Guntur Bagus Pamungkas
Department Of Urban And Regional Planning, Faculty Of Science And Technology, Universitas Terbuka

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

VERIFIKASI BATAS WILAYAH ANTARA KABUPATEN SUKOHARJO DAN KABUPATEN KARANGANYAR Pamungkas, Guntur Bagus; Sudarsono, Bambang; Kahar, Sutomo
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (766.892 KB)

Abstract

ABSTRAKPermasalahan batas daerah merupakan masalah yang sangat kompleks dan akan selalu menimbulkan konflik apabila tidak ditangani secara baik. Permasalahan batas daerah ini erat kaitannya dengan potensi Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia, jumlah penduduk yang semakin bertambah sementara luas tanah atau daerah tidak akan bertambah.Dalam penelitian ini telah dilakukan pengkajian penentuan titik-titik koordinat Pilar Batas Antara / PBA wilayah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar yang mengkomparasi dari titik referensi orde-2 ke titik referensi orde-1 menggunakan GPS Geodetic Spectra Precision EPOCH-10 sebagai alat pengukuran, dengan menggunakan metode pengukuran Single-Frecuency (L1).Secara umum, batas dapat diartikan sebagai pemisah antara dua bidang, dua ruang, dua daerah, dan sebagainya. Batas-batas tersebut harus bisa divisualisasikan secara nyata sehingga perlu diberi tanda, yaitu tanda batas. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012 (yang sebelumnya Permendagri no.1 tahun 2006) tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah bahwa dalam rangka penentuan batas daerah secara pasti di lapangan sesuai dengan undang-undang tentang pembentukan daerah, perlu dilakukan penegasan batas daerah secara sistematis dan terkoordinasi. Sehingga terjadi perubahan koordinat Pilar Batas Antara (PBA) wilayah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Dari hasil perbandingan pengukuran dengan ikatan orde-2 dan pengukuran dengan ikatan orde-1 terdapat perbedaan antara perbandingan kedua pengukuran tersebut.Kata Kunci : Batas Daerah, Single-Frecuency, Permendagri ABSTRACTProblems of the region is a very complex problem and will always cause conflict if not handled properly. Problems of the region is closely related with the potential of natural resources and human resources, a population that is growing while the land area or areas will not be incremented.In this research has been carried out studies on the determination of the coordinates of the points cornerstones of  border betweenthe Sukoharjo Regency and from the Karanganyar Regency reference point a-2 to order-1 reference point using GPS Points Spectra Precision EPOCH-10 as a tool of measurement, measurement method using Single-Frecuency (L1).Generally, the limit can be defined as separation between the two fields, the two spaces, the two regions, and so on. Those limits have to be visualized in real so it needs to be given a sign, that sign limits. According to regulation of the Minister of Internal Affairs Number 76 in 2012 (formerly Permendagri No. 1 of 2006) about the guideline Assertion that Area in order to Limit the determination of limits for certain areas in the field in accordance with the law on the formation of regions, regional limit affirmation needs to be done in a systematic and coordinated.So that happens changes the coordinates of the boundary between Pillars (PBA) is locality Sukoharjo Regency and Karanganyar Regency. From the results of the comparison measurements with a bond order 2 and measurements with bond order 1-there is a difference between the comparison of both such measurement.Key Words :  Boundary Areas, Single-Frecuency, Permendagri
The Land Acquisition of Inundated Land for The Toll Road Project of Semarang-Demak Sea Embankment Guntur Bagus Pamungkas
The Indonesian Journal of Planning and Development Vol 6, No 2 (2021): October 2021
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijpd.6.2.48-55

Abstract

The land acquisition process has been viewed as the most challenging phase in developing road infrastructures in Indonesia. Since the northern coast serves as a vital road corridor to support efficient population mobility and goods transport, the government set to improve the connectivity infrastructure by constructing a toll road project in Semarang – Demak Sea embankment (TTLSD). However, the development of toll road infrastructure for public purposes is often complex because it needs the acquisition of a massive quantity of land. In contrast, land supply is minimal, especially in degraded coastal zones. The study aims to investigate the land acquisition process in the inundated land, which impacts economic and social aspects. The research uses a mixed-methods approach, incorporating quantitative and qualitative research methods and spatial-based analysis techniques that utilize geographical information systems and remote sensing. This analysis shows that the majority of land parcels (92%) in the TTLSD construction project site were inundated lands. This phenomenon resulted in a slow land acquisition process because there were no technical laws and regulations to determine the status of flooded land. There was no mechanism for the transfer of rights to land in Indonesia. Moreover, the land acquisition was hampered by inappropriate compensation, which could not meet the community's expectations, and there were no clear land boundaries due to the flood.
Tipologi Kawasan Kampung Kota yang Terjepit di Tangerang Selatan dalam Perspektif Spasial Wihadanto, Ake; Cahyadi, Ni Made Ayu Krisna; Prima, Suci Rahmawati; Permana, Mirza; Pamungkas, Guntur Bagus
TATALOKA Vol 26, No 1 (2024): Volume 26 No. 1 February 2024
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.26.1.63-76

Abstract

Pembangunan kota modern skala besar (kota baru) di wilayah Kota Tangerang Selatan secara tidak langsung mengekspansi penggunaan lahan termasuk kawasan kampung yang ada di sekitarnya. Kawasan kampung kota tersebut harus hidup berdampingan dan bertahan menjadi bagian halaman belakang dari permukiman real estate kawasan kota mandiri membentuk kantong-kantong (enclave) yang terjepit (strangulation). Kawasan tersebut tumbuh tersebar dan tidak tertata, dengan keterbatasan infrastruktur sehingga dalam jangka panjang dapat menjadi permukiman kumuh dan tidak layak huni. Penelitian bertujuan untuk mengembangan dan merumuskan tipologi Kawasan kampung kota terjepit di Tangerang Selatan dalam pendekatan spasial. Metode penelitian mengunakan pendekatan berbasis keruangan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 44 kampung terjepit di Kota Tangerang Selatan pada lahan-lahan yang telah diakuisisi oleh pengembangan seperti Alam Sutera, Bintaro Jaya, dan Bumi Serpong Damai. Temuan penelitian ini menunjukkan sebaran kampung terjepit terbanyak berada di lahan pengembangan perumahan ‘Bumi Serpong Damai (BSD)’. Tipologi kampung kota terjepit secara spasial dirumuskan berdasarkan karakteristik pola sebaran, luasan, kepadatan bangunan, aksesibilitas dan dimensi ruang milik jalan (3 meter). Keberadaan kampung kota terjepit menjadi tantangan di masa depan bagi perencana kota.
Analisis Kekeringan Berbasis Remote Sensing dengan Metode Normalized Difference Drought Index (NDDI) secara Multi-Years Pamungkas, Guntur Bagus
REKSABUMI Vol 2 No 2 (2023): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/Reksabumi.v2i2.6494.2023

Abstract

Kondisi kekeringan global menjadi permasalahan serius di seluruh dunia, dipicu oleh perubahan iklim, deforestasi, dan pengambilan air yang berlebihan. Di tingkat lokal, Kota Tangerang Selatan mengalami tantangan kekeringan akibat musim kemarau yang panjang. Upaya penanggulangan kekeringan melibatkan distribusi air bersih dan edukasi masyarakat. Inovasi teknologi penginderaan jauh, menggunakan menjadi krusial dalam pemantauan dan penanggulangan kekeringan. Penelitian ini bertujuan mengintegrasikan metode modifikasi NDVI, NDWI, dan NDDI dengan data Landsat multi-tahun untuk menganalisis kekeringan di Kota Tangerang Selatan. Lokasi studi berfokus di wilayah tersebut, yang memiliki topografi datar hingga bergelombang dengan iklim tropis basah. Penggunaan Landsat 8 OLI sebagai data studi memberikan informasi komprehensif melalui berbagai band citra. Metode analisis NDVI, NDWI, dan NDDI memberikan gambaran kondisi vegetasi, ketersediaan air, dan tingkat kekeringan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kekeringan dengan penurunan kesehatan vegetasi dan ketersediaan air. Data Landsat dari tahun 2008 hingga 2023 menggambarkan variasi tingkat kekeringan di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini memberikan wawasan mendalam kepada pemerintah dan pemangku kepentingan dalam merumuskan strategi penanggulangan kekeringan yang efektif dan berkelanjutan di tingkat lokal.
Comprehensive Analysis of Agricultural Land Dynamics in Sleman Regency (2017-2022) using NDVI: Resilience, Urbanization Impact, and Environmental Influences Pamungkas, Guntur Bagus; Firmansyah, Muhammad Reffi; Tamara, Anindya Putri; Zainul, Rahadian
JOIV : International Journal on Informatics Visualization Vol 9, No 2 (2025)
Publisher : Society of Visual Informatics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62527/joiv.9.2.2127

Abstract

This study delves into the dynamics of agricultural health in Sleman Regency, Yogyakarta Special Region Province, Indonesia, from 2017 to 2022. Utilizing NDVI modeling with remote sensing data from Landsat by the USGS, our research aims to comprehend the shifts and trends in agricultural land health during this defined time limit. The primary objectives encompass understanding these alterations and assessing how urbanization and land utilization impact the well-being of agricultural lands in Sleman Regency. Employing Landsat's remote sensing data with a specific focus on NDVI modeling, we conducted a thorough analysis. Throughout the 2017-2022 analysis period, a concerning and consistent decline in healthy agricultural lands was observed. By 2022, only 4581.56 hectares of agricultural land remained healthy, constituting a mere 0.011% of the total region, while the expanse of unhealthy land surged from 1109.48 hectares in 2017 to 1160.8 hectares in 2022. This shift underscores a distressing deterioration in the health of agricultural plants due to diminished agricultural land. Urbanization emerges as a notable factor, encroaching upon vital agricultural spaces. To counter this trend, proactive protection and effective regulation of designated agricultural zones by the Sleman Regency Government are imperative to ensure sustainable cultivation of essential food crops within the region and maintain the overall well-being of the agricultural landscape. Strengthening policies for sustainable urban development in harmony with agricultural interests is pivotal to securing prosperous and balanced socio-economic growth.
Land Cover Classification of Indonesian Archipelago Using Digital Spectroscopy to Support Spatial Planning in Indonesia Pamungkas, Guntur Bagus; Firmansyah, Muhammad Reffi; Sari, Ratna; Tamara, Anindya Putri; Zainul, Rahadian
Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning Vol 12, No 1 (2025)
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/geoplanning.12.1.57-68

Abstract

In the context of urban and regional planning, this study aims to produce land classification products covering 230 paths/rows throughout Indonesia, which can serve as an important tool in supporting planning and research projects. The research method used combines remote sensing in Geographic Information Systems (GIS) with the utilization of spectroscopy through QGIS software with Dzetsaka plugins (semi-automatic classification tools). Land cover classifications, which include water bodies, vegetation canopies, green open spaces, bare grounds, settlements, and built-up areas, as well as additional classifications of cloud cover, provide a comprehensive overview of land conditions in Indonesia. Based on the results of the study, the average distribution of land classes reached 10,116. The standard deviation was 14,786, which shows the level of variation in the data against the average value, with the higher value indicating the most significant variation in land classification. This study offers a more potential alternative by using Landsat 8 OLI 2022 satellite imagery data from the USGS as a basis for a more in-depth and accurate analysis of land classification. Thus, the results of this study not only contribute to mapping and understanding land use in Indonesia but also provide useful tools for supporting natural resource planning and management, as well as infrastructure development and sustainable development policies in Indonesia
PELATIHAN PEMANFAATAN DRONE UNTUK PEMBELAJARAN PENGINDERAAN JAUH DAN MITIGASI BENCANA KEPADA GURU GEOGRAFI KOTA TANGERANG SELATAN Sodikin, Sodikin; Hidayat, Rahmat; Wulandari, Florentina Ratih; Pamungkas, Guntur Bagus; Putri, Shinta Permana
Devote: Jurnal Pengabdian Masyarakat Global Vol. 4 No. 3 (2025): Devote : Jurnal Pengabdian Masyarakat Global, 2025
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/devote.v4i3.4114

Abstract

Pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan guru geografi di Kota Tangerang Selatan dalam penggunaan drone sebagai alat bantu untuk pembelajaran penginderaan jauh dan mitigasi bencana di sekolah. Kegiatan pelatihan ini melibatkan kolaborasi antara dosen dan praktisi dari Universitas Terbuka yang menyediakan materi teoretis dan praktis tentang pengoperasian dan pemanfaatan drone dalam konteks pendidikan. Berdasarkan hasil survei, mayoritas peserta sebelumnya belum pernah mengoperasikan drone, namun setelah pelatihan mereka merasakan peningkatan signifikan dalam pemahaman dan kepercayaan diri. Sebanyak 68,2% peserta menyatakan bahwa materi pelatihan sangat mendukung peningkatan pengetahuan terkait drone, sementara 72,7% merasa lebih mudah dalam menerbangkan drone setelah mengikuti pelatihan. Selain itu, 95,5% peserta menilai pelatihan ini sangat relevan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran geografi di sekolah, yang menunjukkan potensi besar untuk pengintegrasian drone dalam pendidikan. Dengan demikian, pelatihan ini tidak hanya meningkatkan kompetensi teknis guru, tetapi juga mendukung pembelajaran interaktif dan aplikatif dalam geografi dan mitigasi bencana, memberikan siswa pengalaman belajar yang lebih mendalam dan relevan.