Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

KANTOR PEMERINTAHAN TERPADU KABUPATEN WONOSOBO Prita Shintania; wijayanti wijayanti; erni setyowati
IMAJI Vol 1, No 3 (2012): IMAJI
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1592.399 KB)

Abstract

Seiring dengan laju pertumbuhan perekonomian dan pembangunan yang semakin pesat  dan jumlah penduduk  yang  terus  meningkat,  maka  meningkat  pula  tuntutan  masyarakat  terhadap  pelayanan pemerintahan  yang  profesional,  efisien,  efektif,  transparan,  partisipatif,  dan  tanggap  terhadap  aspirasi masyarakat.  Melihat  fenomena  tersebut,  Pemerintah  Kabupaten  Wonosobo  berupaya  memusatkan  semua instansi  di  dalam  satu  lokasi,  dikarenakan  letak  beberapa  instansi  saat  ini  menyebar  di  seluruh  Kabupaten Wonosobo.  Hal  ini  menyebabkan  kurang  terpadunya  kinerja  antar  instansi  sehingga  pelayanan  kepada masyarakat kurang optimal.  Dengan adanya Kantor Pemerintahan Terpadu, diharapkan kinerja antar instansi dapat lebih optimal. Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai  Pemerintah Daerah, standar-standar  mengenai  bangunan  kantor,  studi  banding  beberapa  Kantor  Pemerintahan,  dan  Tinjauan Pemerintah  Daerah  Kabupaten  Wonosobo.    Tapak  yang  digunakan  adalah  tapak  yang  berada  di  Jalan Banyumas Wonosobo dengan luas ± 3,1 ha.  Selain itu juga dibahas mengenai tata massa bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “Kantor Pemerintahan Terpadu Kabupaten Wonosobo”Konsep  perancangan  ditekankan  dengan  penekanan  desain  Neo  Vernakular,  yaitu  arsitektur  yang menerapkan  bentuk  yang  mengambil  unsur  budaya  setempat,  lingkungan,  dan  iklim  setempat  yang diungkapkan pada bentuk dasar arsitektur. Untuk bangunan Kantor sendiri, dirancang dengan konsep  terpadu, yaitu  terhubung  antar  bangunan  satu  dengan  bangunan  yang  lain  dengan  menggunakan  flying  corridoor  di setiap bangunan. Kata Kunci : Kantor Pe
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, HARGA, DAN CITRA MEREK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN KEPUASAN PELANGGAN SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI Erni Setyowati
Jurnal Manajemen Dayasaing Vol 18, No 2 (2016): Jurnal Manajemen Daya Saing
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/dayasaing.v18i2.4507

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh: 1) kualitaspelayanan terhadap kepuasan pelanggan, 2) harga terhadap kepuasan pelanggan, 3) citra merek terhadap kepuasan pelanggan, 4) kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan, 5) harga terhadap loyalitas pelanggan, 6) citra merek terhadap loyalitas pelanggan, dan 7) kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari jawaban 100 orang responden dengan metode accidental sampling. Alat analisis data menggunakan analisis jalur (path analysis). Hasil pengujian instrumen menyimpulkan bahwa semua variabel valid dan reliabel sebagai alat pengumpul data. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa: 1) kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan, 2) harga berpengaruh positif dan signifikanterhadap kepuasan pelanggan, 3) citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan, 4) kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan, 5) harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan, 6) citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan, 7) kepuasan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan.
PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK MULYO SEMARANG Dengan Lingkup Mikro BANGUNAN INDUSTRI PENGASAPAN IKAN satriya wahyu firmandani; bambang setioko; erni setyowati
IMAJI Vol 1, No 3 (2012): IMAJI
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1413.609 KB)

Abstract

Pemukiman  nelayan  merupakan  suatu  aset  berharga  di  setiap  daerahnya.  Pemukiman  ini  menjadi tumpuan  perdagangan  hasil  laut  di  daerahnya.  Sama  halnya  dengan  pemukiman  nelayan  Tambak  Mulyo Semarang  yang  menjadi  pusat  perdagangan  hasil  laut  di  Semarang  dan  sekitarnya.  Namun  ironisnya pemukiman nelayan Tambak Mulyo justru kumuh, padat dan tidak tertata, terlebih dengan bencana rob yang melanda hampir  setiap harinya. Pemukiman nelayan  sejatinya  tidak hanya berkutat dengan  kehidupan  para nelayan yang mencari ikan  di laut, Namun juga menampung kegiatan pengolahan hasil laut tersebut. Selain pemukiman  nelayan  secara  makro,  dalam  proyek  penataan  ini  akan  lebih  dititik  beratkan  pada  kawasan bangunan industri pengasapan ikan yang ada di dalamnya. Ide ini didapatkan dari   menyikapi kondisi buruknya sentra  industri  pengasapan  ikan  di  Bandarharjo  Semarang  yang  sekaligus  akan  ditata  bersamaan  masuk  ke dalam pemukiman nelayan Tambak Mulyo. Penataan  kawasan  industri  pengaspan  ikan  disini  berkonsep  arsitektur  vernakular  demi  melestarikan pemikira-pemikiran lokal  dalam  menghadapi  masalah-masalah  di industri  pengasapan  ikan  seperti bentukan cerobong,  tata  ruang,  bahan  bangunan  dan  lain-lain.  Kawasan  industri  pengasapan  ikan  sebagai  fokus penataan disini pastinya akan memiliki dampak tertentu terhadap lingkungan sekitar di pemukiman nelayan seperti  banyaknya  asap  yang  dihasilkan  oleh  industri  pengasapan  ikan  yang  mencemari  lingkungan  sekitar. Menyikapi  hal  tersebut,  penataan  industri  pengasapan  ikan  secara  mikro  harus  mempertimbangkan keberadaan  lingkungan  sekitar dengan beberapa  solusi desain  seperti  (1)pola  penataan  pemukiman nelayan secara  makro dengan aksis arah angin,  hal  ini berfungsi untuk  mengatur arah  asap  yang dihasilka n industri pengasapan  ikan,  (2)perancangan  barrier  asap  berupa  pepohonan  mengelilingi  industri  pengasapan  ikan, (3)menata ruang dalam industri pengasapan ikan dan bentukan cerobong dengan pendekatan vernakular agar desain sesuai dengan perilaku masyarakat setempat. Penekanan desain pada arsitektur vernakular  juga memiliki peranan penting dalam citra bangunan dan kawasan  yang  dihasilkan  nantinya.  Dengan  konsep  vernakular,  hasil  akhir  desain  disini  juga  memiliki keindahan/estetika,  kesesuaian  dengan  perilaku  setempat,  kemudahan  mendapatkan  material,  kemudahan dalam perbaikan bangunan bila dilakukan oleh masyarakat sendiri, serta menyikapi kondisi alam seperti cuaca dan bencana dalam desain.
APARTEMEN MAHASISWA TERPADU DI TEMBALANG jumratul akbar; eddy prianto; erni setyowati
IMAJI Vol 2, No 1 (2013): IMAJI
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1262.789 KB)

Abstract

Remaja  ini  apartemen  menjadi  pilihan  masyarakat  modern  di  kota-kota  besar  sebagai tempat hunian yang memberikan kepraktisan dan efisiensi waktu,  dimana kultur waktu yang cepat menjadi sangat penting. Tidak hanya kalangan masyarakat yang sudah berkeluarga, Mahasiswa pun pada  umumnya  perlu  tempat  tinggal  yang  dapat  memberikan  kenyamanan  dalam  proses  belajar, tidur  dan  melakukan  aktifitas  lainnya.  Saat  ini,  daerah  Tembalang,  Semarang  mengalami peningkatan  dalam  bidang  bisnis  real  estate,  dan  perumahan.  Sejauh  ini,  masalah  hunian  bagi mahasiswa  hanya  diselesaikan  dengan  adanya  kamar-kamar  sewa  (kost),  tetapi  dikarenakan banyaknya  rumah  yang  berdiri  maka  kawasan  sekitar  Kampus  menjadi  kurang  tertata.  Seiring dengan  pertumbuhan  mahasiswa  yang  cukup  pesat  di  kecamatan  Tembalang,  Semarang.  Maka apartemen adalah salah satu alternatif hunian yang dapat mewadahi mahasiswa. Kajian  diawali  dengan  mempelajari  tinjauan  mengenai  apartemen  atau  rumah  susun, meliputi  definisi  apartemen,  jenis  ruang,  dan  sistem  pengelolaan.  Selanjutnya  tinjauan  mengenai Kota Semarang umumnya dan Kecamatan Tembalang khususnya, meliputi data fisik dan non fisik, potensi, dan kebijakan tata ruang wilayah, serta perkembangan apartemen di Kota Semarang. Data studi  banding  yang  diperoleh  dari  apartemen  di  Kota  Depok  dan  Surabaya  juga  dikaji  untuk memperoleh standar jumlah dan luasan unit hunian. Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan dengan  parameter  konsep  desain  bioklimatik  dalam  upaya  menyelaraskan  dan  menyesuaikan dengan  iklim  yang  ada  di  kota  semarang.  Selain  itu,  dilakukan  juga  pendekatan  kontekstual, fungsional, teknis, dan kinerja untuk menghitung kebutuhan dan kapasitas ruang serta mewujudkan citra  bangunan  hunian  yang  modern,  nyaman,  terpadu  serta  ramah  lingkungan.  Pemilihan  tapak dilakukan pada beberapa alternatif tapak dengan scoring menggunakan matriks pembobotan.Selanjutnya  dilakukan  tahap  eksplorasi  desain.  Dan  sebagai  kesimpulan,  diperoleh  luasan program  ruang  yang  diperlukan  pada  apartemen  serta  ilustrasi  desain  berupa  gambar  grafis  2dimensi dan 3 dimensi.
SHOPPING MALL DI KOTA PEKALONGAN (dengan penekanan desain Arsitektur Post Modern) heri sugianto; erni setyowati; gagoek hardiman
IMAJI Vol 2, No 1 (2013): IMAJI
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1370.164 KB)

Abstract

Kota  Pekalongan  merupakan  salah  satu  kota  yang  mengalami  perkembangan  pesat.  Perkembangan  dalam dalam segala bidang  memberikan dampak  semakin meningkatnya  taraf hidup  dan  kebutuhan  masyarakat,  sertadiiringi  dengan  sifat  konsumerisme  semakin  tinggi.  Berdasarkan  fenomena  tersebut,  baik  tuntutan  kebutuhan manusia,  gaya  hidup,  pemanfaatan  lahan  perkotaan,  keberadaan  sebuah  S hopping  Mall  Di  Kota  Pekalongan  . Kajian  ini  diawali dengan mempelajari  tinjauan Shopping Mall,  yang  meliputi pengertian,  jenis-jenis karakteristik fisik  dan  non-fisik,  data  Kota  Pekalongan,  potensi,  serta  kebijakan  rencana  detail  tata  ruang  Kota  Pekalongan.Konsep perancangan ditekankan  pada arsitektur post modern di mana dapat menginterpretasikan  bangunan yang atraktif, rekreatif, dinamis dan elegan untuk sebuah Shopping M all yang melayani kalangan menengah ke atas.
HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA AIR PANAS GUCI – KABUPATEN TEGAL PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK samia saragi; bambang setioko; erni setyowati
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4215.719 KB)

Abstract

Kabupaten Tegal merupakan salah satu tujuan wisata yang memiliki potensi alam dan budaya di Jawa Tengah. Salah satu objek wisata unggulan di Kabupaten Tegal yang telah menjadi objek wisata unggulan dalam lingkup Jawa Tengah adalah objek wisata air panas yang berada di Desa Guci. Kawasan Wisata Air Panas Guci memiliki potensi pengembangan wisata berawal dari sumber mata air panas, kearifan budaya lokal yang masih tetap dipertahankan, yaitu wayang dan tarian, komoditi teh dan jamu yang telah melekat dengan kabupaten Tegal. Perkembangan Kepariwisataan ini berdampak pada jumlah pengunjung yang terus meningkat dan berbanding lurus dengan kebutuhan akan sarana akomodasinya. Oleh karena itu, dengan banyaknya fasilitas yang dikembangkan, diperlukan adanya sarana akomodasi berupa fasilitas penginapan yang memberikan pelayanan bagi pengunjung untuk menikmati keindahan alam di Guci secara lebih lama. Jenis penginapan yang sesuai adalah Hotel Resort. Hotel Resot merupakan sebuah respon terhadap perkembangan kawasan wisata yang juga menjadi hotel resort pertama yang memberikan fasilitas berupa wahana pertunjukan, tea spa and massage, serta café jamu sebagai salah satu pemasaran dari ciri khas Kabupaten Tegal Penekanan desain pada hotel resort ini adalah arsitektur organik yang dalam proses desain mempertimbangkan unsur organik baik dari bentukan bangunan hingga penyelarasanna terhadap lingkungan sekitar. Penataan Hotel Resot merespon tapak dan view menuju ke bagian bawah desa Guci, yaitu kecamatan Bumijawa, dan beberapa Kecamatan dari Kabupaten Tegal.
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS C DI KABUPATEN SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular Adelina Noor Rahmahana; Erni Setyowati; Gagoek Hardiman
IMAJI Vol 1, No 2 (2012): IMAJI
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1174.558 KB)

Abstract

Kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor utama penentu keberhasilan pembangunan nasional.Kualitas dan kuantitas sarana kesehatan yang ada di suatu daerah secara teoritis berbanding lurus dengantingkat kesehatan masyarakatnya. Tingkat hunian yang sangat tinggi berdampak kurang baik dalampeningkatan mutu pelayanan karena sumber daya manusia yang ada tidak mendapatkan kesempatan untukberistirahat sehingga kelelahan dan mengakibatkan tidak cermat dalam melihat kondisi pasien. Sarana danprasarana pun tidak sempat diganti dan dibesihkan karena segera dipergunakan oleh pasien berikutnya. Metode yang digunakan adalah dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai RumahSakit Umum Daerah Kelas C, standar-standar mengenai tata ruang dalam Rumah Sakit Umum Kelas C, studibanding beberapa Rumah Sakit Umum Kelas C, serta mendalami langgam arsitektur neo-vernakular. Tapakyang digunakan adalah tapak yang berada di Desa Klero Kecamatan Tengaran. Selain itu dibahas pulamengenai tata massa dan ruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dalamperancangan “Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C di Kabupaten Semarang”. Konsep perancangan Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C di Kabupaten Semarang mewujudkan bangunankesehatan yang representatif sehingga dapat memberikan alternatif bagi masyarakat dalam pelayanankesehatan. Dengan penekanan desain neo-vernakular diharapkan desain rumah sakit ini dapat seiring denganperkembangan jaman yang modern namun tetap mengadopsi unsur budaya lokal dan sesuai dengan konseprumah sakit di daerah tropis. Dengan beberapa penyesuaian terhadap kebutuhan masyarakat. Bentukbangunan tradisional mempunyai atap yang tinggi dan tritisan yang lebar untuk mengatasi curah hujan danantisipasi terhadap sinar matahari yang melimpah, yang merupakan ciri iklim tropis lembab di Indonesia.
GEDUNG BIOSKOP DI KOTA SEMARANG (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST MODERN) bagas laksawicaka; bambang setioko; erni setyowati
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2702.398 KB)

Abstract

Keberadaan bioskop di Indonesia sudah berlangsung hampir 107 tahun, terhitung sejak adanya bioskop yang memutar film pertama kali yang dikenal sebagai “gambar idoep” di Batavia tanggal 5 Desember 1900. Bioskop mempunyai peranan yang strategis dan merupakan ujung tombak industri perfilman Indonesia, sekaligus menjadi tolak ukur keberhasilan produksi film Indonesia bagi masyarakat. Sebagai mata rantai terakhir dalam tata niaga film, usaha perbioskopan tentu saja tidak bisa dilepaskan dari salah satu fungsi bioskop yaitu sebagai “etalase film”. Dengan pesatnya perkembangan teknologi digital dan pelayanan untuk masyarakat penonton yang memadai adalah suatu tantangan bagi dunia perbioskopan khususnya, untuk bersama-sama membuka pasar film yang lebih luas lagi.
SEKOLAH LUAR BIASA TIPE D DI KOTA SEMARANG Rahmalia Fajri Setiani; septana bagus pribadi; erni setyowati
IMAJI Vol 2, No 1 (2013): IMAJI
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1247.446 KB)

Abstract

Kota Semarang merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Tengah yang pastinya mengalami pertumbuhan kota yang lebih pesat dari kota-kota lain di Jawa Tengah. Seiring dengan perkembangan jaman yang disertai dengan perkembangan di berbagai sektor diantaranya perindustrian, transportasi dan kesehatan di Indonesia khususnya di Semarang, terdapat kecenderungan akan semakin meningkatnya jumlah kecelakaan pada sektor-sektor tersebut dimana adanya kecacatan khususnya cacat tubuh merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan tersebut. Para penyandang cacat tubuh yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat pun tetap harus diperhatikan dan diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat melaksanakan fungsi social/berinteraksi secara wajar dalam keberadaan mereka di masyarakat masyarakat, sehingga kecacatannya tidak menjadi halangan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Pola kehidupan masyarakat kota yang modern, banyaknya jumlah penyandang cacat tubuh yang ada dikota Semarang, dan kurangnya fasilitas yang ada ini sudah selayaknya mendapat perhatian khusus. Oleh karena itu perlu adanya sebuah tempat pendidikan yang terpadu dari pendidikan hingga rehabilitasi untuk para penyandang cacat di Kota Semarang ini. Kajian diawali dengan mempelajari pengertian tentang penyandang cacat, pengertian tentang sekolah luar biasa, pengelompokkan penyandang cacat berdasarkan kecacatannya, perbedaan sekolah biasa dan sekolah luar biasa dalam hal bangunan yang menyesuaikan dan kurikulum yang ada juga mempelajari standar-standar yang harus dipenuhi dalam merancang sebuah sekolah luar biasa tipe-D. Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan dengan konsep Perilaku Penyandang Cacat dalam Arsitektur dengan substansi penerapan Universal Design dengan mengidentifikasi prinsip-prinsip Universal Design dan contoh-contoh penerapannya dalam bangunan. Selain itu, dilakukan dengan pendekatan fungsional, kontekstual, teknis dan kinerja. Sebagai kesimpulan, program ruang yang diperlukan, tapak terpilih serta gambar-gambar 2 dimensi dan 3 dimensi sebagai ilustrasi desain.
SOLO CONVENTION HALL Ayudia Kanthi Lestari; Budi Sudarwanto; Erni Setyowati
IMAJI Vol 1, No 2 (2012): IMAJI
Publisher : Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1405.079 KB)

Abstract

Jawa Tengah memiliki daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan tujuan dari agenda MICE (meeting,incentive, convention, exhibition) tetapi hal tersebut tidak didukung dengan fasilitas konvensi yangberkapasitas ribuan orang. Kota Solo berpotensi dalam sektor bisnis, perdagangan, dan potensi seni budayalokal. Hal ini dapat mendukung potensi Kota Solo sebagai kota tujuan MICE. Akhir-akhir ini juga bisnisperhotelan di Kota Solo mengalami penurunan, karena sedikitnya pertemuan-pertemuan akbar yang digelar diKota Solo. Hal ini yerjadi karena di Kota Solo belum terdapat fasilitas gedung konvensi yang berkapasitasribuan orang, sehingga saat pemilihan tuang rumah kegiatan konvensi, Kota Solo pasti dikesampingkan.Sekarang sedang dilakukan pengembangan potensi Kota Solo, saat ini merupakan saat yang tepat untukmerealisasikan dibangunnya sebuah bangunan konvensi yang berstandar internasional di Kota Solo. Kajian diawali dengan mempelajari pengertiandan hal-hal mendasar tentang gedung konvensi,standar-standar mengenai tata ruang di dalam gedung konensi, studi banding beberapa gedung konvensi diIndonesia. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi gedung Solo Convention Hall dan pembahasan konsepperancangan dengan penekanan desain Arsitektur Neo-Vernakular. Selain itu juga dibahas mengenai tataruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “SoloConvention Hall”. Konsep perancangan ditekankan Arsitektur Neo-Vernakular, yaitu konsep transformasi identitas KotaSurakarta ke dalam konsep modern, karena bangunan konvensi merupakan bangunan umum yang digunakanoleh berbagai kalangan dan unutk aktivitas modern. Konsep ini sesuai dengan spirit Kota Surakarta “Solo’s Pastas Solo’s Future”, yaitu spirit pembangunan Kota Surakarta yang tidak meninggalkan identitas masa lampaudan menjadikan karakter budaya lokal sebagai dasar pengembangan modernitas Kota Surakarta. Padabangunan ini mengambil konsep dari pendapa yang fungsinya juga sebagai tempat pertemuan bagi orangJawa. Pendapa yang berbentuk joglo merupakan bangunan dengan dominasi atap, hal tersebut menyiratkanbahwa orang Jawa mementingkan bagian kepala yaitu akal dan pikiran. Karena dengan akal dan pikiran,manusia dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum bertemu Tuhan (mati).