Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PEMETAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN (FISHING GROUND) NELAYAN KOTA BENGKULU, PROVINSI BENGKULU Zamdial Zamdial; Ali Muqsit; Ully Wulandari
JURNAL ENGGANO Vol 5, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jenggano.5.2.205-218

Abstract

Sebagian besar kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan di Kota Bengkulu masih menggunakan armada dan alat tangkap sederhana. Teknologi sederhana berdampak pada daerah penangkapan ikan yang dapat dijangkau sebagai lokasi penangkapan ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membuat peta lokasi daerah penangkapan ikan nelayan di Kota Bengkulu. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Pengumpulan data dilakukan di Pangkalan Ikan di Wilayah Pulau Baai, Pantai Malabero, Pondok Besi, dan Pantai Jakat-Pasar Bengkulu, Kota Bengkulu. Responden ditetapkan secara acak. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dan tidak terstruktur serta menggunakan kuesioner. Data sekunder untuk mendukung pembahasan hasil penelitian dikumpulkan dari berbagai referensi. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif, sedangkan analisis spasial menggunakan Aplikasi SIG. Penelitian ini juga memanfaatkan kecanggihan data digital SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) dengan aplikasi Global Mapper untuk mendapatkan data atribut batimetri Perairan Kota Bengkulu. Data atribut diimpor ke dalam aplikasi Surfer 12 sebagai dasar analisis spasial sebagai peta dasar. Peta daerah penangkapan ikan dibuat dengan analisis overlay. Daerah penangkapan ikan di Wilayah Pulau Baai lebih jauh dan luas dibandingkan dengan daerah penangkapan nelayan di daerah penangkapan ikan lainnya. Nelayan Wilayah Pulau Baai melakukan penangkapan ikan ke perairan Pulau Mentawai, Sumatera Barat, Provinsi Lampung, Provinsi Jawa Barat, Pulau Enggano dan Pulau Mega di Kabupaten Bengkulu Utara. Lokasi penangkapan nelayan Pantai Jakat-Pasar Bengkulu, Pondok Besi dan Pantai Malabero hanya berada di sekitar perairan pantai dan perairan Pulau Tikus, Kota Bengkulu.MAPPING OF FISHING GROUND OF FISHERMAN IN BENGKULU CITY, BENGKULU PROVINCE. Most of the fishing activities by fishermen in Bengkulu City still use simple fleets and fishing gears. The simple technology affects on fishing areas that can be reached as fishing locations. The purpose of this research was to analyze and make a map the location of fishing ground of fishermen in Bengkulu City. The study was conducted by survey method. Data was collected at the fishing base of the Pulau Baai Region, Malabero Beach, Pondok Besi, and Jakat Beach-Pasar Bengkulu, Bengkulu City. Respondents were randomly assigned. Primary data were collected by structured and unstructured interview methods and using questionnaires. Secondary data to support the discussion of research results was collected from various references. Data analysis was performed by descriptive method, while spatial analysis used GIS Application. This study also utilizes the sophistication of SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) digital data with the Global Mapper application to obtain bathymetry attribute data of Bengkulu City Waters. The attribute data was imported into the Surfer 12 application as a basis for spatial analysis as a basic map. Map of fishing ground was made by overlay analysis. The fishing ground of the Baai Island Region was further and wider than the fishing ground of fishermen in other fishing base. Fishermen of Baai Island Region catching fish to the waters of Mentawai Island, West Sumatra, Lampung Province, West Java Province, Enggano Island and Mega Island in North Bengkulu Regency. The fishing ground of Jakat Beach-Pasar Bengkulu, Pondok Besi and Malabero Beach fishermen were only around the coastal waters and Pulau Tikus waters, Bengkulu City.
JENIS DAN BOBOT SAMPAH LAUT (MARINE DEBRIS) PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU Yar Johan; Person Pesona Renta; Dewi Purnama; Ali Muqsit; Pinsi Hariman
JURNAL ENGGANO Vol 4, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.74 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.4.2.243-256

Abstract

Pantai panjang telah ditetapkan menjadi salah satu destinasi ekowisata yang ada di Kota Bengkulu. Terdapat 2 jenis marine debris (sampah organik dan sampah anorganik) yang meyebabkan permasalahan di Pantai Panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 13 macam marine debris yang digolongkan ke dalam sampah organik di Pantai Panjang yaitu kayu, kertas, kelapa, daun, akar, kardus, bambu, kulit durian, pinang, ketapang, serabut, pohon jagung dan mangrove. Sedangkan jenis sampah anorganik ditemukan 21 macam marine debris yaitu plastik, botol kaca, busa, kain, sepatu, pipet, sendal, tutup botol, tali, pecahan kaca, mainan plastik, karpet, pena, boneka, steorofom, karet, gabus, rem dan sikat gigi. Jenis sampah organik yang mendominasi adalah sampah kayu, sedangkan untuk sampah anorganik yang mendominasi adalah sampah plastik. Jumlah potongan sampah laut dan berat sampah laut tertinggi didominasi oleh sampah organik.TYPES AND WEIGHT OF MARINE DEBRIS IN PANJANG BEACH BENGKULU CITY. Panjang beach has been established as one of the ecotourism destinations in Bengkulu city. There were 2 types of marine debris (organic waste and inorganic waste) which cause problems at Pantai Panjang. The results showed that there were 13 types of waste classified as organic waste in Pantai Beach, namely wood, paper, coconut, leaves, roots, cardboard, bamboo, durian, areca nut, ketapang, fibers, corn and mangrove. While inorganic waste types were found 21 kinds of marine debris, namely plastic, glass bottles, foam, cloth, shoes, pipettes, sandals, bottle caps, ropes, broken glass, plastic toys, carpets, pens, dolls, steorofomes, rubber, cork, brakes and tooth brush. The dominant type of organic waste was wood waste, while for inorganic waste that dominates was plastic waste. The highest number of pieces of marine debris and the weight of marine debris was dominated by organic waste.