Agus Priyono Kartono
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Jalan Lingkar Akademik, Kampus IPB Dramaga PO Box 168, Bogor 16680, Indonesia

Published : 59 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

PEMETAAN PARA PIHAK DALAM PEMULIHAN KHDTK SAMBOJA Subekti Rahayu; Sambas Basuni; Agus Priyono Kartono; Agus Hikmat
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.216 KB) | DOI: 10.20886/jakk.2018.15.2.127-142

Abstract

Forest and land rehabilitation at kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Samboja, East Kalimantan had been started in 1988. Many stakeholders were involved in the activities through different mechanisms. However, this program was still far beyond expectation as the success of the rehabilitation program was limited only at the research site of the KHDTK Samboja. Information on potential stakeholders and their roles in the program is needed to formulate a better plan that will be used as a guidance to achieve an effective, efficient and sustainable restoration program in the future. An interview with key informants using snowball sampling method was carried out in BPTKSDA Samboja to identify potential stakeholders that will be involved in the future restoration program, including their interests and possible impacts on the program. The result showed that there was 11 stakeholders that could be engaged in the future Samboja Research Forest Restoration Program; BPTKSDA Samboja, UPTD Tahura Bukit Soeharto, Foresty Officer, Mulawarman University and FOERDIA as key players; Dipterocarp Research Centre and Indonesia Institute of Science as context setter; land manager and forestry industrial companies as subject; non land manager and mining companies as crowd.
Pre-release assessment of Javan Gibbon (Hylobates moloch) during acclimatization phase in Mount Malabar Protected Forest, West Java Anton Ario; Agus Priyono Kartono; Lilik Budi Prasetyo; Jatna Supriatna
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 17, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.152 KB) | DOI: 10.14710/jil.17.2.189-196

Abstract

Pre-release aassessment study of Javan gibbon (Hylobates moloch) in gradually during acclimatization phase in the Mount Malabar Protected Forest, West Java. We studied eleven Javan gibbons in February-March 2014, February-March 2015, March-April 2015, and July-August 2016. The purpose of this study was to assess the readiness of Javan gibbon behavior in acclimatization phase prior to release. Data collection was conducted by focal animal sampling method with 5-minute interval recording time  and ad libitum method. The average time allocation of Javan gibbon activities were the following: feeding 16.82±1,28%; moving 20.01±3.14%; resting 47.64±1.31%; socializing 12.88±2.92%; sexual 0.69±0.54%; and vocalizing 1.96±0.59%. We compared activity allocation data from this study and those from wild Javan gibbons and found similarities as follows: 55.30% at a family of Jowo-Bombom-yani-Yudi, 51.42% at a pair of Moly-Nancy, 44.57% at a pair of Robin-Moni and 62.19% at a family of Mel-Pooh-Asri. Based on readiness assessment of 11 Javan gibbons, 3 were considered almost ready for release, while 8 individuals were considered  ready.
PERGERAKAN LUTUNG JAWA Trachypithecus auratus (E. Geoffroy 1812) PADA FRAGMEN HABITAT TERISOLASI DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR (TWAGP) BOGOR Eko Sulistyadi; Agus Priyono Kartono; Ibnu Maryanto
BERITA BIOLOGI Vol 12, No 3 (2013)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v12i3.647

Abstract

Javan langur is protected spesies of primates that highly threatened. Habitat degradation as a major threat causes javan langur Trachypithecus auratus (E. Geoffroy 1812) populations living in isolated habitat fragments. The research was carried out to determine the daily movement of javan langur in TWAGP as form of adaptation in isolated habitat fragments. The study was conducted in May-June 2012 by using focal animal sampling method. Vegetation analysis was performed with a point centered quarter method. The results showed that there were three major land cover types used by the Javan langur, i.e. forest, transitional forest-cultivation and cultivation. The dominant activity occurred in transisional forest-cultivation habitat (48.19%). The highest proportion of activity wass resting (33.65%) followed by feeding (30.68%), moving (27.08%) and social activities (8.60%). Based on the variations of vegetation strata, the dominant activity performed at stratum C(4-20 meters) accounted for 80.07%.
Keanekaragaman Jenis Kelelawar di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat Agus Priyono Kartono; Kendy Danang Prayogi; Ibnu Maryanto
ZOO INDONESIA Vol 26, No 1 (2017): Juli 2017
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v26i1.3533

Abstract

Kelelawar memegang peranan penting di dalam rantai makananan dan salah satu fungsi utamanya sebagai pemencar biji, polinator dan pengontrol serangga. Untuk mengetahui struktur spasial habita dan keragaman jenisnya maka penelitian kelelawar dilakukan di hutan pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data lapangan dilakukan selama empat bulan (Mei–Agustus 2014) di empat tipe tutupan lahan, yakni: tegakan agathis, pinus, puspa, dan agrofor-est. Pada setiap tipe tutupan lahan dilakukan pemasangan mist-net dan harp-trap dan secara total ada 27 malam trap/tutupan lahan. Hasil penelitian menunjukkan ada 19 jenis dari 4 famili yang tercatatat yaitu 9 jenis (47,4%) Pteropodi-dae, , 2 jenis (10,5%) Rhinolophidae, 2 jenis (10,5%) Hipposideridae, dan 6 jenis Vespertilionidae (31,6%). Areal te-gakan puspa memiliki kekayaan jenis kelelawar tertinggi yang mencapai 57,89% dari total jenis ditemukan, sedangkan indeks keragaman jenis tertinggi ditemukan di areal tegakan agathis dengan nilai H’=1,76. Kesamaan komunitas kelela-war tertinggi terjadi antara areal tegakan puspa dengan tegakan agathis dengan nilai indeks Jaccard sebesar 42,86%, sedangkan terendah ditemukan antara areal tegakan puspa dengan areal agroforest (26,67%).
KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL DAN AMFIBI DI KAWASAN LINDUNG SUNGAI LESAN, KALIMANTAN TIMUR Arief Tajalli; Mirza Dikari Kusrini; Rahmat Abdiansyah; Agus Priyono Kartono
ZOO INDONESIA Vol 30, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v30i2.4134

Abstract

Kalimantan merupakan salah satu pulau yang memiliki kekayaan hayati tinggi di Indonesia, namun kebanyakan laporan mengenai kekayaaan jenis reptil dan amfibi berada di dalam kawasan konservasi seperti Taman Nasional. Penelitian mengenai keanekaragaman reptil dan amfibi dilakukan di habitat akuatik dan terestrial dalam kawasan lindung Sungai Lesan di Berau, Kalimantan Timur pada bulan Juli-Agustus 2010. Pengumpulan data reptil dan amfibi dilakukan dengan metode Visual Ecounter Survey (VES) dimodifikasi dengan Time Search dan Line Transect (400 meter). Jumlah keseluruhan reptil dan amfibi yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu 31 reptil dan 31 jenis amfibi. Dari 31 jenis reptil yang diperoleh, terdiri dari dua ordo yaitu squamata dan testudines serta 9 famili dengan 2 jenis yang termasuk dalam kategori rentan (VU: Vulnerable) daftar merah IUCN dan appendix II CITES yaitu kura-kura punggung datar (Notochelys platynota) dan bulus (Amyda cartilaginea). Pada amfibi, diperoleh lima famili dua jenis masuk kategori hampir terancam (NT: Near Threatened) dalam daftar merah IUCN. Keberadaan herpetofauna ini didukung oleh adanya berbagai mikrohabitat karena berkaitan dengan pola aktivitas dan sebaran ekologis. Perlindungan kawasan ini sangat penting mengingat makin meningkatnya desakan perubahan kawasan hutan untuk peruntukan lain.Kata kunci: Herpetofauna, Kalimantan, kekayaan jenis, hutan lindung.
Respon Ukuran Kelompok terhadap Efek Tepi dan Kepadatan Populasi Surili (Presbytis comata) pada Hutan Dataran Rendah dan Perbukitan di Kabupaten Kuningan Toto Supartono; Lilik Budi Prasetyo; Agus Hikmat; Agus Priyono Kartono
ZOO INDONESIA Vol 25, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v25i2.3359

Abstract

Ekosistem hutan dataran rendah memiliki peranan penting bagi konservasi keanekaragaman hayati. Fragmentasi yang menyebabkan terpecah-pecahnya hutan alam dan memicu terjadinya efek tepi telah menjadi kendala dalam pelestarian populasi. Memahami pengaruh habitat tepi terhadap ukuran kelompok surili (Presbytis comata) dan tersedianya data kepadatan populasi sangat penting dalam konservasi populasi. Ukuran kelompok dapat menjadi indikator kualitas habi-tat. Akan tetapi, respon kelompok terhadap tepi hutan belum banyak diketahui dan informasi kepadatan populasi surili pada ekosistem hutan dataran rendah juga masih terbatas. Penelitian ini bertujuan menganalisis ukuran kelompok surili (Presbytis comata), pengaruh tepi hutan terhadap ukuran kelompok, dan kepadatan populasi surili. Pengumpulan data dilakukan pada tutupan hutan yang mencakup hutan alam, hutan tanaman, dan kebun campuran, dengan total panjang jalur 59 km di kelompok hutan Gunung Subang, Kabupaten Kuningan. Penelitian ini menemukan bahwa ukuran ke-lompok surili bervariasi dari 2 sampai 22 dengan rata-rata 8,52 individu. Rata-rata ukuran kelompok surili tidak berubah sejalan dengan bertambahnya jarak dari tepi hutan. Kepadatan populasi surili pada interval kepercayaan 95% berkisar 44,39 – 82,36 dengan rata 60,47 ind/km2. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan strategi konservasi populasi surili pada ekosistem hutan dataran rendah yang merupakan kumpulan dari sisa hutan alam, hutan tanaman, dan kebun campuran.
KELIMPAHAN, KOMPOSISI, DAN UKURAN KADAL DI BERBAGAI HABITAT BERBEDA PADA EKOTON HUTAN NANTU, PROVINSI GORONTALO Fata Habiburrahman Faz; Mirza Dikari Kusrini; Agus Priyono Kartono
ZOO INDONESIA Vol 28, No 1 (2019): Juli 2019
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v28i1.3955

Abstract

Analisis kebutuhan pegawai di Balai Taman Nasional Alas Purwo vera tisnawati; Rinekso Soekmadi; Agus Priyono Kartono
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol. 9 No. 2 (2019): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Graduate School Bogor Agricultural University (SPs IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.9.2.366-379

Abstract

Every year, starting from 2015-2019, the effectiveness of Alas Purwo National Park (APNP) management is evaluated, by using the Management Effectiveness Tracking Tool (METT). This assessment system requires valid data and information for objective results. One of the data and information needed is the result of staffs requirement analysis. The objective of this research is to analyze the need of staffs of APNP Office in 2017-2019. The study began in May 2017 until January 2018 and took place at APNP Office in Banyuwangi and in Staffing, Organization and Governance Office of the Secretariat of the Directorate General of Natural Resources Conservation and Ecosystem in Bogor. The data collected by observation, discussion and document study result. The analysis begins by calculating the staffs inventory, then calculating the required staffs based on the workload and ending by calculating the adequacy of the staffs. The results show that Overall, the number of staffs at BTNAP in 2017-2019 has exceeded the number of staffs required, but in function (administrative and technical personnel) there is still inequality, especially in the position of data analysts, data processors, and revenue treasurer.
KELIMPAHAN, KOMPOSISI, DAN UKURAN KADAL DI BERBAGAI HABITAT BERBEDA PADA EKOTON HUTAN NANTU, PROVINSI GORONTALO Fata Habiburrahman Faz; Mirza Dikari Kusrini; Agus Priyono Kartono
ZOO INDONESIA Vol 28, No 1 (2019): Juli 2019
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v28i1.3955

Abstract

Keanekaragaman Jenis Kelelawar di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat Agus Priyono Kartono; Kendy Danang Prayogi; Ibnu Maryanto
ZOO INDONESIA Vol 26, No 1 (2017): Juli 2017
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v26i1.3533

Abstract

Kelelawar memegang peranan penting di dalam rantai makananan dan salah satu fungsi utamanya sebagai pemencar biji, polinator dan pengontrol serangga. Untuk mengetahui struktur spasial habita dan keragaman jenisnya maka penelitian kelelawar dilakukan di hutan pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data lapangan dilakukan selama empat bulan (Mei–Agustus 2014) di empat tipe tutupan lahan, yakni: tegakan agathis, pinus, puspa, dan agrofor-est. Pada setiap tipe tutupan lahan dilakukan pemasangan mist-net dan harp-trap dan secara total ada 27 malam trap/tutupan lahan. Hasil penelitian menunjukkan ada 19 jenis dari 4 famili yang tercatatat yaitu 9 jenis (47,4%) Pteropodi-dae, , 2 jenis (10,5%) Rhinolophidae, 2 jenis (10,5%) Hipposideridae, dan 6 jenis Vespertilionidae (31,6%). Areal te-gakan puspa memiliki kekayaan jenis kelelawar tertinggi yang mencapai 57,89% dari total jenis ditemukan, sedangkan indeks keragaman jenis tertinggi ditemukan di areal tegakan agathis dengan nilai H’=1,76. Kesamaan komunitas kelela-war tertinggi terjadi antara areal tegakan puspa dengan tegakan agathis dengan nilai indeks Jaccard sebesar 42,86%, sedangkan terendah ditemukan antara areal tegakan puspa dengan areal agroforest (26,67%).