Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

KEUTAMAAN PRIA SEBAGAI PEMIMPIN Dedi Masri
ANSIRU PAI : Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam Vol 5, No 2 (2021): JURNAL ANSIRU PAI
Publisher : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/ansiru.v5i2.10100

Abstract

Pria memiliki kemampuan untuk dijadikan sandaran sebagai orang yang bisa diberi tanggung jawab sebagai kepala keluarga dan kemampuan untuk berani dan mau melangkahkan kaki memenuhi kebutuhan/kewajiban keluarga. Seorang suami wajib memiliki kemampuan tersebut karena jika wanitanya (istri) lebih mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga, dikhawatirkan berkurangnya manjanya wanita (istri) dan hilangnya taat istri kepada suaminya.  Surat An-Nisa ayat 34 telah menekankan bahwa laki-laki harus bisa menjadi pemimpin kaum wanita, karena baik dalam suatu organisasi, wilayah, negara maupun rumah tangga, kepemimpinan merupakan otoritas seorang laki-laki
PERKEMBANGAN TERKINI STUDI HADIS DI INDONESIA Ramli Abdul Wahid; Dedi Masri
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 42, No 2 (2018)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v42i2.572

Abstract

Abstrak: Diakui bahwa perkembangan studi hadis tidak berbanding lurus dengan percepatan bidang ilmu keislaman lainnya. Artikel ini mengkaji perkembangan mutakhir studi hadis di Indonesia. Penulis mengemukakan bahwa keterlambatan kajian Hadis di Indonesia berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, mulai dari awal masuknya Islam sampai sekitar akhir abad ke-20. Fenomena kajian Hadis belakangan menunjukkan adanya perkembangan di Indonesia dan bahkan keadaan terkini, Hadis mengalami kemajuan yang pesat, baik dari aspek kuantitas, maupun kualitas. Penulis berargumen bahwa kemajuan tersebut dibuktikan dengan munculnya program studi Ilmu Hadis di PTKIN dan penelitian dan buku yang diterbitkan, tidak lagi bersifat konvensional, tetapi sudah menemukan terobosan-terobosan baru. Karena itu fenomena baru tentang pengkajian Hadis di Indonesia diproyeksikan memiliki prospek yang menjanjikan di masa mendatang.Abstract: The Latest Development of Hadith Studies in Indonesia. It has been widely accepted that within the Islamic historians that the development of hadis studies had not run parallel with acceleration of other Islamic disciplines. This article examines the latest developments in the study of hadith in Indonesia. The author maintains that the stagnant stage of development in the study of Hadith in Indonesia has undergone through a long history, starting from the beginning of the emergence of Islam until the end of the 20th century. The phenomenon of Hadith studies witnessed the developments in Indonesia and even at the initial situation, it progressed rapidly both in terms of quantity as well as quality. The author argues that this development as evidenced by the Hadith studies program at PTKIN and the published research and books which are no longer conventional, but have found new breakthroughs. As such, the new phenomenon about Hadith studies in Indonesia is projected to have promising prospects in the future.Kata Kunci: hadis, ulama, Indonesia, Nusantara, PTAIN
The Concept of Islamic Musyawarah Dedi Masri
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 4, No 3 (2021): Budapest International Research and Critics Institute August
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v4i3.2619

Abstract

Deliberation is a way of dealing with many problems that cannot only be resolved personally. As humans or as a society, we need to get involved with other people in solving the problems at hand, especially if the issue concerns the interests of the general public. For this reason, the involvement of other people is important so that the interests of others are also accommodated or accommodated in the decisions that are taken. Western nations call it a democracy that makes humans as the owner of the highest authority, while deliberation in Islam is the way that Allah SWT has given as the sole decision maker. Deliberation is the key word in various issues to avoid conflict. For Muslims, accepting the principle of deliberation to build consensus is a matter of aqidah.
POLA KERJA SAMA ANTARA ORANG TUA DAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BACAAN SHALAT DI RA AL-AMIN Nabila Nabila; Dedi Masri; Raya Idul Fitri; Raihan Nazrey Suseno
incrementapedia Vol 4 No 2 (2022): Incrementapedia: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Publisher : Program Studi PG-PAUD Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/incrementapedia.vol4.no2.a6559

Abstract

This study describes several external policies of RA Al-Amin in order to improve the quality of education at RA Al-Amin. The type of research in this paper is descriptive qualitative. Data collection techniques used by way of interviews and also various sources both from relevant books and journals. The results of this study indicate that the external policies set by RA Al-Amin consist of: (1) Prayer reading assistance, intending to educate the character of students to obey and obey Allah SWT through prayer, (2) Application of cooperation between parents and teachers in learning prayer readings for children, the application of this policy is expected to make it easier for children to memorize prayer readings, (3) Implementation of practice, getting children to pray correctly which is done together. (4) Repetition, parents have the duty to repeat the lessons that their children have learned at school. As for the inhibiting factors of this policy are external factors where both parents are busy working, as well as the community environment.
The Implementation of the Tabayyun Concept in Learning Islam to Enhance Attitudes of Religious Moderation Dedi Masri; Pandu Prabowo Warsodirejo
AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Vol 15, No 1 (2023): AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan
Publisher : STAI Hubbulwathan Duri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35445/alishlah.v15i1.2592

Abstract

Religious moderation refers to a moderate approach, an inclusive approach to Islam, or an open-minded approach to religion. Because it is simpler for religious sects and teachings to spread in society through social media and other religious studies that are not always authentic, Tabayyun's attitude toward religious moderation is extremely important. For this reason, people must exercise caution and double-check their assumptions before learning anything. This study aims to analyze how the Tabayyun concept is used in Islamic education to promote religious moderation. This study employed a qualitative descriptive research methodology. Interviews and observational techniques were used by researchers to gather data. The study results demonstrate that there are various Tabayyun concepts, such as a) Tabayyun based on Rationality, b) Tabayyun with an Objective Attitude, and c) Tabayyun through Empirical Attitudes, that can be incorporated into Islamic Religious Education learning. Additionally, the concept of Tabayyun in Islamic religious education enhances the attitude of religious moderation by fostering harmony between educators, students, the community, and the environment to produce a tranquil and secure atmosphere free from numerous dangers. Therefore, it may be inferred that the Tabbayun concept can be included in Islamic instruction to enhance students' attitudes toward religious moderation.
Nilai-Nilai Pendidikan Keluarga Berdasarkan Kisah Luqman Q.S Luqman 12-19 Dalam Tafsir Al-Misbah Yoshi Randa Siregar; Dedi Masri; Era Tamara; Rosyid Fauzan Hasibuan
ANTHOR: Education and Learning Journal Vol 2 No 4 (2023): Volume 2 Nomor 4. Page: 440 - 583
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/anthor.v2i4.196

Abstract

Keluarga memegang peran sentral dalam pembentukan nilai-nilai pendidikan pada setiap individu. Kajian ini menggambarkan pentingnya nilai-nilai pendidikan keluarga berdasarkan kisah Luqman Q.S. Luqman 12-19 dalam tafsir Al-Misbah. Kisah ini mengungkapkan kebijaksanaan Luqman yang diperoleh melalui pengalaman hidupnya. Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa Luqman mewariskan prinsip-prinsip penting dalam mendidik anak-anak,seperti keimanan kepada Allah, akhlak mulia, dan kebijaksanaan dalam berbicara. Nilai-nilai ini mampu membentuk pribadi yang bertanggung jawab, berakhlak baik, dan bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Kajian ini menyimpulkan bahwa kisah Luqman menyoroti pentingnya peran keluarga sebagai lembaga pendidikan yang membentuk nilai-nilai positif dalam masyarakat.
TAKWIL AYAT MUTASYABIHAT DALAM AL QUR’AN SURAH AN NISA AYAT 2 DENGAN SURAH AN NISA AYAT 6 (PEMBAGIAN HARTA ANAK YATIM) Vizi Azlina; Dedi Masri; Muhammad Alfiansyah; Vallenda Nadila
Inspirasi Dunia: Jurnal Riset Pendidikan dan Bahasa Vol. 2 No. 3 (2023): Agustus : Inspirasi Dunia : Jurnal Riset Pendidikan dan Bahasa
Publisher : Universitas Maritim AMNI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58192/insdun.v2i3.1004

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis takwil ayat mutasyabihat dalam Al-Qur'an Surah An-Nisa Ayat 2 dengan Surah An-Nisa Ayat 6 yang berkaitan dengan pembagian harta anak yatim. Ayat-ayat ini menyoroti pentingnya keadilan dalam membagi harta anak yatim dan memberikan pedoman bagi umat Islam dalam melakukan pembagian yang adil. Dalam masyarakat Muslim, perhatian terhadap anak yatim adalah salah satu prinsip utama dalam ajaran agama. Islam menggarisbawahi perlunya perlindungan dan keadilan terhadap anak yatim, termasuk dalam hal pembagian harta mereka. Surah An-Nisa Ayat 2 dan Ayat 6 dalam Al-Qur'an memberikan arahan kepada umat Islam mengenai bagaimana harus memperlakukan harta anak yatim dan mewariskannya secara adil. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan tafsir al-Qur'an. Data yang digunakan adalah ayat-ayat mutasyabihat yang terdapat dalam Surah An-Nisa Ayat 2 dan Ayat 6. Untuk menganalisis dan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang makna ayat-ayat tersebut, berbagai tafsir dari para ulama terkemuka dikaji dan dibandingkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa takwil ayat mutasyabihat dalam Surah An-Nisa Ayat 2 dan Ayat 6 adalah bahwa pembagian harta anak yatim harus dilakukan dengan adil, menjaga hak-hak anak yatim, dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan. Ayat-ayat tersebut memberikan pedoman yang jelas bagi umat Islam dalam melakukan pembagian harta anak yatim, dengan memastikan bahwa mereka mendapatkan bagian yang adil dan tidak terjadi penyalahgunaan harta oleh pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan harta tersebut. Keadilan dalam pembagian harta anak yatim merupakan aspek penting dalam agama Islam. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang mendorong umat Muslim untuk bersikap adil dan berbuat baik terhadap anak yatim. Pembagian harta yang adil akan memberikan kepastian dan keamanan bagi anak yatim, serta memperkuat rasa keadilan dan persaudaraan dalam masyarakat Muslim. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman terhadap takwil ayat mutasyabihat dalam Surah An-Nisa Ayat 2 dan Ayat 6, khususnya dalam konteks pembagian harta anak yatim. Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya menerapkan prinsip-prinsip keadilan dalam praktik pembagian harta anak yatim, serta memberikan perlindungan dan perhatian yang layak terhadap mereka.
Kontroversi Pemaknaan Nasikh dan Mansukh: Kajian Surah Al-Imran Ayat 93 (Perspektif Tafsir Jalalain dan Tafsir Ibnu Katsir) Agita Yurinda Hasibuan; Dedi Masri; Muhammad Alfiansyah; Hikmal Akbar
Simpati: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Bahasa Vol. 1 No. 3 (2023): Juli : Jurnal Penelitian Pendidikan dan Bahasa
Publisher : CV. Alim's Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59024/simpati.v1i3.228

Abstract

This study describes the analysis of the controversy over the meaning of nasikh and mansukh in the verses of the Qur'an according to the scholars and the analysis of the meaning of Surah Al-Imran verse: 93 according to two interpretations, Tafsir Jalalain and Tafsir Ibnu Katsir as a comparison. The type of research method used in this research is literature research or literature review to collect relevant information about the meaning of nasikh wal mansukh. The results of the research show that (1) In essence there is no disagreement among the scholars about the possibility of making changes to the law, they intend and agree that changes to the law are produced by their own ijtihad or changes made by Allah for those who argues that there are texts in the Koran, (2) From the two Tafsirs used as references in this study that Surah Al-Imran: 93, that some types of food that were forbidden to the Children of Israel were not forbidden to followers of the Shari'a of the Prophet Abraham and other prophets before the Torah lowered. This is also stated in the Torah, their own book.
Eksistensi Ilmu Qiraat Di Kalangan Mahasiswa Bahasa Arab Uinsu Stambuk 2020 Syafrianda; Muhammad Alfiansyah; Dedi Masri; Nuzul Ramadhona MK
JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL (JUPENDIS) Vol. 1 No. 2 (2023): APRIL : JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL
Publisher : Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54066/jupendis.v1i2.313

Abstract

The science of qira'at has a very important role among Muslims, because with the knowledge of qira'at it is very helpful and understands how to read the Koran properly and correctly. This study explains the existence of the science of qira'at among Arabic language students at the State Islamic University of North Sumatra in 2020. The type of research in this paper is descriptive qualitative. Data collection techniques used by way of interviews and also with various sources both from relevant books and journals. The results of this study indicate that the science of qiraat can be said to exist quite well among students of the STambuk 2020 Uinsu Arabic language education, because more respondents know and understand the basic concept of qiraat.
Konsep Pendidikan pada Kisah Nabi Khidir As Dan Nabi Musa As Dalam Surah Al-Kahfi Ayat 62-82 dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam (Tafsir Al-Misbah) Siti Syamsiah; Dedi Masri; Nazliyani Pane; Dwi Afri Yani
ANTHOR: Education and Learning Journal Vol 2 No 4 (2023): Volume 2 Nomor 4. Page: 440 - 583
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/anthor.v2i4.199

Abstract

Menimbang akan pendidikan yang sangat penting, saat ini banyak hal yang bertentangan terjadi dalam lingkup pendidikan. Bahwasanya pendidikan yang dijalankan oleh guru, orang tua atau lembaga tertentu yang berperan sebagai pendidik hanya sebatas pada kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik kurang jadi perhatian pendidik. Terkait dengan ilmu pengetahuan dalam pengembangannya harus berasal dari sumber utama Islam, yaitu AlQur‟an dan Hadis. Dalam Al-Qur‟an yang dapat diambil pelajarannya yaitu kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir as, yang dapat diambil pelajarannya mengenai konsep pendidikan Pada penelitian ini, menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode yang menguraikan dan menganalisis fakta, kejadian, interaksi sosial, tanggapan dan pandangan orang lain baik secara personal maupun berkelompok sehingga data yang dihasilkan berdasarkan realitas yang benar adanya. Dalam pembahasan penelitian ini dilakukan melalui pendekatan tematik. Kemudian ayat-ayat Al-Qur‟an yang dicantumkan ditelaah berdasarkan analisis tafsir almisbah agar mudah dipahami. Kisah Nabi Musa dengan Nabi Khidir menunjukkan adanya unsur pendidikan, dimana Nabi Khidir sebagai pendidik yang dapat memahami permasalahan yang dihadapi oleh peserta didiknya, sabar dan lemah lembut, mengajar dengan kasih sayang, pemaaf dan menguasai materi pembelajaran dimana Nabi Musa sebagai peserta didik tidak mengetahui apa yang diajarkan oleh Nabi Khidir. Seorang pendidik harus memiliki akhlak yang mulia. Dalam menuntut ilmu peserta didik harus sungguh-sungguh, memiliki ambisi, dan juga meminta maaf dengan sopan serta disiplin.