Abdillah Imron Nasution
Unknown Affiliation

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Studi Diameter Tubulus Dentin Setelah Pemaparan Fluoride 1500 Ppm (Gambaran Atomic Force Microscopy) Abdillah Imron Nasution; Mursal Mursal; Iqbal Saputra
Cakradonya Dental Journal Vol 8, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.193 KB)

Abstract

Fluoride sering terdapat di dalam pasta gigi dengan kadar 1500 ppm. Jika fluoride terpapar dengan dentin, fluoride dapat mengubah struktur dan ukuran kristal Hidroksiapatit yang merupakan pembentuk dentin. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemaparan fluoride 1500 ppm terhadap diameter tubulus dentin. Penelitian ini menggunakan Atomic Force Microscopy dan ukuran diameter tubulus dentin dianalisis dengan software gwyddion v.2.30. Enam gigi premolar digunakan sebagai spesimen dan dipotong pada area mahkota dekat CEJ kemudian dihaluskan. Spesimen dikelompokkan ke dalam enam kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang dipaparkan larutan fluoride 1500 ppm dengan durasi 1 menit, 3 menit, 5 menit, 8 menit dan 10 menit. Pemaparan dengan fluoride dilakukan selama 7 hari. Sebanyak 5 tubulus dentin dari masing-masing spesimen dihitung ukuran diameternya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa diameter tubulus dentin pada kelompok kontrol memiliki ukuran rerata yang paling besar yaitu 4,41 μm. Sedangkan ukuran rerata diameter tubulus dentin pada kelompok perlakuan yaitu 2,63-3,53 μm. Hasil uji analisi statistik oneway ANOVA dan uji Tukey menunjukkan semua kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol (p0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemaparan larutan fluoride 1500 ppm dapat mengurangi diameter tubulus dentin secara signifikan walaupun belum mampu menutupi tubulus dentin yang terbuka dengan sempurna.
Perubahan pH Saliva Buatan Setelah Diinteraksikan Dengan Candida Albicans, Streptococcus Mutans, dan Aggregatibacter Actinomycetemcomitans Basri A. Gani; Cut Soraya; Sunnati -; Abdillah Imron Nasution; Nurfal Zikri; Rina Rahadianur
Cakradonya Dental Journal Vol 5, No 2 (2013): Desember 2013
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.148 KB)

Abstract

Saliva merupakan cairan eksokrin yang mengandung unsur protein dan antibodi seperti sIgA laktoferin peroksidase, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan pada pertahanan mukosa rongga mulut dan gigi guna mencegah infeksi oral mikropatogen seperti C. albicans, S. mutans, dan A. actinomycetemcpmitans. Patogenesis ketiga oral mikropatogen tersebut diawali dengan mempengaruhi perubahan pH saliva sebagai langkah invasi dan infeksi pada mukosa oral dan pelikel gigi. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui perubahan pH saliva buatan setelah diinteraksikan dengan S. mutans, C. albicans,dan A. Actinomycetemcpmitans. Materi penelitian ini berupa Streptococcus mutans strain ATCC 31987, Candida albicans strain ATCC 10231, Aggregatibacter actinomycetemcomitans strain ATTC 702358, dan saliva buatan. Untuk mengetahui perubahan pH saliva, maka ketiga mikrobiota tersebut dikultur dan untuk menguji perubahan pH saliva dilakukan uji interaksi ketiga mikroorganisme tersebut dalam saliva buatan selama 24 jam dengan pengaturan pH saliva sebagai indikator hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan interaksi S. mutans, C. albicans, dan A. actinomycetemcomitans dalam saliva buatan mampu mereduksi perubahan pH saliva mengarah ke pH netral dengan kontrol perlakuan pH saliva 4, 5, 6, 8, dan pH 9 secara statistik tidak tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p0,05), begitu juga ketika dilakukan interakasi diantara masing-masing mikroorganisme tersebut dalam saliva buatan menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p0,05). Hasil penelitian memperlihatkan aktivitas biologi S. mutans, C. albicans, dan A. actinomycetemcomitans dalam saliva buatan mampu merubah pH Saliva sekaligus mempertahankan pH netral, ini menggambarkan bahwa mikrobiota tersebut saling mendukung dan bekerjasama dalam mempengaruhi siklus biologi rongga mulut dengan pH saliva sebagai indikator.
Kemampuan Air Rebusan Daun Salam (Eugenia Polyantha Wight) Terhadap Jumlah Makrofag Pada Gambaran Histologi Periodontitis Agresif (Penelitian Pada Tikus Model) Ridha Andayani; Abdillah Imron Nasution; Afini Rahimi
Cakradonya Dental Journal Vol 8, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.223 KB)

Abstract

Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan bakteri dominan pada periodontitis agresif. Daun salam (Eugenia polyantha w) bersifat sebagai anti-inflamasi, antimikroba, analgesik dan antibakteri. Saat ini, belum banyak penelitian potensi daun salam dalam respon inflamasi yang diperankan oleh makrofag. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan air rebusan daun salam dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80% terhadap jumlah sel makrofag pada gambaran histologi periodontitis agresif. Penelitian ini merupakan penelitian eskperimental laboratoris yang menggunakan tikus putih rattus norvegiccus dibagi empat kelompok, tiga kelompok perlakuan air rebusan daun salam dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80%, dan satu kelompok kontrol akuades.Pada hari pertama kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diinokulasi bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans sampai hari ketujuh. Hari kedelapan sampai kesepuluh kelompok perlakuan diaplikasikan air rebusan daun salam dan kelompok kontrol diaplikasikan akuades. Hari kesebelas tikus dieuthanasi, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel histologi jaringan periodontal tikus diamati secara mikroskopik. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan jumlah makrofag kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang bermakna (p≤0,05). Dapat disimpulkan, kandungan air rebusan daun salam dapat membantu respon inflamasi yang diperankan oleh sel makrofag.
Hubungan Waktu Kehadiran Fasilitator Dengan Learning Objectives Terhadap Nilai Akhir Mahasiswa Blok 2 FKG Unsyiah Ridha Andayani; Abdillah Imron Nasution; Mauliza Hanim
Cakradonya Dental Journal Vol 7, No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.769 KB)

Abstract

Metode Problem-Based Learning (PBL) merupakan suatu metode baru yang diterapkan dalam pendidikan medis. Penerapan metode tersebut mengandalkan mahasiswa bekerjasama dalam beberapa kelompok kecil, diberi kasus dalam bentuk skenario, mereka berdiskusi secara aktif untuk mencapai sasaran belajar (learning objectives) dan dipandu oleh seorang dosen yang bertugas sebagai fasilitator. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan waktu kehadiran fasilitator dengan learning objectives dan terhadap nilai akhir (DPNA) mahasiswa. Tempat penelitian di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala pada bulan Desember 2013 bertepatan dengan dilaksanakannya Blok 2 pada Semester 1. Subjek penelitian terdiri dari 6 kelompok tutorial dengan 7 skenario. Alat yang digunakan berupa kuisioner dan Borang B, Panduan BPF, dan hasil DPNA. Data dianalisis dengan analisis Korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan waktu kehadiran fasilitator dan learning objectives menunjukkan hubungan yang lemah dan negatif (R= -0,246), fasilitator dan Nilai DPNA menunjukkan hubungan yang lemah dan positif (R= 0,357) (p0,01). Kesimpulan adalah dari penelitian ini waktu kehadiran fasilitator dan learning objectives dalam pelaksanaan Blok 2 Tahun Ajaran 2013/2014 belum berperan dengan baik dalam menciptakan kecenderungan berpikir kritis yang dicita-citakan oleh penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL).
GAMBARAN MORFOLOGI Candida albicans SETELAH TERPAPAR EKSTRAK SERAI (Cymbopogon citratus) PADA BERBAGAI KONSENTRASI Afrina .; Abdillah Imron Nasution; Cut Iryanti Sabila
Cakradonya Dental Journal Vol 9, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.509 KB) | DOI: 10.24815/cdj.v9i2.9748

Abstract

Candida albicans merupakan jamur oportunisik dan termasuk salah satu flora normal dalam rongga mulut manusia yang dapat berubah menjadi patogen dan menyebabkan kandidiasis oral. Salah satu mekanisme adaptasi yang dilakukan C. albicans untuk mempertahankan hidupnya dari senyawa antifungal ekstrak serai (Cymbopogon citratus) adalah perubahan morfologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran morfologi C. albicans setelah terpapar serai pada berbagai konsentrasi yang dilakukan pada kelompok perlakuan yang terdiri dari konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 75%, dan 100%, kelompok kontrol negatif (akuades) dan tiga kelompok kontrol flukonazol berdasarkan dosis CLSI minimum, optimum, dan maksimum. C. albicans yang digunakan adalah ATCC 10231 yang telah disensitisasi dengan Cigarette Smoke Condensate (CSC). Gambaran morfologi C. albicans dilihat menggunakan mikroskop elektrik dengan pembesaran 1000x dan dibedakan menjadi bentuk blastospora, sel budding, pseudohifa, dan hifa. Gambaran morfologi C. albicans kemudian dianalisis secara deskriptif dan tabulasi. Hasil menunjukkan bahwa morfologi C. albicans setelah terpapar ekstrak serai pada semua konsentrasi didominasi oleh blastospora, dengan jumlah sel budding dan hifa paling sedikit terdapat di konsentrasi 25%.Kata Kunci: Candida albicans, kandidiasis oral, serai
PENGARUH DURASI PEMAPARAN LARUTAN FLUORIDE DENGAN KONSENTRASI 0,15% TERHADAP PERUBAHAN KEKASARAN PERMUKAAN DENTIN Abdillah Imron Nasution; Ridha Andayani; Putri Disa Maulida
Cakradonya Dental Journal Vol 9, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.444 KB) | DOI: 10.24815/cdj.v9i2.9744

Abstract

Fluoride sering digunakan sebagai bahan aktif maupun bahan desensitisasi di dalam pasta gigi. Konsentrasi standar fluoride yang boleh terkandung dalam pasta gigi di Indonesia tidak boleh lebih dari 0,15% (1500 ppm). Terpaparnya fluoride dengan dentin dapat mendukung remineralisasi dengan stabilisasi hidroksiapatit. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh durasi pemaparan fluoride dengan konsentrasi 0,15% terhadap perubahan kekasaran permukaan dentin. Atomic Force Microscopy digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan dentin dan pengukuran selanjutnya menggunakan software Gwyddion v.2.30. Dua belas gigi premolar digunakan sebagai spesimen dan dipotong pada area mahkota dekat dengan cementoenamel junction kemudian permukaan dentin dihaluskan menggunakan SiC paper 600-grit. Spesimen dikelompokkan ke dalam 4 kelompok yaitu : Kontrol, Etsa, Fluoride 3 menit dan Fluoride 15 menit. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kekasaran permukaan dentin dari yang tertinggi hingga terendah diawali pada kelompok : etsa (1.85±0.37 µm), k ontrol (1.76±0.32 µm), fluoride 3 menit (1.74±0.19 µm) dan f luoride 15 menit (1.62±0.37 µm). Hasil uji analisis statistik one-way ANOVA dan uji Post Hoc LSD menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada tiap-tiap kelompok (p0,05). Dapat disimpulkan bahwa durasi pemaparan larutan fluoride 0,15% belum mampu mengurangi kekasaran permukaan dentin secara signifikan.Kata kunci: Fluoride, kekasaran permukaan
TOPOGRAFI DENTIN SETELAH PENYIKATAN DENGAN SODIUM LAURYL SULFATE PADA BERBAGAI DURASI WAKTU DITINJAU DENGAN ATOMIC FORCE MICROSCOPY Abdillah Imron Nasution; Basri A. Gani; Firda Asbarini
Cakradonya Dental Journal Vol 10, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.928 KB) | DOI: 10.24815/cdj.v10i1.10613

Abstract

Menyikat gigi menggunakan pasta gigi berfluoride adalah kebiasaan yang sering dilakukan masyarakat di negara berkembang. Pasta gigi yang dijual di pasaran biasanya mengandung deterjen dengan kadar yang rendah. Sodium lauryl sulfate (SLS) adalah salah satu deterjen dalam pasta gigi dengan kadar rata-rata 0,5-2% dari berat keseluruhan pasta gigi. SLS dapat merusak struktur dentin dengan berpenetrasi ke dalam kristal hidroksiapatit (HA) yang merupakan penyusun dentin. Penelitian ini bertujuan menganalisis topografi dentin setelah penyikatan dengan sodium lauryl sulfate 1% pada berbagai durasi waktu ditinjau dengan Atomic Force Microscopy (AFM). Enam gigi premolar digunakan sebagai spesimen dan dipotong pada area mahkota dekat CEJ kemudian dihaluskan. Spesimen dikelompokkan ke dalam enam kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok yang disikat dengan SLS 1% dengan durasi 3 menit, 5 menit, 8 menit dan 10 menit. Perlakuan diulang selama 7 hari. Hasil pengamatan AFM memperlihatkan perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyikatan menggunakan SLS dapat menurunkan kekasaran permukaan, memperkecil diameter tubulus dentin, menurunkan tinggi dentin intertubuler dan memperlebar jarak dentin intertubuler. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa SLS dapat menyebabkan abrasi pada struktur hidroksiapatit dan merusak kolagen pada dentin.
Perbandingan Jumlah Koloni Streptococcus Sp, Lactobacillus Sp Dan Candida Sp Di Dalam Rongga Mulut Pasien Skizofrenia Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh Ridha Andayani; Abdillah Imron Nasution; Muhammad Qadri
Cakradonya Dental Journal Vol 6, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.632 KB)

Abstract

Pasien skizofrenia dapat mengalami masalah gigi dan mulut yang sama dengan orang normal sebagai populasi umum. Namun bukti menunjukkan bahwa mereka memiliki resiko lebih besar mengalami penyakit di rongga mulut dan lebih membutuhkan perawatan rongga mulut. Terjadinya penyakit di rongga mulut sangat erat kaitannya dengan peningkatan jumlah koloni mikroorganisme seperti Streptococcus sp, Lactobacillus sp dan Candida sp. Peningkatan jumlah koloni mikroorganisme dapat meningkatkan status mikroorganisme tersebut menjadi patogen yang menyebabkan suatu penyakit di rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan jumlah koloni Streptococcus sp, Lactobacillus sp dan Candida sp di rongga mulut. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan eksperimental laboratoris yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh. Subjek penelitian sebanyak 47 pasien skizofrenia laki-laki dan perempuan. Pada subjek dilakukan pengambilan sampel di rongga mulut dengan menggunakan cotton wooden steril yang kemudian dibawa ke laboratorium untuk dikultur dan dihitung jumlah koloni mikroorganismenya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jumlah koloni Streptococcus sp yang dikultur pada media selektif TYS20B sebanyak 93,2 x 106 CFU/ml, Lactobacillus sp yang dikultur pada media selektif MRSA sebanyak 0,6 x 106 CFU/ml, dan Candida sp yang dikultur pada media selektif SDA sebanyak 30,5 x 106 CFU/ml. Streptococcus sp merupakan mikroorganisme paling dominan pada rongga mulut pasien skizofrenia Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh sehingga dapat dikatakan karies gigi sangat rentan terjadi di rongga mulut pasien tersebut.
KONSENTRASI HAMBAT DAN BUNUH MINIMUM EKSTRAK SERAI (Cymbopogon citratus) TERHADAP Candida albicans Afrina .; Abdillah Imron Nasution; Nur Rahmania
Cakradonya Dental Journal Vol 9, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.424 KB) | DOI: 10.24815/cdj.v9i1.9879

Abstract

Candida albicans merupakan spesies yang paling banyak terdapat di rongga mulut sebagai flora normal dan juga sangat berkaitan dengan candidiasis terutama oral candidiasis. Oral candidiasis adalah infeksi oportunistik yang paling umum berdampak pada mukosa rongga mulut. Serai (Cymbopogon citratus) memiliki kandungan kimia yang terdiri dari alkaloid, tanin, dan terpenoid yang dapat menghambat pertumbuhan jamur C.albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak serai terhadap C. albicans. Ekstrak Serai dalam konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 75%, dan 100% dibuat secara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.Pengujian untuk menilai KHM dan KBM ekstrak serai terhadap C.albicans dengan metode dilusi yang terdiri dari kelompok perlakuan, kelompok kontrol negatif (aquades) dan kelompok kontrol positif (flukonazol). KHM dan KBM diketahui dengan menghitung jumlah koloni pada media SDA. Data dianalisis dengan uji One Way ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan. Konsentrasi yang efektif dalam menghambat C. albicans adalah pada konsentrasi 25% dan Konsentrasi Bunuh Minimum didapatkan pada konsentrasi 100% dengan tidak ada pertumbuhan koloni C. albicans pada media SDA.Kata Kunci: Candida albicans, Oral Candidiasis, serai
TOPOGRAFI DENTIN SETELAH PENYIKATAN DENGAN SODIUM LAURYL SULFATE PADA BERBAGAI DURASI WAKTU DITINJAU DENGAN ATOMIC FORCE MICROSCOPY Abdillah Imron Nasution; Basri A. Gani; Firda Asbarini
Cakradonya Dental Journal Vol 10, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : FKG Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/cdj.v10i1.10613

Abstract

Menyikat gigi menggunakan pasta gigi berfluoride adalah kebiasaan yang sering dilakukan masyarakat di negara berkembang. Pasta gigi yang dijual di pasaran biasanya mengandung deterjen dengan kadar yang rendah. Sodium lauryl sulfate (SLS) adalah salah satu deterjen dalam pasta gigi dengan kadar rata-rata 0,5-2% dari berat keseluruhan pasta gigi. SLS dapat merusak struktur dentin dengan berpenetrasi ke dalam kristal hidroksiapatit (HA) yang merupakan penyusun dentin. Penelitian ini bertujuan menganalisis topografi dentin setelah penyikatan dengan sodium lauryl sulfate 1% pada berbagai durasi waktu ditinjau dengan Atomic Force Microscopy (AFM). Enam gigi premolar digunakan sebagai spesimen dan dipotong pada area mahkota dekat CEJ kemudian dihaluskan. Spesimen dikelompokkan ke dalam enam kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok yang disikat dengan SLS 1% dengan durasi 3 menit, 5 menit, 8 menit dan 10 menit. Perlakuan diulang selama 7 hari. Hasil pengamatan AFM memperlihatkan perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyikatan menggunakan SLS dapat menurunkan kekasaran permukaan, memperkecil diameter tubulus dentin, menurunkan tinggi dentin intertubuler dan memperlebar jarak dentin intertubuler. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa SLS dapat menyebabkan abrasi pada struktur hidroksiapatit dan merusak kolagen pada dentin.