Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

ANALISIS PERBANDINGAN OUTPUT PRODUKSI PANEN MENGGUNAKAN ALAT PANEN MODERN KELAPA SAWIT (DODOS MEKANIK) DENGAN ALAT PANEN MANUAL KELAPA SAWIT (DODOS MANUAL) DI AFDELING IV PT. SUPRA MATRA ABADI KEBUN AEK NABARA Mhd. Safrijal Hasibuan; Khairul Rizal; Yusmaidar Sepriani; Badrul Ainy Dalimunthe
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 1 (2022): edisi Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i1.1535

Abstract

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak (CPO) dan minyak inti (KPO) ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang terbesar di bandingkan dengan komoditas perkebunan lainya.  Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat di simpulkan beberapa hal mengenai Perbandingan Output Produksi Panen Mengunakan Alat Panen Modern Kelapa Sawit (Dodos Mekanik) Dengan Alat Panen Manual Kelapa Sawit (Dodos Manual). Dari analisis perbandingan tersebut dapat di lihat bahwa jumlah output kg maupun janjang yang di hasilkan dari penggunaan alat dodos mekanik jauh lebih tinggi meskipun penggunaan alat pada bulan mei hanya 27 hari karena beberapa kendala yang sudah di jelaskan di atas. Dari perhitungan biaya alat memang alat panen dodos mekanik jauh lebih mahal akan tetapi, output yang dapat di hasilkan dari pengguaan alat dodos mekanik masih menghasilkan keuntungan yang besar dari perhitungan biaya/hari yang di keluarkan. penggunaan alat panen dodos mekanik bisa lebih meningkatkan efisiensi waktu dan dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja dalam pemanenan kelapa sawit.
Penggunaan Kompos Sampah Kota dalam Upaya Merehabilitasi Tanah Sawah Terdegradasi di Desa Aras Kabu Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Fitra Syawal Harahap; Hilwa Walida; Badrul Ainy Dalimunthe; Abdul Rauf; Simon Haholongan Sidabuke; Rosmidah Hasibuan
Agrinula : Jurnal Agroteknologi dan Perkebunan Vol 3 No 1 (2020): Agrinula : Jurnal Agroteknologi dan Perkebunan
Publisher : Prodi. Agroteknologi dan Perkebunan, Universitas Tjut Nyak Dhien

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36490/agri.v3i1.85

Abstract

Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji alternatif pengelolaan lahan sawah melalui pemberian pupuk organik kompos sampah kota di Desa Aras Kabu, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Metode Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan di Desa Aras Kabu Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian 11 meter diatas permukaan laut. Analisa tanah dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah, Konservasi Tanah & Air, dan Laboratorium Riset Teknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-Juli 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non-faktorial dengan dosis bahan organik (B) kompos sampah kota, yaitu B0 = kontrol, B1 = 1,5% (28,70 ton/ha), B2 = 3,0% (57,40 ton/ha), B3 = 4,5% (96,10 ton/ha), B4 = 6,0% (104,80 ton/ha). Hasil Penelitian: Pemberian kompos sampah kota sebanyak 96,10 - 104,80 ton/ha dapat memperbaiki sifat tanah di Desa Aras Kabu, Kecamatan Beringin hingga kandungan bahan organik tanah mencapai 3%.
PEMANFAATAN GEDEBOK PISANG TERHADAP TANAMAN CABAI YANG BARU PINDAH TANAM DI LAHAN PASCA PERUMAHAN AFDELING II KECAMATAN BILAH BARAT KABUPATEN LABUHANBATU Dian Permana; Khairul Rizal; Yusmaidar Sepriani; Badrul Ainy Dalimunthe
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1906

Abstract

Pemanfaatan gedebog pisang sedikit diketahui para petani milenial. Gedebog pisang dapat memberikan pengaruh terhadap tanaman cabai, yaitu menekan stress pada tanaman cabai yang baru pindah tanam serta memberikan konsentrasi agar tanaman cabai yang baru pindah tanam tidak layu mendadak. Penelitian ini dilaksanakan di lahan pasca perumahan yang terletak di Afdeling II Kecamatan Bilah Barat Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu. Penelitian dilaksanakan 18 oktober 2021 sampai selesai. Bahan yang digunakan: gedebok pisang 7cm, gedebog pisang 12cm, benih cabai yang akan ditanam,. Alat yang digunakan: parang, gergaji, cutter, sendok, alat tulis, dan kamera. Metode yang digunakan RAK dengan 3 perlakuan 2 kali ulangan serta 2 variabel, yaitu jumlah tanaman yang tumbuh, tinggi tanaman dari 150 sampel tanaman cabai. Hasil menujukkan bahwa parameter jumlah tanaman cabai merah umur 3-12 hari yang hidup dengan menggunakan tiga perlakuan memberikan respon yang paling banyak pada perlakuan gedebok 1 (7 cm),, sedangkan penelitian tinggi cabai merah umur 2-8 minggu menunjukkan tinggi cabai merah dengan menggunakan tiga perlakuan menunjukkan respon yang paling tinggi pada perlakuan menggunakan gedebog 1 (7cm).
EFEKTIVITAS ASAP CAIR TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Bemasia tabaci cream) PADA TANAMAN MENTIMUN Khairul Amri; Badrul Ainy Dalimunthe; Yusmaidar Seprian; Fitra Syawal Harahap
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1925

Abstract

Ketika menggunaknan pestisida hayati (asap cair) pada tanaman mentimun terlebih dahulu perlu melihat seberapa banyak populasi hama yang menyerang. Timbulnya serangan hama kutu putih biasanya terjadi saat usia tanam 13 hari setelah tanam, karena itu sebelum serangan hama berubah menjadi skala besar ada baiknya penanganannya dilakukan secara cepat dengan memakai pestisida hayati berupa asap cair, yaitu pestisida yang ramah lingkungan. Pada percobaab ini dosis pestisida hayati asap cair yang digunakan adalah dosis 50 : 1 (P1) dan 50 : 2 (P2). Penggunaan dua perlakuan tersebut bertujuan agar dapat dilihat dosis mana yang lebih efektif untuk menekan serangan hama pada tanaman mentimun. Hasil menunjukkan dedaunan tanaman yang terserang hama kutu putih lebih efektif untuk menekan serangan hama kutu putih bila memakai P1 (dosis 50 : 1) dikarenakan perlakuan ini tidak menggunakan campuran banyak air, sehingga tingkat kematian yang didapat pada P1 adalah 28 % dari 100, hal itu dikarenakan asap cair mengandung alkaloid dan fenol. Adapun yang menggunakan perlakuan P2 (dosis 50 : 2) tingkat kematian hama yang didapat berkisar 20% dari 100, hal itu dikarenakan P2 menggunaan banyak air.
PENGARUH MEDIA TANAM TANAH LIAT DAN TANAH BAKARAN TERHADAP PERTANAMANTANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI PERKEBUNAN BERANGIR KABUPATEN LABUHANBATU UTARA Daniel Syahputra Saragih; Badrul Ainy Dalimunthe; Yusmaidar Sepriani; Dini Hariyanti Adam
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1902

Abstract

Tanaman cabai merupakan komoditi sayuran yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dibandingkan jenis sayuran lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanah liat dan tanah bakaran terhadap tanaman cabai dan bagaimana interaksi tanaman cabai dengan penggunaan media tanam tanah liat dan tanah bakaran. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) Penelitian dilakukan di salah satu kebun milik warga desa Sumberejo Perkebunan Berangir, Kecamatan NA X-IX, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dari bulan Februari 2022 sampai Mei 2022. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih cabai merah, polibag ukuran diameter 6 cm dan tinggi 10 cm, media persemaian menggunakan campuran pupuk kompos tanah bakaran dengan perbandingan 1:1. Alat yang digunakan berupa cangkul, penggaris, label, gembor, alat tulis, penggaris dan polibag. Hasil penelitian menunjukkan tanah bakaran lebih unggul dibandingkan tanah liat dan campuran tanah liat dan tanah bakaran. Berbeda tidak nyata untuk tinggi tanaman cabai merah pada umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah daun produktif, tinggi tanaman, dan hasil tanaman per polibag. Hasil terbaik dijumpai pada pengaruh jenis pupuk kandang sapi (kompos) (P2), varietas tanaman cabai berbeda sangat nyata dengan tinggi tanaman pada umur 30 HST, jumlah daun per tanaman berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman umur 15 dan 45 HST
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA CAMPURAN ASAP CAIR PELEPAH KELAPA SAWIT SEBEGAI BAHAN KOAGULAN KARET ALAM ALTERNATIF UNTUK PETANI Kharisma Ramadhan; Badrul Ainy Dalimunthe; Fitra Syawal Harahap; Khairul Rizal
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1926

Abstract

Dalam penggunaan penggumpal karet yang tidak sesuai akan mempengaruhi kualitas hasil karet alam sadapan para petani yang berpengaruh sekali terhadap harga jual karet. Penelitian ini mempelajari tentang kualiatas karet alam yang digumpalkan dengan menggunakan bahan ramah lingkungan yaitu asap cair dari tempurung kelapa dicampur asap cair pelepah kelapa sawit. Penelitian ini menunjukkan, bahwa dalam penggunaan asap cair dari tempurung kelapa campuran asap cair pelepah kelapa sawit menghasilkan koagulum dengan kadar karet kering optimum sebesar 35,15%. Dengan demikian maka, penggunaan asap cair ini dapat menjadi alternativ penggumpal karet untuk petani agar dapat mendorong kualitas karet yang dihasilkan menjadi lebih baik
UJI ORGANOLEPTIK LUMP KARET (Hevea brasiliensis muell) MENGGUNAKAN ASAP CAIR DARI LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS Yasir Mahendra Nasution; Badrul Ainy Dalimunthe; Khairul Rizal; Dini Hariyati Adam
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Petani karet di Indonesia masih banyak yang menggunakan koagulan yang tidak direkomendasikan berupa pupuk tawas, TSP dan sebagainya sehingga menyebabkan penurunan kualitas karet di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas pengolahan karet, petani karet diharuskan menggunakan bahan koagulan seperti asam format. Namun, bahan yang sulit didapat dan bahkan harga jual yang relatif tinggi menjadi alasan petani menggunakan bahan yang tidak direkomendasikan. Salah satu alternatif dan solusi adalah pemanfaatan limbah yang ditemukan sebagai pengganti asam format yaitu asap cair. Asap cair yang dihasilkan dari pirolisis berbagai bagian tanaman yang mengandung fenol dan asam yang dapat digunakan sebagai koagulan lateks. Penggunaan pelepah kelapa sawit sebagai bahan baku asap cair mempengaruhi biaya produksi sebesar 30%. Proses pemangkasan batang pelepah sawit yang dibiarkan membusuk yang tidak digunakan. Batang pelepah sawit dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan asap cair yang murah. Dalam 10 kg pelepah sawit dapat dihasilkan 1 liter asap cair murni yang dapat digunakan sebagai koagulan lateks karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gumpalan lateks yang menggunakan asap cair dari pelepah sawit sebagai koagulan memiliki warna yang cukup baik. Selain itu, asap cair juga terbukti memberikan reaksi yang baik sebagai koagulan lateks karet baik dari segi tekstur, warna maupun tingkat keamanannya bagi kulit.
ANALISIS KANDUNGAN ASAP CAIR DARI PELEPAH KELAPA SAWIT DAN BATOK KELAPA SERTA PERBANDINGAN pH PELEPAH KELAPA SAWIT DAN BATOK KELAPA Pazar Siddik; Badrul Ainy Dalimunthe; Yusmaidar Sepriani; Khairul Rizal
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1955

Abstract

Pelepah kelapa sawit dan batok kelapa berasal dari limbah pertanian yang sangat mudah didapatkan sehingga bisa di olah menjadi asap cair yang sangat bermanfat untuk petani. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kandungan senyawa Klorin 0,0300 % mg, Fosfat 67.4600 mg, Lignin 34.130 mg dan Selulosa 50.92 mg. Serta perbandingan pH keasaman pada asap cair dari pelepah kelapa sawit dan batok kelapa. Analisis kandungan dilakukan dengan menggunakan eksprimen Laboraterium kimia sedangkan untuk mengetahui pH keasaman menggunakan pen pH meter. Proses perbandingan pH keasaman pada asap cair menggunakan perbandingan pekat, 1:1 dan 1:2 dengan takaran 10, 20 dan 30 ml. Hasil dari perbandingan pengukuran pH keasaman pada asap cair dari pelepah kelapa sawit dan batok kelapa 1.18 %. Sedangkan dengan pencampuran asap cair dari pelepah kelapa sawit dan batok kelapa 2.15 % sehingga dapat di simpulkan tingkat keasaman pH dicampur lebih tinggi sedangkan tidak dicampur tingkat pH keasamanya lebih rendah.
PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN KENIKIR LOKAL LABUHANBATU (Cosmos caudatus kunth) Reza Nazaruddin Dalimunthe; Kamsia Dorliana Sitanggang; Badrul Ainy Dalimunthe; Hilwa Walida
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1962

Abstract

Kenikir merupakan tanaman obat-obatan yang mana memiliki banyak manfaat, bagian tanaman kenikir yang sering di manfaatkan iyalah daun kenikir,daun kenikir sendiri banyak di manfaat kan sebagai antihipertensi, antiinflamasi, dan anti kanker selain itu daun kenikir juga memiliki anti oksidan yang tinggi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan serta perubahan morfologi yang terjadi pada tanaman kenikir Penelitian ini dilaksanakan di Labuhanbatu dan Bogor. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji bunga kenikir lokal labuhanbatu,selanjutnya biji di iradiasi dengan 7 taraf dosis yang berbeda pengamatan yang di amati adalah perkecambahan, tinggi tanaman, jumlah daun, dan perubahan morfologi pada tanaman, hasil penelitian ini menjukjakan hasil yang berbeda-beda dengan tanaman kontrol.
KARAKTERISTIK SIFAT KIMIA TANAH GAMBUT DI LAHAN KELAPA SAWIT DI DESA TANJUNG MEDAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN Ardiansyah Ardiansyah; Dini Hariyati Adam; Badrul Ainy Dalimunthe; Hilwa Walida
Agros Journal of Agriculture Science Vol 24, No 2 (2022): edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v24i2.1986

Abstract

Tanah gambut terbentuk dari timbunan bahan organik, sehingga kandungan karbon pada tanah gambut sangat besar. Fraksi organik tanah gambut di Indonesia lebih dari 95%, kurang dari 5% sisanya adalah fraksi anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia tanah gambut di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Medan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sampel tanah kemudian dianalisis di PT. SOCFINDO, Provinsi Sumatera Utara. Pengamatan dan pengambilan sampel tanah di perkebunan kelapa sawit lahan gambut menggunakan metode zigzag dalam 1 blok dengan 3 titik pengambilan. Sampel tanah dari perkebunan kelapa sawit di lahan gambut diambil pada 3 titik yang berbeda dengan jarak 20 meter secara zigzag dalam 1 blok. Hasil penelitian diperoleh data kandungan beberapa sifat kimia tanah mengalami perubahan, baik itu nilai pH, Mg, K, C, Na, N, P, Kation dan Ca. Peningkatan C Organik pada lahan gambut yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit sebesar 0,1-0,5% dan nilai N, Kation, P, dan Ca masih moderat, sedangkan nilai Mg, K dan Na menurun dengan nilai yang bervariasi. Karakteristik sifat kimia tanah gambut Kabupaten Labuhanbatu Selatan di dapat nilai terbaik pada pH dengan nilai 4,74, Mg 0,76, K 0,87, C Organik 10,92%, Na 0,48, N 0,80%, P 346,53, Kation 62,39 dan Ca 3,18.