Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Belajar dari KKN Kebencanaan: Pola Distribusian Bantuan Paska Gempa Lombok antara MDMC dan BPBD Joni Safaat Adiansyah; Bedy Aga Fara Matrani
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5, No 3 (2021): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v5i3.4247

Abstract

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki berbagai macam potensi bencana seperti gempa bumi. Salah satu kejadian gempa bumi dengan kekuatan yang mencapai 6,8 Skala Richter (SR) terjadi di pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Komponen penting yang sangat berperan dalam manajemen bencana adalah distribusi bantuan paska bencana. Program Pengabdian Masyarakat (PKM) dengan tema kebencanaan diinisiasi oleh Universitas Muhammadiyah Mataram. Sejumlah 30 mahasiswa dikirim untuk membantu program distribusi bantuan paska gempa di dua simpul pengelolaan bantuan yaitu Muhammadiyah Managament Disaster Center (MDMC) yang bertempat di Gedung Dakwah Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) NTB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang bertempat di kantor BPBD NTB. Dari kegiatan ini disimpulkan bahwa tata kelola dan strategi dalam pengelolaan distribusi bantuan bencana yang dilakukan oleh MDMC dan BPBD memiliki karakteristik yang berbeda, hal ini terkait dengan ‘payung’ operasional yang diacu oleh kedua lembaga tersebut. Beberapa karateristik perbendaan tersebut adalah sumber dana, sistim koordinasi, dan sumberdaya yang pada akhirnya menghasilkan perbedaan dalam alur distribusi.Kata Kunci: Bencana; BPBD; Distribusi Bantuan; MDMC; Paska Gempa Learning from Disaster Community Service: Distribution Pattern of Post-Lombok Earthquake Aid between MDMC and BPBDABSTRACTIndonesia is one the countries that has various potential disasters such as the Earth Quake. One of the Earth Quakes that reached magnitude of 6.8 Richter Scale (SR) was occurred at Lombok Island Province of West Nusa Tenggara (NTB). A critical component that plays in the disaster management is humanitarian logistic supply. The community services program (PKM) with disaster theme was initiated by Universitas Muhammadiyah Mataram. Total of 30 students were sent for assisting the humanitarian logistic supply post-earth quake at two main distribution focal point, namely Muhammadiyah Disaster Management Centre that located at Gedung Dakwah Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) NTB, and The Provincial Disaster Management Office (BPBD) that located at BPBD NTB office. The PKM concluded that the distribution of humanitarian logistic by MDMC and BPBD has different characteristic associated with management and strategy, these differences occurred due to operational guideline that referred by those two institution. Some of the characteristic differences include funding resource, coordination system, and human resources that generated the different distribution flow.         Keywords: Disaster; BPBD; Distribution Aid; MDMC; Post Earth Quake
Analisis Kestabilan Lereng untuk Meminimalisir Resiko Bencana Tanah Longsor di Lembah Cerorong, Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat Bedy Fara Aga Matrani; Sari Bahagiarti Kusumayudha; Purwanto Purwanto
Jurnal Ilmu Kebumian Teknologi Mineral (JIK TekMin) Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lembah Cerorong, a valley which located in the Pringgarata district of Central Lombok regency is a landslide-prone zones. In 1994, there occurred the first avalanche that initially generate the valley.Until 2014 avalanches had been persisted, resulting in widening of the valley and creating steep slopes. The landslide-prone area is situated about 30 meters from a settlement location. Therefore, this zone is potential to threathening the safeness of people living near by the area. Landslide occurrences are caused by the inbalance of stresses acting on such a slope. Factors that contribute to the stability of Lembah Cerorong are slope inclination, lithology, hydrogeology and rainfall. One factor that plays an important role in the occurrence of landslide is the rising of groundwater level in soil during rainy season. Some slope in the study area reach ± 80ᵒ, while the type of avalanche belongs to rotational slide. From the computation using software Slope / W, it is obtained that the safety factor of slope 1 = 0.738 to 0.757; slopes 2 = 0.901 to 0.915; slope 3 = 0.875 to 0.901. This shows that all the slopes are unstable. Countermeasures can be done to reduce the risk of avalanche is lowering and benching the steep slopes, and then recalculate the safety factor of the slope with software Slope / W. Recalculation results that safety factor of slope 1 = 1.626 to 1.827; slope 2 = 1.759 to 2.205 and the slope 3 = 1.245 to 1.331. This proves that after doing remediation, all the slopes are in stable condition. In addition to increase the slope stability, it can be done by constructing gabion wire containing rocks at the foot of the slopes, and plantation around the slopes.Keywords: landslide, causative factor, slope stability, countermeasure AbstrakLembah Cerorong yang terletak di Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah merupakan zona rawan longsor. Pada tahun 1994, terjadi longsoran pertama yang merupakan awal dari pembentukan lembah. Sampai dengan tahun 2014 longsoran demi longsoran terus berlanjut, sehingga menyebabkan lembah semakin luas dan membentuk lereng-lereng yang terjal. Daerah rawan longsor ini berjarak sekitar 30 meter dari lokasi pemukiman. Oleh sebab itu daerah ini sangat berpotensi untuk membahayakan keselamatan penduduk yang bermukim di dekatnya. Peristiwa tanah longsor terjadi akibat tidak seimbangnya tegangan yang  bekerja pada suatu lereng. Faktor-faktor yang berperan pada kestabilan lereng lembah Cerorong antara lain kelerengan, litologi, hidrogeologi dan curah hujan. Salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam terjadinya longsoran adalah meningkatnya kadar air di dalam tanah pada saat musim hujan. Kemiringan lereng pada daerah penelitian mencapai  ± 80ᵒ, sementara jenis longsoran termasuk tipe rotasi. Dari hasil perhitungan menggunakan software Slope/W didapatkan faktor keamanan lereng 1 = 0,738 - 0,757; lereng 2 = 0,901 – 0,915; lereng 3 = 0,875 – 0,901. Hal ini menunjukkan bahwa semua lereng dalam kondisi labil.Upaya penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko longsor pada lembah Cerorong adalah pelandaian serta pembuatan benching pada lereng yang terjal, selanjutnya menghitung kembali faktor keamanan lereng dengan software Slope/W. Hasilnya didapatkan faktor keamanan lereng 1 = 1,626 – 1,827; lereng 2 = 1,759 – 2,205 dan lereng 3 = 1,245 – 1,331. Hal ini membuktikan bahwa setelah dilakukan perbaikan, semua lereng dalam kondisi stabil. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kestabilan lereng yaitu dengan pemasangan bronjong kawat berisi batu pada kaki lereng, serta penanaman pepohonan di sekitar lereng.  Kata kunci: longsoran, faktor penyebab, kestabilan lereng, penanggulangan.
ANALISIS KESTABILAN LERENG HIGHWALL PIT6 LUBANG BOR GNDH55 PROJECT DESA BATUAH KECAMATAN LOAJANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Khairul Imam; Alpiana Alpiana; Bedy Fara Aga Matrani
Jurnal Ulul Albab Vol 24, No 1 (2020): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (632.426 KB) | DOI: 10.31764/jua.v24i1.2226

Abstract

Lereng merupakan permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horizontal. Lereng yang terdapat pada tambang batubara merupakan buatan manusia. Batubara adalah salah satu bahan galian dimana sistem penambangannya menggunakan tambang terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan mekanik batuan dari parameter yang digunakan dalam menentukan pemodelan geoteknik, mengetahui faktor keamanan lereng tunggal dan keseluruhan, membuat rancangan lereng tunggal, dan membuat rancangan lereng highwall yang aman pada lokasi penambangan batubara. Dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu, pengumpulan data, tahap lapangan, dan pasca lapangan. Pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder. Tahap lapangan meliputi pengeboran geoteknik dan pengepakan sampel. Tahap pasca lapangan meliputi preparasi dan analisis laboraorium serta pengolahan data. Untuk melakukan analisis stabilitas lereng digunakan program SLIDE 6.0. Hasil analisis stabilitas lereng didapatkan bahwa lereng tunggal dengan tinggi jenjang 10 meter dengan sudut 35°. 40°, 45°, dan 50° berada dalam keadaan aman untuk kondisi jenuh dan kering. Sedangkan lereng tunggal dengan kondisi kering dan jenuh pada tinggi 15 meter dan sudut 35°, 40°, 45°, dan 50° berada dalam keadaan aman dan tidak aman. Pada lereng keseluruhan untuk lereng highwall pada tinggi 70 meter dan sudut 25° pada kondisi jenuh dan kering berada dalam kondisi aman dengan nilai FK 1,330 dan 2,089 (FK > 1,300), sedangkan pada sudut 30° pada kondisi kering dan jenuh berada dalam keadaan aman dan tidak aman dengan nilai FK 1,703 dan 1,184 (FK < 1,300). AbstractSlope is the surface of the earth which forms a certain angle with a horizontal plane. The slopes found in coal mines are man-made. Coal is a quarry where the mining system uses an open pit. This study aims to determine the physical and mechanical properties of rocks from the parameters used in determining geotechnical modeling, knowing the safety factors of single and overall slopes, making single slope designs, and making safe highwall slope designs at coal mining locations. To do slope stability analysis, SLIDE 6.0 is used. In this study consists of 3 (three) stages, namely, data collection, field stage, and post-field. Data collection includes primary and secondary data collection. The field stage includes geotechnical drilling and sample packing. The post-field stage includes laboratory preparation and analysis as well as data processing. To do slope stability analysis, SLIDE 6.0 is used. The results of the slope stability analysis found that a single slope with a height of 10 meters with an angle of 35 °. 40 °, 45 ° and 50 ° are safe for saturated and dry conditions. Whereas a single slope with dry and saturated conditions at 15 meters high and angles of 35 °, 40 °, 45 °, and 50 ° are safe and unsafe. On the overall slope for highwall slopes at a height of 70 meters and an angle of 25 ° in saturated and dry conditions are in safe conditions with FK values 1,330 and 2,089 (FK> 1,300), while at an angle of 30 ° in dry and saturated conditions are in a safe and insecure with FK values 1,703 and 1,184 (FK <1,300).
KAJIAN PENGGUNAAN BUNDWALL UNTUK KESETABILAN LERENG DISPOSAL KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Ferry Ardinata; Alpiana Alpiana; Bedy Fara Aga Matrani
Jurnal Ulul Albab Vol 24, No 1 (2020): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.743 KB) | DOI: 10.31764/jua.v24i1.2255

Abstract

Lereng adalah suatu bidang di permukaan tanah yang menghubungkan permukaan tanah yang lebih tinggi dengan permukaan tanah yang lebih rendah. Lereng dapat terbentuk secara alami dan dapat juga dibuat oleh manusia (DAS, 1994). Dalam penelitian ini metode yang digunakan terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu, pra lapangan, lapangan, dan pasca lapangan. Tahap pra lapangan meliputi pengumpulan data studi literatur dan interpretasi data sekunder. Tahap lapangan meliputi penyondiran dan sampel tanah. Tahap pasca lapangan meliputi analisis laboratorium. Untuk melakukan an diatas menunjukkan bahwa pada jenjang dengan tinggi 5 m dan 10 m dan sudut lereng 60o, 65o, 70o, dan 75o pada kondisi setengah jenuh mempunyai faktor keamanan terkecil 2.030 dan faktor keamanan terbesar 8.176. Diketahui bahwa lereng dalam kondisi setengah jenuh maupun kering dalam keadan aman dengan nilai faktor keamanan setengah jenuh 1.565 dan yang kering 1.975 apabila lereng mempunyai tinggi 5 m dan sudut 35°. Dapat dilihat bahwa tinggi jenjang dan sudut lereng mempengaruhi kestabilan lereng. Lereng dengan tinggi jenjang 5 dan 10 m pada sudut 60°, 65°, 70°, dan 75° dalam kondisi aman semua. Dapat disimpulkan juga bahwa semakin tinggi lereng tunggal dan semakin besar sudut lereng yang digunakan maka nilai faktor keamanan semakin kecil.AbstractSlope is a plane at the ground surface that connects higher ground surface with lower ground level. Slopes can be formed naturally and can also be made by humans. (DAS, 1994). In this study the method used consisted of 3 (three) stages, namely, pre-field, field and post-field. The pre-field stage includes the collection of literature study data and the interpretation of secondary data. The field stage includes soil sampling and sampling. The post-field stage includes laboratory analysis. To do slope stability analysis, SLIDE 6.0 is used. Based on the results of the slope stability analysis above, it can be seen that at the level of 5 meters and 10 meters high and the slope angle of 60o, 65o, 70o and 75o at half saturated condition has the lowest safety factor of 2,030 and the biggest safety factor of 8,176. It is known that the slope is in a condition of half-saturated or dry in a safe condition with a safety factor value of half-saturated 1,565 and a dry one of 1,975 when the slope has a height of 5 meters and an angle of 35 °. It can be seen that the level of height and the angle of the slope affect the stability of the slope. Slopes with a height of 5 and 10 meters at an angle of 60 °, 65 °, 70 ° and 75 ° in all safe conditions. It can also be concluded that the higher the single slope and the greater the slope angle used, the smaller the value of the safety factor.
KAJIAN GEOTEKNIK UNTUK OPTIMASI LERENG DISPOSAL DI PT. BOSS (BORNEO OLAH SARANA SUKSES) DI DESA DASAQ KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Edi Setiadi; Alpiana Alpiana; Bedy Fara Aga Matrani
Jurnal Ulul Albab Vol 24, No 1 (2020): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (587.626 KB) | DOI: 10.31764/jua.v24i1.2232

Abstract

Suatu kegiatan pertambangan umumnya memindahkan tanah penutup untuk mengambil bahan galian yang berada di dalam bumi. Oleh karena itu, diperlukan area tertentu untuk membuang material tanah penutup tersebut sehingga tidak menutupi area yang masih mengandung bahan galian yang ekonomis. Area ini disebut sebagai disposal atau dumping area. Sebelum melakukan penambangan, perlu dilakukan kajian geoteknik untuk mendukung rancangan desain yang sudah ada. Kajian geoteknik dilakukan untuk memperkirakan model yang akan diterapkan agar lereng yang terbentuk nantinya aman dan tidak menimbulkan bahaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan rekomendasi desain geometri lereng tunggal untuk disposal area dan mengetahui parameter yang berpengaruh dalam rancangan lereng disposal area. Metode ini menggunkan metode Bishop dengan menggunkan aplikasi software slide 6.0 untuk mencari nilai faktor keamananya. Lereng tunggal dengan tinggi jenjang 15 m dengan sudut 60˚, 65˚, 70˚, dan 75˚ pada kondisi kering dan setengah jenuh semua lereng berada dalam kondisi aman. Dengan rekomendasi lereng terdapat pada material CLAY faktor keamanan 1.408, material SAND faktor keamanan 1.838 dan material Mixing Undistrub 1.829. Lereng tunggal dengan tinggi 20 m dengan sudut 60˚, 65˚, 70˚, dan 75˚ pada kondisi kering dan setengah jenuh berada dalam kondisi aman dan sebagian berada pada kondisi tidak aman. Dengan rekomendasi lereng terdapat pada material CLAY faktor keamanan 1,247, material SAND faktor keamanan 1.566 dan material Mixing Undistrub 1.591 dan faktor keamanan <1.200 terdapat pada material CLAY dengan faktor keamanan 1.155.AbstractA mining activity generally move overburden to take minerals that are in the earth. Therefore, certain areas are needed to dispose of the overburden material so that it does not cover areas that still contain economical minerals. This area is called the disposal or dumping area. Before mining, a geotechnical study needs to be carried out to support the existing design. A geotechnical study is carried out to estimate the model that will be applied so that the slope formed will be safe and not cause danger. The purpose of this study is to provide a single slope geometry design recommendation for the disposal area and determine the parameters that influence the design of the disposal area slope. This method uses the Bishop method by using the slide 6.0 software application to find the value of the safety factor. the results of a single slope analysis with a height of 15 m with an angle of 60˚, 65˚, 70˚, and 75˚ in dry and half-saturated conditions all slopes are in a safe condition. With the slope recommendations found in the CLAY material the safety factor is 1,408, the SAND material is the safety factor 1,838 and the Mixing Undistrub material is 1,829.  The results of a single slope analysis with a height of 20 m with an angle of 60˚, 65˚, 70˚, and 75˚ in dry and half-saturated conditions are in safe conditions and some are in unsafe conditions. With the recommended slope found in CLAY material 1,247 safety factor, SAND material 1.566 safety factor and Undistrub Mixing 1.591 material and <1,200 safety factor found in CLAY material 1,155 safety factor.
IDENTIFIKASI POTENSI GEO-SITES DI KECAMATAN SEKOTONG MENUJU PENGEMBANGAN EDU-GEO TOURISM Diah Rahmawati; Joni Safaat Adiansyah; Alpiana Alpiana; Bedy Fara Aga Matrani
Jurnal Ulul Albab Vol 23, No 2 (2019): JULI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.082 KB) | DOI: 10.31764/jua.v23i2.1731

Abstract

Kecamatan Sekotong adalah salah satu lokasi yang marak dengan kegiatan pertambangan rakyat. Saat ini pendapatan masyarakat dari pertambangan rakyat sudah mulai menurun seiring dengan semakin dalamnya letak deposit mineral sehingga perlu dipikirkan upaya diversifikasi kegiatan agar dapat menambah penghasilan masyarakat penambang. Salah satunya adalah dengan mempromosikan wisata geologi untuk pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi terhadap potensi geo sites di Kecamatan Sekotong yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi edu-geo tourism. Metode penelitian quantitatif akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantifikasi geowisata. Berdasarkan pendekatan geosite dan geomorphosite menggunakan penilaian menurut Kubalikova (2013) dapat disimpulkan bahwa lokasi geosite yang berada di wilayah pantai memiliki nilai kelayakan lebih tinggi dibandingkan dengan yang berada di wilayah non pantai dengan nilai kelayakan antara 44,59% – 75,68% untuk dapat dijadikan edu-geo tourism.
Bantuan Teknis Pembuatan Peta Administrasi Untuk Desa Teros Lombok Timur Alpiana Alpiana; Diah Rahmawati; M.Fathin Firaz; Ariyanto Ariyanto; Bedy Fara Aga Matrani; Joni Safaat Adiansyah
TRANSFORMASI : JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Vol 2, No 2 (2022): Agustus
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.996 KB) | DOI: 10.31764/transformasi.v2i2.10003

Abstract

Desa Teros terletak di Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur. Namun, Desa Teros belum memiliki peta wilayah administrasi baik yang digital maupun yang bisa dipasang di lokasi yang strategis. Sehingga perlu diberikan pelatihan kepada perangkat Desa Teros dan Pemuda Karang Taruna tentang pembuatan peta. Pelatihan dilaksanakan di Aula Desa Teros Kecamatan Labuhan Haji. Metode yang digunakan dalam kegiatan pelatihan adalah ceramah, diskusi, dan praktek aplikasi pembuatan peta dengan SIG menggunakan software ArcGIS 10.8. Dari hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat dapat menghasilkan beberapa peta administrasi yang dibutuhkan oleh Desa terutama untuk pengembangan pembangunan di Desa Teros. Desa perlu memiliki basis data terkait peta administrasi sebagai rujukan untuk penentuan perencanaan pembangunan tahun berikutnya. Batas desa yang sudah jelas akan membantu Desa untuk menntukan jumlah pendapatan dari penarikan dan pengurusan adminitrasi terkait lahan
Pemantauan Efektivitas Water Truck Dalam Melakukan Penyiraman Jalan Tambang Di PT. Amman Mineral Nusa Tenggara Ismuhadi Ismuhadi; Bedy Fara Aga Matrani; Joni Safaat Adiansyah
JURNAL PERTAMBANGAN DAN LINGKUNGAN Vol 1, No 1 (2020): Desember 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpl.v1i1.3780

Abstract

Abstrak. Site Batu Hijau merupakan salah satu tambang penghasil tembaga dan emas di Indonesia yang sekarang ini  dioperasikan  oleh  PT. AMNT. Dalam kegiatan operasionalnya, PT. AMNT mempunyai target produksi, dalam hal tersebut harus didukung dengan jalan angkut serta perawatan jalan angkut yang baik. Jalan angkut tambang harus tetap lembab dengan cara melakukan penyiraman setiap waktu oleh unit Water Truck guna menjaga kondisi jalan angkut tidak berdebu. Adapun tujun penelitian ini untuk mengetahui pencapaian target trip Water Truck dan faktor-faktor penghambat trip Water Truck serta untuk merekomendasikan upaya yang harus dilakukan untuk mencapai target Trip. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kuantitatif dengan melakukan beberapa tahapan diantaranya: tahap pra lapangan, tahap lapangan dan tahap pasca lapangan. Ketercapaian target trip yang dihasilkan pada bulan Oktober shift siang melebihi target trip yang diberikan oleh engineering mine support. Jumlah target trip yang dicapai sebanyak 312 trip dari target yang diberikan sebanyak 310 trip, Working hour yang dicapai sebanyak 10,56 jam, dari target sebesar 8,64 jam, hambatan yang terjadi sebesar 85,9 menit. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan trip yakni dengan meminimalisir atau menghilangkan waktu yang dapat dihindari dan melakukan operator hot seat. PA yang dicapai sebesar 92% dari target sebesar 90% dan US juga berada di atas target sebanyak 94% dari 80% target yang diberikan, Dengan demikian water truck 04 bekerja dengan efektif karena dapat melebihi target yang diberikan oleh engineering mine support.  Kata Kunci: Efektivitas, Jalan Angkut, Trip, Water Truck
IDENTIFIKASI PERUBAHAN GEOMORFOLOGI AKIBAT PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN SIRTU DI KECAMATAN LABUAN HAJI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Alpiana Alpiana; Diah Rahmawati; Isfanari Isfanari; Ariyanto Ariyanto; Muhammad Fatin Firaz; Bedy Fara Aga Matrani
JURNAL PERTAMBANGAN DAN LINGKUNGAN Vol 3, No 1 (2022): JUNI 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpl.v3i1.10005

Abstract

Kecamatan Labuan Haji Kabupaten Lombok timur memiliki potensi bahan galian Sirtu yang melimpah. Potensi tersebut sebagain besar berada pada morfologi alluvial pantai. Belum adanya kajian tentang hubungan antara penambangan sirtu dengan perubahan geomorfologi menjadikan penelitian ini penting untuk dilakukan. Sehingga dampak-dampak kegiatan pertambangan sirtu dapat diketahui khususnya dari faktor perubahan geomorfologi. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan geomorfologi akibat kegiatan pertambangan sirtu di Kecamatan Labuhan Haji. Perubahan geomorfologi akan menyebabkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan perubahan pola penggunaan tata ruang dan potensi lainnya akibat perubahan tersebut. Metode Penelitian yang digunakan adalah observasi dan pengumpulan data primer dan sekunder. Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) kegiatan pertambangan menyebabkan perubahan morfologi (bentang lahan) berupa penurunan elevasi atau ketinggian dari ketinggian 25 mdpl menjadi 20 mdpl (2) Perubahan morfologi mengakibatkan perubahan pola tata guna lahan yang awalnya berupa perkebunan kelapa menjadi areal persawahan dengan tanaman tertentu. Akibat yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan tidak hanya menimbulkan dampak negatif tetapi dapat menjadi dampak positif yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pemilik lahan.
Pemberdayaan Masyarakat Lingkar Tambang dalam Pengolahan Limbah Organik Adiansyah, Joni Safaat; Sukuryadi, Sukuryadi; Ariyanto, Ariyanto; Nurhayati, Nurhayati; Muliatiningsih, Muliatiningsih; Wijaya, Arif; Matrani, Bedy Fara Aga; Irawan Johari, Harry
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 7 No 3 (2024): Juli - September
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v7i3.9084

Abstract

Pengelolaan sampah hingga saat ini belum optimal padahal sampah dapat diolah menjadi barang bernilai ekonomis. Keterbatasan pengetahuan dan minimnya keterampilan menjadi kendala dalam pengolahan limbah. Maka dari itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan SDM dalam pengelolaan sampah organik maupun anorganik. Pemberdayaan masyarakat lingkar tambang dalam pengolahan limbah organic adalah prioritas utama untuk menciptakan lingkungan yang sehat, membuka lapangan pekerjaan, terciptanya produk unggulan desa ramah lingkungan di Desa Daha Kecamatan Hu’u. Pendekatan metode yang digunakan adalah melalui wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat dan kelompok binaan PT STM. Pengolahan limbah organik dari aktivitas pertanian dan peternakan menjadi kompos berjalan dengan baik atas prakarsa yang dilakukan oleh kelompok binaan PT STM hingga saat ini. Namun pengelolaan limbah rumah tangga belum berjalan secara optimal dan bersifat temporal sehingga diperlukan integrasi dengan kelompok binaan PT STM untuk memperkuat jaringan kelompok karang taruna dalam mengelola sampah organic rumah tangga sebagai input tambahan dalam pembuatan kompos padat maupun cair. Hasil uji laboratorium kompos yang dihasilkan dapat menjadi rekomendasi dalam kegiatan hydroseeding lahan reklamasi kawasan PT STM.