Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KONSEP RELIGI DAN NILAI HISTORIS DALAM KAKAWIN BRAHMANDA PURANA Fransisca Tjandrasih Adji
Sintesis Vol 6, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v6i2.2703

Abstract

Kakawain Brahmana Purana memuat suatu religi dari masyarakat yang memiliki keyakinan pralaya peleburan agung. Keyakinan ini diungkapkan dengan ajaran tentang dharma-adharma, caturwarna, purusartha, dan karmaphala.Pada saat ini masyarakat pendukung keyakinan tersebut adalah Bali, yang diwujudkan dalam bentuk upacara Eka Dasa Rudra. Upacara ini diselenggarakan 100 tahun sekali atau pada saat Panca Wali Krama yang ke-10. Eka Dasa Rudra inilah mecaru yang paling besar di Bali dan merupakan upacara persembahan kurban bagi Sang Hyang Widi Wasa. Tujuan peneyelenggaraan upacara ini adalah musnahnya segala kegelapan, sehingga kehidupan manusia dapat bahagia lahir dan batin. Makrokosmos dan mikrokosmos juga dikembalikan dalam keadaan yang bersih dan suci, sehingga muncul kehidupan atau kelahiran yang baru. Kelahiran kembali ini merupakan lambang utpatti.Dalam kaitannya dengan nilai historis, upacara Eka Dasa Rudra merupakan lambang penyucian terhadap bencana yang terjadi di Bali yaitu perang Kusamba pada zaman Kerajaan Klungkung. Dengan demikian, Kakawin Brahmana Purana merupakan monumen peristiwa perang Kusamba.KATA KUNCI kakawin, religi, nilai historis, Eka Dasa Rudra
KEPAHLAWANAN TOKOH KARNA DALAM NOVEL MAHABHARATA KARYA NYOMAN S. PENDIT: KAJIAN SEMIOTIKA TEEUW Patricius Sulistya Eka Apira Yogayudha; Fransisca Tjandrasih Adji; Yoseph Yapi Taum
Sintesis Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v16i2.5064

Abstract

Karna, salah satu tokoh dalam novel Mahabharata karya Nyoman S. Pendit—novel adaptasi dari Epos Mahabharata. Mengingat bahwa Karna merupakan salah satu tokoh dalam karya sastra, penulis ingin mengetahui kepahlawanan tokoh Karna dengan kerangka berpikir Semiotika Teeuw. Penelitian ini bertujuan untuk memaknai kode-kode bahasa, sastra, dan budaya pada tokoh Karna dalam novel dengan maksud menemukan makna terdalam dari tokoh Karna. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perjalanan hidup dan kepahlawanan Karna adalah ajaran hidup manusia yang melaksanakan dharmanya di dunia.Dari ketiga hasil analisis kode-kode tersebut, ditemukan bahwa kepahlawanan Karna tidak hanya terletak dari kesetiaannya pada Kaurawa, melainkan pula perjalanan hidupnya dari lahir, kebenciannya terhadap Pandawa, kutukan yang ia dapatkan, hingga pada akhirnya bersatu dengan Pandawa di Surgaloka bahwa hidupnya merupakan pahlawan bagi yang melaksanakan dharma. Perjalanan hidup Karna yang melaksanakan dharma dapat menjadi bahan pembelajaran bagi manusia untuk hidup pada jalan dharma.
“Esuk Lara, Sore Mati”: Sejarah Pagebluk dan Penanggulangannya di Jawa Awal Abad XX Adji, Fransisca Tjandrasih; Priyatmoko, Heri
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 22 No. 1 (2021): April
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.297

Abstract

Seabad lebih sebelum Covid-19 memporakporandakan sendi kehidupan, Yogyakarta dan Surakarta sebagai kota kerajaan telah menghadapi bencana pageblug yang menyebabkan banyak kematian. Artikel ini bertujuan mengkajifenomena pageblug di perkotaan Jawa periode kolonial dengan menggunakan perspektif sejarah lokal. Data berupa naskah, arsip, dan media massa dikumpulkan dari perpustakaan. Dengan metode sejarah, diketahui bahwa sebaran penyakit influenza dan pes mengakibatkan pemerintah kolonial bersama pembesar kerajaan kelabakan. Perayaan budaya seperti Garebeg Sekaten juga ditiadakan lantaran berpotensi memicu penularan penyakit. Serangan wabahyang menggila ini diatasi dengan mendatangkan dokter, menyuntikkan vaksin, dan menyediakan tempat karantina bagi warga yang terkena wabah. Temuan menarik lainnya adalah masyarakat Jawa memiliki cara alternatif mencegah penyakit menular dengan memanfaatkan pengetahuan warisan leluhur, seperti jamu atau pengobatan tradisional. Sebagai contoh, sistem pengobatan tradisional Jawa yang tersurat dalam Serat Primbon Reracikan Jampi Jawi 1-3 koleksi Perpustakaan Sasana Pustaka, Kasunanan Surakarta memamerkan betapa tingginya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan. Kenyataan ini didukung pula dengan kesadaran hidup bersih. Persoalan kesehatan tidak sekadar urusan jamu dan obat tradisional, namun kebiasaan hidup bersih juga menjadi kunci dalam menjaga kesehatan. Itulah local knowledge yang tidak ternilai. Pada masa pandemik Covid-19, pemanfaatan jamu dan pembiasaan hidup bersih kembali digencarkan. Realitas ini membuktikan bahwa pengalaman nenek moyang di masa lalu masih relevan bagi kehidupan kontemporer. Oleh sebab itu, masyarakat modern perlu menengok, mempelajari, dan mendayagunakan peninggalan kakek moyang. Terkait aspek jamu, perlu adanya saintifikasi jamu, pengedukasian masyarakat tentang jamu, serta pembudidayaan bahan jamu.
Gugon Tuhon dalam Pageblug di Perkotaan Jawa Periode Kolonial Adji, Fransisca Tjandrasih; Priyatmoko, Heri; Rooyackers, Max
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 24 No. 2 (2023)
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.449

Abstract

Long before Covid-19, in the 19th to early 20th century, pageblug (epidemic) hit the residents of the Vorstenlanden and claimed many lives. This article aims to review the pageblug phenomenon in urban Java during the colonial period using a local history approach. Based on manuscript, archive and mass media data, it is known that Javanese society responded with irrational actions and belief in gugon tuhon (local beliefs) because of the pageblug. In the Western perspective, which prioritized logical thinking, this was seen as unreasonable and even to be considered occult. The results show that there was a relationship between pageblug, jampi (mantra), and gugon tuhon. There had been various efforts to overcome disease or illness using medical and non-medical methods. The method of medical treatment with jampi is recorded in Serat Primbon Mixture of Jampi Jawi and Serat Gugon Tuhon. Because there were rational and irrational thoughts about pageblug, the way jampi was used was also rational and irrational in the view of today’s society. The irrational side was supported by the gugon tuhon which was believed in by the local community.
MUATAN SOSIAL, POLITIK, DAN BUDAYA KANDHA DAN SINDHENAN TARI BEDHAYA SEMANG DALAM NASKAH SERAT KANDHA BEDHAYA SRIMPI Adji, Fransisca Tjandrasih
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 20 No. 3 (2019): Desember
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.464

Abstract

Bedhaya dance is a classical dance that is very old and is the original art of kingdoms in Java. As a dance genre, bedhaya is placed as one of the most important arts in the Yogyakarta Palace. In the bedhaya dance, the important element to make it easier to know the story is in the kandha and the sindhenan. Kandha and sindhenan become mediations for the audience to understand the context of the bedhaya dance. as far as the author is concerned, the kandha and the sindhenan of bedhaya dance has never been discussed by observers of bedhaya dance. The things that are widely discussed are the choreography and symbolic meaning of the bedhaya dance. The Serat Kandha Bedhaya Srimpi is one of manuscript of the KHP Widya Budaya, Ngayogyakarta Hadiningrat Palace (with the text code W.7-B 24). That is the only manuscript that appeared in the period of Hamengku Buwana V which contained the bedhaya dance and which can still be read. In this manuscript there are kandha and the sindhenan of the Bedhaya Semang dance, which are different from the kandha and the sindhenan of the Bedhaya Semang dance in several other texts. To see the difference, an intertextual approach is used. The difference between the kandha and the sindhenan of Bedhaya Semang dance relates to the ideology of Hamengku Buwana V. Thus, through the kandha and the sindhenan of the Bedhaya Semang dance in the text W.7-B 24, the ideology of Hamengku Buwana V can be understood.
Makna dan fungsi mantra dalam upacara adat nyadran Desa Pundungsari, Semin, Gunung Kidul: Kajian tradisi lisan Damayanti, Fira Nur Vianingtias; Adji, Fransisca Tjandrasih; Taum, Yoseph Yapi
Sintesis Vol 18, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v18i1.6079

Abstract

Penelitian ini membahas makna dan fungsi mantra dalam upacara Nyadran Desa Pundungsari, Semin, Gunung Kidul: Kajian Tradisi Lisan. Studi ini memiliki tiga tujuan yaitumenjelaskan asal mula upacara adat nyadran di Desa Pundungsari, Semin, Gunung Kidul, mendeskripsikan makna mantra dalam prosesi nyadran di Desa Pundungsari, Semin, Gunung Kidul, Memaparkan fungsi mantra dalam upacara nyadran. Landasan tori yang digunakan sebagai landasan referensi adalah tradisi lisan (folklore) dan teori fungaionalism. Penelitian ini menggunakan empat teknik pengumpulan data yaitu, teknik pengamatan, teknik wawancara, teknik kepustakaan, dan teknik dokumentasi. Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk formal dan informal.Hasil penelitian ini menunjukan adanya cerita tentang dua keturunan darah biru yaitu, GRM Sumadi dan GRAy Sudarminah melatarbelakangi upacara Nyadran untuk memperingati ditemukannya keturunan darah biru yang bersemayam di Desa Pundungsari dan  juga sebagai bentuk ucap syukur brayat yang doanya telah terkabul atau bentuk penyampaian nazar, makna mantra yang digunakan dalam upacara nyadran merujuk pada pertanian di desa Pundungsari, Semin, Gunung Kidul dan nazar yang dilahirkan oleh brayat dari luar Pundungsari. Selain itu, ditemukan pula makna yang terkandung dalam ubarampe yang digunakan sebagai syarat pelafalan mantra dan simbol dari harapan masyarakat yang ada di desa Pundungsari, ditemukan empat fungsi mantra yakni, fungsi religius yang merujuk pada bentuk ucap syukur atas terkabulnya nazar atau harapan setiap brayat yang hadir, fungsi sosial budaya merujuk pada gotong-royong masyarakat desa Pundungsari dan seluruh brayat, fungsi ekonomi merujuk pada hasil tani yang dihasilkan, dan fungsi estetika merujuk pada metafora atau makna yang terkandung dalam mantra.
Analisis Teks Sindhenan dan Pupuh Pembangun dalam Bedhaya Semang Menurut Perspektif A. Teeuw Artasia, Grace Tania; Adji, Fransisca Tjandrasih; Purnomo, Christina Astrilinda
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 20 (2024): Prosiding Pertemuan Ilmiah Bahasa & Sastra Indonesia (PIBSI XLVI) Universitas Muhamm
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v20i.1386

Abstract

Bedhaya Semang merupakan jenis tari Bedhaya paling tua dan sakral di Keraton Yogyakarta serta merupakan peninggalan dari Kerajaan Mataram. Dalam tari pusaka ini, iringan nyanyian berupa sindhenan merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pemahaman makna dan alur tari tersebut. Tanpa iringan dari sindhenan, masyarakat awam akan kesulitan memahami esensi dari Tari Bedhaya Semang. Keberadaan tari ini juga dapat dirunut melalui pupuh atau puisi tradisional Jawa yang terdapat dalam Serat Nitik Sultan Agung, seperti pupuh Asmarandana dan pupuh Dhandhanggula. Kemudian, pupuh-pupuh pembangun dan sindhenan pada tari Bedhaya Semang memiliki keterikatan dan mengandung makna filosofis yang mendalam.Untuk mengetahui makna filosofis yang terdapat dalam tari pusaka tersebut, penelitian ini menggunakan metode etnografi dan deskriptif kualitatif, serta teori A. Teeuw yang membahas analisis kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya dalam suatu karya sastra yang berupa sastra lisan. Hasil penelitian ini mencakup analisis kode bahasa yang menyoroti pemahaman makna dalam pemilihan kata, gaya penulisan, dan struktur kalimat. Selain itu, analisis kode sastra menghasilkan penjelasan konvensi, teknik yang digunakan dalam genre tertentu, serta estetika yang terkandung dalam tari ini melalui simbolisme, tema, dan karakterisasi. Terakhir, analisis kode budaya akan menghasilkan analisis konteks sosial, sejarah, dan nilai-nilai yang mempengaruhi Tari Bedhaya Semang.
PENGEMBANGAN UMKM BERBASIS TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY UNTUK PENUNJANG PROMOSI DI DESA WISATA PENTINGSARI Widiarti, Anastasia Rita; Pinaryanto, Kartono; Adji, Fransisca Tjandrasih
ABDIMAS ALTRUIS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7, No 2 (2024): Oktober 2024
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/aa.v7i2.9237

Abstract

This community service project aims to introduce and implement Augmented Reality (AR) technology for Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) in Pentingsari Village, Yogyakarta, enhancing their promotional capabilities. The initiative involved local MSME owners, village officials, lecturers, and students collaborating to integrate modern technology with local wisdom. The project used methods such as presentations, discussions, and AR technology demonstrations to identify unique MSME products suitable for AR enhancement and develop tailored AR applications. The results indicate high enthusiasm among participants in adopting AR technology for their product development and marketing strategies. A user survey of the developed AR application showed an overall positive response, with an average rating of 4.26 out of 5 across various aspects, including ease of installation, operation, user interface quality, and 3D model display. This project demonstrates the potential of AR technology to boost competitiveness significantly and add value to MSME products in Pentingsari Village while highlighting areas for future improvement and expansion of the AR application to support local tourism and economic development further.
PELATIHAN LITERASI AKSARA JAWA DENGAN METODE MONTESSORI UNTUK SISWA SD KANISIUS SOROWAJAN Nugrahanta, Gregorius Ari; Parmadi, Eko Hari; Adji, Fransisca Tjandrasih; Sekarningrum, Hilary Relita Vertikasari
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 9 No. 1 (2025): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/gervasi.v9i1.8352

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat ini berangkat dari temuan yang menunjukkan rendahnya tingkat literasi aksara Jawa di kalangan siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan literasi aksara Jawa siswa dengan menggunakan pendekatan Montessori. Literasi aksara Jawa mencakup kemampuan dalam membaca, menulis, memahami huruf dalam sistem penulisan aksara Jawa, pengetahuan tentang makna simbol yang terkandung dalam aksara tersebut, dan cara penulisan yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dalam pelaksanaannya, digunakan metode experiential learning yang melibatkan partisipasi aktif dari guru dan siswa. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor literasi aksara Jawa siswa untuk aspek ketepatan penggunaan aksara, kerapian tulisan, dan kelengkapan aksara. Selain itu, penerapan pelatihan dengan metode Montessori memberikan dampak signifikan terhadap kemampuan literasi aksara Jawa siswa dengan kategori efek yang besar dan efektivitas metode Montessori dinyatakan dalam kategori sedang.