Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pengaruh Ciri Kepribadian terhadap Intimacy pada Dewasa Muda yang Menjalin Hubungan Romantis Setiawati, Linda; Nurwianti, Fivi; Kilis, Grace
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol 8, No 2 (2018): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabay

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this research is to examine the impact of vigilant, devoted, and self-sacrificing personality styles on intimacy (engagement, communication, shared friends) among young adults in romantic relationships (dating/married). A total of 1000 respondents aged 20-40 years old completed questionnaires on personality styles (Personality Self-Portrait) and intimacy (Personal Assessment of Intimacy in Relationships). Data analysis using Structural Equation Modeling (SEM) shows a significant impact of self-sacrificing personality styles on engagement (γ = -0,511, p < 0,01) and communication (γ = -0,361, p < 0,01). There are also significant influences of vigilant (γ = -0,225, p < 0,05) and devoted personality styles (γ = 0,132, p < 0,05) to shared friends. The impact of self-sacrificing personality styles indicates the importance of both parties’ involvement in influencing their relationship. Besides, being too sensitive (vigilant personality styles’ characteristic) and having a sense of comfort in relationships with others (devoted personality styles’ characteristic) could influence how individuals engage in social relationships outside their romantic relationships. Key words: Intimacy, personality styles, romantic relationshipsAbstrak: Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh ciri kepribadian vigilant, devoted, dan self-sacrificing, terhadap intimacy (engagement, communication, shared friends) pada dewasa muda yang sedang menjalin hubungan romantis (berpacaran/menikah). Sebanyak 1000 responden berusia 20-40 tahun mengisi alat ukur ciri kepribadian (Personality Self-Portrait) dan intimacy (Personal Assessment of Intimacy in Relationships). Hasil analisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) menunjukkan pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap engagement (γ = -0,511, p < 0,01) dan communication (γ = -0,361, p < 0,01). Selain itu ditemukan pula pengaruh ciri kepribadian vigilant (γ = -0,225, p < 0,05) dan devoted (γ = 0,132, p < 0,05) yang signifikan terhadap shared friends, juga pengaruh status hubungan yang signifikan terhadap communication (γ = 0,102, p < 0,01). Pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan menekankan pentingnya keterlibatan kedua pihak dalam mempengaruhi kualitas hubungan mereka. Selain itu, kepekaan yang terlalu tinggi (karakteristik ciri kepribadian vigilant) dan rasa nyaman akan hubungan dengan orang lain (karakteristik ciri kepribadian devoted) dapat mempengaruhi individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial di luar hubungannya.
Pengaruh Ciri Kepribadian terhadap Intimacy pada Dewasa Muda yang Menjalin Hubungan Romantis Setiawati, Linda; Nurwianti, Fivi; Kilis, Grace
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol 8, No 2 (2018): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jptt.v8n2.p79-90

Abstract

The aim of this research is to examine the impact of vigilant, devoted, and self-sacrificing personality styles on intimacy (engagement, communication, shared friends) among young adults in romantic relationships (dating/married). A total of 1000 respondents aged 20-40 years old completed questionnaires on personality styles (Personality Self-Portrait) and intimacy (Personal Assessment of Intimacy in Relationships). Data analysis using Structural Equation Modeling (SEM) shows a significant impact of self-sacrificing personality styles on engagement (γ = -0,511, p < 0,01) and communication (γ = -0,361, p < 0,01). There are also significant influences of vigilant (γ = -0,225, p < 0,05) and devoted personality styles (γ = 0,132, p < 0,05) to shared friends. The impact of self-sacrificing personality styles indicates the importance of both parties’ involvement in influencing their relationship. Besides, being too sensitive (vigilant personality styles’ characteristic) and having a sense of comfort in relationships with others (devoted personality styles’ characteristic) could influence how individuals engage in social relationships outside their romantic relationships. Key words: Intimacy, personality styles, romantic relationshipsAbstrak: Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh ciri kepribadian vigilant, devoted, dan self-sacrificing, terhadap intimacy (engagement, communication, shared friends) pada dewasa muda yang sedang menjalin hubungan romantis (berpacaran/menikah). Sebanyak 1000 responden berusia 20-40 tahun mengisi alat ukur ciri kepribadian (Personality Self-Portrait) dan intimacy (Personal Assessment of Intimacy in Relationships). Hasil analisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) menunjukkan pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan terhadap engagement (γ = -0,511, p < 0,01) dan communication (γ = -0,361, p < 0,01). Selain itu ditemukan pula pengaruh ciri kepribadian vigilant (γ = -0,225, p < 0,05) dan devoted (γ = 0,132, p < 0,05) yang signifikan terhadap shared friends, juga pengaruh status hubungan yang signifikan terhadap communication (γ = 0,102, p < 0,01). Pengaruh ciri kepribadian self-sacrificing yang signifikan menekankan pentingnya keterlibatan kedua pihak dalam mempengaruhi kualitas hubungan mereka. Selain itu, kepekaan yang terlalu tinggi (karakteristik ciri kepribadian vigilant) dan rasa nyaman akan hubungan dengan orang lain (karakteristik ciri kepribadian devoted) dapat mempengaruhi individu dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosial di luar hubungannya.
Personality Traits dan Dukungan Sosial sebagai Prediktor Service Orientation Tenaga Kesehatan Fadhilah Ahmad Qaniah; Vifi Nurwianti
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol 9, No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmki.9.2.2021.138-147

Abstract

Personality traits are one of the intrapersonal factors that makes health workers differently doing quality of service orientation. As well as social support from family, friends, and significant others are one of interpersonal factor that assumedly can increase the desire of health workers to serve people better. This research aims to see the influence of personality traits and social support for service orientation of health worker during the Covid-19 pandemic. This research uses quantitative methods with linear regression analysis. Participants were 218 health workers who are active with various professions/jobs according definition of health workers in UU number 36 of 2014. The results show that the effectiveness of personality traits model (R2 adjusted = 0,309) and also the quality of social support (R2 adjusted = 0,166) can significantly predict (p < 0,01) service orientation. Personality traits especially agreeableness traits and conscientiousness traits were shown to be predictors. As well social support, especially from the significant other dimension has been proven to be a predictor. Thus, to improve service orientation, it is necessary to improve the quality of personality traits and social support received. 
Efektivitas Program Emotion-Focused Couples Communication Berbasis Daring terhadap Peningkatan Kepuasan Pernikahan Selama Pandemi COVID-19 pada Wanita Menikah di Indonesia Callista, Maria Fionna; Maharini, Mutiara; Syafana, Mahira; Nurwianti, Fivi
GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling Vol 14, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/gdn.v14i1.7831

Abstract

This study aims to determine the effectiveness of the online Emotion-Focused Couples Communication Program on increasing marital satisfaction during the COVID-19 pandemic among married women in Indonesia. This research uses a mixed-method approach. The sampling technique employed is non-probability sampling, specifically convenience or accidental sampling. Qualitative data was collected through observation, interviews, and verbal feedback from participants in each therapy session. Quantitative data collection utilized participant demographic questionnaires (personal data and description of insomnia problems), PCI (Primary Communication Inventory), and DAS (The Dyadic Adjustment Scale). The study results indicate that qualitatively, all participants experienced an improvement in their communication skills with their husbands. Additionally, this data is supported by significant statistical tests and an increase in the average score of husbands' perception of their wives' communication abilities. Qualitatively, all participants felt that the group intervention had a positive impact.
Keharmonisan Keluarga dan Distres Psikologis pada Anak Perempuan Dewasa: Empati sebagai Mediator Nerviadi, Dwirana Iriska; Nurwianti, Fivi
Psyche 165 Journal Vol. 17 (2024) No. 1
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35134/jpsy165.v17i1.322

Abstract

Perempuan tumbuh dengan berbagai peran yang terbentuk di masyarakat. Secara umum, perempuan diharapkan berkontribusi dalam menjaga kesejahteraan dan keseimbangan di dalam keluarga. Sedangkan secara spesifik, prioritas anak perempuan dalam budaya kolektivis adalah menjadi anak yang “baik”, meliputi kemampuan untuk menjaga kondisi harmonis dalam keluarga. Kendati demikian, diketahui anak perempuan yang mulai beranjak dewasa masih sulit memahami kompleksnya menjawab peran tersebut. Ketidakhadiran kondisi harmonis dalam keluarga memiliki porsi dalam kemunculan distres psikologis pada individu. Salah satu faktor protektif dari distres psikologis adalah empati, yakni kemampuan untuk memahami pandangan dan perasaan orang lain tanpa berada pada situasi serupa. Empati dapat mendorong pembentukan perilaku prososial dan afek diri yang lebih positif, sehingga memungkinan anak perempuan dewasa memiliki interaksi yang lebih harmonis bersama keluarga dan kondisi psikologis yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mediasi melalui empati dalam hubungan keharmonisan keluarga terhadap distres psikologis pada anak perempuan dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori non-eksperimental dengan teknik pengambilan data purposive sampling, melibatkan sebanyak 202 partisipan wanita dengan rentang usia 18-40 tahun (M=24, SD=3,34). Pengukuran terhadap variabel penelitian dilakukan menggunakan alat ukur Family Harmony Scale-24 (FHS-24), General Health Questionnaire-12 (GHQ-12), dan Basic Empathy Scale (BES). Hasil penelitian menunjukkan bahwa empati memiliki efek mediasi dalam hubungan antara keharmonisan keluarga dan distres psikologis pada anak perempuan dewasa. Dapat disimpulkan, tingkat keharmonisan keluarga dan empati yang lebih tinggi dapat membantu menurunkan tingkat distres psikologis. Hasil penelitian juga mendukung aplikasi intervensi melalui pendekatan empathic communication untuk meningkatkan kondisi keharmonisan keluarga dan menurunkan distres psikologis pada anak perempuan dewasa.
Empati sebagai Mediator Hubungan Komunikasi Keluarga dan Distress Psikologis pada Mother-Daughter Relationship Salsabila; Nurwianti, Fivi
Psyche 165 Journal Vol. 17 (2024) No. 1
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35134/jpsy165.v17i1.323

Abstract

Distress psikologis merupakan masalah kesehatan mental yang umum dialami oleh anak perempuan dewasa terutama ketika terjadi masalah terkait relasi dengan ibunya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa komunikasi keluarga dan empati memiliki peran penting dalam memengaruhi tingkat distress psikologis pada anak perempuan dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran penting empati sebagai penghubung krusial dalam dinamika yang melibatkan komunikasi keluarga dan distress psikologis pada anak perempuan dewasa, terutama dalam konteks relasi mereka dengan ibu. Sebanyak 202 individu terlibat dalam proses penelitian ini. Pengukuran aspek-aspek yang relevan dilakukan dengan menggunakan Skala Komunikasi Keluarga (FCS) untuk menilai tingkat kepuasan komunikasi dalam keluarga, Skala Empati Dasar (BES) untuk mengukur tingkat empati, dan Kuesioner Kesehatan Umum-12 (GHQ-12) versi Indonesia untuk menilai gejala distress psikologis yang dirasakan oleh partisipan. Hasil dari analisis regresi linier mengindikasikan bahwa komunikasi keluarga memiliki peran yang signifikan dalam memprediksi tekanan psikologis (c = -0.5592, p < 0.000). Selain itu, temuan utama mendapati pengaruh tidak langsung dari variabel komunikasi keluarga pada distress psikologis melalui empati sebagai mediator. Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa empati memainkan peran penting dalam memediasi hubungan antara komunikasi dalam keluarga dengan tingkat distress psikologis yang dialami. Temuan ini mendorong kesimpulan bahwa tingkat kepuasan terhadap komunikasi dalam keluarga terutama dengan ibu, dapat menjadi kunci bagi tingkat empati pada anak perempuan dewasa. Dengan demikian, individu dapat memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk mengelola stresor sehari-hari dengan lebih efektif. Penelitian ini mendukung pengembangan intervensi komunikasi empatik pada konteks ibu dan anak perempuan dewasa untuk mengatasi tekanan psikologis yang dirasakan anak perempuan dewasa.
Pelatihan Pelatih (Training of Trainers) Konselor Sebaya Untuk Meningkatkan Regulasi Emosi dan Self-Efficacy Defanti, Rahelda; Nurwianti, Fivi
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 5, No 3 (2024): J-P3K DESEMBER
Publisher : Yayasan Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v5i3.599

Abstract

Kesehatan mental remaja, baik di Indonesia maupun global, semakin memprihatinkan, dengan prevalensi gangguan mental yang tinggi, seperti depresi. Pendekatan konseling sebaya terbukti efektif dalam meningkatkan kesejahteraan mental, membangun konsep diri, dan mengurangi perilaku berisiko. Namun, keberhasilan metode ini sangat bergantung pada pelatihan yang mampu meningkatkan self-efficacy dan regulasi emosi konselor sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pelatihan dalam meningkatkan self-efficacy dan regulasi emosi pelatih konselor sebaya. Penelitian ini menggunakan metode kuasi-eksperimental. Partisipan penelitian ini terdiri dari 10 orang mahasiswa fakultas psikologi yang mendaftar untuk program menjadi pelatih konselor sebaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan ini mampu meningkatkan self-efficacy dari partisipan secara signifikan dan tidak berdampak signifikan pada regulasi emosi partisipan. Temuan dari penelitian ini dapat menekankan rangkaian pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pelatih konselor sebaya yang efektif, khususnya untuk kalangan remaja. Dengan meningkatkan pelatih yang memiliki kemampuan tersebut, program konseling sebaya diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan mental remaja.
Interparental Conflict and Offspring Marital Satisfaction: The Mediating Role of Communication Patterns Witami, Adela N; Dannisworo, Cantyo A.; Nurwianti, Fivi; Hanum, Lathifah
KONSELOR Vol. 13 No. 4 (2024): KONSELOR
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/02024134101-0-86

Abstract

This study examines how interparental conflict affects offspring's future marital satisfaction, with a focus on the mediating role of communication patterns. A total of 364 married couples participated, using self-report questionnaires and instruments, including the Parental Conflict Intensity/Frequency Scale (PIC-I/F), Spousal Satisfaction Index (CSI-16), and Communication Patterns Questionnaire (CPQ-SF). The results showed that communication patterns did not mediate the relationship between interparental conflict and marital satisfaction. Instead, perceived interparental conflict directly predicted marital satisfaction. These findings highlight the importance of reframing individuals’ perceptions of past parental conflict, rather than just focusing on improving communication skills, to achieve greater marital satisfaction. The study offers valuable insights for family researchers and mental health practitioners in Indonesia, suggesting intervention approaches or therapies to support married individuals from high-conflict families in improving their marital satisfaction.
Training Of Trainers (ToT) for Peer Counselors to Enhance Emotional Regulation and Self-Efficacy Widyadhari, Sahila Aurellia; Nurwianti, Fivi
Bulletin of Counseling and Psychotherapy Vol. 7 No. 2 (2025): Bulletin of Counseling and Psychotherapy
Publisher : Kuras Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51214/002025071392000

Abstract

Adolescent mental health is a growing concern, with increasing cases of mental disorders among teenagers. Peer counseling has proven effective in emotional support, highlighting the need for well-trained peer counselor trainers. This study evaluates the effectiveness of a Training of Trainers (ToT) program in enhancing future peer counselor trainers' self-efficacy and emotional regulation skills. The two-day training consisted of five interactive sessions covering peer counseling theory, active listening techniques, emotional regulation strategies, and practical counseling exercises. A total of 10 psychology students from Universitas Indonesia participated. Evaluation using the General Self-Efficacy Scale (GSES) and Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) showed a significant increase in self-efficacy, cognitive reappraisal strategies, and a reduction in expressive suppression. Qualitative analysis also indicated that participants felt more confident and better managed emotions in group dynamics. These findings suggest that the ToT program effectively equips future peer counselor trainers. Further research is recommended to expand the program’s implementation and assess its long-term impact in school settings
Masyarakat Kota Enggan Menolong? Pengaruh Commuting Stress terhadap Spontaneous Helping Behavior Zefanya, Diory Singgya; Nurwianti, Fivi; Iman, Muhammad Faidhil; Dwi Putri, Dessi Aryanti; Nu’ma, Farah Almira; Damas, Risa Ramadhany
JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL Vol. 6 No. 3 (2025): Jurnal Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial (April - Mei 2025)
Publisher : Dinasti Review

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/jmpis.v6i3.5047

Abstract

Perilaku menolong spontan semakin jarang dijumpai di lingkungan perkotaan, khususnya pada pengguna transportasi umum di situasi sibuk dan penuh tekanan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh commuting stress terhadap spontaneous helping behavior, serta mengeksplorasi peran faktor demografis dan kompleksitas perjalanan. Survei daring dilakukan pada 130 pengguna transportasi umum di wilayah Jabodetabek, Indonesia, dan dianalisis menggunakan regresi hierarki. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat stres perjalanan, semakin rendah kecenderungan individu untuk menolong secara spontan. Faktor usia berpengaruh positif, menunjukkan bahwa individu yang lebih tua cenderung tetap menolong meskipun mengalami stres. Sebaliknya, kompleksitas perjalanan, seperti jarak, durasi, dan jumlah moda transportasi tidak menunjukkan pengaruh signifikan. Temuan ini menekankan bahwa dampak psikologis dari perjalanan lebih dominan dibanding faktor fisik dalam menurunkan kecenderungan menolong. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode lain guna memahami perubahan perilaku menolong dalam jangka panjang serta mengeksplorasi faktor psikologis tambahan. Implikasi hasil ini penting bagi pembuat kebijakan di bidang transportasi, edukasi, dan perencanaan kota berkelanjutan yang berfokus pada kesejahteraan psikologis masyarakat perkotaan.