Arif Widyanto
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH BERBAGAI DOSIS UMBI GADUNG RACUN (Dioscorea hispid ) TERHADAP KEMATIAN TIKUS MENCIT PUTIH (Mus musculus strain albino) Ari Rahmawati; Arif Widyanto
Buletin Keslingmas Vol 34, No 3 (2015): Bulletin Keslingmas Vol 34 No 3 Tahun 2015
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.572 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v34i3.3072

Abstract

Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama yang mengganggu dalam kehidupan manusia.Pengendalian tikus sudah cukup banyak dilakukan oleh masyarakat baik secara fisik maupun secara kimia. Salahsatunya dengan memanfaatkan tumbuhan alami yang mengandung racun, contohnya adalah umbi gadung yangmengandung senyawa dioskorin yang bersifat toksik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dilaboratorium. Penelitian dilakukan dengan metode umpan . Umpan dibuat berbentuk pelet dari tepung ikan, dedak,kemiri dan umbi gadung. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok yang ditempatkan ke dalam kontainer, masing- masingkontainer berisi 6 ekor berdasarkan dosis umbi gadung yaitu 250 gram, 500 gram dan 750 gram. Penelitiandilakukan selama 48 jam. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental di laboratorium. Penelitian dilakukandengan metode umpan . Umpan dibuat berbentuk pelet dari tepung ikan, dedak, kemiri dan umbi gadung. Tikusdibagi menjadi 4 kelompok yang ditempatkan ke dalam kontainer, masing- masing kontainer berisi 6 ekorberdasarkan dosis umbi gadung yaitu 250 gram, 500 gram dan 750 gram. Penelitian dilakukan selama 48 jam.Untuk peneliti yang lain jika akan melanjutkan penelitian yang serupa sebaiknya tikus tidak dicampur namundipisah-pisah yaitu satu tikus diletakkan dalam satu kontainer agar lebih mudah dalam pengamatannya dan lebihefektif.
EFEKTIFITAS BEBERAPA JENIS ATRAKTAN DALAM MENANGKAP TELUR NYAMUK Aedes Sp DI KELURAHAN TELUK KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 Ratna Pramurditya; Aris Santjaka; Arif Widyanto
Buletin Keslingmas Vol 36, No 3 (2017): Bulletin Keslingmas Vol 36 No 3 Tahun 2017
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.323 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v36i3.2998

Abstract

Pengendalian Aedes sp tanpa insektisida dapat digunakan dengan perangkap telur (Ovitrap). KecamatanPurwokerto Selatan dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Kabupaten Banyumas tahun 2015 (92 kasus,1 orangmeninggal), Kelurahan yang tinggi kasus DBD yaitu Kelurahan Teluk dengan 22 kasus DBD. Penelitian inimenjawab jenis atraktan dan jenis bahan ovitrap mana yang paling baik untuk menarik nyamuk. Jenis penelitian iniyaitu eksperimen semu (Quasi Experiment) rancangan postest dengan kelompok kontrol (non randomized postestonly control group design). Sampel penelitian ini digunakan kriteria inklusi yaitu rumah penderita (3 rumah)dengan rumah disekitar rumah penderita dalam radius 200m yaitu 27 rumah (1 rumah diberi 3 perlakuan ovitrap).Analisis univariat (perhitungan jumlah telur nyamuk pada ovistrip) dan analisis bivariat (uji ANOVA Faktorial).Jumlah telur nyamuk yang paling banyak pada jenis atraktan air rendaman jerami (1.933 butir) dan jenis bahanovitrap gelas plastik (1436 butir). Spesies nyamuk yang ditemukan Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Hasilanalisis anova faktorial jenis atraktan 0,00 (p) 0,05 (α), significant Ho ditolak jadi ada perbedaan jumlah telurAedes sp yang terperangkap pada masing-masing jenis atraktan (air rendaman jerami, air rendaman gula dan airsetempat). Jenis bahan ovitrap 0,187 (p) 0,05 (α), Ho diterima jadi tidak ada perbedaan antara jumlah telurnyamuk dengan jenis bahan ovitrap (tempurung, gelas plastik dan kaleng). Interaksi jenis atraktan dan jenis bahanovitrap 0,155 (p) 0,05 (α), Ho diterima, tidak ada perbedaan interaksi jenis atraktan dan jenis bahan ovitrap.Atraktan dengan air rendaman jerami 20% paling baik digunakan untuk tempat bertelur nyamuk, sedangkan untukjenis ovitrap gelas plastik dengan atraktan air rendaman jerami paling baik digunakan. Penggunaan atraktan airrendaman jerami 20% dengan ovitrap gelas plastik dalam menangkap telur nyamuk dapat diterapkan padamasyarakat.
EFEKTIVITAS FERMENTASI AIR TEBU SEBAGAI BAHAN ATRAKTAN NYAMUK Aedes aegypti MENGGUNAKAN PERANGKAP NYAMUK DI LABORATORIUM ENTOMOLOGI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO TAHUN 2015 Dhani Nur Wijayanti; Arif Widyanto
Buletin Keslingmas Vol 34, No 4 (2015): Bulletin Keslingmas Vol 34 No 4 Tahun 2015
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.659 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v34i4.3034

Abstract

Di Indonesia, epidemi Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan problem dan penyebab utamamorbiditas dan mortalitas pada anak – anak. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yangdisebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyebab DBD sampai saatini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di indonesia.Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui Efektivitas fermentasi air tebu guna menangkap nyamuk Aedes aegypti menggunakan perangkapnyamuk. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan the randomized posttest onlycontrol group yang terdiri dari sampel dan kontrol. Hasilpenelitian konsentrasi 40% dapat dikatakan konsentrasiyang paling banyak mendapatkan jumlah nyamuk Aedes aegypti yang terperangkap. Simpulan penelitian ini adalahKonsetrasi fermentasi air tebu yang yang paling banyak mendapatkan jumlah nyamuk Aedes aegypti yangterperangkap adalah konsentrasi 40%, karena paling banyak mendapatkan nyamuk yang terperangkap jikadibandingkan dengan konsentrasi yang lain.
DESKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN KARANGPUCUNG KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014 Ratna Pramurditya; Arif Widyanto
Buletin Keslingmas Vol 34, No 1 (2015): Bulletin Keslingmas Vol 34 No 1 Tahun 2015
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.182 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v34i1.3021

Abstract

DHF incidence rate increases caused by the lack of clean and healthy behaviors. DHF is causedby dengue virus by mosquitoes of the genus Aedes (Aedes aegypti and Aedes albopictus). Thehighest number of DHF at 2013 in Banyumas regency is South of Purwokerto district (92 cases).Karangpucung village (21 cases) the highest DHF. Mosquito nest eradication action DHF includesurvey of mosquito larvae was done in Karang pucung village but the larvae-free rate (ABJ) not yet toreach the target (94.09%), so the researcher wanted to discover the implementation of mosquito nesteradication dengue hemorrhagic fever in Karang pucung village South of Purwokerto districtBanyumas regency year 2014.Type research is observation with descriptive analysis qualitative survey approach whichprovides an overview the implementation of mosquito nest eradication DHF in Karang pucung village.Sample from 98 families head in 12 RW at the Karangpucung village by Systematic RandomSampling.The implementation of mosquito nest eradication DHF in Karangpucung Village done 95 familieshead (97%). RW 1 (39%) and RW 2 (29%) the lowest implementation of mosquito nest eradication,RW 9 (66%) and RW 7 (63%) the highest implementation of mosquito nest eradication. Survey motionplus 3M low of practice was to use a mosquito net (4%), the larvae-eating fish (6%), the use of wiregauze on the ventilation holes (12%), sowing abate (17%). The survey result, larvae in Karangpucungvillage the larvae-free rate (ABJ) not eligible (79%), HI are not eligible (21%), CI does not qualify(5%), BI eligible (23%). RW 2 and 4 have the lowest ABJ and HI, CI, BI highest, in accordance withthe highest number of dengue cases in RW 4 (5 cases) and RW 2 (1 case).Researcher conclusion is the implementation of mosquito nest eradication dengue hemorrhagicfever in Karangpucung Village, not all of the people active of mosquito nest eradication denguehemorrhagic fever in the movement 3M plus. Many mosquito larvae still found so mosquito nesteradication target not reach (ABJ ≥ 95%). Community and cadres suggested more active in theimplementation of mosquito nest eradication.
KOHORT EVALUASI NYAMUK DEWASA SETELAH PELAKSANAAN FOGGING FOCUS DI DESA SIDAMULIH KECAMATAN RAWALO KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 Irawan Endy Pratama; Aris Santjaka; Arif Widyanto
Buletin Keslingmas Vol 36, No 2 (2017): Bulletin Keslingmas Vol 36 No 2 Tahun 2017
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.981 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v36i2.2968

Abstract

Latar Belakang fogging focus dilaksanakan di daerah yang ada kasus Demam Berdarah Dengue denganbertujuan untuk menekan secara cepat densitas nyamuk dewasa sehingga Kejadian Luar Biasa dapat dicegah. DesaSidamulih terdapat 2 kasus DBD serta tambahan 12 kasus penderita panas dalam 3 minggu. Tujuan penelitianmengetahui densitas nyamuk dewasa sebelum dan setelah pelaksanaan fogging focus sebagai parameter langsung.Jenis penelitian observasional dengan pendekatan kohort. Hasil penelitian menunjukan dengan analisis uji AnovaLSD mengetahui densitas nyamuk dari dampak fogging focus. Hasil uji lanjut ternyata densitas nyamuk hari ke 3setelah fogging focus I tidak ada beda dengan sebelum fogging focus I (p 0,474) dan hari ke 10 setelah foggingfocus II tidak ada beda dengan sebelum fogging focus I (p 0,144). Disimpulkan fogging focus hanya efektif setelah3 hari pada siklus fogging focus ke II. Disarankan fogging focus bukan satu-satunya cara untuk menekan densitasnyamuk.
STUDI FAKTOR – FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH PENDERITA DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014 Donie Ajian Veronica; Arif Widyanto; Budi Triyantoro
Buletin Keslingmas Vol 34, No 2 (2015): Bulletin Keslingmas Vol 34 No 2 Tahun 2015
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.744 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v34i2.3028

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disease is an infection disease caused by Dengue virustransmitted primarily through bites of Aedes aegypti. Based on the Purwokerto Selatan Public HealthCenter repotrs the number of dengue cases incedence from January to December 2013 recorded 92cases.The research objective was to describe physical house environment factors of DHF patients atdistrict Purwokerto Selatan Public Health Center like height of place, rainfall, ilumination, air temperatur,air humidity, kind of breeding place, and mosquito larva density (C.I, H.I, B.I, ABJ). The sample caseswere all patients with dengue in the public health center Purwokerto Selatan 2013.The research result shows from 77 patient was observation as subyek of cases DHF with agebetween 11-15 years old are 14 people (18,18%), 66,23 % are man with total 51 people, 46, 75 % arestudents with total 36 people. Height of places average are 74 meters from surface of the sea. Rainfall3.940 mm. Average of ilumination for part in the house 130 lux, part out of the house 443 lux. Average airtemperature for part in the house 31oC, part out of the house 32oC. Average air humidity part in thehouse 66%, part out of the house 62%. Total container was found are 285 container. C.I=2,45%,H.I=9,09%, B.I=9,09%, dan ABJ=90,0%.Kind of breeding place was found are basin for bath, place for clean water, vase, dispenser,refrigerator, pail, aquarium, pond, second objects, and container for drink bird. Mosquito larva density C.Iborder fill from WHO, (≤ 5%), border fill from WHO H.I (≤ 10%), B.I border fill from WHO (≤ 50%), andABJ border fill from WHO (≥ 95%) because of that be needed do restraint for mosquito larva. Give asuggestion to all people for do
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH PUSKESMAS BANJARNEGARA 1 KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 Sri Purwaningsih; Arif Widyanto; Teguh Widijanto
Buletin Keslingmas Vol 36, No 2 (2017): Bulletin Keslingmas Vol 36 No 2 Tahun 2017
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.415 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v36i2.2964

Abstract

Wilayah Puskesmas Banjarnegara 1 termasuk daerah dengan kasus DBD paling tinggi di KabupatenBanjarnegara dengan 50 kasus pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktorlingkungan yang berhubungan dengan kejadian DBD di wilayah Puskesmas Banjarnegara 1. Jenis penelitianobservasional dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DBD (kasus) danbukan penderita DBD (kontrol). Sampel berjumlah 20 kasus dan 20 kontrol yang diperoleh dengan menggunakanteknik Insidental Sampling. Analisis data dengan uji statistic chi square dan penentuan odds ratio (OR). Hasilanalisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD adalah keberadaan jentik nyamukAe. aegypti OR=11, keberadaan breeding places OR=10,524, keberadaan resting places OR=13,5, frekuensipengurasan tempat penampungan air (TPA) OR=21 dan ketersediaan tutup pada TPA OR=7. Hasil analisismultivariat menunjukkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian DBD adalah frekuensipengurasan TPA dengan nilai signifikansi 0,005 ( OR=15,632).