Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

THE PROBLEM OF EQUILIBRIUM IN THE PANJI STORY: A TZVETAN TODOROV’S NARRATOLOGY PERSPECTIVE Taum, Yoseph Yapi
International Journal of Humanity Studies (IJHS) Vol 2, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1005.807 KB) | DOI: 10.24071/ijhs.v2i1.1583

Abstract

Narrative is understood as the record of human activities which relate strongly to a cultural matrix.  Narrative, in terms of story or story telling, is representative of factual and fictional achievement placed in a chronological or causal order. Therefore, narrative and narratology have an important function in understanding cultural activities. Some structuralist scholars, especialy those living during 1960-1980, created a special theory on narratology. There are four specialists of narratology; they are: Vladimir Propp, Claude Levi-Strauss, Tvsetan Todorov, and A. J. Greimas. They claimed the same perspective, that all narrative (such as folktale, myth, and legend) in fact share the same fundamental structure (i.e grammar, syntactical structure, semantics axes, actantial structure, or logical structure). Panji Story is one of Indonesian heritage stories popular during the rule of Madjapahit Kingdom. The narratives were transmitted into folktales, oral literature, written literature, hikayat, or engraved as the reliefs at ancient temples. The narrative which was originated from Singasari Kingdom was so pervasive in East Javanese culture, as it created a Panji Culture (Nurcahyo, 2016). The spread of the narratives was so extensive, reaching Bali, Nusa Tenggara, Sumatra, Borneo, Papua, and to neighbouring countries such as Malaysia, Thailand, Cambodia, Laos, and Myanmar. This paper aims at revealing narrative sequences of Panji Narratives in line with Todorov’s narrative theory, especially in relation to his narratology theory of equilibrium. Todorov’s equilibrium gets a new perspective and meaning.DOI: https://doi.org/10.24071/ijhs.2018.020110
WHEN THE EARTH CONQUERS THE HEAVEN: A STUDY OF NARRATOLOGY ON KANA INAI ABANG NGUAK IN THE PERSPECTIVE OF A. J. GREIMAS Astuti, Sri; Taum, Yoseph Yapi
International Journal of Humanity Studies (IJHS) Vol 1, No 1 (2017): September 2017
Publisher : Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1165.703 KB) | DOI: 10.24071/ijhs.v1i1.664

Abstract

Kana Inai Abang Nguak is a folk lyric by the society of Dayak Desa which is spoken in formal ritual language by chanting. The characters in kana are usually related with the life in nirvana and represents the thoughts and world view of Dayak society. This paper is meant to discuss one kana entitled Inai Abang Nguak using narratology perspective of A. J. Greimas. Greimas’s narratology studies gradually reveal surface structure and deep structure of a story. Surface structure reveals the context and story sequences. Deep structure reveals the syntax structure (actantial and functional scheme) and also semantic structure, which are three semantic axis including desire pursued axis, power axis, and communication axis. The text Inai Abang Nguak consists of seven-sequence(act)-story actantial scheme which centers on Inai Abang as the subject of the story. The success of earth in conquering the heaven (nirvana) is caused by three factors: 1) although the heaven is blessed with eternal life, the heaven is actually blood-related with this earth; 2) the heaven’s act in capturing earth’s ritual leaders is a heavy violation that has to be fought against by the earth; 3) the power of the earth as one unit (human beings, animals, spirits, and magical powers) to attack the heaven and bring back harmony to the earth. It can be concluded that Greimas narratology can be used to understand surface structure, deep structure, and even discursive structure of a folk story. DOI: https://doi.org/10.24071/ijhs.2017.010101
KETIKA BUMI MENAKLUKKAN LANGIT: KAJIAN NARATOLOGI KANAINAI ABANG NGUAK DALAM PERSPEKTIF A. J. GREIMAS WHEN EARTH DEFEATING HEAVEN: NARRATOLOGY ANALYSIS OF KANA INAI ABANG NGUAK IN A. J. GREIMAS PERSPECTIVES Astuti, Sri; Taum, Yoseph Yapi
ATAVISME Vol 21, No 1 (2018): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1921.332 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v21i1.440.35-49

Abstract

Abstrak: Kana Inai Abang Nguak merupakan salah satu folk lyric masyarakat Dayak Desa yang dituturkan dalam bahasa ritual formal dengan cara dilagukan. Tokoh kana biasanya berkaitan dengan kehidupan khayangan dan merepresentasi alam pemikiran dan pandangan dunia masyarakat Dayak. Makalah ini bermaksud membahas salah satu cerita kana yaitu Inai Abang Nguak dengan menggunakan perspektif naratologi A. J. Greimas. Teks Inai Abang Nguak terdiri dari tujuh sekuen (adegan) cerita skema aktansial yang berpusat pada Inai Abang sebagai subjek cerita. Keberhasilan bumi mengalahkan langit (khayangan) disebabkan oleh tiga faktor: 1) sekalipun langit dikaruniai hidup kekal, mereka sesungguhnya bersaudara dengan bumi ini; 2) tindakan langit menangkap para pemangku adat bumi adalah pelanggaran berat yang perlu mendapat perlawanan keras dari bumi; 3) kekuatan bumi bersatu padu (manusia, hewan, roh, dan kesaktian) menyerang langit dan mengembalikan harmoni bumi. Dapat disimpulkan bahwa naratologi Greimas dapat digunakan untuk memahami struktur fisik, struktur batin, hingga struktur diskursif sebuah cerita rakyat.   Abstract: Kana Inai Abang Nguakis one of lyrical folkloreof Dayak Desa community, recited in a specific kind of song with ritual formal language.  Characters in kana ussualy related with heavenly life. The story, however, representing philosophy and world view of Dayak Desa society. This paper aims at discussing one of kana stories, which is Kana Inai Abang Nguak using narratology theory of A. J. Inai Abang Nguak nattarive consist of seven scenes stories centered at Inai Abang as the subject of the story.  Succesful of earth in defeating heaven was based on three main reason. 1) Although heaven has some superior characteristics such as eternal life, earth and heaven have a closed relationship as one family. 2) The act of heaven in arresting adat eldery of earth is considered as a violence of earth common life and the people of earth should fight back. 3) The strength of man power of the earth supported by spitirual being is a leathal weapon in destroying heaven. Finnaly earth defeating heaven and the hamony of the world is back. I can conclude convincingly that Greimas narratology could be used to understand deeply about surface structure, deep structure, and discursive structure of a folkstory.   
D. N. AIDIT, SASTRA, DAN GELIAT ZAMANNYA Taum, Yoseph Yapi
Sintesis Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v7i1.972

Abstract

D. N. Aidit merupakan salah satu pemimpin PKI terpenting dalam sejarah organisasi tersebut. Menurut Hindley (1962: 409), ada tiga periode sejarah PKI yang menarik untuk diperhatikan. Periode I (1920 1927) adalah periode tujuh tahun pertama sampai dengan kegagalan dalam perang 1927. Pada masa ini, aktivitas-aktivitas komunis dipandang sebagai aksi ilegal atau aksi teroris oleh penguasa kolonial. Periode II (1945 1948) adalah periode tiga tahun, sejak kemerdekaan RI sampai dengan September 1948 yaitu masa kegagalan kudeta di Madiun. Periode III (1951-1965) adalah periode sebelas tahun masa kepemimpinan Aidit yang mengontrol partai secara penuh. Jumlah penganut komunis bertumbuh pesat, terutama di bawah kepemimpinan D. N. Aidit. Tidak banyak yang mengenal Aidit sebagai seorang penyair. Tulisan ini bermaksud merunut dan mengungkap puisi-puisi Aidit dari segi struktur maupun gagasangagasannya dalam geliat zamannya untuk memaparkan wajah lain tokoh pengkhianat itu.Kata kunci : Partai Komunis Indonesia (PKI), Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), formasidiskursif, geliat zaman.
IMPALA-IMPALA HINDIA IMPERIAL JATHEE DALAM PERSPEKTIF POSTKOLONIAL HOMI K. BHABHA Taum, Yoseph Yapi
Sintesis Vol 11, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v11i2.1730

Abstract

Novel Impala-Impala Hindia karya Imperial Jathee mengungkapkan banyak kisah mengenai kehidupanpada zaman kolonialisme Belanda. Kedudukan tokoh utamanya, Maon, ambigu: dia seorangnasionalis tetapi sekaligus merupakan pegawai Belanda. Dia mau memperjuangkan kemerdekaanbangsanya, tetapi juga menyadari peran konstruktif penjajah Belanda. Persoalan yang diangkatdan dibahas dalam tulisan ini berkaitan dengan persoalan postkolonialisme menurut perspektif HomiK. Bhabha. Hasil kajian menunjukkan bahwa Novel Impala-Impala Hindiamerupakan sebuah karyayang bercerita tentang situasi kolonial Belanda di Hindia Belanda pada masa dua puluh tahun.Studi ini membuktikan bahwa novel ini memberikan ruang ambang, ruang liminal, ruang ketigatempat isu-issu kolonial bertemu dan bernegosiasi. Novel ini mengungkapkan keempat persoalanyang dikemukakan Bhabha: stereotipe, ambivalensi, mimikri, dan hibriditas.
KEKERASAN DALAM NOVEL LOLONG ANJING DI BULAN KARYA ARAFAT NUR: PERSPEKTIF JOHAN GALTUNG Sunarto, Scolastika Elsa Resty; Taum, Yoseph Yapi; Adji, Susilawati Endah Peni
Sintesis Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v15i2.3816

Abstract

ABSTRAKPenulis menggunakan paradigma Werren dan Wellek yang membagi penelitian sastra atas dua pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik digunakan untuk menganalisis struktur cerita dalam Novel Lolong Anjing di Bulan karya Arafat Nur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis data, deskriptif kualitatif, dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak catat, dan studi pustaka. Hasil analisis struktur intrinsik pembangun cerita yang terdiri atas alur, tokoh dan penokohan, serta latar dalam Novel Lolong Anjing di Bulan karya Arafat Nur adalah sebagai berikut. Alur dalam novel terbagi atas (1) peristiwa, (2) konflik, dan (3) klimaks. Tokoh dan penokohan terbagi atas (1) tokoh utama, (2) tokoh tambahan. Latar terbagi atas (1) latar tempat, (2) latar waktu, dan (3) latar sosial. Hasil dari penelitian bentuk-bentuk kekerasan sebagai berikut. Kekerasan yang terdapat dalam novel dibagi menjadi tiga, yaitu kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan budaya. Kekerasan langsung dalam penelitian ini masih dibagi lagi menjadi tiga, yaitu (1) kekerasan langsung terhadap tokoh utama, (2) kekerasan langsung terhadap rakyat Aceh, dan (3) kekerasan langsung terhadap perempuan. Dalam kekerasan struktural, pemerintah menjadi penggerak terjadinya peristiwa kerusuhan di Aceh. Pemerintah melalui kebijakankebijakannya telah membuat alam di Aceh terkuras, rakyat Aceh yang berjuang untuk merebut kembali juga mendapatkan penindasan dari tentara suruhan pemerintah, dan kekerasan budaya dalam penelitian ini juga masih dibagi lagi menjadi tiga, yaitu (1) Gerakan Aceh Merdeka, (2) Ideologi Islam, dan (3) kekerasan terhadap perempuan. Kata Kunci: Kekerasan Langsung, Kekerasan Struktural, Kekerasan Budaya, Johan Galtung, Deskriptif Kualitatif ABSTRACTThe author uses Werren and Wellek's paradigm which divides literary research into two approaches, namely intrinsic and extrinsic approaches. An intrinsic approach is used to analyze the structure of the story in Arafat Nur's Lolong Dog di Bulan Novel. In this study, researchers used data analysis methods, qualitative descriptive, and data collection techniques using note-taking techniques, and literature study. The results of the analysis of the intrinsic structure of the story builder consisting of plot, characters and characterizations, as well as the setting in Arafat Nur's Lolong Dog di Bulan Novel are as follows. The plot in the novel is divided into (1) events, (2) conflict, and (3) climax. Characters and characterizations are divided into (1) main character, (2) additional character. The setting is divided into (1) place setting, (2) time setting, and (3) social setting. The results of the research on forms of violence are as follows. The violence contained in the novel is divided into three, namely direct violence, structural violence, and cultural violence. Direct violence in this study is further divided into three, namely (1) direct violence against the main character, (2) direct violence against the people of Aceh, and (3) direct violence against women. In structural violence, the government became the driving force behind the riots in Aceh. The government through its policies has depleted nature in Aceh, the Acehnese who are struggling to reclaim it have also received oppression from government troops, and cultural violence in this study is still further divided into three, namely (1) the Free Aceh Movement, (2) Ideology Islam, and (3) violence against women. Keywords: Direct Violence, Structural Violence, Cultural Violence, Johan Galtung, Qualitative Descriptive
THE PROBLEM OF EQUILIBRIUM IN THE PANJI STORY: A TZVETAN TODOROVS NARRATOLOGY PERSPECTIVE Yoseph Yapi Taum
International Journal of Humanity Studies (IJHS) Vol 2, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/ijhs.v2i1.1583

Abstract

Narrative is understood as the record of human activities which relate strongly to a cultural matrix. Narrative, in terms of story or story telling, is representative of factual and fictional achievement placed in a chronological or causal order. Therefore, narrative and narratology have an important function in understanding cultural activities. Some structuralist scholars, especialy those living during 1960-1980, created a special theory on narratology. There are four specialists of narratology; they are: Vladimir Propp, Claude Levi-Strauss, Tvsetan Todorov, and A. J. Greimas. They claimed the same perspective, that all narrative (such as folktale, myth, and legend) in fact share the same fundamental structure (i.e grammar, syntactical structure, semantics axes, actantial structure, or logical structure). Panji Story is one of Indonesian heritage stories popular during the rule of Madjapahit Kingdom. The narratives were transmitted into folktales, oral literature, written literature, hikayat, or engraved as the reliefs at ancient temples. The narrative which was originated from Singasari Kingdom was so pervasive in East Javanese culture, as it created a Panji Culture (Nurcahyo, 2016). The spread of the narratives was so extensive, reaching Bali, Nusa Tenggara, Sumatra, Borneo, Papua, and to neighbouring countries such as Malaysia, Thailand, Cambodia, Laos, and Myanmar. This paper aims at revealing narrative sequences of Panji Narratives in line with Todorovs narrative theory, especially in relation to his narratology theory of equilibrium. Todorovs equilibrium gets a new perspective and meaning.
GAIRAH UNTUK HIDUP DAN GAIRAH UNTUK MATI: PEMBACAAN SIMPTOMATIK ATAS WASIAT KEMUHAR KARYA PION RATULOLY Yoseph Yapi Taum
Sintesis Vol 9, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v9i1.1025

Abstract

Makalah ini membahas Kumpulan Cerpen Wasiat Kemuhar karya seorang sastrawan muda NTT, Pion Ratuloly (2015). Melalui pembacaan simptomatik, makalah ini mengungkapkan dua aspek penting dalam kumpulan cerpen Wasiat Kemuhar, yakni: pembacaan struktur penceritaan (atau puitika) dan dilanjutkan dengan pembacaan tema-tema penting cerpen-cerpen Pion Ratulolly.Struktur penceritaan cerpen-cerpen Pion ditandai dengan kentalnya aroma puisi, kelenturan perpindahan sudut pandang, dan dominannya adegan-adegan dramtis. Tema-tema pokok cerpencerpen Pion adalah: territorial imperative, membongkar kemunafikan, membela yang lemah, dan gambaran tentang Lamalera, Lamahala, dan Laut.Kata kunci: insting hidup, insting mati, kemunafikan, territorial imperative.
TRAGEDI 1965 DALAM KARYA-KARYA UMAR KAYAM: PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI Yoseph Yapi Taum
Sintesis Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v8i1.1015

Abstract

Umar Kayam adalah salah satu cendekiawan dan sastrawan besar Indonesia yang memiliki perhatian istimewa terhadap Tragedi 1965 dalam karya-karyanya. Sekalipun dengan sikap yang berbeda, sepanjang periode pemerintahan Orde Baru, Umar Kayam secara konsisten menghasilkan karya sastra yang mempersoalkan Tragedi 1965. Ditinjau dari segi relasi kekuasaan, sikap Umar Kayam bermula dengan perlawanan humanistik, kemudian perlawanan pasif (pasrah), dan pada akhirnya dia berubah mendukung sikap dan kebijakan pemerintah. Dari dengan perspektif Gramsci, dapat disebutkan bahwa Umar Kayam merupakan seorang cendekiawan dan sastrawan besar yang berkembang menjadi intelektual organik Orde Baru.Kata kunci : Hegemoni, Tragedi 1965, Kekuasaan, Orde Baru
PEMBELAJARAN SASTRA BERBASIS TEKS: PELUANG DAN TANTANGAN KURIKULUM 2013 Yoseph Yapi Taum
Sintesis Vol 11, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v11i1.928

Abstract

Pembelajaran sastra dalam kurikulum 2013 merupakan bagian dari pembelajaran bahasa. Pembelajaran Bahasa, sebagaimana pembelajaran mata pelajaran lainnya dicanangkan sebagai pembelajaran berbasis teks. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi, tujuan, dan konteks. Melalui pembelajaran berbasis teks yang diterapkan dalam Kurikulum 2013, siswa dibiasakan membaca dan memahami teks serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa sendiri. Siswa dibiasakan pula menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks. Untuk itu, siswa dikenalkan dengan aturanaturan teks yang sesuai sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks (sesuai dengan konteks). Metode pembelajaran semua mata pelajaran menurut Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan pembelajaran saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya penggunaan proses berfikir ilmiah (menalar) sesuai dengan tingkat perkembangan anak.3 Selain memiliki keunggulan, pendekatan ini memiliki keterbatasan, terutama jika diaplikasikan secara mekanistik dalam pembelajaran sastra. Makalah ini membahas peluang dan tantangan pembelajaran sastra berbasis teks, sebagaimana dimaksud oleh Kurikulum 2013.Kata kunci: kurikulum 2013, pendekatan saintifik, pendekatan humanistik.