalam pakan untuk menurunkan tingkat kanibalisme dan pertumbuhan udang vaname. Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah udang vaname dengan bobot rata-rata 0,81±0,26 g/ekor. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan dengan kandungan protein 38% ditambah triptofan sesuai perlakuan yaitu : A (0%/kg pakan), B (0,75%/kg pakan, C (1,5%/kg pakan), dan D (2,25%/kg pakan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan triptofan dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tingkat kanibalisme, kelulushidupan dan tingkat molting, namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan spesifik, protein efisiensi rasio dan efisiensi pemanfaatan pakan. Dosis terbaik dari pemberian triptofan dalam pakan untuk menurunkan tingkat kanibalisme udang vaname dalam penelitian ini adalah 2,25%, mampu menghasilkan tingkat kanibalisme sebesar 13,33%.
Pengaruh Penambahan Enzim Bromelin pada Pakan terhadap Kecernaan Protein, Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan Udang Windu Penaeus monodon, Fabricius 1798 (Malacostraca: Penaeidae) Diana Rachmawati; Johannes Hutabarat; Eko Nurcahya Dewi; Seto Windarto
Jurnal Kelautan Tropis Vol 23, No 2 (2020): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v23i2.7578

Abstract

Feed utilization efficiency is one of the problems that often faced by tiger shrimp (Penaeus monodon Fabricus) farmers, which is 40-60% of production costs used for feed. The efficiency of feed can be improved by the addition of the bromelains in the feed, which can hydrolyze proteins into simpler compounds to increase the digestibility of the feed protein. This study aims to examine the effect of bromelains in feed on protein digestibility (ADCp), feed utilization efficiency (EPP), and growth (RGR) of tiger shrimp. Tiger shrimp with an average weight of 2.8 ± 0.26 g / individual was obtained from the Brackish Water Aquaculture Development Centre (BBPBAP), Jepara. There were 6 treatments adding bromelains in the feed, A (0%), B (0.2%), C (0.4%), D (0.6%) and E (0.8%). Observation parameters, including ADCp, EPP, PER, RGR, SR, and water quality parameters. The results showed that the addition of the bromelains in feed increased ADCp, EPP, PER, RGR, but had no effect on the SR of tiger shrimp. Bromelains (0.4% / kg) of feed is the optimal dose of ADCp, EPP, and RGR, resulting in a maximum value of 82.59%, 88.17%, and 5.24% / day.   Permasalahan yang sering dihadapi pembudidaya udang windu (Penaeus monodon Fabricius) adalah efisiensi pemanfaatan pakan yang belum maksimal sehingga hampir 40-60% dari total biaya produksi untuk biaya pakan. Efisiensi pemanfaatan pakan dapat ditingkatkan dengan penambahan enzim bromelin dalam pakan yang mampu menghidrolisis protein menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat meningkatkan daya cerna protein pakan. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh enzim bromelin dalam pakan terhadap kecernaan protein (ADCp), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP) dan pertumbuhan (RGR) udang windu. Hewan uji berupa udang windu dengan bobot rata-rata 2,8±0,26 g/ekor diperoleh dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP), Jepara sebagai tempat penelitian. Terdapat 6 perlakuan penambahan enzim bromelin dalam pakan yaitu A (0 %), B (0,2 %), C (0,4 %), D (0,6 %) dan E (0,8 %). Pengamatan parameter meliputi ADCp, EPP, PER, RGR, SR dan parameter kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim bromelin dalam pakan meningkatkan ADCp, EPP, PER, RGR, namun tidak berpengaruh pada SR udang windu. Enzim bromelin 0,4%/kg pakan merupakan dosis optimal pada ADCp, EPP dan RGR menghasilkan nilai maksimal sebesar 82,59%, 88,17% dan 5,24%/hari.
Production Performance of Gracilaria verrucosa using Verticulture Method with Various Wide Planting Area in Karimunjawa Titik Susilowati; Agus Nadlir; Alfabetian Harjuno Condro Haditomo; Seto Windarto; Dicky Harwanto; Kurnia Adi
Journal Omni-Akuatika Vol 15, No 1 (2019): Omni-Akuatika May
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.972 KB) | DOI: 10.20884/1.oa.2019.15.1.671

Abstract

Gracilaria verrucosa is one type of seaweed that can be developed into a high-value product. Market demand for agar reaches 21.8% per year, but only 13.1% can be met. This is due to the low level of production of G. verrucosa in Indonesia. Utilization of G. verrucosa is still relying on aquaculture from the farm, which causes low production. Cultivation of seaweed with verticulture methods can increase the production of G. verrucosa. Karimunjawa is a potential area for seaweed cultivation. The aim of this study is to determine the effect of different density areas on the growth and production of G. Verrucosa and to determine the best density area for its production in Karimunjawa. This research used G. verrucosa wrapped in a mesh size of 0.5cm with a weight of 50g per pack. Each verticulture strap contains 4 packs and each treatment consists of 9 straps. The treatment was in the form of differences in the planting area of 25x25cm2 (A), 50x50cm2 (B) and 75x75cm2 (C). The results showed significant differences (P <0.01) between each treatment. The 75x75cm2 area has the best yield on absolute growth, relative growth rate (RGR) and specific growth rate (SGR) of 83.10 ± 4.12g; 3.96 ± 0.20% / day and 2.33 ± 0.07% / day. The best results of G. verrucosa production obtained at an area of 50x50cm2 (5.32 ± 0.26 kg / m2).
EFFECT OF BIOACTIVE PROTEIN INGREDIENTS (MOTIVTM) ON TOTAL HEMOCYTE AND SURVIVAL RATE OF VANNAMEI SHRIMP, Litopenaeus vannamei Slamet Budi Prayitno; Bagus Rimbayu Ardie; Romi Novriadi; Vivi Endar Herawati; Seto Windarto
Indonesian Aquaculture Journal Vol 17, No 1 (2022): (June, 2022)
Publisher : Center for Fisheries Research, Agency for Marine and Fisheries Research and Human Resource

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/iaj.17.1.2022.23-28

Abstract

One of the problematic factors in the cultivation of vannamei shrimp is the outbreak of bacteria and viruses. One way to prevent infection is by strengthening the shrimp’s immune system. MOTIVTM is a fermented corn protein concentrate that has been reported to possess probiotic properties that can positively increase the disease resistance of shrimp. Therefore, this study aimed to determine the effect of bioactive protein (MOTIVTM) on the total hemocyte count and shrimp survival rate. The study used an experimental method with a completely randomized design with five treatments and three replications: A (commercial feed), B (7.5% MOTIV add of 1.5% krill meal instead of 9% fish meal), C (7.5% MOTIVTM add of 1% krill meal to replaces of 2% poultry meal and 6.5% fish meal), D (7.5% MOTIVTM to replaces of 3.5% poultry meal and 4% fish meal), and E (7.5% MOTIVTM to replaces of 7.5% poultry flour). Feeding was done four times/day based on shrimp biomass and weekly feed counts based on daily shrimp survival. The vannamei shrimp used was one gram with a population density of 15 shrimps/aquarium with an aquarium volume of 100 liters.Total shrimp hemocytes, survival, and water quality were all measured. Treatment C had the highest total hemocyte, averaging 4.1 x 107 cells/mL, whereas treatment B had the lowest, averaging 1.4 x 107 cells/mL. During the trial, only treatment C supported 100% survival. 
PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer Bloch, 1790) YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) Seto Windarto; Sri Hastuti; Subandiyono Subandiyono; Ristiawan Agung Nugroho; Sarjito Sarjito
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 3, No 1 (2019): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.798 KB) | DOI: 10.14710/sat.v3i1.4195

Abstract

Ikan kakap putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu komoditas budidaya laut unggulan di Indonesia, karena memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, kelangsungan hidup dapat mencapai 86%, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan budidaya. Kegiatan budidaya kakap putih di Indonesia saat ini masih belum banyak berkembang, salah satu faktor yang menghambat kegiatan pembesaran kakap putih di Indonesia adalah masih sulitnya pengadaan pakan rucah secara berkelanjutan dalam jumlah yang cukup. Salah satu upaya kegiatan pembesaran ikan kakap putih yang dapat dilakukan adalah dengan media keramba jaring apung (KJA) dan penggunaan pellet sebagai ganti pakan rucah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa pertumbuhan ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang dibudidayakan dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Hasil dari pengamatan performa pertumbuhan ikan kakap putih yang dibudidayakan dengan sistem KJA adalah nilai SGR 0,28%/hari, nilai pertumbuhan bobot mutlak 47 g, dan nilai kelulushidupan 82,5%. Hasil pengukuran parameter kualitas air meliputi salinitas berkisar 30–33‰, DO antara 4,89 hingga 5,89 mg/L, suhu antara 29 hingga 29,9ºC, pH antara 7 hingga7,8, kecerahan antara 9 hingga 9,5 m.
Analisis Kesesuaian Lahan Tambak Bandeng Berdasarkan Aspek Produktivitas Primer Di Desa Tambak Bulusan, Karang Tengah, Kabupaten Demak Muhammad Ainun Niam; Vivi Endar Herawati; Istiyanto Samidjan; Seto Windarto
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.44719

Abstract

Ikan bandeng (C. chanos) adalah jenis ikan yang mendiami daerah air payau yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan akan dikembangkan di berbagai daerah. Ikan bandeng di Desa Tambak Bulusan sebagian besar dibudidayakan di tambak ekstensif, sistem budidaya ekstensif dilakukan tanpa adanya pemberian pakan tambahan pada ikan sehingga seluruh hidupnya memanfaatkan ketersediaan pakan alami berupa plankton dan klekap di tambak tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesesuaian lahan air untuk budidaya kolam dan menganalisis potensi produksi budidaya ikan bandeng di Desa Tambak Bulusan berdasarkan nilai ketersediaan plankton sebagai sumber pakan alami dan distribusi klorofil sebagai parameter untuk analisis produktivitas primer yang terkait dengan parameter lingkungan. Metode dalam penelitian ini menggunakan studi kasus yang terdiri dari 2 tahap, yaitu proses pengumpulan dan analisis. Pengumpulan data penelitian dilakukan langsung di 8 titik penelitian yang berbeda dan melakukan wawancara dengan petani pertanian. Data yang diperoleh kemudian diproses menggunakan ArcGis 10.8. Hasil akhir penelitian ini adalah luas tambak Desa Tambak bulusan ± 670 ha masuk dalam kategori cukup bagus (S2) dan juga masuk dalam kategori fit bersyarat (S3). Analisis nilai hasil untuk rentang produktivitas primer di kolam adalah 108-140 mgC/m3/hari, dengan hasil tersebut perairan di area penelitian menunjukkan nilai mesotrofik yaitu perairan dengan nilai sedang. Milkfish (C. chanos) is a type of fish that inhabits brackish water areas that are widely cultivated in Indonesia and will be developed in various regions. Milkfish in The Village of Tambak Bulusan are mostly cultivated in extensive ponds, extensive cultivation systems are carried out without the provision of additional feed to the fish so that the whole life takes advantage of the availability of natural feed in the form of plankton and macro algae n the pond. The purpose of this study was to analyze the suitability of water land for pond cultivation and analyze the production potential of milkfish cultivation in Bulusan Pond Village based on the value of plankton availability as a natural feed source and chlorophyll distribution as parameters for primary productivity analysis related to environmental parameters. The method in this study uses a case study consisting of 2 stages, namely the process of collection and analysis. The data collection of research was conducted directly at 8 different research points and conducted interviews with agricultural farmers. The data obtained is then processed using ArcGis 10.8. The final result of this study is the area of tambak Bulusan village pond ± 670 ha is included in the category of quite good (S2) and also included in the category of conditional fit (S3). The analysis of the value of the results for the primary productivity range in the pool is 108-140 mgC/m3/day, with the results of the waters in the research area showing mesotrophic value i.e. waters of moderate value.