Subhechanis Saptanto
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

VALUASI NILAI EKONOMI TERUMBU KARANG DI BANDA NEIRA Mira Mira; Subhechanis Saptanto; Hikmah Hikmah
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1203.977 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v12i1.6284

Abstract

Banda Neira merupakan salah satu wilayah yang berada di Provinsi Maluku. Wilayah ini kayaakan potensi sumber daya perikanan karena memiliki ekosistem terumbu karang, pelagis dan demersal.Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji nilai ekonomi terumbu karang di Banda Neira. Penelitianini dilakukan pada tahun 2015 di Banda Neira. Nilai Ekonomi Total (TEV) terumbu karang di kawasanTNKpS dihitung dengan mengagregasi nilai pemanfaatan dan nilai non pemanfaatan. Berdasarkan hasilpenelitian, Pertama, nilai pemanfaatan tidak langsung dari terumbu karang adalah pelindung pantai,dimana panjang pantai yang dilindungi oleh karang pada wilayah Banda Neira diperkirakan mencapai10.562 meter sehingga nilai yang terbentuk adalah Rp.1.936.366.667 atau setara dengan Rp.4.588.547/ha karang. Kedua, nilai keberadaan terumbu karang adalah sebesar rata-rata Rp.113.162,-/tahun. Jikadikalikan jumlah populasi dibagi luas terumbu karang, maka WTP Rp.2.580.733,-/orang/ ha/ tahun.Ketiga, nilai pemanfaatan langsung perikanan sebesar Rp.323.071.865,- per pelaku usaha perikanan,nilai pemanfaatan langsung untuk pariwisata sebesar Rp.482.654.114,10. Jadi total, nilai total ekonomiterumbu karang di Banda Neira mencapai lebih dari 17 triliun rupiah. Sebagian besar masih disumbangdari sumber daya ikan yang telah dimanfaatkan khususnya pelagis. Nilai ekosistem secara ekologiberdasarkan parameter-parameter yang diukur hanya menyumbang kurang dari 1% dengan nilai sekitarempat miliar rupiah per tahun. Kecilnya kontribusi nilai pariwisata terhadap pemanfaatan langsung karenasulitnya aksesibilitas Banda Neira, sistem transportasi yang kurang mendukung seperti penerbanganudara hanya satu kali seminggu. Diharapkan pemerintah memperbaiki aksesibilitas ke Banda Neira,dengan memperbanyak frekuensi transportasi udara.Title: Economic Values Valuation Of Coral Reefs In Banda NeiraBanda Neira is one of the areas located in Maluku Province. This region has potential fisheriesresources because of coral reef ecosystems, pelagic and demersal. The purpose of this study wasto analyze the economic value of coral reefs in Banda Neira. The study was conducted in 2015 inBanda Neira district, Maluku Province. The Total Economic Value (TEV) of coral reefs in the TNKpSarea is calculated by aggregating the value of utilization and non utilization. Based on the results ofthe research, First, the indirect use value of coral reefs is coastal protection, where the length of coralprotected beaches in the Banda Neira region was estimated to reach 10,562 meters so that the valuewas 1,936,366,667 IDR or equivalent to 4,588,547 IDR / ha corals. Secondly, the value of coral reefswas an average of 113.162 IDR, - / year. If multiplied by the total population divided by coral reef area,then the WTP value was 2.580.733 IDR, - / person / ha / year. Third, direct fishery utilization value was323,071,865 IDR, - per fishery business actor, direct use value for tourism was 482.654.114,10 IDR.So that total economic value of coral reefs in Banda Neira reaches more than 17 trillion rupiah. Most ofit is still contributed from fish resources that have been utilized, especially pelagic. Ecological value ofecosystem based on measured parameters only contribute less than 1% with value of about 4 billionrupiah per year. The small contribution of tourism value to direct use because of difficulty of Banda Neiraaccessibility, less supportive transportation system like air flight only once a week . The government isexpected to improve accessibility to Banda Neira, by increasing the frequency of air transport.
DAMPAK HAMBATAN NON-TARIF TERHADAP KINERJA MAKROEKONOMI DARI SEKTOR PERIKANAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL GTAP Subhechanis Saptanto; Rikrik Rahadian; Tajerin Tajerin
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1237.797 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v12i1.6302

Abstract

Aktivitas perdagangan internasional selain dapat memberikan manfaat juga dapat memberihambatan. Salah satu hambatan yang muncul adalah hambatan non tarif. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis dampak hambatan non tarif terhadap sektor perikanan dengan menggunakan pendekatanmodel GTAP. Data sekunder yaitu data GTAP (Global Trade Analysis Project) digunakan dalam kajianini. Data GTAP versi 9 yang terdiri dari 140 negara dan 57 sektor dikeluarkan oleh Purdue University,Amerika Serikat. Penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan padabulan Januari hingga Desember 2016. Metode analisis menggunakan runGTAP dengan 4 skenarioyakni : (a) Skenario 1; Indonesia tetap bertahan dengan Non Tariff yang sudah ditetapkan olehnegara mitra; (b) Skenario 2; Negara mitra mengurangi Non Tariff sebesar 50% dari kondisi yang ada;(c) Skenario 3; Indonesia tetap bertahan dengan Non Tariff yang sudah ditetapkan oleh negara mitra danpemerintah melakukan intervensi (peningkatan efisiensi dan produktivitas), dan; (d) Skenario 4; Negaramitra mengurangi Non Tariff sebesar 50% dari kondisi yang ada dan pemerintah melakukan intervensi(peningkatan efisiensi dan produktivitas). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan hambatan nontarif dan intervensi kebijakan sangat berpengaruh baik secara makro maupun sektoral. Secara makroberpengaruh terhadap kesejahteraan, PDB, neraca perdagangan, nilai tukar (terms of trade), indeksharga konsumen dan konsumsi. Sedangkan secara sektoral berpengaruh terhadap jumlah output, hargaoutput, jumlah ekspor, harga ekspor, jumlah impor, harga impor dan neraca perdagangan komoditas.Pada umumnya simulasi 3 yakni pengurangan NTB sampai 100% dan adanya intervensi pemerintahmemberikan efek paling besar dan merupakan pilihan simulasi paling terbaik dibandingkan dengan yanglain. Secara sektoral simulasi 3 memberikan efek pada jumlah output komoditas tuna dan udang denganpertumbuhan sebesar 2,14% dan 0,91%; dampak positif harga sebesar 16,4% dan 5,67%; peningkatanvolume ekspor sebesar 47,78% dan 82,77%.Title: Impact of Non-Tariff Barriers of Macroeconomics Performance of Fisheries Sector Using Gtap Model ApproachInternational trade activities may provide benefits and trade barriers. One of the obstacles intrade is non-tariff barriers. This study aimed to analyze the impact of non-tariff barriers on the fisheriessector by using the GTAP model approach. The study using Secondary data of GTAP (Global TradeAnalysis Project). GTAP data version 9 consist of 140 countries and 57 sectors were published byPurdue University, United States. The research was conducted at Social Economic Research Centerof Marine and Fishery on January to December 2016. The analysis using four scenarios of runGTAPnamely: (a) first scenario, Indonesia has already persisted of Non Tariff by setting of partner countries; (b)second scenario, partner countries reduce Non-Tariff was 50% of existing conditions; (c) third scenario,Indonesia persisted of Non-Tariffs by setting partner countries and government doing interventions suchas increasing of efficiency and productivity, and; (d) forth scenario, partner countries reduce Non-Tariffwere 50% of existing conditions and government doing interventions such as increasing of efficiency andproductivity. The result showed that decreasing of non-tariff barriers and policy interventions effected theboth of macro and sectoral conditions significantly. The macro effected on welfare, GDP, Trade Balance, Terms of Trade, Consumer Price Index and Consumption. The sectoral effected the amount of output,output price, export amount, export price, import volume, import price and commodity trade balance. Ingeneral, third simulation were reduction of NTB up to 100% and intervention of government, gaved thegreatest effected to the performance of macro and sectoral conditions and this scenario was the bestsimulation compared to the others. By sectoral, third simulation effected the amount of output of tunaand shrimp commodity with the growth was 2,14% and 0,91%, positive impact of price was 16.4% and5.67%; increasing of export volume was 47.78% and 82.77%.
ANALISIS PENENTUAN INDIKATOR KUNCI DALAM PENGHITUNGAN INDEKS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Subhechanis Saptanto; Tikkyrino Kurniawan; Hertria Maharani Putri; Tajerin Tajerin
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.551 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v7i1.5748

Abstract

Indeks kesejahteraan masyarakat kelautan perikanan merupakan salah satu indeks yang secara cepat dapat mengukur tingkat kesejahteraan yang bergerak di sektor kelautan dan perikanan. Di dalam indeks kesejahteraan terdapat indikator-indikator kunci yang menjadi penentu kesejahteraan masyarakat kp. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menganalisis indikator-indikator kunci dalam penghitungan indeks kesejahteraan masyarakat kp sehingga dapat dihasilkan suatu strategi baik yang bersifat pemeliharaan maupun perbaikan pada provinsi-provinsi di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari instansi di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari 2017 hingga April 2017. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur dan mendatangi langsung instansi yang terkait dengan data. Metode analisis data digunakan metode data panel kausalitas Granger. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis indikator-indikator yang menjadi kunci untuk dilakukan perbaikan dan perawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator kunci di bidang sosial antara lain XS1 (kelembagaan usaha KUB Tangkap), XS4 (Kelembagaan usaha Garam Rakyat), XS5 (kelembagaan Pokmaswas) , XS7 (masyarakat adat, tradisional dan lokal yang direvitalisasi) dan XS9 (pelaku usaha mikro yang manidir di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil) dan indikator di bidang ekonomi yaitu XE1 (Nilai Tukar Nelayan), XE8 (Rata-rata pendapatan petambak garam/bulan) dan XE11 (struktur ongkos usaha perikanan).  Title: Analysis Of The Key Indicators Determination In The Calculation Of Community Marine And Fisheries Welfare IndexThe marine fisheries community welfare index is one of the indices that can rapidly measure the level of welfare moving in the marine and fisheries sector. In the index of welfare, there are key indicators that determine the welfare of the fisheries and marines community. The purpose of writing this paper is to analyze the key indicators in calculating the community welfare index fisheries and marines so that it can produce a good strategy that is maintenance and improvement in the provinces in Indonesia. The data used in this study is secondary data sourced from agencies in the scope of the Ministry of Marine Affairs and Fisheries. The study was conducted from February 2017 to April 2017. The data collection method was done by literature study and went directly to the related institution with the data. Data analysis method used Granger causality data panel method. This method can be used to analyze the key indicators for improvement and maintenance. The results of the study indicate that key social indicators include XS1 (KUB Capture Business Institution), XS4 (People's Salt Business Institution), XS5 (institutional Pokmaswas), XS7 (indigenous, traditional and local community revitalized) and XS9 (micro business actors (XE1 (Fisherman Exchange Rate), XE8 (Average salt farm income / month) and XE11 (fishery cost structure).
ANALISIS KEBIJAKAN DAMPAK PENYESUAIAN HARGA BBM BERSUBSIDI UNTUK NELAYAN Subhechanis Saptanto; Achmad Zamroni; Andrian Ramadhan; Rizky Aprilian Wijaya
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 6, No 2 (2016): DESEMBER 2016
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.364 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v6i2.3328

Abstract

Fluktuasi harga BBM yang disebabkan oleh adanya kebijakan penyesuaian harga BBM memberikan pengaruh pada berbagai sektor khususnya sektor perikanan tangkap. Tujuan dari penelitian ini mengkaji pengaruh penyesuaian harga BBM terhadap biaya operasional usaha perikanan tangkap laut; dan mengkaji dampak penyesuian harga BBM terhadap tingkat keuntungan usaha perikanan tangkap laut. Waktu penelitian dilaksanakan selama 30 hari kerja yang dilakukan pada bulan Januari – Februari 2015. Lokasi penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Kabupaten Lamongan, PPN Pekalongan di Kota Pekalongan dan PPN Palabuhan Ratu di Kabupaten Sukabumi, dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut terdapat armada kapal berdasarkan ukuran kapal.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden/sampel penelitian yang ditentukan secara purposif (purposive sampling) mencakup: nelayan pada berbagai ukuran kapal. data-data sekunder diperoleh dari laporan penelitian, laporan kajian, dan data-data pada berbagai instansi terkait. Data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian harga BBM memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap biaya operasional dan keuntungan usaha. Pada seluruh ukuran kapal peningkatan harga BBM akan secara otomatis meningkatkan biaya operasional usaha dan menurunkan keuntungan usaha.  Perubahan harga BBM khususnya solar yang terjadi pada akhir tahun 2014 hingga Januari 2015 memberikan dampak positif dan negatif terhadap pelaku usaha, khususnya nelayan; penurunan harga BBM berpotensi menaikkan tingkat keuntungan yang diterima, sebaliknya peningkatan BBM berpotensi menurunkan tingkat keuntungan usaha. Perlu adanya bantuan permodalan dan pendampingan untuk mendorong pelaku usaha berpindah dari kapal 50-100 GT ke kapal berukuran 20-30 GT atau ke kapal berukuran diatas 100 GT. Hal ini didasarkan pada hasil kajian dimana kelompok ukuran kapal 50-100 GT yang paling sensitif terkena dampak akibat perubahan harga solar. Setiap kenaikan harga BBM solar sebesar 1% akan menurunkan keuntungan usaha sebesar 0,7% . Sementara ukuran kapal 20-30 GT dan diatas 100 GT mengalami penurunan sebesar 0.2% dan 0.5%.Title: Analysis Of Subsidized Fuel Price Adjustment Policy Impact For FishermenFluctuations in fuel prices caused by the fuel price adjustment policy influence on various sectors particularly the fisheries sector. The purpose of this study was to assess the effect of fuel price adjustments against operating expenses marine capture fishery business; and assess the impact of fuel price adjustments to the level of profitability of marine capture fisheries. The research was carried out for 30 days of work, done in January-February 2015. The research location is at the Fishery Port Beach (PPP) Muncar, Nusantara Fishery Port (VAT) Brondong Lamongan, PPN Pekalongan in Pekalongan and VAT Palabuhan Ratu in Sukabumi , considering that in that location there is a fleet of ships based on ship size. The data used in this study are primary and secondary data. Primary data obtained from respondents / sample were determined purposively (purposive sampling) include: fisherman on vessels of various sizes. secondary data obtained from research reports, assessment reports, and data on the various relevant agencies. Techniques used for primary data collection is interview the selected respondents, with the scope of information covering investment costs, variable costs (variable) per trip, the fixed cost (fixed) per year, business receipts per trip, business operational information. Data tabulated and analyzed descriptively and presented in a tabular format. The results showed that the adjustment of fuel prices has a profound influence on operating costs and profits. On the whole size of ships increase in fuel prices will automatically increase business operational costs and lowering profits. Changes in fuel prices, especially diesel which occurred in late 2014 to January 2015 giving positive and negative impacts to businesses, especially fishermen fishing; reductions in fuel prices could raise the level of benefits received, otherwise the increase in fuel potentially lower level of profits. The need for capital assistance and mentoring to encourage businesses to move from ship to ship size 50-100 20-30 GT GT or sized vessels above 100 GT. It is based on the results of the study in which groups of vessel sizes 50-100 GT are most sensitive affected by changes in the price of diesel. Any increase in the price of diesel fuel by 1% would reduce the business profits of 0.7%. While the size of 20-30 ships over 100 GT and GT decreased  0.2% and 0.5%.   
PENGARUH KEBIJAKAN PERUBAHAN TARIF IMPOR TERHADAP KINERJA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Mira Mira; subhechanis Saptanto
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.046 KB) | DOI: 10.15578/jksekp.v7i1.5745

Abstract

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh kebijakan perubahan tarif impor terhadap kinerja sektor kelautan dan perikanan. Data dari tabel Input dan Output dianalisis dengan menggunakan computable general equilibrium mode (CGE).  Simulasi dilakukan dengan Focus Group Discussion, pertama menggunakan tarif impor yang berlaku saat ini untuk produk perikanan yaitu sebesar 5%, kedua menggunakan tarif impor 10 persen jika tarjadi peningkatan tarif, dan ketiga menggunakan tarif 0 % dimana terjadi penurunan tarif impor karena kesepakatan kerjasama regional (Masyarakat Ekonomi Asean). Akibat pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (kebijakan penurunan tarif impor) terhadap kinerja makro sektor kelautan dan perikanan meningkatkan pendapatan pemerintah (GDP) sebesar 0.009%, dan peningkatan ekspor 0.040%. Kebijakan penurunan tarif impor akibat pemberlakukan MEA hanya berpengaruh negatif pada indikator neraca pembayaran, dimana penurunan tarif impor menyebabkan penurunan neraca pembayaran 0.070%. Kebijakan penurunan tarif impor  meningkatkan nilai tambah  produk TTC, patin, kerapu, dan garam, masing-masing sebesar 0.047%, 0.004%, 0.003%, dan 0.039%. Selain itu, kebijakan penurunan tarif impor akibat pemberlakukan MEA menyebabkan ekspor TTC naik sebesar 3.367%., sedangkan impor perikanan ikan kering dan ikan olahan naik secara signifikan menjadi 11.498% dan 11.010%.  Sebaliknya kebijakan peningkatan tarif impor (dalam hal ini menjadi sebesar 10%) maka membuat penurunan pada output ikan kering dan ikan olahan  impor masing-masing turun adalah sebesar 18.502% dan -17.873%. Kebijakan peningkatan tarif impor malah menyebakan peningkatan input produksi untuk ikan olahan dan ikan kering dimana masing-masing sebesar 32% dan 34,5%. Dampak kebijakan peningkatan tarif impor terhadap input produk olahan selaras dengan tujuan kebijakan pengenaan tarif impor untuk meningkatkan nilai tambah komoditas, maka diharapkan pemerintah masih mengenakan tarif impor terutama untuk komoditas yang memiliki daya saing.Title: Effect of Import Tariff Change Policy On Marine and Fisheries Sector PerformanceThis research was aimed to analyze the effect of import tariff change policy on marine and fisheries sector performance. Data was collected from Input and Output tables anddata analyzed using Computable General Equilibrium method (CGE). The simulation was conducted by Focus Group Discussion approach method, first simulation using current import tariff for fisheries product 5%, secondly using import tariff of 10% if there is increase ofimport tariff, and third using tariff 0% where there is decrease of import tariff because agreement of regional cooperation ASEAN Economic Community. As a result of the implementation of the ASEAN Economic Community (import tariff reduction policy) on the macro performance of marine and fisheries sector increased government revenue (GDP) by 0.009%, and 0.040% export increase. The import tariff reduction policy due to the imposition of the MEA only negatively affects the balance of payments indicator, where the decline in import tariffs leads to a 0.070% decrease in the balance of payments. The import tariff reduction policy increases the added value of TTC (tuna alike), catfish, grouper and salt products by 0.047%, 0.004%, 0.003% and 0.039% respectively. In addition, the import tariff reduction policy due to the introduction of the MEA caused TTC exports to increase by 3.367%, while dry fish and fish processing imports increased significantly to 11.498% and 11.010%. On the contrary, the policy to increase import tariff (in this case become 10%), the decrease of dried fish and imported fishes decreased by 18.502% and -17,873% respectively. The policy to increase import tariffs led to increased production inputs for processed fish and dried fish which were 32% and 34.5%, respectively. The impact of the policy on increasing import tariffs on refined product inputs is in line with the objective of import tariff policy to increase commodity-added value, it is expected that the government still impose import tariffs, especially for competitively priced commodities.
Profil Usaha Penangkapan Lobster di Pesisir Pantai Sadeng, Kabupaten Gunungkidul Subhechanis Saptanto
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 8, No. 2, Tahun 2013
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.337 KB) | DOI: 10.15578/marina.v8i2.3017

Abstract

Lobster merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, harganya mencapai Rp 650.000,- per kg. Pantai Sadeng adalah salah satu pangkalan pendaratan ikan yang terletak di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta yang banyak menghasilkan lobster. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran usaha penangkapan lobster yang ada di Sadeng. Waktu pengambilan data dilakukan pada Bulan September 2013. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Data sekunder berasal dari data statistik perikanan Kabupaten Gunungkidul, sedangkan data primer berasal dari wawancara mendalam dengan responden nelayan terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh nelayan untuk menangkap lobster per trip sebesar Rp 200.000,-. Penangkapan lobster sangat tergantung pada musim penangkapan. Musim puncak biasanya mulai dari bulan Oktober sampai Desember. Musim paceklik terjadi pada bulan Mei sampai September dan musim normal di bulan Januari hingga April. Oleh karena itu, lobster harus dijaga kelestariannya. Penangkapan dikendalikan dengan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan.
Penelitian Analisis Kebijakan Ketersediaan Ikan Menjelang Idul Fitri 1436 H Siti Hajar Suryawati; Subhechanis Saptanto; Budi Wardono; Rizki Aprilian Wijaya; Cornelia Mirwantini Witomo
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 1, No. 2, Tahun 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.956 KB) | DOI: 10.15578/marina.v1i2.2072

Abstract

Menjelang hari raya idul fitri kebutuhan bahan pangan mengalami peningkatan permintaan yang berbanding lurus terhadap ketersediaan dan kenaikan harga. Salah satu komoditas bahan pangan yang mengalami peningkatan permintaan dan kenaikan harga adalah komoditas ikan. Tulisan ini bertujuan menganalisis ketersediaan ikan menjelang idul fitri dengan menggunakan pendekatan metode Coppock Instability Index (CII). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder produksi ikan menurut triwulan dan harga ikan harian yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Hasil analisis menunjukkan bahwapada kuartal III dan IV (saat ramadhan dan idul fitri) produksi ikan pada umumnya berada di atas rata-rata (nilai rata-rata sebesar 1,53 juta ton) dimana di kuartal III sebesar 1,57 juta ton dan kuartal IV sebesar 1,60 juta ton. Terdapat 10 provinsi yang berada pada kategori kurang tersedia yaitu provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Papua. Kondisi sebelum puasa sebagian indek berada pada kondisi yang stabil dan permintaan ikan meningkat (high growth low instability). Namun berdasarkan indeks ketidakstabilan, pada saat puasa menunjukkan ketidakstabilan yang tinggi dan permintaan ikan meningkat (high growth and high instability). Sementara itu pada saat idul fitri kondisinya adalah ketidakstabilan tinggi dan permintaan ikan menurun (high instability and low growth).
Aspek Penting dalam Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan untuk Mendukung Program Industrialisasi Perikanan Subhechanis Saptanto; Tenny Apriliani
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 2, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1913.505 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i2.5761

Abstract

Industrialisasi perikanan pada dasarnya merupakan konsep untuk menghasilkan nilai tambah produk perikanan sehingga dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan nelayan dan pelaku usaha perikanan lainnya. Belawan merupakan salah satu sentra pelabuhan perikanan yang penting di Pantai Timur Sumatera, yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPSB) Belawan. Tujuan tulisan ini menggambarkan aspek penting dalam pengembangan pelabuhan perikanan samudera Belawan untuk mendukung program industrialisasi perikanan. Penelitian dilakukan pada tahun 2011 di wilayah Belawan, Sumatera Utara. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Metode pengambilan data menggunakan metode mail survey dan survey lapang. Metode analisis data menggunakan metode statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa aspek penting yang perlu dikembangkan agar PPSB dapat mendukung industrialisasi perikanan seperti infrastruktur, bisnis dan masyarakat, sumberdaya dan tata ruang, teknologi dan pemasaran. Perlu adanya pengkajian kembali larangan impor terhadap komoditas ikan tertentu dalam rangka melindungi nelayan serta keberlanjutan usaha pengimpor dan pedagang.