Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Ungkapan Tabu dalam Masyarakat Ternate Rahma Do Subuh; Bakhtiar Majid
Tekstual Vol 17, No 1 (2019): Tekstual: Humaniora
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.511 KB) | DOI: 10.33387/tekstual.v17i1.1794

Abstract

Tulisan ini membahas tentang tabu berupa ungkapan verbal dalam masyarakat Ternate yang hingga saat ini masih dijumpai dalam keseharian. Tabu dalam hal ini dilihat dari perspektif  budaya menyangkut dengan sistem kepercayaan  dan dari perspektif  sosial yang berkaitan dengan etika atau sopan santun dalam berinteraksi antar sesama manusia. Tulisan ini juga membahas strategi yang dilakukan  dalam menyikapi tabu tersebut.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara untuk memperoleh data jenis tabu  yang dalam masyarakat disebut foso atau boboso serta bagaimana menyikapi tabu tersebut pada saat kondisi di mana mereka dengan terpaksa harus menggunakan kata-kata tabu tersebut. pendekatan semantic digunakan untuk memperoleh makna kontekstual dalam proses analisis data. Hasil yang ditemukan adalah bahwa dari sisi budaya  terdapat beberapa kata yang tergolong dalam satu komponen makna yang tidak boleh diucapkan pada situasi malam hari. Sedangkan dari sisi sosial juga terdapat sejumlah kata yang dianggap tidak patut diucapkan seseorang ketika berinteraksi dengan orang  lain dalam suatu situasi.Kata kunci: tabu, sistem kepercayaan, kultur, sosialAbstractThis article describes about taboo,  a verbal expression in Ternate society which is existed till this day. In this case, taboo is viewed from cultural perspective related to belief system and social perspective related to ethics and politeness in interaction between men. This article describe about a strategy to respond taboo as well.The technique of collecting data is in depth interview to get some data of taboo as the society called foso or boboso and how to respond taboo in the condition when they must use the taboo words. Semantic approach is used to get contextual meaning in process of analyzing the data.The result of this research was found that there are a few words in one component meaning that cannot be said in the evening situation viewed from the cultural perspective. While for the social perspective was found that there are a few words cannot be said to a man when interact to other people in each situation.Keyword; taboo, religion system, cultural, social
Struktur Bahasa dan Sikap Bahasa Etnik Ternate terhadap Etnik Lain Rahma Do Subuh; Bakhtiar Majid
Tekstual Vol 16, No 2 (2018): Tekstual: Humaniora
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.726 KB) | DOI: 10.33387/tekstual.v16i2.1085

Abstract

The acceptance of Malay is the beginning of the attitude of acceptance of the language by Ternate society. Language attitudes can be classified into two, namely positive attitudes and negative attitudes. A positive attitude in the form of loyalty to language and will determine language defense should be a negative attitude that will lead to language shift. This study aims to describe the attitude of acceptance of Ternate's ethnic language which has historically been described as an ethnic group that easily accepts and even absorbs new cultures that have come. With the attitude of acceptance, how is the pattern or structure of the language used when communicating with other ethnic speakers. This is what encourages researchers to conduct research related to the structure of language and cycles of language reception by Ternate ethnicity. This study uses a qualitative descriptive method, in which the object of research is human beings and circumstances that are influenced by humans whose study is carried out as skillfully as possible. This study also uses a holistic approach including structural, sociology and anthropology. Research results show that the dominant language structure used by ethnicities includes 1). The level of morphology namely words and phrases, 2) syntax includes the negative words. Whereas the language attitude has shown is a negative language attitude towards one's own language and vice versa shows a positive language attitude towards other languages. From the perspective of communication, the attitude of the language shown by ethnic Ternate shows a very high level of language accommodation. Keywords: structure, language, attitudes
Fasilitas Sanitasi pada Objek Wisata Jikomalamo Rahma DO Subuh; Fitria Soamole
TEKSTUAL Vol 19, No 1 (2021): Tekstual: Humaniora
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2581.813 KB) | DOI: 10.33387/tekstual.v19i1.3092

Abstract

Penulisan artikel ini bertujuan untuk memaparkan informasi tentang sistem sanitasi yang diterapkan pada objek wisata Jikomalamo di Ternate. Sanitasi terbagi atas sanitasi dasar  dan sanitasi bangunan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan   teknik survey, wawancara serta dokumentasi.  Data  yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa sistem sanitasi pada objek wisata jikomalamo masih jauh dari standar sanitasi yang ditentukan oleh WHO maupun Kementerian Kesehatan RI. Terdapat empat tempat yang masih memperhatikan kebersihan dan hamper memenuhi standar sanitasi. Sistem sanitasi yang diterapkan antara lain meliputi  sanitasi dasar; penyediaan air bersih, Pembuangan air limbah, ketersediaan tempat sampah, jarak toilet serta penerangan. Sedangkan sanitasi bangunan meliputi konstruksi bangunan, bahan bangunan serta kelembaban, belum ada yang memenuhi kriteria UU Sanitasi Kementerian Kesehatan RI. Kata kunci:  sanitasi, fasilitas, objek wisata                                                      Abstractthis article aims to provide information about the sanitation system applied to the Jikomalamo tourist attraction in Ternate. Sanitation is divided into basic sanitation and building sanitation. The method used is descriptive qualitative with survey techniques, interviews and documentation. The data obtained from the research shows that the sanitation system at the Jikomalamo tourist attraction is still far from the sanitation standards set by WHO and the Indonesian Ministry of Health. There are four places that still pay attention to cleanliness and almost meet sanitation standards. The sanitation system implemented includes basic sanitation; provision of clean water, disposal of waste water, availability of trash bins, distance of toilets and lighting. Meanwhile, building sanitation includes building construction, building materials and humidity, none of which have met the criteria for the Sanitation Law of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia.Keyword : sanitasion, facility, tourism destination
Pelesapan Fonem Vokal Bahasa Melayu Ternate di Pulau Tiidore Rahma Do Subuh; Yuriska Ode Manaf
TEKSTUAL Vol 18, No 2 (2020): Tekstual: Humaniora
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.405 KB) | DOI: 10.33387/tekstual.v18i2.3079

Abstract

Penulisan ini bertujuan untuk  (1) menggambarkan pelesapan fonem bahasa Melayu Ternate di Tidore dan (2) menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pelesapan  fonem vokal bahasa Melayu Ternate di Tidore. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data; observasi dan wawancara. Adapun objek yang diteliti ialah pelesapan fonem vokal dalam bahasa melayu Ternate di Tidore, pada saat tuturan atau komunikasi. sumber data  diperoleh dari infoman atau penutur secara langsung. Sedangkan objek kajian ialah pelesapan fonem dalam Bahasa Melayu Ternate di Tidore.  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tipe pelesapan fonem  bahasa Melayu Ternate di Tidore    yakni: Aferesis, sinkop dan apokop. Adapun penggunaan pelesapan ini  dipengaruhi oleh faktor sosial. Kata kunci: pelesapan, fonem, kosa kata, sosial AbstractThis paper aims to (1) describe deletion of Ternate Malay phoneme in Tidore and (2) describe factors influencing the deletion of vowel phoneme of  Ternate Malay in Tidore. Method of research used is qualitative descriptive  and technique of collecting data are through observation and interview . The object  being researched is deletion of vowel phoneme of Ternate Malay in Tidore when communicate one another. Data source taken from informant or speaker directly, while object of analysis is deletion of Ternate Malay phoneme in Tidore.Based on the result, it is concluded that there are several types of Ternate Malay phoneme, namely aferesis, syncope, and apocope. The use of the deletion was influenced bysocial and geographic factors.Keywords: phoneme deletion,vocabulary, social
FASILITAS SANITASI PADA OBJEK WISATA JIKO MALAMO RAHMA DO SUBUH; FITRIA SOAMOLE
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/etnohistori.v7i1.4091

Abstract

Sanitasi diartikan sebagai suatu cara  atau upaya manusia dalam mengelola lingkungan (fisik) yang dapat menjamin kesehatannya.  Dengan kata lain sanitasi juga berarti  sebagai upaya prefentif yang dilakukan untuk mencegah atau terhindar dari penyeakit dengan cara menjaga kebersihan terutama kebersihan air. Jadi dapat dikatakan bahwa fasilitas  Sanitasi merupakan prasarana penunjang kenyamanan pada suatu objek wisata tidak terkecuali objek wisata Jikomalamo. Semakin baik fasilitas sainitasi semakin tinggi tingkat kenyamanan wisatawan.  Objek wisata Jikomalamo sendiri saat ini menjadi destinasi wisata favorit di kota Ternate dengan jumlah pengunjung terbanyak dibandingkan dengan tempat wisata lain. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang fasilitas sanitasi pada objek wisata Jiko malamo. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan   teknik survey, wawancara serta dokumentasi,  diperoleh hasil penelitian bahwa sistem sanitasi pada objek wisata jiko malamo masih jauh dari standar sanitasi yang ditentukan oleh WHO maupun Kementerian Kesehatan RI. Terdapat empat tempat yang masih memperhatikan kebersihan dan hamper memenuhi standar sanitasi. Sistem sanitasi yang diterapkan antara lain meliputi  sanitasi dasar; penyediaan air bersih, Pembuangan air limbah, ketersediaan tempat sampah, jarak toilet serta penerangan. Sedangkan sanitasi bangunan meliputi konstruksi bangunan, bahan bangunan serta kelembaban, belum ada yang memenuhi kriteria UU Sanitasi Kementerian Kesehatan RI. Kata kunci: sanitasi, fasilitas, objek wisata 
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS KHAIRUN Arlinah Madjid; Rahma Do Subuh
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/etnohistori.v6i2.2429

Abstract

Sarana komunikasi, berbagi informasi, memperoleh hiburan, mencurahkan isi hati dan mendatangkan keuntungan ekonomi adalah beberapa tujuan pemanfaatan media sosial di kalangan mahasiswa.  Sebanyak 150 mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun disurvei untuk menemukan persentase pemanfaatan media sosial berdasarkan manfaat yang diperoleh. Hasil memperlihatkan bahwa 99,3% mahasiswa memanfaatkan media sosial sebagai sarana memperoleh informasi melalui tontonan, 96,6% memanfaatkan untuk komunikasi berbagi pesan, 94 % memperoleh hiburan dengan menonton dan membaca postingan orang lain, sementara manfaat ekonomi hanya 3,3%. Mahasiswa tercatat telah menggunakan media sosial sebelum memasuki perguruan tinggi. Mereka setidaknya memiliki lebih dari satu akun media sosial. Platform facebook (78%) menjadi pilihan terbanyak karena memiliki fitur messenger yang dapat digunakan tanpa biaya, whatsapp (44%) untuk berbagi pesan dalam file besar, instagram (34,6%) untuk aktualisasi diri dan hiburan, dan sisanya adalah pengguna twitter (20%) dan line (5,3%). Beberapa dampak penggunaan media sosial secara personal antara lain membangun hubungan sosial, meningkatkan minat terhadap aktivitas ekonomi, memberikan efek rileks melalui fungsi hiburan, sarana aktualisasi diri. Di sisi lain, penggunaan media sosial ini belum berpengaruh signifikan terhadap perkembangan kualitas akademik dengan penemuan rendahnya persentase aktivitas berbagi artikel dan unggah opini. Studi ini ingin menginformasikan kepada dosen, peneliti dan orang tua tentang penggunaan dan tujuan pemanfaatan media sosial oleh mahasiswa.Kata kunci: penggunaan media sosial, dampak media sosial, mahasiswa
STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA BERBASIS MASYARAKAT KEPULAUAN DI PULAU HIRI Rahmah DO Subuh; sunaidin ode mulae
Humano: Jurnal Penelitian Vol 10, No 2 (2019): Periode November
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/humano.v10i2.1448

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi  objek wisata dan strategi pengembangannya  di Pulau Hiri. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu survei dan pendampingan. Hasil yang ditemukan pada penelitian ini adalah Potensi wisata di Pulau Hiri terdiri atas wisata alam, seni dan budaya. Wisata alam telah di buat spot foto yang menyajikan pemandangan alam kepada pelancong untuk mengabadikan moment saat berada di pulau Hiri. Wisata seni dan budaya seperti masyarakat Kota Ternate pada umumnya karena masyarakat Pulau Hiri sebagian besar menggunakan bahasa dan budaya Ternate. Penelitian ini bersamaan dengan program berkarya bermasyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa dan dosen pembimbin lapangan pada empat kelurahan yakni Togolobe, Mado, Faudu, Dorari Isa menemukan bahwa potensi wisata di empat kelurahan pulau Hiri ini dapat menjadi alternatif wisata bagi masyarakat kota Ternate, nasional dan internasional. Simpulan pada penelitian ini adalah Strategi dikembangkan pada sektor pariwisata pada empat kelurahan dengan dibuatkan kawasan wisata spot foto untuk mengabadikan moment saat pelancong berada di Pulau Hiri. Kemudian, disiapkan rambu-rambu wisata dalam bentuk informasi sapta pesona sekaligus kelompok sadar wisatanya.Kata kunci: Strategi, pengembangan,wisata, pulau Hiri
Ekowisata Berbasi Kearifan Lokal di Kabupaten Halmahera Barat Rahma Do Subuh; Muslim Fadel; Fitria Soamole
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/etnohistori.v9i1.5206

Abstract

Ekowisata secara garis besar mengakomodir beberapa aspek dalam pariwisata di antaranya ada upaya konservasi (destinasi/alam), adanya partisipasi masyarakat lokal sertanya adanya transfer budaya; termasuk di dalamnya nilai-nilai kearifan lokal dalam masyarakat. mengingat masyarakat Maluku utara adalah masyarakat multicultural dengan beragam adat dan budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi ekowisata yang dapat dikembangkan dalam upaya menjaga pariwisata berkelanjutan serta melihat pengembangan potensi-potensi tersebut oleh pemerintah daerah. Penggunaan metode peneilitian deskriptif, penelitian ini mencoba menggabungkan data  secara kuatitatif dan  kualitatif untuk memperoleh informasi ekowisata berbasis kearifan lokal di kabupaten Halmahera Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.Sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling untuk menentukan lokasi yang representatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi ekowisata berbasis kearifan local masyarakat banyak tersebar pada objek-objek wisata di kabupaten Halmahera barat. sebagian besar lokasi di mana objek wisata seperti; Rappa pelangi, ake sahu, hutan mangrove gamtala, pulau damar, pantai lapasi, pulau fastofiri dan pulau domrotu selalu terdapat makam kuno yang selalu dijaga masyarakat sekitar dengan cara melakukan berbagai ritual. Ritual-ritual tersebut sendiri adalah berhubungan dengan sistem kepercayaan msyarakat. Dalam hal ini yang sangat dominan adalah kepercayaan terhadap makam-makam tua yang masih dipercaya oleh masyarakat hingga saat ini dan sebagian dikenal dengan sebuatan jere. Keberadaan makammakam yang banyak berada pada objek wisata ini membawa pengaruh pada pengelolaan lingkungan oleh masyarakat. hingga objek wisata tersebut sangat dijaga (konservasi) oleh masyarakat.Kata Kunci: Ekowisata, Kearifan Lokal, Pariwisata Berkelanjutan
DEIKSIS NOVEL HUJAN BULAN JUNI SAPARDI DJOKO DAMONO Rosina Kafau; Rahma Do Subuh; Ridwan Ridwan
Tekstual Vol 21, No 1 (2023): Tekstual: Humaniora
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/tekstual.v21i1.6257

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan deiksis yang terdapat dalam novel  Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono  dan mendeskripsikan jenis-jenis dan fungsi deiksis dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca secara intensif, mencatat semua kata atau kalimat yang mengandung deiksis novel Hujan Bulan Juni. Analisis data dilakukan dengan mengindentifikasi, mengklasifikasi, dan menyimpulkan hasil analisis.Hasil penelitian ditemukan lima jenis deiksis dan terdiri atas 216 data. Deiksis persona 137 data, deiksis waktu 22 data, deiksis tempat 13 data, deiksis sosial 39 data, dan deiksis wacana 6 data.
STRATEGI PELESTARIAN BAHASA TERNATE PADA MASYARAKAT MULTINGUAL Ety Duwila; Rahma Do Subuh
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 6 (2024): Vol. 5 No. 6 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i6.37897

Abstract

Permasalahan Bahasa daerah di berbagai daerah di Indonesia saat ini adalah menyangkut vitalitas atau kondisi kesehatannya. Budaya dan bahasa lokal dihadapkan pada berbagai ancaman globalisasi teknologi informasi. Tidak terkecuali Bahasa-bahasa daerah di Maluku utara. Maluku utara memiliki 32 bahasa daerah1 namun hampir kesemua Bahasa tersebut tidak lagi memiliki vitalitas yang stabil. Bahasa Ternate termasuk Bahasa yang dalam status mengkhawatirkan2. Hal ini sudah selayaknya diprediksi mengingat mobilitas akses teknologi informasi yang semakin gencar saat ini di samping adanya beberapa mega proyek strategi nasional yakni ekplorasi tambang di beberapa tempat serta adanya pengembangan pariwisata. Pulau Ternate sendiri sebagai daerah tutur Bahasa Ternate saat ini dihuni oleh berbagai macam penutur dengan latar belakang yang berbeda-beda. Implikasi dari pembauran antar etnik ini dapat terlihat pada hasil riset terbaru, di mana penutuir Bahasa Ternate saat ini hanyalah mereka yang berusia di atas 40 th. Oleh karenanya sudah selayaknya diupayakan strategi-strategi penyelamatan Bahasa Ternate sendiri dan bahasa-bahasa daerah di Maluku utara secara umum.