Mujtahid Mujtahid
Islamic Education Department, Faculty Of Teacher Training And Islamic Edication, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Reshaping Islamic Knowledge, Advocating Wasaṭism: The Azharites and the Transformation of Urban Religious Learning in Banda Aceh, Indonesia Ichwan, Moch. Nur; Shadiqin, Sehat Ihsan; Mujtahid, Mujtahid
Ulumuna Vol 29 No 1 (2025): June
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/ujis.v29i1.1391

Abstract

This article examines the significant role of the Azharites (Al-Azhar alumni) in reshaping Islamic knowledge alongside the transformation of urban religious learning in Banda Aceh over the past two decades. The study highlights their contributions to disseminating Islamic knowledge through platforms like the Middle East Alumni Association (Ikatan Alumni Timur Tengah—IKAT), advanced reading communities, mosques, coffee shops, and mass/social media. They have facilitated public learning in classical Islamic knowledge, such as tafsīr, taḥsin al-Qur’an, ḥadīth, fiqh, uṣūl al-fiqh, ʿaqīdah, sīrah, and mawārith by introducing not only basic and intermediate but also advanced religious texts. Furthermore, the Azharites have promoted also Wasaṭism (wasaṭiyyah, moderation) in the understanding of Islam, rooted in Shafi'ite-Ash'arite traditions, while incorporating texts from other madhhabs, such as the Hanafite, Hanbalite, and Malikite schools, in comparative way. Their approach distinguishes them from both the strict madhhabism and the anti-madhhabism of Salafi-Wahhabism and radical Islamism. The study concludes that the Azharites have contributed to the discursive democratization and reform, which have resulted in the reshaping of Islamic knowledge in Banda Aceh—and Aceh province in general—and the moderation of madhhabism, by introducing Wasaṭism and fostering alternative urban religious learning.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Siswa Dalam Mendukung Profil Siswa Pancasila Di SDN Sumbersari 2 Malang Mujtahid, Mujtahid; Hasan Assidiqi , Ali; Sadiyah , Dini
Ashlach : Journal of Islamic Education Vol. 1 No. 2 (2023): Ashlach : Journal of Islamic Education (Oktober)
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55757/ashlach.v1i2.983

Abstract

Pada era modern saat ini karakter merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap manusia untuk menghadapi tantangan dan kemajuan di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan saat ini permasalahan karakter khususnya generasi muda masih tergolong tinggi. Sekolah menjadi salah satu kunci dalam menanamkan nilai-nilai karakter khususnya bagi guru pendidikan agama Islam. Hal ini juga sesuai dengan amanat kurikulum mandiri dalam upaya membangun karakter. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan peran guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai karakter peserta didik dalam mendukung profil siswa Pancasila di SDN Sumbersari 2 Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dengan guru agama dan peserta didik serta observasi langsung. Hasil yang diperoleh adalah peran guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik dapat melalui kegiatan kelompok, pembelajaran, dan kegiatan sekolah baik harian maupun beberapa kali. Metode yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai karakter dapat melalui metode keteladanan, metode nasihat, metode demonstrasi, dan metode diskusi serta metode pembelajaran di luar kelas dan sekolah. Faktor pendukung dalam menanamkan nilai-nilai karakter adalah adanya sarana dan prasarana yang mendukung serta kualitas diri yang kuat dan kualitas dukungan orang tua terhadap anak sehingga sekolah dan keluarga saling mendukung dalam membentuk karakter siswa yang baik di masa mendatang
Social Labeling, Power, and Deviancy Amplification: Community Stigmatization of Migrant Residents in Adultery Cases in Banda Aceh Mujtahid, Mujtahid; Sodiqin, Ali; Ichwan, Moch. Nur
Journal of Islamic Law Vol. 6 No. 2 (2025): Journal of Islamic Law
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jil.v6i2.3754

Abstract

Existing research on social labeling in adultery (zinā) cases in Aceh remains limited, particularly in exploring how local power dynamics shape processes of stigmatization. This article examines how the social labeling of migrant residents (ureung tamong) accused of zinā operates as a mechanism of social control that reinforces the dominance of local residents (asoe lhok), while media exposure intensifies stigma through deviancy amplification. Employing a legal anthropological approach, the article is based on three months of fieldwork in Banda Aceh, involving participant observation, in-depth interviews with ten key informants—including village authorities, community leaders, law enforcement officers, and local residents—and analysis of relevant online and social media content. The findings reveal that social labeling in zinā cases is driven not only by religious and customary norms but also by underlying community power structures, rendering ureung tamong significantly more vulnerable to public exposure and social sanctions than asoe lhok. Additionally, digital media exacerbates the amplification of deviance, resulting in prolonged social exclusion of individuals who have already faced customary or formal legal punishment. The persistence of digital records further obstructs their reintegration into society. This article contends that social labeling functions not merely as a tool of moral regulation but also as a strategy for maintaining the dominance of powerful groups within the community. It concludes by calling for more inclusive media practices and legal policies to prevent the prolonged social and psychological marginalization of individuals in zinā cases who have fulfilled their legal obligations. [Penelitian mengenai pelabelan sosial dalam kasus perzinaan di Aceh masih terbatas, khususnya dalam menelaah bagaimana dinamika kekuasaan lokal membentuk proses stigmatisasi. Artikel ini mengkaji bagaimana pelabelan sosial terhadap pendatang (ureung tamong) yang diduga melakukan zina berfungsi sebagai mekanisme kontrol sosial yang memperkuat dominasi penduduk lokal (asoe lhok), serta bagaimana eksposur media memperparah stigma melalui amplifikasi penyimpangan. Dengan menggunakan pendekatan antropologi hukum, artikel ini didasarkan pada kerja lapangan selama tiga bulan di Banda Aceh, yang meliputi observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan sepuluh informan kunci—terdiri dari aparatur desa, tokoh masyarakat, aparat penegak hukum, dan warga lokal—serta analisis terhadap konten media daring dan media sosial yang relevan. Temuan menunjukkan bahwa pelabelan sosial dalam kasus zina tidak semata-mata dipengaruhi oleh norma agama dan adat, tetapi juga oleh struktur kekuasaan di dalam komunitas, sehingga ureung tamong jauh lebih rentan terhadap eksposur publik dan sanksi sosial dibandingkan asoe lhok. Selain itu, media digital memperburuk amplifikasi penyimpangan, yang berujung pada pengucilan sosial berkepanjangan terhadap individu yang telah menjalani sanksi adat maupun hukum formal. Keberadaan jejak digital yang terus bertahan semakin menghambat proses reintegrasi sosial mereka. Artikel ini menegaskan bahwa pelabelan sosial berfungsi tidak hanya sebagai alat regulasi moral, tetapi juga sebagai strategi untuk mempertahankan dominasi kelompok yang berkuasa di dalam komunitas. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan adanya kebijakan media dan hukum yang lebih inklusif guna mencegah marginalisasi sosial dan psikologis yang berkelanjutan terhadap individu dalam kasus zina yang telah menjalani sanksinya.]