Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian

perubahan sifat fisika tanah di lahan kering tanah ultisol dengan jenis tanaman dan mulsa jagung Muzakki Muzakki; Manfarizah Manfarizah; Hairul basri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.29 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i2.7470

Abstract

Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan mulsa jagung dan jenis tanaman dilahan kering tanah Ultisol terhadap beberapa sifat fisika tanah. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terpisah pola RAK 3 x 4 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti yaitu jenis tanaman dan mulsa jagung. Faktor jenis tanaman terdiri dari 3 taraf yaitu ; jagung, kedelai dan kacang tanah. Faktor s mulsa jagung terdiri atas 4 taraf  yaitu ; kontrol, tanpa mulsa, mulsa jagung 5 ton ha-1 dan mulsa jagung 10 ton ha-1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis tanaman  memberikan pengaruh nayata terhadap indeks stabilitas agtregat. Terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan jenis tanaman dan mulsa jagung terhadap partikel density. Changes of soil physical properties on Soil Sloping Land Ultisol with types of plants and Mulch on cornAbstract. This research aims to know the influence of the use of the mulching corn and plant type dilahan dry land of Ultisol against some physical properties of the soil. The research of using Separate Swath Design pattern SHELF 3 x 4 with 3 replicates. Factors examined, i.e. the type of mulch and plant corn. Crop factor consists of 3 levels namely; corn, soybeans and peanuts. Factor s mulching maize consists of 4 levels, namely; control, without mulch, mulch corn 5 ton ha-1 and mulching corn 10 ton ha-1. The results showed that the treatment plant type influence nayata against agtregat stability index. There is the influence of the interaction between the treatment plant and mulch in corn against particle density..
Analisis Indeks Stabilitas Agregat Tanah pada Beberapa Kelas Lereng dan Penggunaan Lahan di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Irma Fadila; Khairullah Khairullah; Manfarizah Manfarizah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.124 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i2.20121

Abstract

Abstrak. Indeks stabilitas agregat tanah merupakan merupakan ukuran dari kemampuan agregat tanah dalam bertahan terhadap gaya yang merusak agregat tersebut. Lereng dan penggunaan lahan dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap stabilitas agregat tanah. Semakin curam keadaan suatu lahan maka resiko bahan organik tererosi juga semakin besar, dimana bahan organik memiliki fungsi sebagai salah satu pengikat antar agregat tanah. Tutupan lahan yang baik dapat melindungi tanah dari tumbukan butir hujan sehingga dapat melindungi agregat tanah agar tidak mudah rusak, selain itu vegetasi pada suatu lahan dapat menyumbang bahan organik. Penelitian ini mengkaji bagaimana lereng dan penggunaan lahan dapat mempengaruhi indeks stabilitas agregat tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah pada lereng 0 - 8%, 8 - 15%, 15 - 25 % pada penggunaan lahan kebun kopi dan kebun campuran. Penelitian ini mengamati empat parameter yaitu kemantapan agregat dan faktor pendukung berupa C-organik, tekstur dan struktur tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebun campuran cenderung memiliki indeks stabilitas agregat tanah yang lebih tinggi meskipun masih dalam satu kriteria yang sama yaitu agak stabil. Indeks stabilitas agregat tanah tertinggi terdapat pada SPL 6 sedangkan indeks stabilitas agregat tanah terendah terdapat pada SPL 2.The analysis of The Stability of Soil Aggregates on Some Classes of Slope and Land Use in the District of Bukit Regency Bener MeriahAbstract. The aggregate stability of the soil is a measure of the ability of soil aggregates in enduring style that spoil the aggregate. The slope and land use can provide different influences on the stability of soil aggregates. The more steep the state of a land then the risk of organic matter eroded is also greater, where the organic material has a function as one of the fastener between soil aggregates. Land cover can better protect the ground from the collision of grains of rain so it can protect the soil aggregates that are not easily damaged, in addition the vegetation on the land can be accounted for organic materials. Penany years of research examines how the slopes and land use can affect the stability of soil aggregates. This research was conducted in the District of Bukit Regency Bener Meriah on the slopes 0 - 8%, 8 - 15%, 15 - 25 % on land use coffee plantation and gardens mixture. This study observed the four parameters namely aggregate stability and supporting factors in the form of C-organic, soil texture and structure. The results showed that the mixed gardens tend to have an index of aggregate stability of the soil is high, although still in the same criteria that is somewhat stable. The aggregate stability of the soil was highest in the SPL 6 (land unit) while the stability of soil aggregates lowest SPL 2 (land unit).
Kajian Laju Iinfiltrasi pada Berbagai Penggunaan Lahan dan Jenis Tanah di Kecamatan Blang Jeurango RM Adjie Prakasa; Manfarizah Manfarizah; Hairul Basri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.807 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i3.17655

Abstract

Abstrak. Tanah dan lahan seringkali dianggap sama, padahal kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Tanah merupakan kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari bahan campuran mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Tanah dianggap sebagai tubuh alam yang berdimensi (dalam dan luas) merupakan hasil kerja gaya pembangun dan penghancur dan merupakan tempat bagi tanaman. Sedangkan Lahan adalah permukaan bumi yang berupa tanah, batuan, mineral dan kandungan cairan yang terkandung didalamnya yang memiliki fungsi tersendiri yang dapat dimanfaatkan manusia, Blang jeurango merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Gayo Lues dengan berbagai jenis tanaman budidaya, berupa tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Dari berbagai penggunaan lahan, lahan tersebut memiliki kemampuan laju infiltrasi yang berbeda-beda yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap penyimpanan air dan ketersediaan air di dalam tanah. Kecamatan Blang jeurango rentan dengan terjadinya banjir karena laju infiltrasi daerah tersebut lebih kecil dari intensitas hujan. Besarnya banjir yang terjadi tergantung pada perbandingan kemampuan infiltrasi dan intensitas hujan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei deskriptif, yaitu dengan melakukan observasi di lapangan dengan pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan menggunakan double ring infiltrometer. Pengamatan juga dilakukan terhadap beberapa parameter adalah: permeabilitas, bulk density, tekstur tanah, C-organik tanah, porositas, dan laju infiltrasi. Objek penelitian adalah Desa Blang Jerango di Kabupaten Gayo Lues. Nilai laju infiltrasi di Kecamatan Blang Jeurango memiliki klasifikasi laju infiltrasi agak cepat, sedang, dan agak lambat. Agak cepat (6,60 – 7,80 ) terdapat pada SPL 1,2, dan SPL 5, dan kriteria sedang (3,00 – 6,00 ) terdapat pada SPL 4, dan SPL 6, sedangkan agak lambat (0,60 – 1,80  terdapat pada SPL 3 dan SPL 7Kata kunci: Laju infiltrasi, penggunaan lahan, jenis tanahStudy Of Infiltration Rate On Various Land Use And Soil Types In Blang Jeurango DistrictAbstract. Land and land are often considered the same, even though the two terms have different meanings. Soil is a collection of natural objects on the earth's surface arranged in horizons, consisting of a mixture of minerals, organic matter, water and air, and is a medium for plant growth. Soil is considered as a natural body whose dimensions (deep and wide) are the result of the work of building and destroying forces and are a place for plants. While land is the surface of the earth in the form of soil, rocks, minerals and the liquid content contained therein which has its own function that can be utilized by humans, Blang jeurango is one of the sub-districts located in Gayo Lues Regency with various types of cultivated plants, in the form of food crops and plants. plantation. From various land uses, these lands have different infiltration rate capabilities which in turn will affect water storage and water availability in the soil. Blang Jeurango District is prone to flooding because the infiltration rate of the area is smaller than the intensity of the rain. The amount of flooding that occurs depends on the ratio of the infiltration capacity and the intensity of the rain. The method used in this study is a descriptive survey method, namely by making observations in the field by measuring the infiltration rate using a double ring infiltrometer. Observations were also made on several parameters, namely: permeability, bulk density, soil texture, C-organic soil, porosity, and infiltration rate. The object of research is Blang Jerango Village in Gayo Lues Regency. The value of the infiltration rate in Blang Jeurango Subdistrict has a classification of rather fast, medium, and rather slow infiltration rates. Slightly fast (6.60 – 7.80 )  is found in SPL 1,2, and SPL 5, and moderate criteria (3.00 – 6.00 )  found in SPL 4, and SPL 6, while a bit slower (0.60 – 1.80 ) was found in SPL 3 and SPL 7.Keywords: Infiltration rate, land use, soil type 
Tingkat Kematangan dan Kedalaman pada Lahan Gambut yang Terkonversi Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Nafasindo Kabupaten Aceh Singkil Nelli Sandra; Manfarizah Manfarizah; Syakur Syakur
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 3 (2022): Agustus 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.628 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i3.20094

Abstract

Abstrak. Gambut terbentuk dari tumpukkan sisa tumbuhan yang sudah mati, baik sudah melapuk maupun belum. Tumpukkan akan terus meningkat karena proses dekomposisi terhambat oleh keadaan anaerob serta keadaan lingkungan lainnya yang mengakibatkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Tingkat kematangan gambut sangat menentukan tingkat produktivitas lahan gambut, karena sangat berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah gambut dan ketersediaan hara. Selain kematangan, kedalaman gambut merupakan faktor penentu untuk dapat tidaknya suatu gambut dijadikan lahan pertanian dan perkebunan serta menjadi salah satu pertimbangan dalam pengelolaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian. Penelitian ini dilakukan di PT. Nafasindo dengan menggunakan metode survei deskriptif melalui survei lapangan dan pengamatan lapangan.  Pengambilan sampel di lapangan berdasarkan perbedaan tahun tanam yaitu tahun 2004, 2006, 2008, 2010 dan 2013 pada setiap tahun tanam diambil tiga sampel tanah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua tingkat kematangan gambut yaitu tingkat hemik dan saprik. Lahan yang ditanami gambut tahun 2008, 2010, dan 2013 tergolong dalam tingkat kematangan hemik dan lahan yang ditanami tahun 2004 dam 2006 tergolong ke dalam tingkat kematangan saprik. Kedalaman gambut di PT. Nafasindo tergolong dalam tingkat kedalaman sedang dan dalam. Lahan yang ditanam pada tahun 2004, 2006, 2008 dan 2013 tergolong dalam kedalaman sedang dengan kisaran kedalaman 103,00 ± 7,94 cm sampai 133,33 ± 4,62 cm, sedangkan lahan yang ditanami  pada tahun 2010 tergolong ke tingkat kedalaman dalam dengan kedalaman 280,00 ± 0,00 cmMaturity Level and Depth of Peatland Converted to Oil Palm Plantations at PT. Nafasindo Aceh Singkil RegencyAbstract. Peat soil is formed from piles of dead plant residues, whether decomposed or not. The pile will continue to increase because the decomposition process is hampered by anaerobic conditions and other environmental conditions, which result in a low level of development of decomposing biota. The level of peat maturity greatly determines peatlands productivity because it greatly affects the level of peat soil fertility and nutrient availability. In addition to maturity, peat thickness is a determining factor for whether or not peat can be used as agricultural land and plantations and is one of the considerations in peatland management for agricultural development. This research was conducted at PT. Nafasindo uses a descriptive survey method through field surveys and field observations. Sampling in the field based on differences in planting years, namely 2004, 2006, 2008, 2010, and 2013, three soil samples were collected in each planting year. The results showed two levels of peat maturity, namely the hemic and sapric. Land planted in 2008, 2010 and 2013 was classified as hemic maturity level, and land planted in 2004 and 2006 was classified as sapric maturity level. Peat thickness at PT. Nafasindo classifiedas medium and deep thickness levels. The land planted in 2004, 2006, 2008, and 2013 was classified as medium thickness with a depth range of 103.00 ± 7.94 cm to 133.33 ± 4.62 cm, while the land planted in 2010 was classified as deep thickness with depth 280.00 ± 0.00 cm.
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Gogo, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah pada Lahan Kering di Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar Hendra Saputra; Manfarizah Manfarizah; Syakur Syakur
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.276 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i2.7521

Abstract

Abstrak. Luas lahan dataran di Indonesia lebih kurang 200 juta hektar dan luas lahan kering 150 juta hektar. Hampir seluruh daratan Indonesia setelah dikurangi lahan basah (sawah dan rawa) lahan kering yang berpotensi sebagai areal pertanian diperkirakan mencapai 104 juta hektar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lahan untuk tanaman padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah pada lahan kering. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar dengan menggunakan metode survai deskriptif yang didasarkan pada satuan peta lahan. Satuan peta lahan diperoleh dari hasil tumpang tindih (overlay) peta jenis tanah, peta kelerengan dan peta penggunaan lahan. Hasil (overlay) tersebut yang menjadi referensi untuk menentukan kelas kesesuaian lahan. Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman padi yaitu (S2-nr,eh,lp) cukup sesuai dengan faktor pembatas utama kejenuhan basa (KB) dan C-organik rendah, bahaya erosi dan kelerengan 8-15% dan (S3-nr,eh) sesuai marginal dengan faktor pembatas utama C-organik sangat rendah dan kelerengan 15-25%. Kesesuaian lahan tanaman jagung yaitu (S2-nr,eh) cukup sesuai dengan faktor pembatas utama KB rendah dan bahaya erosi dan (S3-nr,eh) sesuai marginal dengan faktor pembatas utama KB sangat rendah dan kelerengan 15-25%. Kesesuaian lahan tanaman kedelai yaitu (S2-nr,eh,lp) cukup sesuai dengan faktor pembatas utama kapasitas tukar kation (KTK), KB, C-organik yang rendah dan kelerengan 8-15% dan (S3-eh) sesuai marginal dengan faktor pembatas utama kelerengan 15-25%. Kesesuaian lahan tanaman kacang tanah yaitu (S2-nr,eh,lp) cukup sesuai dengan faktor pembatas utama KTK, KB, pH, C-organik yang rendah dan batuan di permukaan 5-15% dan (S3-nr,eh) sesuai marginal dengan faktor pembatas utama KB sangat rendah dan kelerengan 15-25%.Evaluation of the suitability of the land for rice plant Gogo, corn, soybeans and peanuts on dry land in Jantho, Aceh Besar RegencyAbstract. Land area of the plains in Indonesia approximately 200 million hectares of dry land area and 150 million acres. Almost all of Indonesia's land after reduced wetlands (swamps and rice paddies) as potentially dry land agricultural area is estimated at 104 million hectares. This research aims to analyze the suitability of land for rice plant gogo, corn, soybeans and peanuts on dry land. This research was carried out in Jantho, Aceh Besar District by using descriptive survey method that is based on a unit of land maps. Land map units retrieved from a result of overlap (overlay) map kelerengan map, soil type and land use maps. The results (overlay) which became a reference to determine the suitability of the land class. The results of the evaluation of the suitability of the land for rice plant (S2-nr, er, lp) is quite in accordance with the main limiting factor saturation of the base (KB) and the C-organic low, the danger of erosion and kelerengan 8-15% and (S3-nr, er) in accordance with marginal to the main limiting factor C-organic very low and kelerengan 15-25%. The suitability of the land for corn plants (S2-nr, er) is quite in accordance with the main limiting factor KB is low and the danger of erosion and (S3-nr, er) in accordance with marginal to the main limiting factor KB is very low and kelerengan 15-25%. The suitability of the land for soybean crop i.e. (S2-nr, er, lp) is quite in accordance with the main limiting factor cation exchange capacity (CEC), KB, the low C-organic and kelerengan 8-15% and (S3-eh) in accordance with the main limiting factor of marginal kelerengan 15-25%. The suitability of the land plants peanuts (S2-nr, er, lp) is quite in accordance with the main limiting factor CEC, KB, pH, organic C-low and rocks on the surface of 5-15% and (S3-nr, er) in accordance with marginal to the main limiting factor KB is very low and kelerengan 15-25 %. 
Analisis Proximat Terhadap beberapa Jenis Biochar dari Limbah Pertanian Nova Nirlasari; Manfarizah Manfarizah; Darusman Darusman
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.812 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i2.20097

Abstract

Abstrak. Limbah pertanian merupakan limbah sumber daya alam yang mudah dijumpai dan mempunyai nilai yang tinggi. Limbah pertanian tersebut dapat diolah sebagai bahan pembuatan biochar atau arang hayati. Untuk dijadikan energi, limbah ini perlu mendapatkan perlakuan pembakaran secara pirolisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi komponen yang terkandung pada kulit durian, kulit kelapa muda dan kayu pohon cemara dengan analisis proximat. Pembuatan biochar dilakukan dengan menggunakan chamber muffle dengan suhu 700°C dengan durasi pembakaran selama 5 jam pada ketiga jenis limbah pertanian tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan dan laboratorium fisika tanah  fakultas pertanian universitas syiah kuala pada bulan desember 2020 sampai dengan maret 2021. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (ral) non faktorial dengan 3 perlakuan yang diulang sebanyak 5 kali sehingga didapatkan 15 perlakuan. Parameter yang di analisis yaitu berupa analisis proximat untuk mengidentifikasikan kandungan komponen biochar yang terdiri dari kadar air, zat menguap, kadar abu dan karbon terikat. Selanjutnya dilakukan analisis kimia yaitu pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biochar limbah pertanian setelah dianalisis proximat berpengaruh terhadap semua parameter, yaitu pada kadar air, pH, zat menguap, kadar abu dan karbon terikat. Selanjutnya, biochar yang dihasilkan secara pembakaran pirolisis pada suhu temperatur 700°C  dengan lama pembakaran selama 5 jam menghasilkan pH biochar rata-rata 11.62 dengan kandungan karbon terikat bervariasi dari 17.62% - 57.50%. Pirolisis dengan suhu temperatur 700°C  dengan waktu pembakaran selama 5 jam menghasilkan kadar abu 0.00% untuk biochar limbah pertanian kulit durian dan kayu pohon cemara.Analysis of Proximate Against Several Types of Biochar from Agricultural WasteAbstract. Agricultural waste is easy to find and has a high value. The agricultural waste can be processed as material for making biochar or biological charcoal. To be used this waste needs to be treated with pyrolysis combustion. This study aims to determine the composition of the components contained in durian peel, young coconut skin and pine wood with proximate analysis. The production of biochar was carried out using a chamber muffle at a temperature of 700°C with a combustion duration of 5 hours on the three types of agricultural waste. This research was carried out in the experimental garden and soil physics laboratory, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University from December 2020 to March 2021. This study used a non-factorial completely randomized design (RAL) with 3 treatments repeated 5 times so that 15 treatments were obtained. The parameters analyzed were in the form of proximate analysis to identify the content of biochar components consisting of water content, volatile matter, ash content and fixed carbon. Furthermore, chemical analysis is carried out, namely pH. The results showed that agricultural waste biochar after proximate analysis had an effect on all parameters, namely water content, pH, volatile matter, ash content and fixed carbon. Furthermore, biochar produced by pyrolysis combustion at a temperature of 700°C with a burning time of 5 hours produces an average biochar pH of 11.62 with fixed carbon content varying from 17.62% - 57.50%. Pyrolysis at a temperature of 700°C with a burning time of 5 hours produced an ash content of 0.00% for agricultural waste biochar from durian bark and pine tree wood.
Analysis of rice fields change and utilization area based on spatial in Krueng Barona Jaya district regency of Aceh Besar chairil akmal; Sugianto Sugianto; Manfarizah Manfarizah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 1, No 1 (2016): November 2016
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (900.022 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v1i1.982

Abstract

This study attempts to: ( 1 ) To know change rice fields and area utilization based on spatial in Krueng Barona Jaya district regency of Aceh Besar, ( 2 ) To know how the use of rice fields with the existing spatial in Krueng Barona Jaya district regency of Aceh Besar , ( 3 ) To find the factors that effecting amendment rice fields into land non farming based on spatial in Krueng Barona Jaya district regency of Aceh Besar. Study was conducted from may 2015 to May 2016 in Krueng Barona Jaya district regency of Aceh Besar and in the Laboratory Sensing Far and Cartography Faculty Agriculture Syiah Kuala University. Methods used in research is method of surveying descriptive. The result showed that any change over the function rice fields of 112,23 ha (16,11 %) change over the function the land, rice fields changing function settlement to land at 93,97 ha (13,49 %), and rice fields changed their function to of farmland dry equal to 18,26 ha (2,62 %). The results of the study also found land use there are no resemblance to 2013-2032 master of 1,14 ha a month 0,16 %. In general factors affect over the function of rice fields in Krueng Barona Jaya district their needs, demand for high land, land conditions, the urge to  the conversion and the distances to the city center and near to the sub district.
Sebaran Spasial Permeabilitas Tanah di Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar Maulana Abdul Hakim; Manfarizah Manfarizah; Muhammad Rusdi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.039 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i2.7476

Abstract

Abstrak. Tanah, air, udara merupakan sumber daya alam utama yang sangat penting dalam kehidupan terutama dibidang pertanian. Oleh karena itu keadaan tanah harus selalu dijaga dan dilestarikan agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya begitu juga dengan air dan udara yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat permeabilitas tanah terhadap erosi di Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar. Metode penelitian menggunakan metode survei yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan  dan analisis tanah di laboratorium, sedangkan analisis spasial menggunakan SIG dengan konsep Interpolasi. Hasil pengamatan di wilayah kajian didapatkan 4 kriteria tingkat permeabilitas yaitu sangat lambat, agak lambat, lambat, dan sedang.Spatial Distribution Of Land Permeability at Kota Jantho Sub-distrik Aceh BesarAbstract. Land, water, air are the most important natural resources in life, especially in agriculture. Therefore the condition of the soil should always be maintained and preserved in order to be utilized in accordance with its function as well as water and air that affect the formation of soil. This study aims to determine the level of soil permeability to erosion in Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar. The research method used survey method based on field observation and soil analysis in laboratory, while spatial analysis using GIS with Interpolation concept. The result of observation in the study area found 4 criteria of permeability level that is very slow, somewhat slow, slow, and medium.
Penentuan Nilai CP Maksimum pada Lahan Kopi Arabika berdasarkan Metode USLE di Kabupaten Aceh Tengah Ayu Mulia; Manfarizah Manfarizah; Hairul Basri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.928 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i2.23093

Abstract

Abstrak. Salah satu faktor yang mempegaruhi erosi adalah faktor penggunaan lahan dan pengelolaan tanah (CP). Faktor penggunaan lahan dan pengelolaan tanah (CP) merupakan faktor yang dapat direncanakan untuk memperkecil erosi pada suatu lahan tertentu. Produktivitas kopi arabika yang termasuk rendah pada Kabupaten Aceh Tengah berkaitan dengan rendahnya produktivitas tanah akibat erosi. Nilai CP maksimum ditentukan untuk memperkecil erosi yang terjadi. Satuan Peta Lahan (SPL) ditentukan dengan overlay peta jenis tanah, kemiringan lereng, dan ketinggian lalu di clip dengan peta kopi eksisting. Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan pada setiap SPL. Pada empat SPL nilai CP tidak melampaui nilai CP maksimum sehingga nilai erosi pada SPL tersebut masih dibawah erosi toleransi. Pada 17 SPL lainnya nilai CP melampaui nilai CP maksimum sehingga erosi pada 17 SPL lainnya melampaui erosi toleransi dan harus dilakukan pengelolaan lahan yang sesuai agar mengurangi erosi yang terjadi.Determination of CP max in the Planted Area of Arabica Coffee based on the USLE Method in District of Central AcehAbstract. One of factors influenced erosion is crop management and conservation practices (CP). The crop management and conservation practices (CP) is the factor that can be planned to minimize erosion on a particular land. The low productivity of Arabica coffee in Central Aceh District is related to low soil productivity due to erosion. The CP max value is determined to minimize the erosion occurs. The Land Map Unit (LMU) is determined by overlaying a map of soil type, slope, and elevation then clipped with a map of existing arabica coffee. Observations and sampling were carried out at each LMU. There are four LMU have CP values did not exceed the CP max value so that the erosion value at the LMU was still below the erosion tolerance. In other (17 LMU) the CP value exceeds the CP max value so erosion exceeds tolerance erosion and appropriate conservation practices must be carried out to reduce erosion the occurred LMU
Analisis Penyimpangan Sawah, Produktivitas dan Kenbutuhan Pupuk N, P, K pada PAdi Sawah Irigasi di KAbupaten Bireuen Firman Firman; Manfarizah Manfarizah; Muyassir Muyassir
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.3 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i3.3698

Abstract

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luas penyimpangan lahan sawah irigasi, produktivitas dan kebutuhan pupuk N, P, K pada padi sawah irigasi perkecamatan di Kabupaten Bireuen. Penelitian telah dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan Februari 2017, di Kabupaten Bireuen. Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif yaitu melakukan peninjauan penyimpangan lahan ke lapangan berdasarkan pada Peta Overlay antara RTRW Bireuen 2013 dengan Google Earth 2016, untuk data produksi diambil jumlah sampel 10% dari jumlah desa disetiap kecamatan dan setiap desa diambil satu orang petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan di Kabupaten Bireuen dengan total 2.783,41 ha. Penyimpangan lahan yang paling luas terjadi di Kecamatan Jeumpa dengan luas 671,66 ha, Penyimpangan lahan sawah terkecil terdapat di Kecamatan Kota Juang dengan luas lahan 74,33 ha. Penyimpangan yang dominan adalah perumahan. Produktivitas padi sawah di Kabupaten Bireuen adalah 6,22 ton ha-1, rata-rata produktivitas padi perkecamatan berkisar antara 4,59 ton ha-1 sampai dengan 7,81 ton ha-1 dan Kecamatan Simpang Mamplam memiliki produktivitas tertinggi yaitu 7,81 ton ha-1. Kebutuhan pupuk urea untuk lahan sawah di Kabupaten Bireuen berjumlah 3.642,44 ton, SP36 1.142,73 ton dan KCl 912,69 ton untuk sekali tanam dan Kecamatan Simpang Mamplam merupakan kecamatan yang paling banyak membutuhkan pupuk yaitu Urea 362,14 ton, SP36 181,07 ton dan KCl 181,07 ton. Analysis of Field Deviation, Productivity and N,P,K Fertilizer Need on Irrigated Rice Field at BireunAbstract :The goal of this research is to seek the information about how extent the deviation that happened at irrigated field area. In addition, this research also concerned on productivity and N,P,K fertilizer need on irrigated rice field at every sub-district in Bireun. This research has been done on August 2016 till February 2017 at Bireun. The methodology that was used on this research was descriptive survey method, this method will observes the area deviation to the field based on Overlay map between Bireun RTRW in 2013 and Google Earth 2016. TheProduction data was obtained through taking 10 % of the research sample. The sample is every village in sub-district and every village take one farmer. The result of this research indicated that there was deviation at Bireuen district with the total deviation 2.783,41 ha. The widest area deviation happened at Jeumpa with the total deviation 671, 66 ha. The smallest area deviation happened at Kota Juang with the total area 74,33 ha. The dominant deviation that happened was housing. The field Productivity at Bireun district was 6,22 ton ha-1, the average of rice productivity per sub-district turned to the number between 4,59 ton ha1 to 7,81 ton ha-1. The total need of urea fertilizer for field area at Bireun district was 3.642,44 ton, SP36 was 1142,73 ton and KCl was 181,07 ton.Penyimpangan; Produktivitas; Pupuk; Peta Eksisting Deviation; productivity; Fertilizer; Existing Map;