Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Penggunaan Kompos Sampah Kota dalam Upaya Merehabilitasi Tanah Sawah Terdegradasi di Desa Aras Kabu Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Fitra Syawal Harahap; Hilwa Walida; Badrul Ainy Dalimunthe; Abdul Rauf; Simon Haholongan Sidabuke; Rosmidah Hasibuan
Agrinula : Jurnal Agroteknologi dan Perkebunan Vol 3 No 1 (2020): Agrinula : Jurnal Agroteknologi dan Perkebunan
Publisher : Prodi. Agroteknologi dan Perkebunan, Universitas Tjut Nyak Dhien

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36490/agri.v3i1.85

Abstract

Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji alternatif pengelolaan lahan sawah melalui pemberian pupuk organik kompos sampah kota di Desa Aras Kabu, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Metode Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan di Desa Aras Kabu Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian 11 meter diatas permukaan laut. Analisa tanah dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah, Konservasi Tanah & Air, dan Laboratorium Riset Teknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-Juli 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non-faktorial dengan dosis bahan organik (B) kompos sampah kota, yaitu B0 = kontrol, B1 = 1,5% (28,70 ton/ha), B2 = 3,0% (57,40 ton/ha), B3 = 4,5% (96,10 ton/ha), B4 = 6,0% (104,80 ton/ha). Hasil Penelitian: Pemberian kompos sampah kota sebanyak 96,10 - 104,80 ton/ha dapat memperbaiki sifat tanah di Desa Aras Kabu, Kecamatan Beringin hingga kandungan bahan organik tanah mencapai 3%.
EFEKTIVITAS ASAP CAIR TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Bemasia tabaci cream) PADA TANAMAN MENTIMUN Khairul Amri; Badrul Ainy Dalimunthe; Yusmaidar Seprian; Fitra Syawal Harahap
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1925

Abstract

Ketika menggunaknan pestisida hayati (asap cair) pada tanaman mentimun terlebih dahulu perlu melihat seberapa banyak populasi hama yang menyerang. Timbulnya serangan hama kutu putih biasanya terjadi saat usia tanam 13 hari setelah tanam, karena itu sebelum serangan hama berubah menjadi skala besar ada baiknya penanganannya dilakukan secara cepat dengan memakai pestisida hayati berupa asap cair, yaitu pestisida yang ramah lingkungan. Pada percobaab ini dosis pestisida hayati asap cair yang digunakan adalah dosis 50 : 1 (P1) dan 50 : 2 (P2). Penggunaan dua perlakuan tersebut bertujuan agar dapat dilihat dosis mana yang lebih efektif untuk menekan serangan hama pada tanaman mentimun. Hasil menunjukkan dedaunan tanaman yang terserang hama kutu putih lebih efektif untuk menekan serangan hama kutu putih bila memakai P1 (dosis 50 : 1) dikarenakan perlakuan ini tidak menggunakan campuran banyak air, sehingga tingkat kematian yang didapat pada P1 adalah 28 % dari 100, hal itu dikarenakan asap cair mengandung alkaloid dan fenol. Adapun yang menggunakan perlakuan P2 (dosis 50 : 2) tingkat kematian hama yang didapat berkisar 20% dari 100, hal itu dikarenakan P2 menggunaan banyak air.
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA CAMPURAN ASAP CAIR PELEPAH KELAPA SAWIT SEBEGAI BAHAN KOAGULAN KARET ALAM ALTERNATIF UNTUK PETANI Kharisma Ramadhan; Badrul Ainy Dalimunthe; Fitra Syawal Harahap; Khairul Rizal
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1926

Abstract

Dalam penggunaan penggumpal karet yang tidak sesuai akan mempengaruhi kualitas hasil karet alam sadapan para petani yang berpengaruh sekali terhadap harga jual karet. Penelitian ini mempelajari tentang kualiatas karet alam yang digumpalkan dengan menggunakan bahan ramah lingkungan yaitu asap cair dari tempurung kelapa dicampur asap cair pelepah kelapa sawit. Penelitian ini menunjukkan, bahwa dalam penggunaan asap cair dari tempurung kelapa campuran asap cair pelepah kelapa sawit menghasilkan koagulum dengan kadar karet kering optimum sebesar 35,15%. Dengan demikian maka, penggunaan asap cair ini dapat menjadi alternativ penggumpal karet untuk petani agar dapat mendorong kualitas karet yang dihasilkan menjadi lebih baik
UJI ORGANOLEPTIK LUMP KARET (Hevea brasiliensis muell) MENGGUNAKAN ASAP CAIR DARI LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS Yasir Mahendra Nasution; Badrul Ainy Dalimunthe; Khairul Rizal; Dini Hariyati Adam
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Petani karet di Indonesia masih banyak yang menggunakan koagulan yang tidak direkomendasikan berupa pupuk tawas, TSP dan sebagainya sehingga menyebabkan penurunan kualitas karet di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas pengolahan karet, petani karet diharuskan menggunakan bahan koagulan seperti asam format. Namun, bahan yang sulit didapat dan bahkan harga jual yang relatif tinggi menjadi alasan petani menggunakan bahan yang tidak direkomendasikan. Salah satu alternatif dan solusi adalah pemanfaatan limbah yang ditemukan sebagai pengganti asam format yaitu asap cair. Asap cair yang dihasilkan dari pirolisis berbagai bagian tanaman yang mengandung fenol dan asam yang dapat digunakan sebagai koagulan lateks. Penggunaan pelepah kelapa sawit sebagai bahan baku asap cair mempengaruhi biaya produksi sebesar 30%. Proses pemangkasan batang pelepah sawit yang dibiarkan membusuk yang tidak digunakan. Batang pelepah sawit dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan asap cair yang murah. Dalam 10 kg pelepah sawit dapat dihasilkan 1 liter asap cair murni yang dapat digunakan sebagai koagulan lateks karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gumpalan lateks yang menggunakan asap cair dari pelepah sawit sebagai koagulan memiliki warna yang cukup baik. Selain itu, asap cair juga terbukti memberikan reaksi yang baik sebagai koagulan lateks karet baik dari segi tekstur, warna maupun tingkat keamanannya bagi kulit.
KARAKTERISTIK SIFAT KIMIA TANAH GAMBUT DI LAHAN KELAPA SAWIT DI DESA TANJUNG MEDAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN Ardiansyah Ardiansyah; Dini Hariyati Adam; Badrul Ainy Dalimunthe; Hilwa Walida
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1986

Abstract

Tanah gambut terbentuk dari timbunan bahan organik, sehingga kandungan karbon pada tanah gambut sangat besar. Fraksi organik tanah gambut di Indonesia lebih dari 95%, kurang dari 5% sisanya adalah fraksi anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia tanah gambut di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Medan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sampel tanah kemudian dianalisis di PT. SOCFINDO, Provinsi Sumatera Utara. Pengamatan dan pengambilan sampel tanah di perkebunan kelapa sawit lahan gambut menggunakan metode zigzag dalam 1 blok dengan 3 titik pengambilan. Sampel tanah dari perkebunan kelapa sawit di lahan gambut diambil pada 3 titik yang berbeda dengan jarak 20 meter secara zigzag dalam 1 blok. Hasil penelitian diperoleh data kandungan beberapa sifat kimia tanah mengalami perubahan, baik itu nilai pH, Mg, K, C, Na, N, P, Kation dan Ca. Peningkatan C Organik pada lahan gambut yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit sebesar 0,1-0,5% dan nilai N, Kation, P, dan Ca masih moderat, sedangkan nilai Mg, K dan Na menurun dengan nilai yang bervariasi. Karakteristik sifat kimia tanah gambut Kabupaten Labuhanbatu Selatan di dapat nilai terbaik pada pH dengan nilai 4,74, Mg 0,76, K 0,87, C Organik 10,92%, Na 0,48, N 0,80%, P 346,53, Kation 62,39 dan Ca 3,18.
UJI ORGANOLEPTIK LUMP KARET (Hevea brasiliensis muell) MENGGUNAKAN ASAP CAIR DARI LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS Yasir Mahendra Nasution; Badrul Ainy Dalimunthe; Khairul Rizal; Dini Hariyati Adam
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1969

Abstract

Petani karet di Indonesia masih banyak yang menggunakan koagulan yang tidak direkomendasikan berupa pupuk tawas, TSP dan sebagainya sehingga menyebabkan penurunan kualitas karet di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas pengolahan karet, petani karet diharuskan menggunakan bahan koagulan seperti asam format. Namun, bahan yang sulit didapat dan bahkan harga jual yang relatif tinggi menjadi alasan petani menggunakan bahan yang tidak direkomendasikan. Salah satu alternatif dan solusi adalah pemanfaatan limbah yang ditemukan sebagai pengganti asam format yaitu asap cair. Asap cair yang dihasilkan dari pirolisis berbagai bagian tanaman yang mengandung fenol dan asam yang dapat digunakan sebagai koagulan lateks. Penggunaan pelepah kelapa sawit sebagai bahan baku asap cair mempengaruhi biaya produksi sebesar 30%. Proses pemangkasan batang pelepah sawit yang dibiarkan membusuk yang tidak digunakan. Batang pelepah sawit dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan asap cair yang murah. Dalam 10 kg pelepah sawit dapat dihasilkan 1 liter asap cair murni yang dapat digunakan sebagai koagulan lateks karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gumpalan lateks yang menggunakan asap cair dari pelepah sawit sebagai koagulan memiliki warna yang cukup baik. Selain itu, asap cair juga terbukti memberikan reaksi yang baik sebagai koagulan lateks karet baik dari segi tekstur, warna maupun tingkat keamanannya bagi kulit.
KOMBINASI ZPT EKSTRAK BAWANG MERAH DAN PUPUK KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica chinensis L.) Yuda Frastia; Dini Hariyati Adam; Hilwa Walida; Badrul Ainy Dalimunthe
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1975

Abstract

Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae. Tanaman pakcoy berasal dari China dan telah banyak dibudidayakan setelah abad ke-5 di China Selatan dan Tengah serta Taiwan. Ekstrak bawang merah mengandung zat pengatur tumbuh yang berperan sebagai hormon auksin. Hormon auksin paling aktif untuk berbagai tanaman dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan yang optimal. Pupuk organik dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik padat dan cair. Salah satu alternatif pupuk organik padat, adalah kotoran ayam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ZPT ekstrak bawang merah dan kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (Brassica rappa L). Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Sentosa No. 27 Aek Nabara dengan ketinggian tempat ± 27 meter di atas permukaan laut. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis kombinasi ekstrak bawang merah dan kotoran ayam berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering dengan perlakuan ekstrak bawang merah 20-40% (2,08 g) dan perlakuan pupuk kotoran ayam dengan dosis 158-316 g/polybag (2,08 g) sedangkan parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah tidak berpengaruh nyata pada kedua perlakuan dan tidak berpengaruh nyata terhadap interaksi kedua faktor perlakuan.
ANALISIS KANDUNGAN KIMIA KETON DAN ALDEHID PADA ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PIROLISIS Tri Wahyuni; Badrul Ainy Dalimunthe; Dini Hariyati Adam; Hilwa Walida
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 3 (2023): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i3.3280

Abstract

Liquid smoke has the result of condensation from compounds that vaporize simultaneously and the heated reactor through pyrolysis techniques with heat decomposition and condensation in the cooling system which causes the formation of cellulose, hemicellulose, and lignin. Liquid smoke contains a large number of phenolic, carbonyl, and acid group compounds. The purpose of this study was to identify the chemical constituents contained in liquid smoke from coconut shells. The location of this research was carried out at the Labuhan Batu University Laboratory, Faculty of Science and Technology. This study used the pyrolysis method. This study was to examine the chemical test results of aldehydes and ketones. The results of this study showed negative results (not found) for the presence of aldehydes and ketones from liquid smoke from coconut shells. It can be concluded that in the implementation of the research, there were still lacking procedures resulting in a negative chemical test.INTISARI                  Asap cair memiliki hasil kondensasi dari senyawa-senyawa yang menguap  secara simultan  dan reaktor panas melalui  teknik pirolisis  penguraian dengan panas dan  kondensasi pada sistem  pendingin yang menyebabkan terbentuknya selulosa, hemigselulosa dan lignin. Asap cair mengandung sejumlah besar senyawa kelompok fenol, karbonil, dan asam. Tujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi kandungan  kimia yang terdapat dalam asap cair dari tempurung kelapa. Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Universitas Labuhan Batu, Fakultas Sains Dan Teknologi. Penelitian ini menggunakan metode pirolisis, Penelitian ini untuk menguji hasil uji kimia dari Aldehid dan Keton. Hasil dari penelitian ini menunjukan hasil yang negatif(tidak ditemukan) adanya aldehid dan keton dari asap cair yang berasal dari tempurung kelpa. Dapat disimpulkan  bahwasannya dalam pelaksanaan penelitian masih ada prosedur yang kurang sehingga menghasilkan uji kimia yang negatif.
PENGARUH KONSENTRASI POC NASI BASI TERHADAP PERTUMBUHAN BUNGA KERTAS ORANGE (Bougainvillea spectabilis) Nicko Andika Putra; Dini Hariyati Adam; Novilda Elzabeth Mustamu; Badrul Ainy Dalimunthe
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 3 (2023): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i3.3336

Abstract

            Rice is rice (serelia) that has been boiled or cooked. In general, the color of rice is white if the rice used is white. Rice is a staple food for Indonesian people, because almost all regions in Indonesia consume rice as a staple food. The existence of stale rice is also often found in stalls selling rice besides in the household environment. Stale rice is usually given to livestock, and what is quite interesting is that stale rice is sometimes just thrown in the trash without any further processing, so that it gradually gives an unpleasant smelling effect to the environment and an unpleasant sight. This research will utilize stale rice that comes from the nearest community. There are three kinds of rice waste liquid fertilizer concentrations used, namely concentrations of 10%, 20% and 30% concentrations and there is a control. Fertilizer application is done 2 times a week and maintenance is done by watering every morning and evening with water. Observations were also made twice a week until they were 12 weeks old. The planting medium used to grow paper orange flowers (Bougainvillea spectabilis) is soil. Based on the results of researchers' observations of the height growth of the orange paper flower (Bougainvillea spectabilis) shoots, it is known that the application of various volumes of liquid organic fertilizer to the orange paper flower plants affects the growth of shoot height. Flower plants that experienced quite rapid growth of shoots occurred in P₃ plants with a concentration level of 30% with an average growth of 20.15 mm, while for concentrations of 10% and 20% were 18.94 mm and 19.17 mm, while for the control only 16.8 mm. Keywords: Stale Rice, Organic Fertilizer, Plants, Flowers.INTISARINasi adalah beras (serelia) yang telah direbus atau ditanak. Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras yang digunakan adalah berwarna putih. Nasi merupakan makanan pokok bagi masyarat Indonesia, karena hampir semua wilayah di Indonesia adalah mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Keberadaan nasi basi juga sering dijumpai di warung-warung penjual nasi selain di lingkungan rumah tangga. Nasi basi biasanya diberikan untuk ternak, dan yang cukup menarik perhatian nasi basi terkadang hanya dibuang begitu saja di tempat sampah tanpa ada pengolahan lanjutan hingga lambat laun memberikan efek bau yang kurang sedap pada lingkungan dan pemandangan yang tidak menyenangkan. Penelitian ini akan memanfaatkan nasi basi yang berasal dari masyarakat terdekat. Ada tiga macam konsentrasi pupuk cair limbah nasi yang digunakan  yaitu konsenrasi 10%, 20% dan konsentrasi 30% serta terdapat kontrol. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali dalam seminggu dan pemeliharaan dilakukan dengan cara menyiram setiap pagi dan sore dengan air. Pengamatan juga dilakukan setiap satu minggu dua kali sampai berumur 12 minggu. Media tanam yang digunakan untuk menanam bunga kertas orange (Bougainvillea spectabilis) adalah tanah. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap pertumbuhan tinggi tunas bunga kertas orange (Bougainvillea spectabilis) diketahui bahwa pemberian variasi volume pupuk organik cair kepada tanaman bunga kertas orange mempengaruhi pertumbuhan tinggi tunas. Tanaman bunga yang mengalami pertumbuham tunas cukup pesat terjadi pada tanaman P₃ dengan tingkat konsentrasi 30% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 20,15 mm, sedangkan untuk konsentrasi 10% dan 20% adalah 18,94 mm dan 19,17 mm, sedangkan untuk kontrol hanya sebesar 16,8 mm. Kata Kunci : Nasi Basi, Pupuk Organik, Tanaman, Bunga
PENGARUH PEMBERIAN POC DAUN LAMTORO DAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (Solanum Lycopersicum) Puja Irawan; Dini Hariyati Adam; Novilda Elizabeth Mustamu; Badrul Ainy Dalimunthe
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 3 (2023): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i3.3343

Abstract

Tomato as a horticultural commodity is a source of vitamins and minerals which are very beneficial for the fulfillment of nutrition in the human body, ascorbic acid and carotene, which are contained in tomatoes, are a very important source of substances and can increase body activity. This research was carried out at Manahan Huta Village. Godang Sungai right District, Labuhan Batu Selatan Regency in January-March 2023. The research design was a randomized block design (RAK) consisting of 2 factors, namely the first factor was POC lamtoro leaves and the second factor was chicken manure with 3 replications so that several experiments were obtained, namely namely: L0 = (Control), L1 = (100 ml liquid fertilizer + 900 ml/L water), L2 = (200 ml liquid fertilizer + 800 ml/L water), L3 = (300 ml liquid fertilizer + 700 ml/L water). The second factor was the concentration of chicken manure application (A) with 3 levels, namely: A0 = (Control), A1 = 500 gr/plant, A2 = 1000 gr/plant. The parameters observed were the growth of tomato plants such as plant height, number of leaves and stem diameter. The data collected was then analyzed for variance at the 5% level, and further tests were carried out using Duncan's test or (DMRT) to compare the two treatment means. The results of the analysis of variance showed that there was an interaction between POC administration of lamtoro leaves and chicken manure on plant height parameters but there was no interaction on stem diameter and number of leaves. For the POC dosing factor of lamtoro leaves, the results of variance had a very significant effect on plant height, number of leaves, and stem diameter. While the factor of giving chicken manure showed a highly significant different effect only on plant height. Keywords: Poc lamtoro leaves, chicken manure, tomato plants (Solanum Lycopersicum) INTISARITomat sebagai komoditi hortikultura merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat bagi pemenuhan gizi dalam tubuh manusia, zat asam askorbat dan karoten, yang terkandung dalam tomat, merupakan sumber zat yang sangat penting dan dapat meningkatkan aktivitas tubuh.Penelitian ini dilaksanakan di janji Manahan Desa Huta Godang Kecamatan sungai kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan pada bulan januari-Maret 2023. Rancangan percobaan penelitian rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 Faktor yaitu faktor pertama POC daun lamtoro dan faktor kedua pupuk kotoran ayam  dengan 3 kali ulangan sehingga diadapatkan beberapa percobaan yaitu yaitu: L0 = (Kontrol),L1 = (100 ml pupuk cair + 900 ml/L air), L2 = (200 ml pupuk cair + 800 ml/L air), L3 = (300 ml pupuk cair + 700 ml/L air). Faktor kedua adalah konsentrasi pemberian pupuk kotoran Ayam (A) dengan 3 taraf yaitu : A0 =  (Kontrol), A1 = 500 gr/tanaman, A2 =1000 gr/ tanaman .Adapun Parameter yang diamati  yaitu pertumbuhan tanaman tomat seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Data yang dikumpulkan kemudian di analisis sidik ragam pada taraf 5 %, dan dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan atau (DMRT) untuk membandingkan dua rataan perlakuan. Hasil analisis sidik ragam bahwa terdapat interaksi pemberian POC daun lamtoro dan kotoran ayam pada parameter tinggi tanaman tetapi pada diameter batang dan jumlah daun tidak terdapat interaksi. Untuk faktor pemberian dosis POC daun lamtoro memberikan hasil sidik ragam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Sedangkan faktor pemberian pupuk kandang ayam menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata hanya terhadap tinggi tanaman. Kata Kunci:   Poc daun lamtoro , kotoran ayam, tanaman tomat (Solanum Lycopersicum)