Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ANALISIS DAERAH PENANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN PERAIRAN DENGAN JARING ARAD (Mini Trawl) DI PERAIRAN DEMAK Prasetyo, Ganang Dwi; Fitri, Aristi Dian Purnama; Yulianto, Taufik
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Vol 3, No 3: Agustus, 2014
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.545 KB)

Abstract

Desa Betahwalang terletak di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, merupakan salah satu wilayah yang memilki potensi tinggi pada perikanan rajungan (Portunus pelagicus). Kegiatan penangkapan rajungan akan lebih efektif dan efisien apabila daerah penangkapan rajungan dapat diduga terlebih dahulu, serta pengkajian perbedaan kedalaman perairan dilakukan, karena kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap siklus kehidupan rajungan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hasil tangkapan dan daerah penangkapan rajungan berdasarkan perbedaan kedalaman perairan dengan jaring arad di perairan Demak. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan metode penentuan sampling  purposive sampling dan metode pengambilan sampel adalah metode gridding. Jenis hasil tangkapan rajungan yang didapat antara lain Portunus pelagicus, Charybdis feriatus, dan Portunus sanguinolentus. Terdapat dua kisaran kedalaman perairan yaitu kedalaman A (0 – 5 meter) dan kedalaman B (5,5 – 10 meter). Pada kedalaman B (5,5 – 10 meter), berat dan ukuran tubuh hasil tangkapan rajungan semakin besar, namun jumlah rajungan yang didapat semakin sedikit, dan didominasi rajungan berjenis kelamin betina. Sebaliknya, pada kedalaman A (0 – 5 meter), berat dan ukuran tubuh hasil tangkapan rajungan semakin kecil, namun jumlah rajungan yang didapat semakin banyak, dan didominasi rajungan berjenis kelamin jantan. Betahwalang village located in Demak, Central Java, is one of the areas that have a high potential in the fisheries swimming crab (Portunus pelagicus). Cacthing for swimming crab would be more effective and efficient when fishing ground of swimming crab can be predicted in advance and differences in water depth study, the water depth affects the life cycle of swimming crab. The purpose of this reasearch was to analyze the catch and fishing ground of swimming crab at different water depth with mini trawl in Demak waters. The method in research used descriptive method. The method of determinig the sampling used purposive sampling and the sampling method used gridding method. Type catches the swimming crab is Portunus pelagicus, Charybdis feriatus, and Portunus sanguinolentus. There are two ranges A water depth is the depth (0 - 5 meters) and the depth B (5,5 - 10 meters). In depth B (5,5 - 10 meters),the weight and size of swimming crab attaching to the greater, however meager, are predominantly female swimming crab sex. In contrast, at a depth A ( 0- 5 meters), weight and size of the swimming crab attaching to the smaller, but amounted to much,  and swimming crab-sex male dominated.
RESPONS PENYU TERHADAP CAHAYA UNTUK MITIGASI BYCATCH DALAM SKALA LABORATORIUM Ronny Irawan Wahju; Mochammad Riyanto; Roza Yusfiandayani; Ganang Dwi Prasetyo
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 10 No 2 (2019): NOVEMBER 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3121.631 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.10.161-172

Abstract

Penelitian tentang respons penyu terhadap lampu Light Emitting Diode (LED) warna hijau untuk mengurangi bycatch penyu telah dilakukan dalam skala laboratorium. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis respons tingkah laku penyu terhadap lampu LED hijau pada skala laboratorium. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan melakukan observasi tingkah laku penyu terhadap cahaya hijau dalam kondisi yang terkontrol. Pengujian dilakukan dengan mengamati respons berupa pergerakan dan kecepatan tukik terhadap lampu LED hijau. Spesies penyu yang menjadi objek pada pengamatan ini adalah tukik penyu hijau (Chelonia mydas) sebanyak 11 ekor dengan ukuran panjang karapas CCL 45-50 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyu memiliki kondisi dan tingkat sensitivitas visual dan menunjukkan respons yang sama terhadap setiap perlakuan. Penggunaan Lampu LED hijau memberikan respons penghindaran terhadap penyu. Berdasarkan respons penghindaran tersebut, lampu LED hijau dapat digunakan sebagai alternatif dalam mereduksi bycatch penyu pada kegiatan perikanan gillnet.
LIGHT EMITTING DIODE (LED) HIJAU DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGURANGAN BYCATCH PENYU PADA PERIKANAN GILLNET DI PERAIRAN PALOH (Green Light Emitting Diode (LED) and its Effect on Sea Turtle Bycatch Reduction of Gillnet Fisheries in Paloh Waters) Ganang Dwi Prasetyo; Ronny Irawan Wahju; Roza Yusfiandayani; Mochammad Riyanto
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 8 No. 1 (2017): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.83 KB) | DOI: 10.29244/jmf.8.1.87-99

Abstract

ABSTRACTBycatch problem is a global issue and can be a driver of marine megafauna declines in the world, such as sea turtle, where is the animal's status as endangered species. Green Light Emitting Diode (LED) is known as an innovative technology to reduce sea turtle bycatch without reduce target catch effectively. The use of green LED in order to reduce sea turtle bycatch in gillnet fisheries was carried out in Paloh Coast, West Borneo during August to October 2015. Experiment performed a total of 20 settings with gillnet fleets operate two units simultaneously, ie gillnet control (without LED lights) and gillnet experiment (with LED lights). Turtles caught predominantly were in the juvenile phase as 57.14% and the potential location of capture sea turtle bycatch in station 2 (1˚52' - 1˚56' LU and 109˚14' - 109˚18' BT). The results, showed that the green turtle (Chelonia mydas) were caught of 7 turtles, were captured by control gillnet 6 turtles with an CPUE 0.29 ± 0.03 Turtle/E, while by experimental gillnet 1 turtle with an CPUE by 0,04 ± 0,009 Turtle/E. The used of green LED light was significantly reduce sea turtle bycatch of 85% without decreasing target catch.Keywords: CPUE, green LED light, sea turtle bycatchABSTRAKPermasalahan terkait bycatch merupakan isu utama global yang dapat mengancam penurunan populasi megafauna laut seperti penyu yang telah berstatus endangerd species. Lampu LED merupakan inovasi teknologi untuk mengurangi bycatch penyu tanpa mengurangi hasil tangkapan ikan utama secara efektif. Penggunaan lampu Light Emmitting Diode (LED) hijau untuk mengurangi bycatch penyu pada perikanan jaring insang (gillnet) dilakukan di perairan Paloh, Kalimantan Barat selama bulan Agustus hingga Oktober 2015. Uji coba dilakukan dengan menggunakan 2 unit kapal gillnet yang dioperasikan di setiap stasiun pengamatan secara bersamaan dengan jumlah ulangan sebanyak 20 kali, diantaranya gillnet kontrol (tanpa lampu LED) dan gillnet eksperimen (dengan lampu LED). Penyu yang tertangkap cenderung didominasi oleh fase juvenile sebesar 57,14% dan lokasi potensi tertangkapnya bycatch penyu pada stasiun 2 (1˚52' - 1˚56' LU dan 109˚14' - 109˚18' BT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyu yang tertangkap merupakan penyu hijau (Chelonia mydas) berjumlah 7 ekor, terdiri dari 6 ekor tertangkap pada gillnet kontrol dengan CPUE 0,29 ± 0,03  ekor/E, dan 1 ekor pada gillnet eksperimen dengan CPUE 0,04 ± 0,009 ekor/E. Penggunaan lampu LED hijau memberikan pengaruh secara significant untuk mengurangi bycatch penyu dengan persentase pengurangan sebesar 85% tanpa mengurangi hasil tangkapan ikan utama.Kata kunci:  CPUE, lampu LED hijau, bycatch penyu
Analisis Penentuan Ukuran Utama Purse Seine Sibolga Berdasarkan SNI 8186:2015 Ratu Sari Mardiah; Shiffa Febyarandika Shalichaty; Tyas Dita Pramesthy; Yulia Estmirar Tanjov; Ali Muqsit; Ganang Dwi Prasetyo
JURNAL ENGGANO Vol. 6 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jenggano.6.1.%p

Abstract

Purse seine memiliki konstruksi utama yaitu jaring, terbagi atas sayap, badan dan kantong. Konstruksi utamanya sangat mempengaruhi panjang, tinggi purse seine pada saat dioperasikan dan metode pengoperasiannya. Selain itu, ukurannya juga mempengaruhi seberapa panjang tali ris atas-bawah dan  tali cincin akan dipasang pada purse seine. Penelitian ini penting dilakukan untuk memastikan ukuran konstruksi utama purse seine Sibolga telah sesuai dengan Standarisasi Nasional Indonesia nomor 8186:2015. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ikan target utama purse seine Sibolga, menentukan panjang purse seine terpasang dan menganalisis karakteristik bentuk purse seine menggunakan ukuran utama konstruksi purse seine Sibolga. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari-Maret 2020 di PPN Sibolga. Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi dan wawancara. Hasil penelitian menyatakan bahwa persentasi ikan target utama yang didapatkan adalah tongkol (58%) dan cakalang (42%). Panjang purse seine Sibolga terpasang memiliki nilai sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam SNI 8186:2015, yaitu 400 m. Karakteristik bentuk purse seine Sibolga memiliki nilai a/l 0,42; b/l 0,42; c/l 0,11; l/m 0,80; dan h/l 0,62.
DISTRIBUSI UKURAN DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT IKAN BAWAL (POMFRET FISH) YANG TERTANGKAP PADA DRIFT GILLNET DI PERAIRAN PALOH, KALIMANTAN BARAT Ganang Dwi Prasetyo; Mochammad Riyanto; Ronny Irawan Wahju
JURNAL ENGGANO Special Issue SEMINAR NASIONAL VIRTUAL
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jenggano.5.3.334-349

Abstract

Perikanan bawal memiliki nilai ekonomis penting yang menjadi target utama nelayan Drift-Gillnet di Paloh, Kalimantan Barat. Salah Satu aspek dasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan melalui aspek biologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi ukuran, analisa hubungan panjang-berat dan faktor kondisi ikan bawal, serta menghitung laju tangkap drift-gillnet. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September dan Oktober tahun 2015 dengan mengikuti operasi penangkapan drift-gillnet. Hasil tangkapan bawal sebanyak 450 ekor yang terdiri dari 315 ekor (78%) Pampus chinesis, 30 ekor (6,67%) Pampus argenteus, dan 69 ekor (15,33%) Parastromateus niger, dengan diukur panjang total (mm) dan berat (gr) untuk dilakukan analisa lebih lanjut. Hasil penelitian menunjukkan, Pampus chinensis tertangkap paling banyak pada bulan Oktober dengan ukuran didominasi diatas Length First Maturity (Lm). Pampus argenteus dan Parastromateus niger paling banyak tertangkap pada bulan September dimana didominiasi ukuran dibawah Lm pada Pampus argenteus dan diatas Lm pada Parastromateus niger. Pampus chinensis memiliki pola pertumbuhan allometric positive, serta Pampus argenteus dan Parastromateus niger adalah allometric negative. Nilai faktor kondisi relatif (Kn), menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada bulan Oktober dengan nilai diatas satu pada Pampus chinensis, sedangkan pada Pampus argenteus cenderung lebih stabil, dan Paratromateus niger mengalami penurunan pada bulan Oktober. Adapun nilai CPUE (rerata ekor ± SE /E (km x 12 jam) drift-gillnet, terhadap Pampus chinensis memiliki nilai tertinggi pada bulan Oktober sebesar 13,90 ± 4,42 (SE), sedangkan pada Pampus argenteus (0,80 ± 0,38 (SE) dan Parastromateus niger (2,83 ± 0,53 (SE) dimana tertinggi pada bulan September. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat dominansi ukuran, pola pertumbuhan, dan nilai laju tangkap Pampus chinensis dibanding Pampus argenteus dan Parastromateus niger yang diduga sedang dalam masa pemijahan (spawning season).Pomfret fishey is an economically important fish in Indonesia which the main target of drift-gillnet fisherman in Paloh, West Borneo. Biological aspect is one of to management of fish resources. This research aims to identify of size distribution, length-weight relationship and the condition factor analysis of pomfret fish, and calculate Catch per Unit Effort in two months of fish captured. Data collection was conducted in September and October 2015 with observed of Drift Gillnet operating activity. In total 450 Pomfret Fish, consisting of 315 (78%) Pampus chinesis, 30 (6,67%) Pampus argenteus and 69 (15,33%) Parastromateus niger, were measured by total length (mm) and weight (gr) for analyzed. The result show that Pampus chinensis most captured in October with a dominate above Length First Maturity (Lm). Pampus argenteus and Parastromateus niger were most captured in September, where below size Lm in Pampus argenteus and above size Lm in Parastromateus niger. Pampus chinensis has a positive allometric growth pattern, while Pampus argenteus and Parastromateus niger are negative allometrics growth pattern. The relatif condition factor (Kn), indicates an increase that occurred in October with a value above one in Pampus chinensis, while Pampus argenteus tends to be stable, and the Parastromateus niger has decreased in October. The CPUE value (mean fish ± SE / E (km x 12 hours) of drift-gillnet, against Pampus chinensis had the highest value in October, while in Pampus argenteus and Parastromateus niger the highest in September. This dominance size announces, growth pattern, and CPUE of Pampus chinensis compared to Pampus argenteus and Parastromateus niger, indicating is in the spawning season.
Distribusi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis pada Perikanan Purse Seine Berdasarkan Parameter Lingkungan Perairan di Kabupaten Pati Ganang Dwi Prasetyo; Mohammad Akhid Yunanto; Rafis Tri Sandi Dimu; Sugiono Sugiono
Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik Vol 6 No 1 (2022): Februari
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.Vol.6.No.1.216

Abstract

Purse seine is an effective device to catching pelagic fish. One of the reasons for the decline in pelagic catches is due to changes in environmental conditions every year, making it difficult to predict. This study aims to determine the distribution of pelagic fish catches associated with oceanographic parameters such as Sea Surface Temperature (SST) and chlorophyll-a. The research was conducted in November 2019 – March 2020 with direct observation where the total fishing operations were 98 times the setting. The sampling technique used was purposive sampling method, while the oceanographic parameters of SST and chlorophyll-a were obtained from the Modis-Aqua Level 3 on the NASA ocean color web. The results showed that the total weight of the catch was 183.410 kg, dominated by Decapterus sp. of 46,98% and the minimum caught was Sphyraena sp. and Istiophorus sp. with percentage of 0,05%. The highest catche occurred in November 2019 with an average temperature of 29,25°C and a chlorophyll-a concentration of 0,268 mg/m3, where suspected that the correlation between Decapterus sp. distribution with SST and the concentration of chlorophyll-a was negative.
Modifikasi Box Fiberglass Sebagai Media Penyimpan Hasil Tangkapan Perikanan Skala Kecil (Studi Kasus Di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur) Ganang Dwi Prasetyo Ganang; Rasdam Rasdam; Jhon Septin Maurisdo Siregar; Sugiono Sugiono
Jurnal Airaha Vol 11 No 01: June 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.538 KB) | DOI: 10.15578/ja.v11i01.289

Abstract

Penanganan pasca tertangkapnya ikan sangat penting dilakukan guna mempertahakan mutu hasil tangkapan. Penggunaan box fiberglass sebagai tempat penyimpan ikan pada kapal nelayan skala kecil umum digunakan, namun diperlukan modifikasi dengan penambahan bahan isolator guna ketahanan atas suhu didalam box. Tujuan penelitian adalah menguji laju suhu pada box fiberglass yang telah di modifikasi dan uji organoleptic terhadap ikan dengan menggunakan box fiberhlass modifikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan melakukan pengujian terhadap box fiberglass modifikasi (box eskperimen) dengan control terhadap laju suhu dan uji organoleptic sampel ikan. Pengujian terhadap laju suhu menunjukkan perbedaan nyata antara box eskperimen dan box control setiap pengukuran TA, TB, dan TC. Hasil organoleptic dengan sampel ikan Kakap putih dan Kakap merah menunjukkan perbedaan nyata antara box eskperimen dan box kontrol baik terhadap waktu pengamatan maupun sampel ikan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan box eksperimen dapat mempertahankan kesegaran ikan hingga 48 jam. KATA KUNCI: Box Fiberglass Modifikasi, Laju Suhu, Uji Organoleptik
ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPERASI PURSE SEINE DENGAN SISTEM 2 KAPAL PADA KM. BINTANG PUTRA SAMUDRA DI PENGAMBENGAN, BALI Soepardi, Sugiono; Purnama, I Wayan Angga; Radjab, Resky A.; Prasetyo, Ganang Dwi; Siahaan, Irandha C. M.; ., Rasdam; Ulat, Muhamad Ali; Saputra, Aman
Jurnal Bahari Papadak Vol 5 No 1 (2024): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Analisis kelayakan usaha dan operasional kapal penangkap khusus (slerek) atau purse seine dengan tangkapan utama yaitu lemuru (sardinella sp.) yang selalu tersedia sepanjang tahun di perairan Selat Bali (WPP NRI 573). Tujuan penelitian untuk Mengetahui Konstruksi armada kapal penangkap, teknik pengoperasian dan penanganan dan fishing ground dan hasil tangkapan, serta Menganalisis kelayakan usaha penangkapan ikan. Peneliitian dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2022 sampai 18 Juni 2022 pada KM. Bintang Putra Samudra yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan. Analisis deskriptif digunakan dengan mendeskripsikan tentang teknik penangkapan dan penanganan ikan dengan alat tangkap purse seine yang menggunakan 2 unit kapal serta pengoperasian alat tangkap yaitu sama seperti purse seine light fishing yang menggunakan bantuan cahaya lampu untuk mengumpulkan gerombolan ikan. penanganan ikan berupa penyiapan palka, pengangkutan ikan (brailing), dan pendinginan dengan Es menggunakan metode bulking dengan hasil tangkapan tertinggi pada koordinat 08º38''06" S dan 114º52''53" E sebesar 22,714.kg Nilai B/C ratio yaitu 3,2 lebih besar dari 1, sehingga usaha penangkapan ikan layak untuk dijalankan dan diteruskan. Berdasarkan nilai Break Even Point (BEP) dibutuhkan 153 trip (7 bulan 13 hari) untuk memperoleh keuntungan Rp. 14.939.057/trip agar mencapai titik impas. Kata Kunci : Penangkapan ikan, Daerah Penangkapan, Titik Impas. Abstract - Analysis of business feasibility and operation of special fishing vessels (slerek) or purse seine with the main catch, namely lemuru (sardinella sp.) which is always available throughout the year in the waters of the Bali Strait (WPP NRI 573). The aim of the research is to find out the construction of fishing fleets, operating and handling techniques and fishing grounds and catches, and to analyze the feasibility of fishing businesses. The research was carried out from 18 March 2022 to 18 June 2022 at KM. Bintang Putra Samudra based at the Pengambengan Archipelago Fishing Port. Descriptive analysis was used to describe the technique of catching and handling fish with purse seine fishing gear that uses 2 units of vessels and the operation of fishing gear is the same as purse seine light fishing which uses the help of lights to collect schools of fish. fish handling in the form of preparing holds, fish transportation (brailing), and cooling with ice using the bulking method with the highest catches at coordinates 08º38''06" S and 114º52''53" E of 22,714 kg The value of the B/C ratio is 3, 2 is greater than 1, so the fishing business is feasible to run and continue. Based on the value of the Break Even Point (BEP), it takes 153 trips (7 months 13 days) to get a profit of Rp. 14,939,057/trip to break even Keywords : Fishing, Catching Area, Break-even Point.
Abundance, Diversity, and Distribution of Fish Larvae in The Bali Strait Satyawan, Noar Muda; Suhery, Noveldesra; Kelana, Perdana Putra; Triyono, Heri; Prasetyo, Ganang Dwi; Prayitno, Muhamad Riyono Edi; Tiku, Mathius
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 30, No 1 (2025): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.30.1.31-42

Abstract

Larva represents the initial phase of a fish’s life after hatching from the egg. Studies on fish larvae aim to provide seasonal information, as well as identify spawning and nursery areas, especially economically important fish species, to support the sustainability of fishery resources. This study aimed to gather information on the abundance, diversity, and distribution of fish larvae in the waters of the Bali Strait. Sampling was carried out from August to November 2024, using a trawl net at five observation stations. The larval samples were preserved with 4% formalin and subsequently identified and counted using a microscope at the Capture Fisheries Laboratory of Marine and Fisheries Polytechnic of Jembrana. This study found 22 families of fish larvae, with abundance ranging from 38 to 433 individuals per 1000 m3. Spatially, the highest abundance was recorded at the Perancak station, followed by Tuwed, Sumbersari, Cupel, and Jimbaran. Temporarily, fish larvae with high abundance were found from September to November. The larval composition was dominated by the families Clupeidae, Gobiidae, Bramidae, and Carangidae. Shannon-Wiener Index (H') of fish larvae ranged from 0.64 to 2.18, indicating that the level of diversity and stability of the community was at a low–moderate level. The highest diversity was found at Tuwed station. The distribution of fish larvae is influenced by oceanographic characteristics, fish behavior, and the availability of natural food sources, such as plankton.
Kesesuaian Konstruksi Jaring Insang Dasar Monofilamen yang Dioperasikan Nelayan Desa Tesabela Berdasarakan SNI 01-7214-2006 Rajab, Resky Amalia; Prasetyo, Ganang Dwi; Siahaan, Irandha Citra M.; Widagdo, Aris; Polin, Charlens
JURNAL MEGAPTERA Vol 2, No 2 (2023): Jurnal Megaptera (JMTR)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jmtr.v2i1.13708

Abstract

Jaring insang dasar monofilamen yang dioperasikan oleh nelayan Desa Tesabela umumnya dibuat sendiri sehingga terdapat variasi-variasi ukuran antar alat tangkap, selain itu juga penggunaan pemberat yang berbahan dasar batu dan dipasang pada tali pemberat sehingga adanya variasi berat pemberat dalam satu unit alat tangkap. Perbedaan ukuran tersebut akan mempengaruhi kinerja alat tangkap saat dioperasikan yang akan mempengaruhi jumlah hasil tangkapan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kesesuaian konstruksi jaring insang dasar monofilamen yang dioperasikan oleh nelayan Desa Tesabela dengan SNI 01-7214-2006. Penelitian ini dilaksanakan di pada bulan Oktober – Desember 2023 di Desa Tesabela, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Metode yang digunakan dalam penelitan ini, yaitu deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan dari 11 kriteria ketentuan konstruksi jaring insang dasar monofilamen yang dioperasikan oleh nelayan Desa Tesabela dengan SNI 01-7214-2006 terdapat 10 kriteria yang belum memenuhi, yaitu 1) Hanging ratio datar, 2) Perbandingan panjang jaring terpasang dengan tinggi jaring terpasang, 3) Perbandingan diameter benang dengan mata jaring teregang, 4) Perbandingan daya apung dengan panjang tali ris atas, 5) Perbandingan daya tenggelam dengan panjang tali ris bawah, 6) Perbandingan daya tenggelam dengan daya apung, 7) Perbandingan jarak pelampung dengan tinggi jaring, 8) Perbandingan jarak pemberat dengan tinggi jaring, 9) Perbandingan jarak pelampung dengan panjang tali ris atas, 10) Perbandingan jarak pemberat dengan panjang tali ris bawah. Terdapat 1 kriteria yang memenuhi, yaitu perbandingan panjang jaring tali ris bawah dengan panjang tali ris atas.The monofilament bottom gill nets operated by Tesabela Village fishermen are generally made by themselves so that there are variations in size between fishing gear, in addition to the use of weights made from stone and attached to weight lines so that there are variations in the weight of the weight in one unit of fishing gear. The difference in size will affect the performance of the fishing gear when operated which will affect the amount of catch. The aim of this research is to describe the suitability of monofilament bottom gill net construction operated by Tesabela Village fishermen with SNI 01-7214-2006. This research was carried out in October – December 2023 in Tesabela Village, West Kupang District, Kupang Regency. The method used in this research is descriptive. The results of the research show that of the 11 criteria for the construction of monofilament bottom gill nets operated by Tesabela Village fishermen with SNI 01-7214-2006, there are 10 criteria that are not met, namely 1) Flat hanging ratio, 2) Comparison of the length of the installed net with the height of the installed net, 3) Comparison of the diameter of the thread with the stretched mesh, 4) Comparison of buoyancy with the length of the top rope, 5) Comparison of sinking power with the length of the bottom rope, 6) Comparison of sinking power with buoyancy, 7) Comparison of the distance between the float and the height of the net, 8) Comparison of the distance between the weights and the height of the net, 9) Comparison of the distance between the buoys and the length of the top rope, 10) Comparison of the distance between the weights and the length of the bottom rope. There is 1 criterion that is met, namely the ratio of the length of the lower ris rope net to the length of the upper ris rope.